ISBN: 978-602-61268-4-9
Menghitung Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pedesaan dan Perkotaan (P2)
Tahun 2017 Menggunakan Ms. Access Programming
Suhartono1, Martias2
1
Akademi Manajemen Informatika dan Komputer BSI Jakarta
Jalan RS Fatmawati No 24 Pondok Labu Jakarta Pusat, Indonesia
Email: suhartono.sht@bsi.ac.id
2
Akademi Manajemen Informatika dan Komputer BSI Jakarta
Jalan RS Fatmawati No 24 Pondok Labu Jakarta Pusat, Indonesia
Email: martias.mts@bsi.ac.id
Abstrak – Pada era millennium saat ini kemajuan ilmu dan teknologi di berbagai dunia semakin cepat melalui riset
dan inovasi yang terus menerus. Pergerakan antar manusia dan barang dari satu tempat ke tempat lain di buat
semaksimal dan secepat mungkin. Oleh sebab itu diperlukan dana yang sangat besar terutama untuk pembangunan
infrastruktur agar hal itu dapat terwujud. Pajak Bumi dan Bangunan adalah salah satu sumber dana yang diperlukan
untuk mempercepat pembangunan infrastruktur suatu negara atau daerah. PBB yang dikenakan terhadap pemilik
bumi dan bangunan yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang di tentukan oleh keadaan objek
pajak yaitu bumi/ tanah dan/atau bangunan dan sebagian besar hasilnya diserahkan kepada pemerintah daerah dan
sisanya untuk pemerintah pusat yang akan digunakan untuk pelaksanaan pembangunan daerah. Sejak 1 Januari
2014 kewenangan pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan dialihkan dari pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah.
Subjek PBB P2 adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi dan/atau
memperoleh manfaat atas bumi dan/atau memiliki bangunan dan/atau menguasai bangunan dan/atau memperoleh
manfaat atas bangunan. Dasar pengenaan PBB adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) yang ditetapkan setiap 3 (tiga)
tahun kecuali untuk objek pajak tertentu dapat ditetapkan setiap tahun sesuai perkembangan wilayah dan dilakukan
oleh Kepala Daerah.
Kata Kunci : Pajak Bumi dan Bangunan, Pedesaan dan Perkotaan, Ms. Access Programming
dan bangunan tidak lagi dikelompokkan dalam kelas 2) Untuk daerah lainnya, di wilayah Kabupaten
A dan B lagi. Akan tetapi, masing-masing tanah dan atau Kota.
bangunan terdapat 100 kelas. Untuk sektor perkotaan 2.11 Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP),
dan pedesaan tanah atau bumi, kelas tertinggi adalah Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT),
kelas 001 dengan NJOP sebesar Rp 68.545.000,- per dan Surat Ketetapan Pajak (SKP)
m2 dan kelas terendah adalah kelas 100 dengan NJOP Menurut (Mardiasmo, 2011), berikut ini
sebesar Rp 140,- per m2. Sedangkan untuk sektor adalah mengenai SPOP, SPPT dan SKP :
perkotaan dan pedesaan bangunan, kelas tertinggi juga a. Dalam rangka pendataan, subjek pajak wajib
kelas 001 dengan NJOP Rp 15.250.000,- per m2 dan mendaftarkan objek pajaknya dengan memakai
kelas terendah adalah kelas 040 dengan NJOP sebesar SPOP
Rp 50.000,- per m2. b. SPOP harus diisi dengan jelas, benar, lengkap, dan
2.8 Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak tepat waktu serta ditandatangani dan disampaikan
Menurut(KMK No. 201, 2000) di dalam kepada dirjen pajak yang wilayah kerjanya
pengenaan PBB terdapat suatu batas nilai yang tidak meliputi letak objek pajak selambat-lambatnya 30
dikenakan pajak yang disebut Nilai Jual Objek Pajak hari setelah tanggal diterimanya SPOP oleh subjek
Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) maksimum sebesar Rp pajak.
12.000.000 (dua belas juta rupiah) dan minimal Rp. c. Dirjen Pajak akan menerbitkan SPPT berdasarkan
10.000.000 (sepuluh juta rupiah) per Wajib Pajak dan SPOP yang diterimanya.
ditetapkan secara Regional. d. Dirjen Pajak dapat mengeluarkan surat ketetapan
2.9 Dasar Penghitungan Pajak Bumi dan pajak dalam hal sebagai berikut:
Bangunan (PBB) 1) Apabila SPOP tidak disampaikan dan setelah
Menurut (Waluyo, 2014), Dasar ditegur secara tertulis tidak disampaikan
Penghitungan PBB adalah Nilai Jual Kena Pajak sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran.
(NJKP) yang ditetapkan serendah-rendahnya 20% 2) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau
(dua puluh persen) dan setinggi-tingginya 100% keterangan lain ternyata jumlah pajak terutang
(seratus persen) dari Nilai Jual Objek Pajak. (seharusnya) lebih besar dari jumlah pajak
Besarnya persentase Nilai Jual Kena Pajak yang dihitung berdasarkan SPOP yang
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 46 disampaikan oleh wajib pajak.
Tahun 2000 yang diberlakukan mulai tahun pajak e. Jumlah pajak terutang dalam SKP sebagaimana
2001 yaitu: dimaksud nomor 4 huruf a adalah pokok pajak
1. Sebesar 40% (empat puluh persen) dari Nilai Jual ditambah dengan denda administrasi sebesar 25%
Objek Pajak (NJOP); dihitung dari pokok pajak.
a. Objek Pajak perkebunan f. Jumlah pajak yang terutang dalam SKPKB
b. Objek Pajak kehutanan sebagaimana dimaksud dalam no.4 huruf b, adalah
c. Objek Pajak lainnya, yang apabila NJOP atas selisih pajak yang terutang berdasarkan hasil
bumi dan bangunan sama atau lebih besar dari pemeriksaan atau keterangan lain dalam pajak
Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) terutang yang dihitung berdasarkan SPOP
2. Sebesar 20% (dua puluh persen) dari Nilai Jual ditambah denda administrasi sebesar 25% dari
Objek Pajak (NJOP); selisih pajak yang terutang.
a. Objek Pajak pertambangan Agar lebih mudah dipahami, berikut
b. Objek Pajak lainnya, yang apabila NJOP-nya diberikan bagan penerbitan ketetapan:
kurang dari Rp 1.000.000.000,- (satu milyar
rupiah).
Rumusan Pajak Bumi dan Bangunan:
PBB Terutang =Tarif Pajak x [ % NJKP x
(NJOP untuk Penghitungan Pajak – NJOPTKP)]
4. Berikutnya program akan meminta user untuk pajak tersebut di atas menjadi Wajib Pajak PBB.
menginput NJOP bangunan. Pada contoh kasus Dasar Pengenaan PBB adalah Nilai Jual Objek Pajak
NJOP bangunan di input sebesar Rp.968.000 (NJOP) yaitu harga rata-rata yang diperoleh dari
5. Selanjutnya program secara otomatis akan transaksi jual beli yang terjadi secara wajar, dan
menampilkan perhitungan PBB untuk : bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP
a. Tanah/Bumi yaitu sebesar Rp. 174.080.000 di ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek
dapat dari 80 x Rp. 2.176.000 lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru,atau nilai
b. Bangunan yaitu sebesar Rp. 34.848.000 di jual objek pajak pengganti. NJOP ditetapkan oleh
dapat dari 36 x Rp. 968.000 Menteri Keuangan setiap 3 (tiga) tahun, kecuali
c. NJOP yaitu sebesar Rp. 208.928.000 di dapat daerah tertentu setiap tahun sesuai dengan
dari Rp. 174.080.000 + Rp. 34.848.000 perkembangan sosial dan ekonomi setempat.
6. Kemudian program akan meminta user untuk
menginput NJOPTKP. Pada contoh kasus REFERENSI
NJOPTKP di input sebesar Rp. 10.000.000
7. Program secara otomatis akan menampilkan nilai Antong, dkk. 2015. Pengaruh Pengelolaan Pajak Bumi
jual kena pajak yaitu sebesar Rp. 198.928.000 yang dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan Tahun
didapat dari Rp. 208.928.000 - Rp. 10.000.000 2014 Terhadap Perencanaan Anggaran
Penerimaan Pada DPPKAD Kota Palopo. Jurnal
8. Terakhir progam akan meminta user untuk
A kuntansi STIE Muhammadiyah Palopo.
menginput tarif pajak PBB. Pada contoh kasus Vol.02 No.01 Hal. 10-15
tarif PBB di input sebesar 0.1% (untuk kab. Bogor)
9. Program secara otomatis akan menampilkan biaya Damaiyanti, Dian Ni Putu dan I Putu Ery Setiawan.
PBB yang harus dibayarkan yaitu sebesar Rp. 2014. Analisis Efektivitas dan Kontribusi
198.928 yang didapat dari 0.1% x Rp. 198.928.000 Penerimaan PBB Terhadap PAD Kota Denpasar.
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Vo. 9
No. 1. Hal. 97-105