Anda di halaman 1dari 10

PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

EKONOMI MONETER

Penyusun :
Hikmah Maulidyanti 1994041013
Ainaya Alfatiha 1994041017
Triani Agatha 1994041041
Muh Iqbal Usman 1994041032

Pendidikan Ekonomi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Negeri Makassar
2021
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

Kata Pengantar

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya-lah maka kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan sebaik
mungkin dan seoptimal mungkin, walau dari segi waktu masih terdapat banyak kekurangan.
Berikut ini saya mempersembahkan sebuah book chapter dengan judul "Pajak Bumi dan
Bangunan”, yang menurut kami dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita guna lebih
mengetahui bagaimana Perpajakan di Indonesia.
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami buat kurang
tepat dan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Dengan ini kami mempersembahkan
makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini
sehingga dapat memberikan manfaat, khususnya bagi kami selaku penulis dan untuk semua
para pembaca di luar sana.

Makassar, 30 November 2021

Penyusun

II
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

PENDAHULUAN

i. Latar Belakang
Pajak menurut Pasal 1 angka 1 UU No 6 Tahun 1983 sebagaimana telah disempurnakan
terakhir dengan UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan umum dan tata cara perpajakan adalah
"kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Mengisyaratkan
bahwa diperlukan adanya pembaruan sistem perpajakan guna meningkatkan kemampuan negara
dan masyarakat untuk membiayai pembangunan yang berasal dari sumber-sumber dalam negeri,
karena semakin meningkatnya penerimaan yang bersumber dari dalam negeri akan semakin
meningkat pula kemandirian dalam pembiayaan pelaksanaan pembangunan.(No Title, 2017)
Pajak bumi dan bangunan (PBB) adalah pajak yang dipungut atas tanah dan bangunan
karena adanya keuntungan dan/atau kedudukan sosial ekonomi yang lebih baik bagi orang atau
badan yang mempunyai suatu hak atasnya atau memperoleh manfaat dari padanya. Dasar
pengenaan pajak dalam PBB adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). NJOP ditentukan
berdasarkan harga pasar per wilayah dan ditetapkan setiap tahun oleh menteri keuangan.(Ii et al.,
2014)

ii. Rumusan Masalah


1. Apakah Pengertian dan Dasar Hukum dari Pajak Bumi dan Bangunan ?
2. Apakah Istilah-Istilah Penting yang ada dalam Undang-Undang PBB?
3. Apa sajakah Objek Pajak Bumi dan Bangunan?
4. Apakah Subjek Pajak Bumi dan Bangunan?
5. Berapakah Tarif Dasar Pajak Bumi dan Bangunan?
6. Bagaimanakah Cara Menghitung Besarnya Pajak Bumi dan Bangunan?

iii. Tujuan
1. Dapat imenjelaskan Pengertian dan Dasar Hukum dari Pajak Bumi dan Bangunan.
2. Dapat mengetahui Istilah-Istilah Penting yang ada dalam Undang-Undang PBB.
3. Dapat mengetahui Objek Pajak Bumi dan Bangunan.
4. Dapat mengetahui Subjek Pajak Bumi dan Bangunan.
5. Dapat mengetahui Tarif Dasar Pajak Bumi dan Bangunan.
6. Dapat menjelaskan Cara Menghitung Besarnya Pajak Bumi dan Bangunan.

1
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

Chapter 1
A. Pengertian dan Dasar Hukum PBB
Pajak adalah iuran wajib rakyat kepada pemerintah yang diatur sesuai UUD 45 tanpa
mendapatkan kontribusi langsung atau imbalan dan digunakan untuk membayar keperluan
umum. Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya. Permukaan bumi
meliputi tanah dan perairan pedalaman (termasuk rawa–rawa, tambak, perairan) serta laut
wilayah Republik Indonesia. Bangunan adalah kontruksi tehnik yang ditanam atau dilekatkan
secara tetap pada tanah atau perairan. Dalam pasal 77 ayat (2) Undang-Undang PDRD,
disebutkan bahwa yang Termasuk dalam pengertian bangunan adalah(Nomor & Pasal, 1999):
Jalan lingkungan dalam satu kesatuan dengan kompleks bangunan.
 Jalan tol.
 Kolam renang.
 Pagar mewah.
 Tempat olahraga.
 Galangan kapal, dermaga.
 Taman mewah.
 Tempat penampungan / kilang minyak, air dan gas, pipa minyak.
Jadi, Pajak bumi dan bangunan (PBB) adalah pajak yang dipungut atas tanah dan bangunan
karena adanya keuntungan dan/atau kedudukan sosial ekonomi yang lebih baik bagi orang atau
badan yang mempunyai suatu hak atasnya atau memperoleh manfaat dari padanya. Dasar
pengenaan dalam PBB adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). NJOP ditentukan berdasarkan
harga pasar per wilayah dan ditetapkan setiap tahun oleh menteri keuangan.
 Dasar Hukum PBB
a. UU No. 12 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No. 12 Tahun
1994 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan.
b. KMK No.201/KMK.04/2000 Tentang Penyesuaian Besarnya Nilai Jual Objek Pajak
Tidak Kena Pajak Sebagai Dasar Penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan.
c. KMK No. 523/KMK.04/1998 Tentang Penentuan Klasifikasi dan Besarnya Nilai Jual
Objek Pajak Sebagai Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan.
d. KMK No. 1004/KMK.04/1985 Tentang Penentuan Badan atau Perwakilan
Organisasi Internasional yang Menggunakan Objek Pajak Bumi dan Bangunan Yang
Tidak Dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan.
e. Kep Dirjen Pajak Nomor: KEP-251/PJ./2000 Tentang Tata Cara Penetapan Besarnya
Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak Sebagai Dasar Penghitungan Pajak Bumi
dan Bangunan.
f. Kep Dirjen Pajak Nomor: KEP-16/PJ.6/1998 Tentang Pengenaan Pajak Bumi dan
Bangunan.Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor: SE-43/PJ.6/2003 Tentang Penyesuaian
Besarnya Nilai Jual Objek Pajak TidakKena Pajak (NJOPTKP) PBB dan Perubahan
Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP) BPHTB Untuk Tahun
Pajak 2004.
g. Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor: SE-57/PJ.6/1994 Tentang Penegasan dan
Penjelasan Pembebasan PBB atas Fasilitas Umum dan Sarana Sosial Untuk Kawasan
Industri dan Real Estate.(Wiwit Irawati, 2015.)

 Asas Pajak Bumi Dan Bangunan(Wiwik & Sofyan, 2018.)

2
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

a. Memberikan kemudahan dan kesederhanaan


b. Adanya kepastian hokum
c. Mudah dimengerti dan adil
d. Menghindari pajak berganda

B. Istilah Penting dalam Undang-Undang PBB


1) Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya.
2) Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada
tanah dan/atau perairan
3) Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi
jual beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, Nilai
Jual Obyek Pajak ditentukan melalui perbandingan harga dengan obyek lain yang
sejenis, atau nilai perolehan baru, atau Nilai Jual Obyek Pajak Pengganti
4) Surat Pemberitahuan Obyek Pajak (SPOP) adalah surat yang digunakan oleh wajib
pajak untuk melaporkan data obyek pajak menurut ketentuan undang-undang pajak
bumi dan bangunan.
5) Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang adalah surat yang digunakan oleh Direktorat
Jenderal Pajak untuk memberitahukan besarnya pajak terhutang kepada wajib pajak.
(Galih Wicaksono, 2017)

C. Objek Pajak Bumi dan Bangunan


1) Yang menjadi Objek Pajak adalah Bumi dan Bangunan.
2) Yang dimaksud dengan klasifikasi bumi dan bangunan adalah pengelompokan bumi dan
bangunan menurut nilai jualnya dan digunakan sebagai pedoman serta untuk
memudahkan penghitungan pajak yang terutang.
3) Pengecualian Objek Pajak. Objek pajak yang dikecualikan adalah:
 Digunakan semata – mata untuk melayani kepentingan umum dan tidak untuk
mencari keuntungan, misalnya: membangun masjid, rumah sakit, pesantren, penti
asuhan, museum, dll.
 Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau sejenisnya.
 Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah
penggembalaan yang dikuasai desa, dan tanah Negara yang belum dibebani suatu
hak.
 Digunakan oleh perwakilan diplomatic, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal
balik.
 Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditentukan
oleh Menteri keuangan.
4) Objek pajak yang digunakan oleh Negara untuk penyelenggaraan pemerintahan,
penentuan pengenaan pajaknya di atur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
5) Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) ditetapkan untuk
masing – masing kabupaten / kota dengan besar setinggi – tingginya Rp 12.000.000,00
(dua belas juta rupiah) untuk setiap wajib pajak. Apabila seorang wajib pajak
mempunyai beberapa objek pajak, yang diberikan NJOPTKP hanya salah satu objek
pajak yang nilainya terbesar, sedangkan objek pajak lainnya tetap dikenakan secara
penuh tanpa dikurangi NJOPTKP. (No Title, 2011)

3
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

Chapter 2

D. Subjek Pajak
1) (Pasal 4 UU No. 12 Tahun 1985 jo. UU No.12 Tahun 1994) Yang menjadi subjek
PBB adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai hak atas bumi/tanah,
memperoleh manfaat atas bumi/tanah dan memiliki, menguasai atas bangunan dan
atau memperoleh manfaat atas bangunan. Dengan demikian, tanda pembayaran/
pelunasan pajak bukan merupakan bukti pemilikan hak.
2) Subjek pajak sebagaimana yang dimaksud dalam no. 1 yang dikenakan kewajiban
membayar pajak menjadi wajib pajak.
3) Dalam hal atas suatu objek pajak belum jelas diketahui wajib pajaknya, Direktur
Jendral Pajak dapat menetapkan subjek pajak belum jelas wajib pajaknya.
4) Subjek pajak yang ditetapkan sebagaimana no. 3 dapat memberikan keterangan
secara tertulis kepada Direktur Jendral pajak bahwa ia wajib pajak terhadap objek
pajak yang dimaksud.
5) Bila keterangan yang diajukan oleh wajib pajak dalam no. 4 disetujui, maka Direktur
Jendral pajak membatalkan penetapan sebagai wajib pajak, sebagaimana no. 3 dalam
jangka waktu 1 bulan sejak diterimanya surat keterangan yang dimaksud.
6) Bila keterangan yang diajukan tidak disetujui, maka Direktur Jendral pajak
mengeluarkan surat keputusan penolakan dengan disertai alasan – alasannya.
7) Apabila setelah jangka 1 bulan setelah ditetapkanya tanggal diterimanya keterangan
sebagaimana yang dimaksud dalam no. 4 Direktur jendral pajak tidak memberikan
keputusan, maka keterangan yang diajukan itu dianggap tidak disetujui.(UI, 2018.)

E. Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak


(Pasal 5 UU No. 12 Tahun 1985 jo. UU No.12 Tahun 1994) Tarif pajak yang
dikenakan atas objek pajak adalah sebesar 0,5 % (lima persepuluh persen).(Bandung,
2015) Adapun dasar pengenaan Pajak adalah sebagai berikut:
1) Dasar pengenaan pajak adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP).
2) Besarnya nilai jual objek pajak (NJOP) ditetapkan setiap 3 tahun oleh Kepala Kantor
Wilayah Direktorat Jendral Pajak atas nama Menteri Keuangan dengan
mempertimbangkan pendapat gubernur/bupati/walikota (pemerintah daerah)
setempat.
3) Dasar penghitungan Pajak yang ditetapkan serendah – rendahnya 20% dan setinggi –
tingginya 100% dari Nilai Jual Objek Pajak (NJOP).
4) Besarnya presentase ditetapkan dengan peraturan pemerintah dengan memperhatikan
kondisi ekonomi social.
5) Besarnya presentase NJKP adalah sebagai berikut:
6) Sebesar 40% dari NJOP untuk; objek pajak perkebunan, objek pajak kehutanan dan
objek pajak lainnya (yang wajib pajaknya perorangan dengan NJOP atas bumi dan
bangunan sama atau lebih besar dari 1 milyar rupiah).
7) Sebesar 20% dari NJOP untuk: objek pajak pertambangan, dan objek pajak lainnya
yang NJOp nya < 1 milyar.

4
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

Misalnya:
 Nilai jual suatu Objek pajak sebesar Rp 2.000.000,00. Presentase misalnya
20%, maka besarnya = 20% x Rp 2000.000,00 = Rp 400.000,00
 Nilai jual suatu objek pajak sebesar Rp 2.000.000,00. Presentase misalnya
40%, maka besarnya = 40% x Rp 2.000.000,00 = Rp 800.000,00

F. Cara Menghitung Pajak Bumi dan Bangunan


PBB = Tarif Pajak x NJKP (NJOP – NJOPTKP)
Contoh:
1. Wajib pajak A mempunyai sebidang tanah dan bangunan yang NJOP – nya Rp
20.000.000,00 dan NJOPTKP untuk daerah tersebut Rp 12.000.000,00, maka besarnya
pajak yang terutang….?
Jawab : 0.5% x 20% x (NJOP – NJOPTKP)
: 0,5% x 0,2% (20.000.000,00 – 12.000.000,00)
: Rp 8000,00
2. Tuan Ponco seorang dosen perpajakan Unibraw pada tahun 2010 hanya memilikisebuah
objek pajak dikawasan soekarno – Hatta, malang dan diketahu NJOP bumi tersebut
sebesar Rp 10.000.000,00. Berapakah besar PBB terhutang pada tahun 2010 milik Tuan
Ponco?
Jawab : karena besarnya NJOP kurang dari Rp 12.000.000,00, maka objek pajak tidak
dikenakan pajak bumi dan bangunan.(Hadi Hasanah., 2002.)

5
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

Studi Kasus

6
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

Penutup
A. Kesimpulan
Ketentuan umum dan tata cara perpajakan adalah "kontribusi wajib kepada negara
yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang
Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Mengisyaratkan bahwa
diperlukan adanya pembaruan sistem perpajakan guna meningkatkan kemampuan negara
dan masyarakat untuk membiayai pembangunan yang berasal dari sumber-sumber dalam
negeri, karena semakin meningkatnya penerimaan yang bersumber dari dalam negeri
akan semakin meningkat pula kemandirian dalam pembiayaan pelaksanaan
pembangunan.
Pajak adalah iuran wajib rakyat kepada pemerintah yang diatur sesuai UUD 45
tanpa mendapatkan kontribusi langsung atau imbalan dan digunakan untuk membayar
keperluan umum. Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya.
Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman (termasuk rawa–rawa, tambak,
perairan) serta laut wilayah Republik Indonesia. Bangunan adalah kontruksi tehnik yang
ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah atau perairan.

7
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

DAFTAR PUSTAKA
Asli, P., Pad, D., & Jember, K. (2017). No Title. 9(1), 81–89.
Bandung, S. P. (2015). PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI
URUNAN DESA ( URDES ) BERDASARKAN PADA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN.
9(2), 95–107.
Dan, B., Pbb, B., Kasus, S., & Kabupaten, D. I. (n.d.). Analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi penerimaan pajak bumi dan bangunan (pbb) (studi kasus di kabupaten
banyumas). 19–29.
Depok, K. (n.d.). No Title. 1.
Ii, B. A. B., Pajak, P., Dan, B., & Pajak, P. (2014). No Title. 12–30.
No Title. (n.d.). 1–32.
No Title. (1985). 1–33.
No Title. (2011). 1–10.
Nomor, U., & Pasal, P. D. (1999). No Title. 1, 1–27.
Perpajakan, M. K. (n.d.). BAHAN AJAR PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI.

Anda mungkin juga menyukai