MAKALAH
Oleh:
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan rahmatNya
berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah yang berjudul “PAJAK
PROPERTI” ini bisa selesai sesuai dengan ketentuan dan waktu yang ditentukan.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Dasar Hukum, Objek Pajak dan Non Objek Pajak, Subjek dan Wajib Pajak, Saat
dan Tempat Terutangnya Pajak
Dasar hukumnya yaitu UU Nomor 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan
(perubahan atas UU No 12 Tahun 1985), UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah (PDRD); dan PMK No. 186/PMK.03/2019 tentang Klasifikasi Objek
Pajak dan Tatacara Penetapan NJOP PBB. Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan
dan Perkotaan adalah bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau
dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk
kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. Objek Pajak yang tidak
dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah objek pajak yang
digunakan oleh Pemerintah dan Daerah untuk penyelenggaraan pemerintahan; digunakan
semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah, sosial, kesehatan,
pendidikan dan kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh
keuntungan; digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan
itu; merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah
penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak;
digunakan oleh perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik;
dan digunakan oleh badan atau perwakilan lembaga internasional yang ditetapkan dengan
Peraturan Menteri Keuangan. Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang secara
nyata mempunyai suatu hak atas Bumi dan/atau memperoleh manfaat atas Bumi dan/atau
memiliki, menguasai dan/atau memperoleh manfaat atas Bangunan. Wajib Pajak adalah
orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi dan/atau
memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh
manfaat atas bangunan. Subjek Pajak sebagaimana dimaksud yang dikenakan kewajiban
membayar pajak menjadi Wajib Pajak menurut Peraturan Daerah ini. Dasar pengenaan
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah NJOP. Besarnya NJOP
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan setiap 3 (tiga) tahun, kecuali untuk objek
pajak tertentu dapat ditetapkan setiap tahun sesuai dengan perkembangan daerah.
Penetapan besarnya NJOP sebagaimana dimaksud pada ayat dilakukan oleh Bupati.
2.2 Dasar Pengenaan (Tax Base) PBB
Dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah
NJOP. Penetapan NJOP dapat dilakukan dengan tiga alternatif cara, yaitu :
1. Perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, yaitu suatu
pendekatan/metode penentuan nilai jual suatu objek pajak dengan cara membandingkannya
dengan objek pajak lain yang sejenis yang letaknya berdekatan dan fungsinya sama dan
telah diketahui harga jualnya.
2. Nilai perolehan baru, yaitu pendekatan/metode penentuan nilai jual suatu objek
pajak dengan cara menghitung seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh objek
tersebut pada saat penilaian dilakukan, yang dikurangi dengan penyusutan berdasarkan
kondisi fisik objek tersebut.
3. Nilai jual pengganti, yaitu suatu pendekatan/metode penentuan nilai jual suatu
objek pajak yang berdasarkan pada hasil produksi objek pajak tersebut.
Beberapa rumus yang bisa digunakan adalah: NJOP = (NJOP Bumi = luas tanah x
nilai tanah) + (NJOP Bangunan = luas bangunan x nilai bangunan). NJKP = 40% dari NJOP
atau 20% dari NJOP untuk perhitungan PBB. PBB yang terutang = 0,5% x NJKP (jumlah
PBB yang harus dibayar setiap tahun).
3.1 Kesimpulan
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak negara yang dikenakan terhadap
Bumi dan atau Bangunan. Dimana yang tergolong bumi yaitu bumi, sawah, ladang, empang,
perairan dan lain sebagainya. Sedangkan yang tergolong bangunan yaitu berupa tanah atau
bangunan yang dilekatkan secara tetap di atas bumi dimana dapat dirasakan manfaatnya.
objek dari PBB ini yaitu bumi dan bangunan itu sendiri seperti yang termuat diatas. Namun
tidak semua yang di bumi menjadi objek pengenann PBB, diantaranya segala sesuatu yang
menyangkut kepentingan bersama seperti dalam bidang ibadah, sosial, pemakaman yang
digunakan secara bersama, tempat peninggalan purbakala (museum), tanah atau bangunan
yang digunakan diplomatik negara, tanah atau bangunan yang digunakan untuk hutan
lindung, hutan suaka alam, serta tanah atau bangunan yang dipergunakan oleh organisasi
internasional yang dibawah kekuasaan Menteri Keuangan. Yang menjadi subjek dari PBB
itu sendiri yaitu orang-orang memiliki tanah atau bangunan yang dirasakan manfaatnya
seperti dijadikan tempat tinggal, tempat usaha dan atau tempat yang diusahakan, maka
untuk mereka ini wajib untuk menyetorkan PBB kepada pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA