Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

SUBTANSIAL PENERAPAN NILAI BUDAYA, POLITIK, DAN


AGAMA TERHADAP ETIKA BISNIS

DOSEN PENGAMPUH
Dr. Zainal Said, M.H

OLEH :
KELOMPOK 7
Shafira Tasya Salsabila (18.2400.126)
Shopiyah rihdatulaisy (2120203862202047)
Sartika (2120203862202052)
Wilda (2120203862202033)

PRODI AKUNTANSI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PAREPARE
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah
diberikan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Subtansial Penerapan Nilai Budaya, Politik, Dan Agama Terhadap Etika Bisnis”.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas Etika Bisnis
Islam yang diberikan oleh dosen kami dalam hal ini Bapak Dr. Zainal Said, M.H selaku
dosen mata kuliah Etika Bisnis Islam. Kami mengucapkan terima kasi kepada bapak
Dr. Zainal Said, M.H yang telah memberikan tugas ini kepada kami sehingga kami
mendapatkan wawasan baru mengenai etika bisnis islam. Kami juga mengucapkan
terima kasi kepada semua pihak yang telibat baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam penulisan makalah ini.

Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami butuhkan untuk
kesempurnaan makalah kami selanjutnya.

Pinrang, 31 Maret 2023

penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...............................................................................................ii
DAFTAR ISI ..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................1
A. Latar Belakang ...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................2
C. Tujuan ............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................3
A. Landasan nilai budaya, politik, dan agama berpengaruh
terhadap etika bisnis .......................................................................................3
B. Aspek yang mendasari mengapa nilai budaya, politik,
dan agama berpengaruh terhadap etika bisnis................................................6
C. Penerapan nilai budaya, politik, dan agama terhadap etika bisis ...................9
BAB III PENUTUP ...................................................................................................15
A. Kesimpulan ....................................................................................................15
B. Saran...............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Etika bisnis sebagai kumpulan nilai berdasarkan prinsip moral tentang
baik, buruk, benar dan salah dalam berbisnis. Dengan kata lain, etika bisnis
adalah seperangkat prinsip dan standar yang harus dipatuhi pelaku bisnis dalam
tindakan, perilaku, dan hubungan mereka untuk mencapai tujuan bisnis mereka
berdasarkan etika.
Etika selalu berhubungan dengan budaya karena etika merupakan
bentuk interpretasi atau evaluasi terhadap budaya itu sendiri. Etika memiliki
nilai yang benar yang harus selalu disesuaikan dengan budaya karena tidak
mutlak dan memiliki standar moral yang disesuaikan dengan standar yang
berbeda tergantung budaya yang berlaku di daerah tempat kita tinggal dan
kehidupan sosial yang kita lalui.
Etika politik merupakan salah satu alat yang diharapkan dapat
menciptakan suasana keharmonisan antara eksekutor dan kekuatan sosial
politik serta kelompok kepentingan lainnya untuk mencapai kemajuan sebesar-
besarnya bagi rakyat dan negara dengan menempatkan kepentingan bersama di
atas kepentingan pribadi dan kelompok. Prinsip etika kehidupan berbangsa dan
bernegara adalah kejujuran, kehandalan, keteladanan, sportivitas, disiplin, etos
kerja, kemandirian, toleransi, rasa malu, tanggung jawab, menjunjung tinggi
kehormatan dan martabat sebagai warga bangsa.
Agama dipandang sebagai dasar tumpuan bagi setiap umat dalam
melaksanakan kehidupan. Tanpa agama sesorang tidak akan memiliki asas
untuk berpikir, apalagi negara indonesia yang merupakan negara yang
mendasarkan dirinya kepada kepercayaan kepada Tuhan. Sebagaimana yang
tertuang dalam sila pertama dari pancasila yaitu “Ketuhanan Yang Maha Esa”.

1
B. Rumusan Masalah
1. Mengapa landasan nilai budaya, politik, dan agama berpengaruh terhadap
etika bisnis?
2. Apa aspek yang mendasari mengapa nilai budaya, politik, dan agama
berpengaruh terhadap etika bisnis?
3. Bagaimana penerapan nilai budaya, politik, dan agama terhadap etika
bisnis?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui landasan nilai budaya, politik, dan agama berpengaruh
terhadap etika bisnis.
2. Untuk mengetahui aspek yang mendasari mengapa nilai budaya, politik,
dan agama berpengaruh terhadap etika bisnis.
3. Untuk mengetahui penerapan nilai budaya, politik, dan agama terhadap
etika bisnis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Landasan Nilai Budaya, Politik, dan Agama Berpengaruh Terhadap Etika


Bisnis
1. Landasan nilai budaya berpengaruh terhadap etika bisnis
Secara konsep ada relasi kuat antara budaya dan etika bisnis.
Masyarakat yang berbudaya tinggi dipandang lebih mengerti dan fasih
tentang etika, namun masyarakat dengan budaya cenderung pemahaman
etikanya menjadi kurang. Kepemilikan budaya bermula dari keinginan
untuk menjunjung tinggi apa yang telah ditinggalkan oleh para leluhur
mereka tentang aturan-aturan dan hal-hal yang harus dilakukan sebagai
sebuah warisan kebanggaan secara bebuyutan.
Budaya juga berdampak kuat pada semua fungsi perusahaan,
misalnya dalam pemasaran, sikap dan nilai yang berbeda mencegah banyak
perusahaan menggunakan bauran pemasaran yang sama di semua pasar.
Demikian pula dalam pengelolaan sumber daya manusia budaya, budaya
nasional merupakan faktor kunci dalam evaluasi pengawas, dan dalam
produksi dan keuangan, faktor budaya memiliki pengaruh yang besar
terhadap produksi dan kegiatan ekonomi.
Etika bisnis menyangkut hubungan perusahaan dan karyawan
sebagai satu kesatuan dengan lingkungan (misalnya perusahaan lain atau
masyarakat setempat). Budaya perusahaan juga merupakan praktik baik
yang dilakukan oleh suatu perusahaan, yang membedakan satu perusahaan
dengan perusahaan lainnya.
Budaya perusahaan pasti berbeda, itulah yang membuat perusahaan
tersebut dapat menonjol. Contoh budaya perusahaan adalah perusahaan
biasanya memberikan gaji kepada karyawannya sebagai hari libur. Dalam

3
hal ini tentunya harus ada aturan tertentu, misalnya karyawan harus
mengerjakan semua pekerjaannya atau ada target penjualan.
Budaya dapat mendorong munculnya perilaku etis dan sebaliknya
perilaku tidak etis. Kebijakan perusahaan memperhatikan etika bisnis dan
mendukung perilaku etis dalam perusahaan. Praktik perusahaan biasanya
didokumentasikan secara formal dalam bentuk kode etik. Dalam suasana
keterbukaan dan globalisasi yang membawa keragaman budaya, kode etik
memegang peranan yang sangat penting sebagai penyangga dalam
interaksi yang intens dari perbedaan ras, pemikiran, pendidikan dan agama.
Sebagai tempat berkembang biaknya penanaman perilaku beretika, maka
perlu diciptakan suasana beretika dalam perusahaan.
2. Landasan nilai politik berpengaruh terhadap etika bisnis
Politik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
pemerintahan negara. Menurut Aristoteles, etika dan politik sangat erat
kaitannya. Hal ini dapat dikatakan karena ketika seseorang telah terjun ke
dunia politik maka tujuan utamanya adalah menjadi baik. Jika seorang
pemimpin ingin bertindak, ia juga harus mampu berpikir bahwa
tindakannya tidak akan merugikan orang lain dan hasilnya akan nyata. Jadi
dalam etika Aristoteles terdapat etika kebaikan, hal ini berarti bahwa
Aristoteles menegaskan bahwa setiap perbuatan manusia mempunyai
tujuan untuk mengejar kebaikan. Sebagai seorang pemimpin, anda harus
memiliki tujuan, karena dengan tujuan, setiap tindakan yang anda lakukan
terencana sehingga apa yang anda lakukan bermanfaat bagi orang lain dan
juga diri anda sendiri.
Jika seorang pemimpin memiliki etika yang baik dalam hidupnya,
ketika dia bergabung dan memasuki dunia politik, dia sudah merupakan
langkah yang baik untuk terjun ke dunia politik. Sehingga calon eksekutif
negara atau calon anggota parlemen yang sudah memiliki etika yang baik
dalam politik ini mencalonkan diri untuk tujuan yang baik.

4
Karena Aristoteles mengatakan bahwa kebaikan adalah apa yang
dicita-citakan atau diperjuangkan seseorang. Ketika seorang pemimpin
ingin meraih kekuasaan atau berada dalam dunia politik ketika memiliki
tujuan, maka tindakan yang dilakukan tidak melebihi atau melanggar
aturan yang telah ditetapkan. Menurut pandangan sosialis (sosialis
libertarian) atau yang biasa dikenal dengan left anarchist mengatakan
bahwa “property is theft”, yang mengacu pada kepemilikan alat-alat
produksi. Bagi mereka, kepemilikan bukanlah hak untuk menggunakannya
secara bebas, tetapi untuk mencegah orang lain menggunakannya.
3. Landasan nilai agama berpengaruh terhadap etika bisnis
Berdasarkan hasil wawancara dengan ekonom Islam dari Institut
Perbankan dan Keuangan Bahrain, setiap perusahaan harus mematuhi tata
kelola perusahaan. Etika bisnis hanya efektif jika disertai dengan
keyakinan pada agama. Tanpa agama, etika hanyalah gagasan filosofis
yang tidak praktis. Dalam nilai-nilai agama, orang berbuat baik karena
dorongan transendental. Setiap tindakan bernilai hidup dan memiliki
hubungan dengan Tuhan. Perbuatan baik dan buruk akan dibalas di akhir
hari. Tentu saja, orang yang tidak percaya akhirat tidak memiliki etika
seperti itu, sehingga sulit untuk menerapkannya.
Etika tanpa landasan agama hanyalah gagasan untuk berbuat baik,
tetapi manusia tidak memiliki dorongan yang kuat untuk melakukannya. Ia
juga menyatakan bahwa menerapkan etika agama tidaklah sulit di
perusahaan yang memiliki keberagaman agama di antara karyawan dan
pemangku kepentingan. Semua agama memiliki nilai-nilai universal.
Misalnya nilai kejujuran, keadilan, tanggung jawab dll. Semua agama
harus mengarah pada etika positif yang dapat diterapkan dalam bisnis.
Peran agama sebagai dasar etika bisnis tidak hanya karena citra
positif yang mempengaruhi hasil perusahaan. Selain itu, agama harus
memiliki makna transenden dalam bisnis. Sehingga kesadaran manusia

5
dari setiap pengusaha tetap terjaga. Tujuan perusahaan bertujuan tidak
hanya untuk mencapai keuntungan materi, tetapi juga untuk membantu
membangun kesejahteraan batin manusia. Dan akhirnya seorang
pengusaha dapat mencapai keseimbangan transendental dalam bisnis.
Tentu saja, agama bisa muncul di habitat kita. Terlibat dalam bisnis.
Menempatkan agama sebagai pembawa citra semata untuk
membangkitkan minat konsumen jelas tidak tepat. Selain itu, agama harus
mampu merepresentasikan nilai-nilai transendental dalam kehidupan,
termasuk dalam lingkungan bisnis.

B. Aspek Yang Menjadi dasar Mengapa Nilai Budaya, Politik, dan Agama
Berpengaruh Terhadap Etika Bisnis
1. Aspek yang menjadi dasar mengapa budaya berpengaruh terhadap etika
bisnis
Orang membutuhkan budaya dan aturan etika untuk diperbarui.
Maka aspek yang menjadi dasar mengapa nilai-nilai budaya mempengaruhi
etika bisnis adalah bahwa budaya dan etika bisnis merupakan satu kesatuan
yang utuh, yaitu keduanya tidak dapat dipisahkan, keduanya saling
melengkapi dalam mempengaruhi perilaku antar individu dan kelompok,
yang kemudian menjadi perilaku individu dan kelompok, perilaku antara,
yang kemudian menjadi perilaku organisasi yang mempengaruhi budaya
perusahaan, ketika etika menjadi nilai dan keyakinan yang terinternalisasi
dalam budaya perusahaan, selanjutnya dapat menjadi fondasi kekuatan
perusahaan dan pada akhirnya berpotensi mendorong peningkatan kinerja
karyawan.
2. Aspek yang menjadi dasar mengapa politik berpengaruh terhadap etika
bisnis
Berbicara tentang etika politik dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, harus diakui bahwa saat ini banyak elit politik yang mencoba

6
berpolitik dengan mengabaikan etika seorang negarawan. Banyak sekali
fakta bahwa mereka ikut campur dalam politik tanpa rasionalitas,
mengutamakan emosi dan kepentingan kelompok, serta tidak
mengutamakan kepentingan bangsa.
Tujuan etika politik adalah agar setiap pegawai negeri dan setiap elit
politik bersikap jujur, amanah, sportif, penyayang, murah hati, teladan,
rendah hati dan siap mengundurkan diri dari jabatan publik jika terbukti
melakukan kesalahan dan bermoral Politik. melawan hukum dan melawan
selera, keadilan masyarakat. Etika ini diwujudkan dalam perilaku santun
dalam perilaku politik yang toleran, tidak sok, tidak sombong, sama sekali
tidak munafik, tidak berbohong di depan umum, tidak manipulatif, dan
banyak tindakan memalukan lainnya. Etika politik harus menjadi pedoman
utama menuju politik yang santun, cerdas, menempatkan bangsa dan
negara di atas kepentingan partai dan golongan. Politik bukan hanya soal
pragmatis, hanya mementingkan tujuan dan sarana untuk mencapainya,
yang dapat dikejar secara rasional. Politik lebih dari etika, yang
mensyaratkan bahwa tujuan yang dipilih dibenarkan oleh akal sehat yang
dapat diverifikasi dan cara yang ditentukan untuk mencapainya dapat
diverifikasi dengan kriteria moral.
3. Aspek yang menjadi dasar mengapa agama berpengaruh terhadap etika
bisnis
Pakar Etika Profesi Hukum Universitas Indonesia mengatakan
bahwa agama merupakan bagian atau salah satu sumber etika bisnis. Dia
mencontohkan maskapai Royal Brunei, di mana pramugari perempuan
mengenakan jilbab, yang merupakan kewajiban perempuan Muslim;
bahkan doa bersama sebelum diberitahu tentang tindakan pengamanan;
Lion Air, Indonesia adalah panduan sholat untuk semua agama. Maskapai
Emirates mengadaptasi seragam awak kabin dengan gaya Timur Tengah.
Cebu Pacific merayakan hari raya keagamaan Katolik di udara bersama

7
para penumpangnya. Sementara itu, Malaysia Airlines telah
mengumumkan jadwal penerbangan buka puasa bagi penumpang yang
berpuasa. Semua itu merupakan bagian dari etika bisnis maskapai yang
bersumber dari ajaran agama.
Nilai-nilai agama dapat mengatasi pelanggaran etika jika nilai-nilai
agama tersebut dapat dimasukkan ke dalam peraturan perundang-undangan
nasional. Pendekatan agama juga dapat digunakan untuk menyelesaikan
sengketa atau pelanggaran etik yang belum berkembang menjadi
pelanggaran hukum. Selain nilai-nilai agama, lingkungan sosial budaya
juga harus berperan dalam mengatasi pelanggaran etika bisnis. Misalnya
melalui penyelesaian secara konvensional seperti kid pro quo, permintaan
maaf, ganti rugi, dan lain-lain dalam perkara etik yang tidak melanggar
hukum (perdata maupun pidana). Tentunya dalam menyelidiki pelanggaran
etik melalui cara-cara tersebut, prinsip profesionalitas tetap harus
diperhatikan. Bisnis harus mematuhi aturan hukum, budaya, dan agama
Indonesia.
Perusahaan harus menginternalisasikan nilai-nilai atau prinsip-
prinsip yang diwarisi dari nilai-nilai agama universal kepada karyawannya
dengan membangun budaya organisasi dan kepemimpinan yang beretika.
Salah satu manifestasi terpenting dari kepemimpinan etis adalah artikulasi
nilai-nilai dalam organisasi. Artikulasi ini dapat berkembang setelah proses
identifikasi nilai dilakukan secara partisipatif dan terbuka terhadap
perubahan dalam menghadapi tantangan bisnis baru. Menurut Duska
(2007), perusahaan yang menerapkan perilaku etis menerima 4 hal yaitu
Keuntungan perusahaan, kepercayaan dan kepuasan dalam manajemen,
kejujuran dan loyalitas karyawan, dan perusahaan akan mencapai kepuasan
pelanggan.

8
C. Penerapan Nilai Budaya, Politik, dan Agama Terhadap Etika Bisnis
1. Penerapan nilai budaya terhadap etika bisnis
Di dunia sekarang ini, pertanyaan tentang etika dan perilaku etis
semakin mendapat perhatian. Ketertarikan ini sebagian karena kasus yang
dipertanyakan atau kemungkinan perilaku dan biaya yang tidak etis (Lina
& Permatasari, 2020). Di Amerika Serikat, misalnya, industri ini
kehilangan sekitar $400 miliar per tahun karena perilaku kriminal dan tidak
etis. Studi lain menemukan bahwa dari 20% responden yang diminta
melakukan sesuatu yang melanggar standar etika mereka, 41%
melakukannya.
Perilaku tidak etis adalah masalah serius bagi semua karyawan. Hal
ini terlihat dari level bawah hingga puncak organisasi (Khamisah et al.,
2020). Survei lain terhadap 1.000 eksekutif senior menemukan bahwa
sepertiga dari mereka berbohong tentang kesimpulan mereka. Hal ini
mungkin tidak mengherankan karena ada banyak manfaat berbohong
seperti: biaya gaji dan saham yang lebih tinggi serta persaingan untuk
posisi manajemen puncak (Octavia et al., 2020). Berdasarkan hasil
penelitian tersebut, terdapat berbagai karakteristik individu dan organisasi
yang mempengaruhi perilaku tidak etis (Safitri & Nani, 2021).
Saat ini, orang menghadapi relokasi yang padat dengan mobilitas
yang tinggi, oleh karena itu membutuhkan sarana transportasi yang cepat.
Oleh karena itu, industri penerbangan terus berkembang dan menciptakan
persaingan yang kuat (Nani & Safitri, 2021). Dinamika pertumbuhan
perusahaan dan penumpang merupakan masalah yang tak terhindarkan
dalam bisnis penerbangan. Ketika pengusaha mencapai tujuannya, mereka
menerapkan strategi mereka sendiri, yang pada kenyataannya sering
menimbulkan konflik kepentingan (Nani, 2019). Di sini etika bisnis
pelayanan udara menjadi alat untuk menjaga keberlangsungan pelayanan
udara. Karena pentingnya sikap etis dalam bisnis, dianggap penting untuk

9
mengetahui bagaimana perusahaan menangani isu-isu penting untuk
penerapan praktik bisnis yang etis.
Budaya organisasi berperan penting dalam penerapan etika bisnis
perusahaan (Dhiona Ayu Nani, 2021). Tujuan dari penelitian ini adalah
menganalisis pengaruh budaya organisasi terhadap penerapan etika bisnis
dan menganalisis penerapan standar etika pada maskapai penerbangan
Indonesia. Hasil penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan
pemahaman kepada maskapai penerbangan tentang bagaimana budaya
perusahaan mendorong perilaku etis dan mendukung penerapan etika
bisnis di perusahaan sehingga perusahaan dapat meningkatkan bisnisnya
dan meningkatkan kepercayaan pemangku kepentingan. (Nani & Ali,
2020). Selain itu, penelitian ini memberikan kontribusi terhadap wawasan
atau teori yang terwujud sebagai tinjauan dan tambahan perspektif
keilmuan terhadap penerapan etika bisnis dalam bisnis atau industri
penerbangan (Lina & Nani, 2020). Nilai organisasi adalah nilai dan
keyakinan bersama yang mendasari identitas perusahaan.
Budaya organisasi merupakan bentuk penerimaan yang dimiliki oleh
suatu kelompok, diterima secara implisit, dan menentukan bagaimana
kelompok itu merasakan, berpikir, dan menanggapi lingkungannya yang
beragam (Fauzi et al., 2021). Definisi ini menekankan tiga karakteristik
penting dari budaya organisasi. Pertama, budaya organisasi dibangun pada
karyawan baru melalui proses sosialisasi (Suwarni & Handayani, 2021).
Kedua, budaya perusahaan mempengaruhi bagaimana karyawan
berperilaku di tempat kerja. Akhirnya, budaya organisasi diterapkan pada
dua tingkatan yang berbeda. Setiap tingkatan berbeda sesuai dengan visi
dan ketahanannya terhadap perubahan (Sedyastuti et al., 2021).
2. Penerapan nilai politik terhadap etika bisnis
Michel Foucault (1976) menulis tentang kekuasaan bahwa kekuasaan
datang melalui wacana atau percakapan. Wacana-wacana yang

10
terlembagakan dalam pranata sosial budaya kemudian melahirkan norma-
norma kekuasaan dan kontrol. Menurut Foucault, wacana diciptakan dan
dipertahankan oleh mereka yang memiliki kekuatan dan sarana untuk
berkomunikasi. Menurut Foucault, kebenaran, moralitas, dan makna
dibentuk oleh wacana itu. Kejujuran dalam politik tidak terbatas pada
masalah sistemik dan kemanusiaan. Kejujuran juga mencakup masalah
membaca dan menulis dalam diskusi. Sistem yang kaku bisa bocor jika
orang-orang baik (normatif) di dalamnya tidak memaknai wacana yang
sedang berlangsung.
Pemahaman Foucault ini tampaknya penting untuk melengkapi
upaya kita membangun sistem politik yang bebas dari sifat-sifat buruknya.
Kejujuran dalam politik merupakan landasan etis yang mutlak untuk
berusaha membentuk bangsa dan negara Indonesia yang lahir dari proses
politik yang sehat. Sayangnya, kejujuran adalah mitos politik yang
dianggap ketinggalan zaman dan terlalu tradisional untuk dijunjung tinggi
oleh politisi saat ini. Kejujuran hampir selalu hilang dalam semua kegiatan
berdemokrasi, seperti pemilu, pilkada atau yang lainnya. Berawal dari
ketidakjujuran, masalah berlanjut hingga pekerjaan merawat orang secara
otentik dan konkrit menjadi semakin sulit dan terbengkalai.
Misalnya, kepribadian anggota parlemen, terutama politisi DPR,
menjadi sorotan publik dalam beberapa tahun terakhir karena kinerjanya
yang buruk dan berbagai masalah etika mulai dari kejujuran, absen rapat,
hingga masalah korupsi. Kejujuran bukanlah kebajikan moral yang
berhenti setelah berhasil diperoleh. Kejujuran membutuhkan usaha yang
terus menerus. Jujur hari ini tidak berarti bahwa kita adalah orang yang
jujur, karena sifat-sifat ini harus terus-menerus ditunjukkan. Masalahnya,
situasi yang mengancam kehidupan atau keberadaan seringkali memaksa
kita untuk mengabaikan atau bahkan menolak kebenaran yang sederhana.
Kegiatan politik merupakan salah satu bidang yang mendorong perilaku

11
tidak jujur di kalangan politisi, bahkan kemudian secara licik dibungkus
dengan istilah “kebohongan putih”, berbohong demi kebaikan. Ketika
kebaikan justru digunakan untuk berbohong, sama halnya ketika
pemahaman menghalalkan segala cara. Jika tujuan dipandang benar, segala
cara bisa digunakan untuk mencapai tujuan, termasuk kebohongan.
Kejujuran dalam politik memang membutuhkan keberanian.
Keberanian yang dilandasi kesadaran bahwa proses politik tidak sehat tidak
hanya merusak proses demokrasi yang sedang dibangun. Namun juga
merusak tatanan dan sistem politik yang harus dijaga dan diikuti bersama.
Artinya, publik dapat melihat dengan jelas bahwa politik masih didominasi
oleh permainan tidak sehat yang menciptakan pola pikir tidak sehat di
kalangan politisi. Oleh karena itu, orientasi politiknya tidak sehat, terbatas
pada pengayaan dan kemaslahatan dirinya dan/atau kelompoknya,
sekalipun harus menggunakan cara-cara yang tidak sehat. Dalam politik
Machiavellian, orang biasa adalah orang sederhana yang menilai hanya
dari penampilan dan mudah ditipu dan dibohongi. Dalam formula politik
versi Machiavellian ini, politisi dan penguasa menjadikan orang sasaran
kebohongan. Politisi dan mereka yang berkuasa harus memiliki dua wajah
di hadapan rakyatnya. Politisi harus mampu meyakinkan rakyat bahwa
dirinya berada di pihak yang lemah. Pengentasan kemiskinan, pembelaan
terhadap yang lemah dan sebagainya adalah mantra-mantra politik
tercanggih untuk mengesankan rakyat jelata.
Kejujuran dalam politik sangat penting dalam upaya memperbaiki
kondisi bangsa palsu ini. Dimulai dari masalah korupsi, konspirasi dan
nepotisme. Namun, katanya, kejujuran tidak bisa diwujudkan tanpa
dukungan pemerintah. Politisi yang baik adalah jujur, santun, jujur,
menghargai orang lain, menerima pluralitas, peduli pada kebaikan bersama
dan tidak peduli pada kelasnya. Jadi politisi yang mempraktikkan etika
politik adalah negarawan dengan kebajikan moral.

12
3. Penerapan nilai agama terhadap etika bisnis
Kita lihat pada studi kasus berikut penerapan nilai-nilai agama pada
etika bisnis, dalam masyarakat Hindu Bali ada yang disebut dengan hari
raya Nyepi. Pada Hari Raya Nyepi, umat Hindu Bali wajib setiap anggota
keluarga berada di dalam ruangan dan diam, termasuk tidak boleh
menyalakan lampu kecuali lilin berupa api yang sangat kecil. Tujuannya
adalah untuk menghormati Hari Keheningan, dan itu hanya sehari.
Perintah ini juga berlaku untuk semua wisatawan mancanegara dan
domestik yang berkunjung ke Bali agar tidak keluyuran keluar hotel atau
penginapan. Dan jika mereka melanggar maka ia akan mendapatkan sanksi.
Sanksi ini juga berlaku untuk turis dan pemilik bisnis. Karena memang
benar turis dan pengusaha tidak mengikuti aturan yang berlaku atau dengan
kata lain tidak menghormati tata kehidupan di Bali. Tujuannya adalah
untuk menghormati Hari Keheningan, dan itu hanya sehari. Jika sanksi
tersebut diatur dalam tata kehidupan pelaku keagamaan di Provinsi Bali.
Solusi yang dapat di tawarkan kepada pelaku bisnis perhotelan, biro
perjalanan, dan restoran sebelum Hari Raya Nyepi dapat
diimplementasikan dengan menggunakan strategi yang berbeda.
Perusahaan hotel pada Hari Raya Nyepi boleh memberitahu para tamu,
terutama turis asing dan lokal, untuk tidak meninggalkan hotel pada Hari
Raya Nyepi sebagai tanda penghormatan terhadap umat Hindu Bali. Untuk
operasional, jika memang sangat diperlukan maka pihak hotel harus
melakukannya cukup dihotel saja, namun besok sudah bisa beroperasi
normal kembali.
Pebisnis dapat melakukan pemesanan tiket biro perjalanan komersial
melalui telepon, tidak perlu datang ke kantor biro perjalanan. Sebaliknya
bagi yang ingin memesan mobil untuk jalan-jalan pada hari raya Nyepi
tidak dilayani untuk menghormati hari raya Nyepi. Dan keesokan harinya
para pebisnis bisa berwisata ke Bali lagi seperti biasa. Sedangkan bagi

13
wisatawan atau rombongan tertentu yang tiba-tiba harus ke bandara, pihak
biro perjalanan dapat mengantarnya dengan menginformasikan kepada
tokoh agama Hindu Bali bahwa hal tersebut bersifat mendadak atau
mendesak, namun tetap tidak meniup badut mobil selama perjalanan.
sedangkan pengusaha rumah makan dan restoran tidak membuka
usaha pada hari raya Nyepi, atau menutupnya begitu saja. Dimana toko ini
tutup walau hanya 1 (satu) hari dan saat toko buka juga kami takut tidak
ada tamu karena konsumen juga tidak akan keluar rumah. Keputusan dan
solusi tersebut dianggap win-win solution, artinya setiap trader diajarkan
untuk berbisnis dengan menggunakan etika bisnis.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Etika bisnis sebagai kumpulan nilai berdasarkan prinsip moral tentang
baik, buruk, benar dan salah dalam berbisnis. Dengan kata lain, etika bisnis
adalah seperangkat prinsip dan standar yang harus dipatuhi pelaku bisnis dalam
tindakan, perilaku, dan hubungan mereka untuk mencapai tujuan bisnis mereka
berdasarkan etika.
Maka aspek yang menjadi dasar mengapa nilai-nilai budaya mempengaruhi
etika bisnis adalah bahwa budaya dan etika bisnis merupakan satu kesatuan
yang utuh, yaitu keduanya tidak dapat dipisahkan, keduanya saling melengkapi
dalam mempengaruhi perilaku antar individu dan kelompok, yang kemudian
menjadi perilaku individu dan kelompok, perilaku antara, yang kemudian
menjadi perilaku organisasi yang mempengaruhi budaya perusahaan, ketika
etika menjadi nilai dan keyakinan yang terinternalisasi dalam budaya
perusahaan, selanjutnya dapat menjadi fondasi kekuatan perusahaan dan pada
akhirnya berpotensi mendorong peningkatan kinerja karyawan.
Hasil penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan
pemahaman kepada maskapai penerbangan tentang bagaimana budaya
perusahaan mendorong perilaku etis dan mendukung penerapan etika bisnis di
perusahaan sehingga perusahaan dapat meningkatkan bisnisnya dan
meningkatkan kepercayaan pemangku kepentingan.
Kejujuran dalam politik merupakan landasan etis yang mutlak untuk
berusaha membentuk bangsa dan negara Indonesia yang lahir dari proses politik
yang sehat.

15
B. Saran
Penulis menyarankan agar pembaca dapat membaca makalah ini dengan
kritis, agar pembaca dapat meningkatkan ilmu dan wawasan dengan membaca
dan memahami isi dari makalah yang kami buat ini. Penulis menyadari bahwa
makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan dari para
pembaca demi kesempurnaah makalah kami selanjutnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, M. (2003). Etika Bisnis Dalam Islam. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar.

badroen, f. d. (2006). etika bisnis dalam islam. jakarta: kencana.

Dwihantono, P. (2013). Etika Kejujuran Dalam Berpolitik. Politika, 13-14.

Fahmi, I. (2013). Etika Bisnis. penang: Alvabeta .

Fauzan. (2013). Pengaruh Religiusiutas Terhadap Etika Bisnis. Jurnal Manajemen Dan
Kewirausahaan, 15, 53-54.

Fauzia, Ika Yunia. (2012). Etika Bisnis Dalam Islam. sidoarjo: Kencana.

Kania, Dinar Dewi. (2017, mei rabu). Agama Sebagai Dasar Etika Perusahaan. Retrieved from
Dakta.com: http://dakta.com/news/9063/agama-sebagai-dasar-etika-perusahaan

Kristanti, D., & dkk. (2023). Etika Bisnis. Padang: PT. Global Eksekutif Teknologi.

Mayasari, R., & Sari, Y. P. (2022). Penerapan budaya oraganisasi yang beetika bisnis pada
perusahaan. Pusdansi.org, 1-3.

Nawatmi, S. (2010). Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam. Fokus Ekonomi (FE), 54.

Velasquez, M. G. (n.d.). etika bisnis, konsep dan kasus. yogyakarta.

iv

Anda mungkin juga menyukai