Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PBB,
BPHTB Dan Pajak Daerah Di Kota Ambon Tahun 2022” ini dengan tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari salah satu
dosen pengampuh mata kuliah Perpajakan. Selain itu, makalah bertujuan untuk menambah
wawasan bagi pembaca dan juga penulis.

Selama proses penulisan dan penyelesaian makalah ini, penulis banyak memperoleh
bimbingan dari berbagai pihak. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dan
dorongan yang tiada henti rasanya sulit bagi penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Untuk itu
penulis menyampaikan terima kasih yang tiada hentinya kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelasaikan makalah yang sederhana ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari pembaca yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Ambon, 29 Juni 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………...

DAFTAR ISI……………………………………………………………………..............................

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………..............................

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan penulisan
1.4 Manfaat penulisan
BAB II
PEMBAHASAN……………………………………………………………………………

2.1 Pengertian PBB, BPHTB dan Pajak Daerah

2.2 Perkembangan PBB, BPHTB dan Pajak Daerah Di Kota Ambon Tahun 2022

BAB III
PENUTUP…………………………………………………………………………………

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA………………….…………………………………………………………...
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu tujuan didirikannya Negara adalah untuk memberikan kesejahteraan bagi
rakyatnya, meningkatkan harkat dan martabat rakyat untuk menjadi manusia seutuhnya.
Demikian juga Negara Republik Indonesia sebagai negara merdeka dan berdaulat mempunyai
tujuan dalam menjalankan pemerintahannya. Pembangunan di segala bidang dilakukan untuk
membentuk masyarakat adil dan makmur. Untuk mencapai tujuan tersebut dalam melaksanakan
tugas pemerintahan dan pembangunan senantiasa suatu negara memerlukan beberapa unsur
pendukung, salah satunya adalah tersedianya sumber penerimaan yang memadai dan dapat
diandalkan. Sumber-sumber penerimaan ini sangat penting untuk menjalankan kegiatan dari
masing-masing tingkat pemerintahan, karena tanpa adanya penerimaan yang cukup maka
program-program pemerintah tidak akan berjalan secara maksimal. Selain dari itu, dalam rangka
efektifitas pelaksanaan pembangunan di segala bidang, demi tercapainya keselarasan dan
keseimbangan seluruh kegiatan pembangunan, maka diperlukan pemerataan pembangunan dan
hasil-hasilnya bagi seluruh rakyat. Oleh karena itu tidak semua urusan pemerintahan
dilaksanakan oleh pemerintah pusat, akan tetapi daerah diberikan kewenangan untuk mengurus
rumah tangganya sendiri dan untuk melaksanakan itu semua pemerintah pusat memberikan
kewenangan kepada daerah untuk memungut pajak daerah.
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) merupakan pajak yang bersifat objektif yang artinya
bahwa besarnya pajak yang terutang ditentukan oleh keadaan objeknya yaitu bumi (tanah)
dan/atau bangunan. Kondisi dan keadaan dari subjek pajaknya (siapa yang menjadi penanggung
atau pembayar PBB) tidak ikut dalam menentukan besarnya pajak terutang. Menurut Peraturan
Walikota Bandung No 309 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis dan Tata Cara Pemungutan
Pajak Bumi dan Bangunan “Pajak Bumi dan Bangunan yang selanjutnya disingkat PBB adalah
pajak atas bumi dan/atau Bangunan sektor perkotaan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau
dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan.
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, maka penyelenggaraan pemerintah daerah
dilakukan dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya, disertai dengan pemberian hak
dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan
pemerintahan negara. Pemerintah memberikan kebebasan bagi masing-masing daerah untuk
menghimpun sumber dana, mengatur dan mengelola pembangunan daerahnya dengan potensi
dan kapasitas yang dimiliki keuangan daerah tersebut sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Tujuan dari otonomi daerah mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah,
mengurangi kesenjangan antar daerah dan meningkatkan kualitas pelayanan publik agar lebih
efisien dan responsif terhadap kebutuhan, potensi maupun karakteristik di daerah masing-
masing. Hal ini ditempuh melalui peningkatan hak dan tanggung jawab pemerintah daerah untuk
mengelola rumah tangganya sendiri. Agar terwujudnya pelaksanaan seperti itu pemerintah
daerah memerlukan usaha-usaha untuk mendanainya, seperti menggali potensi dan
mengidentifikasi sumber-sumber daya yang dimilikinya. Pemerintah daerah diharapkan lebih
mampu menggali sumber-sumber keuangan, khususnya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan
pemerintahan dan pembangunan di daerahnya melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Selain itu, pemerintah juga menciptakan sistem perpajakan yang baru yaitu dengan lahirnya
Undang-Undang perpajakn baru, yang salah satunya adalah UU tentang PBB dan UU mengenai
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. Sesuai dengan pasal 33 ayat (3) UUD 1945, bumi,
air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Tanah sebagai bagian dari bumi yang merupakan
karunia Tuhan Yang Maha Esa, di samping memenuhi kebutuhan dasar untuk papan dan lahan
usaha, juga merupakan alat investasi yang sangat menguntungkan. Di samping itu,bangunan juga
memberi manfaat ekonomi bagi pemiliknya. Oleh karena itu, bagi mereka yang memperoleh hak
atas tanah dan bangunan, wajar menyerahkan sebagian nilai ekonomi yang diperolehnya kepada
negara melalui pembayaran pajak.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu PBB, BPHTB dan Pajak Daerah?


2. Bagaimana perkembangan PBB, BPHTB, dan Pajak Daerah di Kota Ambon Tahun
2022?

1.3 Tujuan penulisan

1. Untuk mampu memahami apa itu PBB, BPHTB dan Pajak Daerah.
2. Untuk mampu memahami perkembangan PBB, BPHTB dan Pajak Daerah di Kota
Ambon Tahun 2022.

1.4 Manfaat penulisan

1. Agar pembaca dapat memahami tentang PBB, BPHTB, dan Pajak Daerah.
2. Agar pembaca dapat memahami tentang perkembangan PBB, BPHTB dan Pajak Daerah
di Kota Ambon Tahun 2022
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian PBB, BPHTB, dan Pajak Daerah


Pajak bumi dan bangunan (PBB) adalah sebuah pungutan wajib yang diambil oleh pemerintah
terhadap suatu bangunan yang digunakan sebagai tempat tinggal, perusahaan, maupun pelaku bisnis
kecil dan menengah. PBB muncul sebab adanya keuntungan ekonomi yang didapatkan para pemilik
bangunan, entah itu sebagai tempat tinggal atau memulai sebuah usaha. Besarannya pun pasti
berbeda-beda. PBB memiliki sifat kebendaan jadi subjek yang berada di dalamnya tidak akan
terhitung sebagai pajak. Jelasnya, PBB murni akan menghitung berdasarkan berapa besar dan luas
bangunan tersebut bukan ‘orang’ ataupun ‘benda’ penunjang lainnya. Ada beberapa objek yang
dihitung sebagai PBB, tergantung dari keberadaanya. Di dalam menghitung pajak jenis ini, hanya
ada dua objek yang dapat dijadikan acuan yaitu bumi dan bangunan. Dimana bumi adalah
permukaan bumi yang meliputi tanah, daratan dan lautan serta tubuh bumi yang berada di bawahnya.
Beberapa contoh konkretnya adalah kebun, sawah, tanah, ladang, pekarangan hingga tambang.
Sedangkan bangunan adalah konstruksi bangunan yang dibuat dan ditancapkan di dalam bumi,
semisal rumah tinggal, bangunan usaha, gedung bertingkat, pusat perbelanjaan, perhotelan dan lain-
lain. Namun, tidak semua objek yang berada di bumi dan bangunan akan terhitung sebagai sebuah
pajak. Sebab, ada beberapa aturan yang memperbolehkan sebuah tempat tidak harus membayarkan
pajak bumi dan bangunannya, seperti sengaja di bangun untuk kebutuhan bersama, semisal tempat
ibadah, rumah sakit pemerintah, tempat wisata publik, panti asuhan serta sekolah umum. selain itu di
bangun untuk tempat peristirahatan terakhir benda ataupun manusia, semisal kuburan dan museum
antik, di buat dengan fungsi sebagai hutan alam, suaka hewan untuk mencegah kepunahan dan lain-
lain, serta di gunakan oleh perwakilan badan organisasi internasional yang telah disetujui
sebelumnya.

BPHTB adalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan,.
BPHTB adalah salah satu pajak yang dipungut oleh pemerintah kabupaten/kota. Yang dimaksud
perolehan hak atas tanah dan atau bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang
mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan atau bangunan oleh orang pribadi atau badan.
Adapun Hak atas Tanah dan atau Bangunan adalah hak atas tanah, termasuk hak pengelolaan,
beserta bangunan di atasnya, sebagaimana dimaksud dalam UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-Pokok Agraria, UU No. 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun, dan ketentuan peraturan
perundang-undangan lainnya. Subyek dan obyek BPHTB Dalam aturan terbaru dijelaskan bahwa
yang menjadi obyek BPHTB adalah perolehan hak atas tanah dan atau bangunan. Perolehan hak atas
tanah dan atau bangunan tersebut seperti pemindahan hak karena jual beli, tukar menukar, hibah,
hibah wasiat, waris, pemasukan dalam perseroan/badan hukum lainnya, pemisahan hak yang
mengakibatkan peralihan, penunjukan pembeli dalam lelang, pelaksanaan putusan hakim yang
mempunyai kekuatan hukum tetap, penggabungan usaha, peleburan usaha, pemekaran usaha dan
hadiah. Selanjutnya ada pemberian hak baru karena selanjutan pelepasan hak, dan diluar pelepasan
hak. Sedangkan jenis-jenis hak atas tanah perolehan haknya dikenakan BPHTB yaitu hak milik hak
guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, hak milik atas satuan rumah susun dan hak pengelolaan.

Yang dikecualikan dari obyek BPHTB adalah perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan yaitu
untuk kantor pemerintah, pemerintahan daerah, penyelenggara negara dan lembaga negara lainnya
yang dicatat sebagai barang milik negara atau barang milik daerah, oleh negara untuk
penyelenggaraan pemerintahan dan/atau untuk pelaksanaan pembangunan guna kepentingan umum,
untuk badan atau perwakilan lembaga internasional dengan syarat tidak menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan lain di luar fungsi dan tugas badan atau perwakilan lembaga tersebut yang diatur
dengan peraturan menteri untuk perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan asas perlakuan
timbal balik, oleh orang pribadi atau badan karena konversi hak atau karena perbuatan hukum lain
dengan tidak adanya perubahan nama, oleh orang pribadi atau badan karena wakaf, oleh orang
pribadi atau badan yang digunakan untuk kepentingan ibadah, dan untuk masyarakat berpenghasilan
rendah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sementara itu, yang menjadi subyek
BPHTB adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan atau bangunan.
Subjek pajak BPHTB sesuai dengan ketentuan tersebut diatas menjadi wajib pajak BPHTB apabila
dikenakan kewaiban membayar pajak.

Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pengertian tersebut termuat di dalam Undang-undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Nomor 28
Tahun 2009.

Pajak atau kontribusi wajib yang diberikan oleh penduduk suatu daerah kepada pemerintah daerah
ini akan digunakan untuk kepentingan pemerintahan dan kepentingan umum suatu daerah.
Contohnya seperti pembangunan jalan, jembatan, pembukaan lapangan kerja baru, dan kepentingan
pembangunan serta pemerintahan lainnya. Selain untuk pembangunan suatu daerah, penerimaan
pajak daerah merupakan salah satu sumber Anggaran Pendapatan Daerah (APBD) yang digunakan
pemerintah untuk menjalankan program-program kerjanya. Pajak daerah dibedakan menjadi
dua bagian yaitu Pajak Provinsi dan Pajak Kabupaten/Kota. Dimana Pajak Provinsi yaitu pajak
kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air, Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
(BBNKB), Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBB-KB), pajak pengambilan dan
pemanfaatan air bawah tanah dan pajak rokok. Sedangkan untuk Pajak Kabupaten/Kota terdiri dari
pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak mineral
bukan logam dan batuan, pajak parkir, pajak air tanah, pajak sarang burung walet, pajak bumi dan
bangunan perdesaan dan perkotaan, pajak perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan.

2.2. Perkembangan PBB, BPHTB dan Pajak Daerah Di Kota Ambon Tahun 2022

1. Perkembangan PBB di Kota Ambon Tahun 2022


Tarif PBB yang wajib di bayarkan oleh pembayar pajak di kota Ambon masih belum ada
kenaikan harga, seperti yang dikeluhkan sejumlah warga kota Ambon saat melakukan
pembayaran PBB di kantor pengelola Pajak dan Retribusi daerah kota Ambon di balai kota
Ambon belum lama ini.
Kepala Bidang Pajak Bumi dan Bangunan pada Dinas Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah
kota Ambon, secara tegas mengatakan samapi dengan saat ini pihaknya belum menaikan harga
tarif PBB.dari data awal di tahun 2016 sampai sekarang ada perubahan harga material
bangunan dari tahun ke tahun yang terus meningkat, untuk itu maka secara otomatis akan
berpengaruh pada nilai bangunan. Data nilai bangunan yang digunakan oleh Dinas Pengelola
Pajak dan Retribusi Daerah kota Ambon berdasarkan survei dari dinas PU, dengan demikian
maka adanya perubahan nilai bangunanan yang terus meningkat tiap tahunnya. Nilai bangunan
biasanya dilakukan setiap tiga tahun sekali, Namun pada daerah-daerah yang pembangunannya
cepat, update bisa berlangsung tiap tahun.

Pada tahun 2022 mendatang, ia menambahkan nilai material akan kembali dilakukan, Namun
dengan melihat kondisi saat ini, maka akan dilakukan pada daerah-daerah yang
pembangunannya berjalan cepat saja. Oleh karena itu sampai dengan saat ini pihaknya masih
menerapkan tarif perpajakan 0,1 persen untuk pajak bangunan di bawah nilai 1 miliar dan 0,2
persen untuk bangunan di atas 1 miliar.
Pada saat kita menggunakan harga hasil dari survey dinas PU disitulah terjadi nilai
kenaikan bangunan jadi nilai PBB naik karena naiknya nilai bangunan dulunya harga semen
brapa skarang harga semen brapa nilai bangunan yang naik menyebabkan PBB itu naik karena
tarifnya genap dulu nilai bangunan misalnya satu juta skarang menjadi 200 juta maka PBBnya
naik. Jadi intinya naiknya PBB bukan karena naiknya tarif tapi naiknya harga matrial
bangunan.

2. Perkembangan BPHTB di Kota Ambon Tahun 2022


Sesuai dengan UU nomer 28 tahun 2020 Tentang Pajak Daerah dan Retriibusi Daerah,
Pasal 1 ayat 41, disebutkan bahwa BPHTB atau Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
adalah pajak atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan, objek pajak BPHTB adalah
perolehan Hak atas Tanah dan/atau bangunan dan dasar pengenaan BPHTB adalah nilai
perolehan objek pajak. Nilai perolehan objek pajak yang di maksud yaitu jual beli yang dapat
diartikan sebagai harga transaksi. Harga transaksi yang ditetapkan atau dijadikan acuan oleh
dinas terkait adalah harga yang diperoleh dari hasil verifikasi ke lapangan, yang tidak
sepenuhnya sesuai dengan kondisi peralihan properti, dan dengan tanpa ada bukti yang kuat,
petugas DPPKAD Kota Ambon telah memaksakan data/harga hasil verifikasi kelapangan
sebagai nilai perolehan objek pajak, tanpa mempertimbangkan bahwa harga transaksi adalah
harga yang disepakati oleh kedua belah pihak (penjual dan pembeli).
Jadi apabila tidak diketahui data harga transaksi sudah diberikan batasan acuan yaitu NJOP
PBB, apabila dirasa atau dianalisa oleh petugas DPPKAD Kota Ambon bahwa NJOP tidak
sesuai dengan harga transaksi yang diyakininya, maka DPPKAD Kota Ambon tidak bisa serta
merta menetapkan hasil lapangan sebagai nilai perolehan objek pajak mengingat harga
Transaksi adalah harga yang disepakati oleh kedua belah pihak yang bertransaksi (penjual dan
pembeli). Sebagai contoh pertimbangan berpikir, bahwa harga transaksi bisa berbeda 180
derajat dari harga membangun atau harga jual di pasar properti, semisal ada hubungan khusus
antara penjual dan pembeli, antara saudara atau hubungan baik antara penjual dan pembeli,
walaupun begitu hal tersebut sudah dibatasi dengan undang undang untuk merujuk NJOP PBB.
Pajak BPHTB merupakan sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai
penyelenggaraan pemerintahan daerah dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat maka
perlu diikuti dengan tertib administrasi perpajakan. Wajib Pajak, dapat diberikan pengurangan
BPHTB yang ada di Kota Ambon pada tahun 2022 besarnya ditetapkan sebagai berikut.
1). Sebesar 25 % (dua puluh lima persen) untuk wajib pajak orang pribadi yang
memperoleh hak atas tanah dan atau bangunan Rumah Sederhana (RS), dan
Rumah Susun Sederhana serta Rumah Sangat Sederhana (RSS) yang diperoleh
langsung dari pengembang dan dibayar secara angsuran.
2). Sebesar 50 % (lima puluh persen) untuk:

a). Wajib pajak badan


b). Wajib pajak orang pribadi yang menerima hibah dan orang pribadi yang
mempunyai hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu
derajat ke atas atau satu derajat ke bawah.
c). Wajib pajak yang memperoleh hak atas tanah melalui pembelian dari hasil
ganti rugi pemerintah yang nilai ganti ruginya di bawah Nilai Jual Objek
Paiak.
d). Wajib Pajak yang memperoleh hak atas tanah dan atau bangunan yang
tidak berfungsi lagi seperti semula disebabkan bencana alam atau sebab-
sebab Iainnya seperti kebakaran, banjir, tanah longsor, gempa bumi,
gunung meletus. dan huru-hara yang terjadi dalam jangka waktu paling
lama 3 (tiga) bulan sejak saat terutang.
e). Tanah dan atau bangunan digunakan untuk kepentingan sosial atau
pendidikan yang semata-mata tidak untuk mencari keuntungan, antara Iain
untuk panti asuhan, panti jompo, rumah yatim piatu, sekolah yang tidak
clituiukan nwncari keuntungan, rumah sakit swasta milik institusi
pelayanan sosial masyarakat.
3). Sebesar 75 % (tujuh puluh lima persen) untuk:
a). Wajib Pajak orang pribadi yang memperoleh hak baru melalui program
Pemerintah di bidang pertanahan dan tidak mempunyai kemampuan secara
ekonomis.
b). Wajb Pajak orang pribadi Veteran, Pegawai Negeri Sipil (PXS). Ientara
Nasional Indonesia (TNI), Polisi Republik Indonesia (POLRI), Pensiunan
I) NS. Purnawirawan TNI, Purnawirawan POLRI atau janda/ duda yang
memperoleh hak atas tanah dan atau bangunan rumah dinas Pemerintah.
4). sebesar 100 % (seratus persen) untuk:
a). Wajib pajak yang memperoleh hak atas tanah sebagai pengganti atas tanah
yang dibebaskan oleh Pemerintah untuk kepentingan umum yang memerl
ukan persyaratan khusus.
b). Wajib pajak Badan Korps Pegawai Republik Indonesia yang memperoleh
hak atas tanah dan atau bangunan dalam rangka pengadaan perumahan
bagi anggota KORPRI/PNS.
3. Perkembangan Pajak Daerah Di Kota Ambon Tahun 2022
Keputusan Walikota Ambon Nomor 6 tahun 2022 tentang penetapan besaran minimal

pajak terutang pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan peneriman sektor Pajak Bumi
dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBBP2), maka perlu menetapkan Besaran Minimal
Pajak Terhutang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Kota Ambon Tahun
Anggaran 2022. Di mana Besaran Minimal Pajak Terhutang Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan Kota Ambon Tahun Anggaran 2022 ditetapkan sebesar Rp. 20.000,00
(Dua puluh ribu rupiah). Keputusan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan untuk
dapat dipergunakan sebagaimana mestinya Pada hakikatnya Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2020 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah telah mengatur mengenai kebijakan
perpajakan dan retribusi Daerah, termasuk beberapa ketentuan pelaksanaan pemungutan Pajak.
Beberapa ketentuan lain terkait proses pelaksanaan pemungutan Pajak oleh Pemerintah Daerah
dapat diatur oleh Daerah sendiri dalam bentuk Peraturan Daerah, Peraturan Kepala Daerah
dan/atau peraturan pelaksanaan lainnya.

Hal ini dimaksudkan agar Pemerintah Daerah memiliki diskresi dan keleluasaan dalam
membangun sistem dan prosedur pemungutan Pajak sesuai dengan kondisi dan kekhasan
daerah masing-masing dengan tetap berlandaskan pada peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi. Dasar pengenaan Pajak adalah salah satu komponen utama dalam perhitungan
Pajak terutang. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2022 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah telah mengamanatkan bahwa penetapan dasar pengenaan Pajak merupakan
kewenangan Pemerintah Daerah. Pelaksanaan kewenangan ini haruslah sesuai dengan
normanorma dasar yang diatur oleh Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2022 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah. Ketentuan mengenai perpejakan daerah sebagaimana diatur
dalam Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2022 tentang Pajak

Ada beberapa pajak daerah di Kota Ambon salah satunya adalah pajak hiburan Pajak
Daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai
penyelenggaraan pemerintahan daerah, bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pemungutan Hiburan yang diatur
dengan Peraturan Daerah Kota Ambon Nomor 3 Tahun 2022 tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Kota Ambon Nomor 3 Tahun 2003 tentang Pajak Hiburan. Berdasarkan
pertimbangan sebagaimana dimaksud perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pajak
Hiburan.
Dengan nama Pajak Hiburan Kota Ambon dipungut pajak atas jasa penyelenggaraan hiburan,
objek pajak adalah jasa penyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran dan hiburan yaitu
tontonan film, pagelaran kesenian, musik, tari, busana, kontes kecantikan, binaraga, pameran,
diskotik, karaoke, klab malam, akrobat, sulap, permainan bilyar, golf, dan bowling, pacuan
kuda, kendaraan bermotor, permainan ketangkasan, panti pijat, refleksi, mandi uap/spa, pusat
kebugaran (fitness center) serta pertandingan olahraga. Subjek Pajak adalah orang pribadi atau
Badan yang menikmati Hiburan. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau Badan yang
menyelenggarakan Hiburan. Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah uang yang diterima atau
yang seharusnya diterima oleh penyelenggara Hiburan. Jumlah uang yang seharusnya diterima
termasuk potongan harga dan tiket cuma-cuma yang diberikan kepada penerima jasa Hiburan.
Selain itu, Tarif Pajak Hiburan yang ditetapkan oleh pemerintah Kota Ambon tahun 2022
adalah tontonan film sebesar 10%, pagelaran kesenian modern, tradisonal dan/ atau busana
sebesar 5%, pagelaran Musik dan /atau tari modern sebesar 10%, kontes kecantikan, binaraga,
dan sejenisnya sebesar 10%, pameran sebesar 5%. Untuk diskotik, karaoke, klab malam,
sebesar 30 % dan sirkus, akrobat, dan sulap sebesar 5%, permaianan bilyard 20 %, golf dan
boling sebesar 15 %. Pacuan kuda, kendaraan bermotor dan permaianan ketangkasan sebesar
15%. Panti pijat, refleksi, mandi uap/spa dan pusat kebugaran (fitness centre) sebesar 20%
serta pertandingan olahraga sebesar 15%. Setiap penyelenggaraan hiburan baik dengan
menggunakan tiket atau tanda masuk lainnya wajib mencantumkan HTM, dikecualikan dari
kewajiban pajak adalah penyelenggaraan hiburan sebagaimana dimaksud yang diperuntukan
bagi kegiatan amal.
Selain itu, ada juga pajak air tanah. Daerah dan Retribusi Daerah, ditentukan jenis-jenis
pajak yang pemungutannya menjadi kewenangan Pemerintah Daerah. Salah satunya yaitu
Pajak Air tanah merupakan pajak yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah. Bahwa untuk
meningkatnya pelaksanaan tugas Pemerintahan Daerah, Pembangunan serta pelayanan kepada
masyarakat maka menuntut tersedianya dana yang lebih memadai. Oleh karenanya sumber
pembiayaan untuk pelaksanaan kegiatan tersebut diatas dapat digali dari Pendapatan Asli
Daerah dimana salah satunya adalah berasal dari Pajak Air Tanah yang merupakan potensi
pajak yang cukup besar di Kota Ambon. Disamping itu juga Pajak Air Tanah berfungsi sebagai
sumber daya dalam rangka pelaksanaan pengawasan, pengendalian dan pelestarian lingkungan
dalam pemanfaatan air tanah sehingga ketersediaan air tetap terpelihara dan terpenuhinya
sesuai dengan pemanfaatannya. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka dipandang perlu
menetapkan Peraturan Daerah Kota Ambon tentang Pajak Air Tanah. Dengan nama Pajak Air
Tanah dipungut pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah. Objek Pajak adalah
pengambilan dan/atau pemanfaatan.
Dikecualikan dari objek Pajak sebagaimana dimaksud adalah pengambilan dan/atau
pemanfaatan Air Tanah untuk keperluan dasar rumah tangga, pengairan pertanian dan
perikanan rakyat, serta peribadatan. Subjek Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau Badan
yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah. Wajib Pajak Air Tanah adalah
orang pribadi atau Badan yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah.
Dasar pengenaan Pajak Air Tanah adalah Nilai Perolehan Air Tanah. Nilai Perolehan Air
Tanah sebagaimana dimaksud dinyatakan dalam rupiah yang dihitung dengan
mempertimbangkan sebagian atau seluruh faktor-faktor yaitu jenis sumber air, lokasi sumber
air, tujuan pengambilan dan/atau pemanfaatan air, volume air yang diambil dan/atau
dimanfaatkan, kualitas air dan tingkat kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh
pengambilan dan / atau pemanfaatan air.
Selain itu, besarnya Nilai Perolehan Air Tanah sebagaimana dimaksud ditetapkan dengan
Peraturan Walikota dengan berpedoman pada nilai perolehan air tanah yang ditetapkan oleh
Gubernur. Tarif pajak air tanah Kota Ambon ditetapkan sebesar 20%.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Salah satu tujuan didirikannya Negara adalah untuk memberikan kesejahteraan bagi
rakyatnya, meningkatkan harkat dan martabat rakyat untuk menjadi manusia seutuhnya.
Demikian juga Negara Republik Indonesia sebagai negara merdeka dan berdaulat mempunyai
tujuan dalam menjalankan pemerintahannya. Pembangunan di segala bidang dilakukan untuk
membentuk masyarakat adil dan makmur.
Untuk mencapai tujuan tersebut dalam melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan
senantiasa suatu negara memerlukan beberapa unsur pendukung, salah satunya adalah
tersedianya sumber penerimaan yang memadai dan dapat diandalkan. Sumber-sumber
penerimaan ini sangat penting untuk menjalankan kegiatan dari masing-masing tingkat
pemerintahan, karena tanpa adanya penerimaan yang cukup maka program-program pemerintah
tidak akan berjalan secara maksimal. Selain dari itu, dalam rangka efektifitas pelaksanaan
pembangunan di segala bidang, demi tercapainya keselarasan dan keseimbangan seluruh
kegiatan pembangunan, maka diperlukan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya bagi
seluruh rakyat. Oleh karena itu tidak semua urusan pemerintahan dilaksanakan oleh pemerintah
pusat, akan tetapi daerah diberikan kewenangan untuk mengurus rumah tangganya sendiri dan
untuk melaksanakan itu semua pemerintah pusat memberikan kewenangan kepada daerah untuk
memungut pajak daerah.

3.2 Saran
Sebagai penulis, saya merasa masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini, maka
dari itu kritik dan saran yang konstruktif (membangun) dari pembaca sangat saya harapkan agar
penyusunan makalah ini bisa mencapai kesempurnaan baik dari segi penulisan maupun isinya.

DAFTAR PUSTAKA

https://okta-wiskey.blogspot.com/2016/03/pajak-daerah-pbb-dan-bphtb_20.html

https://money.kompas.com/read/2022/05/23/182838826/apa-itu-bphtb-pahami-pengertian-
subyek-dan-obyek-bphtb?page=all#page2

https://www.online-pajak.com/tentang-pajak-pribadi/pajak-daerah

https://beritabeta.com/penerimaan-pbb-kota-ambon-hingga-november-2021-capai-rp12-5-miliar

Anda mungkin juga menyukai