DALAM ISLAM
Wy 2018
Tujuan konsumsi islami
Sebagai sarana wajib penolong untuk beribadah
Sebagai bentuk syukur kepada Allah
Jika diniatkan ibadah, maka bisa bernilai ibadah meskipun mubah
Konsep konsumsi islami
Konsumsi secara umum didefinisikan dengan penggunaan
barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Perbedaan mendasar dalam konsumsi islam adalah jenis
yang dikonsumsi, tujuan pencapaian dan cara
pencapaian tujuan harus sesuai syariah islamiyyah.
Urgensi konsumsi islami
Konsumsi islam adalah untuk kehidupan
Konsumsi islam untuk memenuhi kebutuhan dasar dan atasi kemiskinan
Dilarang batasi konsumsi meski untuk tujuan ibadah (puasa dahr/wishol)
Darurat, boleh yang haram (Al-An’am:145)
Perilaku konsumen
A 20 1
B 16 2
C 12 4
D 10 6
E 8 8
F 5 10
Prinsip konsumsi islami
Prinsip syariah
Prinsip kuantitas
Prinsip prioritas
Prinsip sosial
Prinsip lingkungan
Prinsip larangan meniru
Prinsip syariah
Prinsip akidah
Keimanan terhadap akhirat (Muhammad:15, Al-Baqoroh:261,245)
Semua sumberdaya adalah anugerah dan amanah, mutlak milik Allah
Prinsip ilmu (akhlak konsumsi islam)
Prinsip amal (implementasi ilmu)
Prinsip kuantitas
Sederhana (qonaah dan wasathon),
cukup, tidak berlebihan (Al-A’rof:31), tidak boros, tidak mewah, tidak
mubadzir, tidak kikir (Al-Furqon:67, Al-Isro’:26-27)
Kesesuaian konsumsi dengan pendapatan
Penyimpanan (tabungan dan investasi)
Prinsip prioritas
Urutan jenis yang terpenting
Primer, harus terpenuhi untuk kemalahatan agama dan dunia
Sekunder, untuk kemaslahatan yang lebih baik (madu, keju)
Tertier, hanya sebatas pelengkap dan hiasan
Urutan yang terdekat (tanggungan/keluarga, tetangga dst)
Prinsip sosial
Umat, memperhatikan tetangga & umat muslimin
Untuk kebajikan (Al-Baqoroh:215), tidak menimbun (At-Taubah:34-35)
Menjadi contoh teladan dalam konsumsi (makanan, pakaian dll)
Tidak membahayakan orang lain
Untuk kebajikan (Al-Baqoroh:215),
Tidak menimbun (At-Taubah:34-35)
Prinsip lingkungan
Perubahan lingkungan mempengaruhi pola konsumsi, baik kuantitas
maupun kualitas
Paceklik, dihemat
Wabah, minum madu
Prinsip tidak
mengikuti/meniru
Larangan meniru umat islam konsumsinya buruk (suka pesta jamuan)
Larangan konsumsi masyarakat kafir, yang menjadi ciri khas
Larangan meniru hedonis (selalu bersenang-senang), setiap yang
diinginkan dibeli
Akhlak konsumsi islam
Konsumsi yang halalan thoyyiban
Zat
Halal (Al-Baqoroh:168-169, An-Nahl:66-69)
Haram (Al-Baqoroh:173, Al-Maidah:3,90)
Proses
Sebelum makan basmalah, selesai hamdalah, menggunakan
tangan kanan, bersih
Tidakdilarang, misal : riba (Ali Imron:130), merampas (An
Nissa’:6), judi (Al-Maidah:91), menipu, mengurangi
timbangan, tidak menyebut Allah ketika disembelih
Tujuan
Bukanuntuk sesembahan selain Allah, seperti sesajen,
sedekah bumi
Konsep maslahat dan utility
Muslim
harus berkonsumsi yang membawa
manfaat (maslahat) dan bukan merugikan
(madhorot)
Konsep maslahat menyangkut maqoshiq
syariat (dien, nafs, nasl, aql, maal)
Konsep maslahat lebih objektif karena
bertolak dari al-hajat ad-dhoruriyat (need)
Konsep
maslahat individu senantiasa
membawa dampak terhadap maslahat
umum/sosial
Dampak konsumsi yang tidak
benar/haram
Merusak agama
Pengaruh terhadap ibadah
Pengaruh terhadap akhlak
Pengaruh terhadap kesatuan umat
Pengaruh terhadap kesehatan
Menimbulkan kerusakan dan kemerosotan
Kehinaan dan kenistaan
Kehancuran ekonomi dan kemandekan produksi