Anda di halaman 1dari 6

PERTEMUAN III

PENGANTAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai mekanisme dana perimbangan yang diatur dalam UU Nomor 33 Tahun 2004 dan
PP Nomor 55 Tahun 2005. Setelah proses pembelajaran anda diharapkan mampu:
1.1 Memahami mekanisme dana perimbangan
1.2 Mengetahui Dana Bagi Hasil
1.3 Mengetahui Dana Alokasi Umum
1.4 Mengetahui Dana Alokasi Khusus

B. URAIAN MATERI
Tujuan pembelajaran 1.1 :
Memahami Mekanisme Dana Perimbangan

Dana perimbangan merupakan dana yang sumbernya diperoleh dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah
untuk mendanai kebutuhannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Latar belakang lain adanya transfer dana dari
pemerintah pusat ke pemerintah daerah guna mengatasi ketimpangan fiskal vertical, mengatasi ketimpangan horizontal
serta untuk mencapai standar pelayanan masyarakat.

Ketimpangan fiskal horizontal muncul akibat tidak seimbangnya kapasitas fiskal daerah dengan kebutuhan fiskalnya.
Dengan kata lain, kemampuan daerah untuk menghasilkan pendapatan asli tidak mampu menutup kebutuhan belanjanya.

Pembagian dan mekanisme penghitungan dana bagi hasil baik pajak maupun sumber daya alam diatur dalam UU Nomor
33 Tahun 2004 dan PP Nomor 55 Tahun 2005 tentang dana perimbangan. Perimbangan keuangan antara Pemerintah dan
Pemerintah Daerah sebagaimana tercantum dalam UU Nomor 33 Tahun 2004 sebagai suatu sistem Pembagian keuangan
yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan efisien dalam rangka pendanaan penyelenggaraan desentralisasi,
dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah, serta besaran pendanaan penyelenggaraan
dekonsentrasi dan tugas pembantuan.
APBN APBD
1. Penerimaan dalam negeri dan hibah 1. Penerimaan Daerah
a. Pendapatan Pajak a. PAD
b. Pendapatan Bukan Pajak / SDA b. Dana Perimbangan (Bagi Hasil, DAU, dan
2. Belanja Negara DAK)
a. Belanja Pusat c. Lain-lain pendapatan daerah yang sah
b. Belanja Daerah 2. Belanja Daerah
(Bagi Hasil, DAU, dan DAK) a. Rutin
3. Keseimbangan Primer b. Pembangunan
4. Surplus / Defisit 3. Surplus / Defisit
5. Pembiayaan 4. Pembiayaan
a. Dalam Negeri
b. Luar Negeri
Sumber : Deddi Nordiawan, dkk, 2012, hal 48

STIE AHMAD DAHLAN 1 FERi GUSTAMI


Tujuan pembelajaran 1.2:
Memahami Mengetahui Dana Bagi Hasil

Dana bagi hasil merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah dengan angka
persentase yang diatur dalam undang-undang serta didasarkan atas daerah penghasil guna mendanai kebutuhan daerah
dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

Dua sumber dana bagi hasil yaitu pajak dan sumber daya alam. Pajak sendiri terdiri dari PBB, BPHTB, PPh. Sedangkan
dana bagi hasil dari sumber daya alam bersumber dari kehutanan, pertambangan umum, perikanan, pertambangan
minyak bumi, gas bumi serta pertambangan panas bumi.

65% dibagi rata


ke Kab / Kota
Pusat (10%)
35% Insentif Utk
Kab / Kota

PBB
16,2% Provinsi

Daerah (90%) 64,8% Kab / Kota

9% Biaya
Pungutan

Bagi Hasil Pajak Dibagi rata ke


Pusat (20%)
Kab / Kota

BPHTB
20% Provinsi

Daerah (80%)

80% Kab / Kota

Pusat (80%)

PPh 40% Provinsi

Daerah (20%)

60% Kab / Kota

Gambar 1.1
Skema Pengelolaan Dana Bagi Hasil Pajak

Dana bagi hasil sumber daya alam berasal dari enam sector yaitu kehutanan, pertambangan umum, perikanan,
pertambangan minyak bumi, pertambangan gas bumi, dan pertambangan panas bumi. Pemerintah menetapkan alokasi
DBH sumber daya alam sesuai dengan penetapan dasar perhitungan dan daerah penghasil. Penetapan daerah penghasil
SDA dan dasar penghitungan DBH Sumber daya alam dilakukan oleh Menteri Teknis, setelah berkonsultasi dengan
Menteri Dalam Negeri. Dalam hal sumber daya alam berada pada wilayah yang berbatasan atau berada pada lebih dari
satu daerah, penetapan daerah penghasil dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri berdasarkan pertimbangan menteri Teknis
tersebut.

STIE AHMAD DAHLAN 2 FERi GUSTAMI


Dana Bagi Hasil
SDA

Pertambangan Pertambangan Pertambangan Pertambangan


Kehutanan Perikanan
Umum Minyak Bumi Gas Bumi Panas Bumi

Iuran Hak
Provisi Sumber Iuran Tetap (Land Iuran Eksplorasi Pungutan Iuran Tetap dan
Penguasaan Dana Reboisasi Pungutan Hasil Pusat (84,5%) Pusat (69,5%) Setoran Bagian
Daya Hutan Rent) & Eksploitasi Pengusahaan Produksi
Hutan

Pusat (20%) Pusat (20%) Pusat (60%) Pusat (20%) Pusat (20%) Pusat (20%) Pusat (20%) Daerah (15,5%) Daerah (30,5%) Pusat (20%) Pusat (20%)

Daerah (80%) Daerah (80%) Daerah (40%) Daerah (80%) Daerah (80%) Daerah (80%) Daerah (80%) Daerah (80%) Daerah (80%)

Gambar 1.2
Proporsi Penerimaan Negara SDA antara Pusat dan Daerah

STIE AHMAD DAHLAN 3 FERi GUSTAMI


Tujuan pembelajaran 1.3:
Mengetahui Dana Alokasi Umum

Dana alokasi umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan
pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentraliasi. DAU dialokasikan untuk provinsi dan kabupaten / kota. Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan dalam APBN,
dengan ketentuan sebagai berikut :
1. DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari pendapatan dalam negeri neto.
2. Proporsi DAU antara provinsi dan daerah dihitung dari perbandingan antara bobot urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan provinsi dan kabupaten / kota.
3. Jika penentuan proporsi tersebut belum dapat dihitung secara kuantitatif, proporsi DAU antara provinsi dan
kabupaten / kota ditetapkan dengan imbangan 10% dan 90%.

DAU untuk suatu daerah dialokasikan berdasarkan formula yang terdiri atas celah fiskal dan alokasi dasar. Celah fiskal
adalah selisih antara kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal, sedangkan alokasi dasar dihitung berdasarkan julah gaji
pegawai negeri sipil daerah. Formula penghitungan DAU :

Di mana,

DAU atas dasar celah fiskal untuk suatu provinsi dihitung berdasarkan perkalian bobot provinsi yang bersangkutan
dengan jumlah DAU seluruh provinsi. Bobot provinsi merupakan perbandingan antara celah fiskal provinsi yang
bersangkutan dan total celah fiskal seluruh provinsi.

Di mana,

Sementara DAU atas dasar celah fiskal untuk suatu kabupaten / kota dihitung berdasarkan perkalian bobot kabupaten /
kota yang bersangkutan dengan jumlah DAU seluruh kabupaten / kota. Bobot kabupaten / kota merupakan
perbandingan antara celah fiskal kabupaten / kota yang bersangkutan dengan total celah fiskal seluruh kabupaten / kota.

Kebutuhan fiskal daerah dihitung berdasarkan perkalian antara total belanja daerah rata-rata dengan penjumlahan dari
perkalian masing-masing bobot variable dengan indeks jumlah penduduk, indeks luas wilayah, indeks kemahalan
konstruksi, indeks pembangunan manusia, dan indeks produk domestic regional bruto per kapita, sedangkan kapasitas
fiskal daerah merupakan penjumlahan dari pendapatan asli daerah dan DBH.

STIE AHMAD DAHLAN 4 FERi GUSTAMI


Daerah yang memiliki nilai celah fiskal lebih dari 0 (nol), menerima DAU sebesar alokasi dasar ditambah celah fiskal.
Daerah yang memiliki nilai celah fiskal sama dengan 0 (nol), menerima DAU sebesar alokasi dasar. Daerah yang memiliki
nilai celah fiskal negative dan nilai negative tersebut lebih kecil dari alokasi dasar, menerima DAU sebesar alokasi dasar
setelah diperhitungkan nilai celah fiskal. Dan daerah yang memiliki nilai celah fiskal negative tetapi nilai negative tersebut
sama atau lebih besar dari alokasi dasar, tidak menerima DAU.

Jika CF = 0 maka Jika CF < 0 maka Jika CF > AD maka


DAU = AD DAU = AD + CF DAU = AD + CF ≤ 0
Kb F = 100 M Kb F = 100 M Kb F = 100 M
Kp F = 100 M Kp F = 125 M Kp F = 175 M
CF = Kb F – Kp F CF = Kb F – Kp F CF = Kb F – Kp F
AD = 50 M AD = 50 M AD = 50 M
CF = 100 M – 100 M CF = 100 M – 125 M CF = 100 M – 175 M
=0 = - 25 M = -75 M
DAU = CF + AD DAU = CF + AD DAU = CF + AD
= 0 + 50 M = -25 M + 50 M = -75 + 50 M
= 50 M = 25 M = - 25 M
Rp 50 M Rp 25 M Rp 0

Tujuan pembelajaran 1.4:


Mengetahui Dana Alokasi Khusus
Dana Alokasi khusus merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan pada daerah tertentu
untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan merupakan bagian dari program yang
menjadi prioritas nasional. Daerah tertentu adalah daerah yang dapat memperoleh alokasi DAK berdasarkan kriteria
umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis. Dan program menjadi prioritas nasional dimuat dalam renja pemerintah
tahun anggaran bersangkutan. Besaran DAK ditetapkan setiap tahun dalam APBN.

Kegiatan khusus yang akan didanai dari DAK diusulkan oleh menteri teknis dan baru ditetapkan setelah berkoordinasi
dengan Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional, sesuai
dengan rencana kerja pemerintah. Ketetapan tentang kegiatan khusus tersebut disampaikan kepada Menteri keuangan.

Setelah menerima usulan kegiatan khusus, menteri keuangan melakukan penghitungan alokasi DAK yang dilakukan
melalui dua tahapan :
1. Penentuan daerah tertentu yang menerima DAK sesuai kriteria umum, khusus dan teknis.
2. Penentuan besaran alokasi DAK masing-masing daerah yang ditentukan dengan penghitungan indeks berdasarkan
kriteria umum, khusus dan teknis.

STIE AHMAD DAHLAN 5 FERi GUSTAMI


Sumber Bacaan :
1. Akuntansi Pemerintahan, Deddi Nordiawan DKK, Salemba Empat, 2012
2. UU 33 Tahun 2004
3. PP 55 Tahun 2005

STIE AHMAD DAHLAN 6 FERi GUSTAMI

Anda mungkin juga menyukai