HUKUM PAJAK
Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kita semua. Sehingga, penulis dapat menyelesikan tugas ini tepat
pada waktunya.
Penulisan ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Pajak. Selain
untuk memenuhi tugas, tujuan penulis ini adalah untuk memaparkan bagaimana penjelasan
mengenai Pajak Bumi dan Bangunan.
Terlepas dari semua itu kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
ini sehingga menjadi semakin baik.
Akhir kata kami berharap semoga malakah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca,
Aamiin.
Wassalamualaikum wr.wb
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................i
Daftar Isi.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 1
C. Tujuan.................................................................................................. 2
A. Kesimpulan ............................................................................................9
Daftar Pustaka........................................................................................................10
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan nasional dalam
rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut pentingnya
pengelolaan pajak tersebut menjadi prioritas bagi pemerintah. Ada berbagai jenis pajak
yang dikenakan kepada masyarakat, namun dari beberapa diantaranya Pajak Bumi dan
Bangunan merupakan jenis-jenis pajak sangat potensil dan strategis sebagai sumber
penghasilan Negara dalam rangka membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan.
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak Bumi dan Bangunan merupakan salah satu
faktor pemasukan bagi Negara yang cukup potensil dan kontribusi terhadap pendapatan
negara jika dibandingkan dengan sektor pajak lainnya sangat besar. Strategisnya Pajak
Bumi dan Bangunan tersebut tidak lain karena objeknya meliputi seluruh bumi dan
bangunan yang berada dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI).Penyediaan kebutuhan seperti jalan, taman, sarana pelayanan umum lainnya
memerlukan biaya yang dipungut dari warga negara/ masyarakat yang memanfaatkan
dalam bentuk pajak. Pajak mempunyai fungsi antara lain untuk:1. Penerimaan negara
dalam rangka membiayai pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah2. Pemerataan
pendapatan masyarakat;3. Stabilitas ekonomi (misalnya pengendalian inflasi) dan
pertumbuhan ekonomi.
Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Pajak Bumi dan
Bangunan yang menjadi objek pajak bumi dan bangunan adalah bumi dan/atau bangunan,
sehingga hal ini tidak jauh berbeda dengan Ipeda. Yang dimaksud dengan bumi adalah
permukaan dan tubuh bumi yang ada di bawahnya. Permukaan bumi meliputi tanah,
perairan, pendalaman serta laut wilayah Indonesia. Sedangkan yang dimaksud dengan
bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau diletakkan secara tetap pada tanah
dan atau perairan-perairan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud pajak bumi dan bangunan?
2. Apa saja subjek dan objek dari pajak bumi dan bangunan?
3. Apakah masjid dikenai pbb?
1
4. Bagaimana cara pendaftaran dan pendataan objek pbb?
5. Bagaimana penerapan dan penghitungan pbb?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pajak bumi dan bangunan.
2. Untuk mengetahui subjek dan objek pajak bumi dan bangunan.
3. Untuk mengetahui persoalan masjid dikenai pajak bumi dan bangunan atau tidak.
4. Untuk mengetahui cara pendaftaran dan pendataan objek pbb.
5. Untuk mengetahui penghitungan pajak bumi dan bangunan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah dalam hal pemungutan atas Pajak Bumi
dan Bangunan adalah asas keadilan terhadap penetapan nilai jual objek pajak, wajib pajak
menilai bahwa metode yang digunakan untuk menilai nilai jual objek pajak tidak
mencerminkan nilai wajar sehingga nilai jual objek pajak menghasilkan nilai wajar yang
besar dan hal ini juga mengakibatkan semakin besar pula pajak yang akan ditanggung oleh
wajib pajak atas bumi dan bangunan. Besarnya pajak yang akan ditanggung oleh wajib
pajak inilah yang menyebabkan rendahnya kesadaran wajib pajak untuk melaporkan
perubahan atas tanah dan bangunan.1
B. Objek PBB
Objek PBB adalah “Bumi dan atau Bangunan”:
1. Bumi: Permukaan bumi (tanah dan perairan) dan tubuh bumi yang ada di pedalaman
serta laut wilayah Indonesia. Contoh: sawah, ladang, kebun, tanah, pekarangan,
tambang.
2. Bangunan: Konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah
dan atau perairan. Contoh: rumah tempat tinggal, bangunan tempat usaha, gedung
bertingkat, pusat perbelanjaan, emplasemen, pagar mewah, dermaga, taman mewah,
fasilitas lain yang memberi manfaat, jalan tol, kolam renang, anjungan minyak lepas
pantai.
1
Burton, Richard dan Ilyas Wirawan B.. Hukum Pajak, Salemba Empat, Jakarta, 2001
3
Objek pajak yang tidak dikenakan PBB adalah objek yang :
3. Merupakan hutan lindung, suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah
penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum dibebani suatu
hak.
5. Digunakan oleh badan dan perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh
Menteri Keuangan.
Seperti yang dituliskan di atas, masjid termasuk layanan kepentingan umum, sehingga
tidak dikenai pajak. Untuk pembebasan PBB atas fasilitas umumnya, ketika pendaftaran
PBB nya harus dilampirkan salinan formulir wakaf atau pelepasan tanah/pembebasan
tanah menjadi fasilitas umum.
C. Subjek Pajak
(Pasal 4 UU No. 12 Tahun 1985 dan UU No.12 Tahun 1994) Subjek Pajak adalah
orang pribadi atau badan yang secara nyata:
1. Mempunyai suatu hak atas bumi, dan atau;
2. Memperoleh manfaat atas bumi, dan atau;
4
Wajib Pajak adalah Subjek Pajak yang dikenakan kewajiban membayar
pajak. Dalam pasal 2 UU Nomor 10 Tahun 1994 disebutkan secara jelas tentang Subyek
Pajak: Subjek Pajak terdiri dari Subjek Pajak dalam negeri dan Subjek Pajak luar negeri.2
Subjek Pajak dalam negeri adalah:
3. Orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat
untuk bertempat tinggal di Indonesia;
4. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak;
3. Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia;
5. Orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu
12 bulan;
6. Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia,yang yang
dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.3
2
Alrasid,Harun. Naskah UUD 1945, 2003. Universitas Indonesia, UII Press.
3
Brotodiharjo Santoso R, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, PT Eresco, Bandung. 1993.
5
Pendaftaran objek PBB dilakukan oleh subjek pajak dengan cara mengambil dan
mengisi formulir SPOP secara jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani dan
dikembalikan ke Kantor Pelayanan Pajak yang bersangkutan atau tempat yang ditunjuk
untuk pengambilan dan pengembalian SPOP dengan dilampiri bukti-bukti pendukung
seperti :
1. Sketsa/denah objek pajak;
2. Fotokopi KTP dan NPWP;
6
Tarif pajak yang dikenakan atas objek pajak adalah sebesar 0,5 % (lima persepuluh
persen).4
NJOP
Sebelum menghitung besarnya pajak bumi dan bangunan kita harus tahu dulu dasar
pengenaan PBB. Dasar pengenaan PBB adalah Nilai Jual Objek Pajak(NJOP). NJOP
ditetapkan per wilayah berdasarkan Kepusan Menteri Keuangan. Walaupun sebenarnya
yang menetapkannya adalah walikota atau bupati.5
Hal – hal yang diperhatikan dalam penetapan NJOPTKP adalah:
1. Setiap wajib pajak memperolah pengurangan NJOPTKP sebanyak satu kali dalam
satu Tahun Pajak
2. Apabila WP mempunyai beberapa objek pajak maka mendapatkan pengurangan
NJOPTKP hanya satu Objek Pajak yang nilainya terbesar dan tidak bias digabungkan
dengan Objek Pajak lainnya
Setelah tahu besar NJOP dan NJOPTKP maka kita tahu besar dari besar
pengenaan PBB yaitu NJOP dikurangi dengan NJOPTKP yang hasilnya disebut dengan
NJKP(Nilai Jual Kena Pajak).
Persentase NJKP adalah sebagai berikut:
1. Objek Pajak Perkebunan adalah 40%
2. Objek Pajak Kehutanan adalah 40%
3. Objek Pajak Pertambangan adalah 40%
4. Objek Pajak lainnya (pedesaan dan perkotaan) adalah
5. Apabila NJOP ≥ Rp 1.000.000.000,- adalah 40%
6. Apabila NJOP ≤ Rp 1.000.000.000,- adalah 20%
o = 0,2% x (NJOP-NJOPTKP)
o = 0,1% x (NJOP-NJOPTKP)
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak Bumi dan Bangunan merupakan salah satu
faktor pemasukan bagi Negara yang cukup potensil dan kontribusi terhadap pendapatan
negara jika dibandingkan dengan sektor pajak lainnya sangat besar. Menurut Undang-Undang
Nomor 33 Tahun 2004 tentang Pajak Bumi dan Bangunan yang menjadi objek pajak bumi
dan bangunan adalah bumi dan/atau bangunan yang ada di bawahnya.
Secara umum latar belakang sejarah ke-PBB-an terbagi menjadi tiga bagian yaitu
masa sebelum penjajahan, masa penjajahan, dan masa kemerdekaan. Objek PBB adalah Bumi
dan atau Bangunan. Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata. Wajib
Pajak adalah Subjek Pajak yang dikenakan kewajiban membayar pajak. Orang atau Badan
yang menjadi Subjek PBB harus mendaftarkan Objek Pajaknya ke Kantor Pelayanan PBB
atau Kantor Penyuluhan Pajak. Pendataan dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan Pajak dengan
menggunakan formulir SPOP dan dilakukan sekurang-kurangnya untuk satu wilayah
administrasi desa/kelurahan. Cara Menghitung PBB terdiri dari mencari NJOP dan NJKP.
9
DAFTAR PUSTAKA
Muqodim, 2000. Perpajakan Buku Satu, UII Press dan Ekonesia, Jogyakarta
Burton, Richard dan Ilyas Wirawan B. 2001. Hukum Pajak, Salemba Empat, Jakarta
10