Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PBB,
BPHTB Dan Pajak Daerah Di Kota Ambon Tahun 2022” ini dengan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari salah satu
dosen pengampuh mata kuliah Perpajakan. Selain itu, makalah bertujuan untuk menambah
wawasan bagi pembaca dan juga penulis.
Selama proses penulisan dan penyelesaian makalah ini, penulis banyak memperoleh
bimbingan dari berbagai pihak. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dan
dorongan yang tiada henti rasanya sulit bagi penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Untuk itu
penulis menyampaikan terima kasih yang tiada hentinya kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelasaikan makalah yang sederhana ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari pembaca yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………...
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..............................
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………..............................
2.2 Perkembangan PBB, BPHTB dan Pajak Daerah Di Kota Ambon Tahun 2022
BAB III
PENUTUP…………………………………………………………………………………
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA………………….…………………………………………………………...
BAB I
PENDAHULUAN
1. Untuk mampu memahami apa itu PBB, BPHTB dan Pajak Daerah.
2. Untuk mampu memahami perkembangan PBB, BPHTB dan Pajak Daerah di Kota
Ambon Tahun 2022.
1. Agar pembaca dapat memahami tentang PBB, BPHTB, dan Pajak Daerah.
2. Agar pembaca dapat memahami tentang perkembangan PBB, BPHTB dan Pajak Daerah
di Kota Ambon Tahun 2022
BAB II
PEMBAHASAN
BPHTB adalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan,.
BPHTB adalah salah satu pajak yang dipungut oleh pemerintah kabupaten/kota. Yang dimaksud
perolehan hak atas tanah dan atau bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang
mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan atau bangunan oleh orang pribadi atau badan.
Adapun Hak atas Tanah dan atau Bangunan adalah hak atas tanah, termasuk hak pengelolaan,
beserta bangunan di atasnya, sebagaimana dimaksud dalam UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-Pokok Agraria, UU No. 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun, dan ketentuan peraturan
perundang-undangan lainnya. Subyek dan obyek BPHTB Dalam aturan terbaru dijelaskan bahwa
yang menjadi obyek BPHTB adalah perolehan hak atas tanah dan atau bangunan. Perolehan hak atas
tanah dan atau bangunan tersebut seperti pemindahan hak karena jual beli, tukar menukar, hibah,
hibah wasiat, waris, pemasukan dalam perseroan/badan hukum lainnya, pemisahan hak yang
mengakibatkan peralihan, penunjukan pembeli dalam lelang, pelaksanaan putusan hakim yang
mempunyai kekuatan hukum tetap, penggabungan usaha, peleburan usaha, pemekaran usaha dan
hadiah. Selanjutnya ada pemberian hak baru karena selanjutan pelepasan hak, dan diluar pelepasan
hak. Sedangkan jenis-jenis hak atas tanah perolehan haknya dikenakan BPHTB yaitu hak milik hak
guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, hak milik atas satuan rumah susun dan hak pengelolaan.
Yang dikecualikan dari obyek BPHTB adalah perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan yaitu
untuk kantor pemerintah, pemerintahan daerah, penyelenggara negara dan lembaga negara lainnya
yang dicatat sebagai barang milik negara atau barang milik daerah, oleh negara untuk
penyelenggaraan pemerintahan dan/atau untuk pelaksanaan pembangunan guna kepentingan umum,
untuk badan atau perwakilan lembaga internasional dengan syarat tidak menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan lain di luar fungsi dan tugas badan atau perwakilan lembaga tersebut yang diatur
dengan peraturan menteri untuk perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan asas perlakuan
timbal balik, oleh orang pribadi atau badan karena konversi hak atau karena perbuatan hukum lain
dengan tidak adanya perubahan nama, oleh orang pribadi atau badan karena wakaf, oleh orang
pribadi atau badan yang digunakan untuk kepentingan ibadah, dan untuk masyarakat berpenghasilan
rendah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sementara itu, yang menjadi subyek
BPHTB adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan atau bangunan.
Subjek pajak BPHTB sesuai dengan ketentuan tersebut diatas menjadi wajib pajak BPHTB apabila
dikenakan kewaiban membayar pajak.
Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pengertian tersebut termuat di dalam Undang-undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Nomor 28
Tahun 2009.
Pajak atau kontribusi wajib yang diberikan oleh penduduk suatu daerah kepada pemerintah daerah
ini akan digunakan untuk kepentingan pemerintahan dan kepentingan umum suatu daerah.
Contohnya seperti pembangunan jalan, jembatan, pembukaan lapangan kerja baru, dan kepentingan
pembangunan serta pemerintahan lainnya. Selain untuk pembangunan suatu daerah, penerimaan
pajak daerah merupakan salah satu sumber Anggaran Pendapatan Daerah (APBD) yang digunakan
pemerintah untuk menjalankan program-program kerjanya. Pajak daerah dibedakan menjadi
dua bagian yaitu Pajak Provinsi dan Pajak Kabupaten/Kota. Dimana Pajak Provinsi yaitu pajak
kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air, Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
(BBNKB), Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBB-KB), pajak pengambilan dan
pemanfaatan air bawah tanah dan pajak rokok. Sedangkan untuk Pajak Kabupaten/Kota terdiri dari
pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak mineral
bukan logam dan batuan, pajak parkir, pajak air tanah, pajak sarang burung walet, pajak bumi dan
bangunan perdesaan dan perkotaan, pajak perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan.
2.2. Perkembangan PBB, BPHTB dan Pajak Daerah Di Kota Ambon Tahun 2022
Pada tahun 2022 mendatang, ia menambahkan nilai material akan kembali dilakukan, Namun
dengan melihat kondisi saat ini, maka akan dilakukan pada daerah-daerah yang
pembangunannya berjalan cepat saja. Oleh karena itu sampai dengan saat ini pihaknya masih
menerapkan tarif perpajakan 0,1 persen untuk pajak bangunan di bawah nilai 1 miliar dan 0,2
persen untuk bangunan di atas 1 miliar.
Pada saat kita menggunakan harga hasil dari survey dinas PU disitulah terjadi nilai
kenaikan bangunan jadi nilai PBB naik karena naiknya nilai bangunan dulunya harga semen
brapa skarang harga semen brapa nilai bangunan yang naik menyebabkan PBB itu naik karena
tarifnya genap dulu nilai bangunan misalnya satu juta skarang menjadi 200 juta maka PBBnya
naik. Jadi intinya naiknya PBB bukan karena naiknya tarif tapi naiknya harga matrial
bangunan.
pajak terutang pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan peneriman sektor Pajak Bumi
dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBBP2), maka perlu menetapkan Besaran Minimal
Pajak Terhutang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Kota Ambon Tahun
Anggaran 2022. Di mana Besaran Minimal Pajak Terhutang Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan Kota Ambon Tahun Anggaran 2022 ditetapkan sebesar Rp. 20.000,00
(Dua puluh ribu rupiah). Keputusan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan untuk
dapat dipergunakan sebagaimana mestinya Pada hakikatnya Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2020 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah telah mengatur mengenai kebijakan
perpajakan dan retribusi Daerah, termasuk beberapa ketentuan pelaksanaan pemungutan Pajak.
Beberapa ketentuan lain terkait proses pelaksanaan pemungutan Pajak oleh Pemerintah Daerah
dapat diatur oleh Daerah sendiri dalam bentuk Peraturan Daerah, Peraturan Kepala Daerah
dan/atau peraturan pelaksanaan lainnya.
Hal ini dimaksudkan agar Pemerintah Daerah memiliki diskresi dan keleluasaan dalam
membangun sistem dan prosedur pemungutan Pajak sesuai dengan kondisi dan kekhasan
daerah masing-masing dengan tetap berlandaskan pada peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi. Dasar pengenaan Pajak adalah salah satu komponen utama dalam perhitungan
Pajak terutang. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2022 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah telah mengamanatkan bahwa penetapan dasar pengenaan Pajak merupakan
kewenangan Pemerintah Daerah. Pelaksanaan kewenangan ini haruslah sesuai dengan
normanorma dasar yang diatur oleh Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2022 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah. Ketentuan mengenai perpejakan daerah sebagaimana diatur
dalam Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2022 tentang Pajak
Ada beberapa pajak daerah di Kota Ambon salah satunya adalah pajak hiburan Pajak
Daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai
penyelenggaraan pemerintahan daerah, bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pemungutan Hiburan yang diatur
dengan Peraturan Daerah Kota Ambon Nomor 3 Tahun 2022 tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Kota Ambon Nomor 3 Tahun 2003 tentang Pajak Hiburan. Berdasarkan
pertimbangan sebagaimana dimaksud perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pajak
Hiburan.
Dengan nama Pajak Hiburan Kota Ambon dipungut pajak atas jasa penyelenggaraan hiburan,
objek pajak adalah jasa penyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran dan hiburan yaitu
tontonan film, pagelaran kesenian, musik, tari, busana, kontes kecantikan, binaraga, pameran,
diskotik, karaoke, klab malam, akrobat, sulap, permainan bilyar, golf, dan bowling, pacuan
kuda, kendaraan bermotor, permainan ketangkasan, panti pijat, refleksi, mandi uap/spa, pusat
kebugaran (fitness center) serta pertandingan olahraga. Subjek Pajak adalah orang pribadi atau
Badan yang menikmati Hiburan. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau Badan yang
menyelenggarakan Hiburan. Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah uang yang diterima atau
yang seharusnya diterima oleh penyelenggara Hiburan. Jumlah uang yang seharusnya diterima
termasuk potongan harga dan tiket cuma-cuma yang diberikan kepada penerima jasa Hiburan.
Selain itu, Tarif Pajak Hiburan yang ditetapkan oleh pemerintah Kota Ambon tahun 2022
adalah tontonan film sebesar 10%, pagelaran kesenian modern, tradisonal dan/ atau busana
sebesar 5%, pagelaran Musik dan /atau tari modern sebesar 10%, kontes kecantikan, binaraga,
dan sejenisnya sebesar 10%, pameran sebesar 5%. Untuk diskotik, karaoke, klab malam,
sebesar 30 % dan sirkus, akrobat, dan sulap sebesar 5%, permaianan bilyard 20 %, golf dan
boling sebesar 15 %. Pacuan kuda, kendaraan bermotor dan permaianan ketangkasan sebesar
15%. Panti pijat, refleksi, mandi uap/spa dan pusat kebugaran (fitness centre) sebesar 20%
serta pertandingan olahraga sebesar 15%. Setiap penyelenggaraan hiburan baik dengan
menggunakan tiket atau tanda masuk lainnya wajib mencantumkan HTM, dikecualikan dari
kewajiban pajak adalah penyelenggaraan hiburan sebagaimana dimaksud yang diperuntukan
bagi kegiatan amal.
Selain itu, ada juga pajak air tanah. Daerah dan Retribusi Daerah, ditentukan jenis-jenis
pajak yang pemungutannya menjadi kewenangan Pemerintah Daerah. Salah satunya yaitu
Pajak Air tanah merupakan pajak yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah. Bahwa untuk
meningkatnya pelaksanaan tugas Pemerintahan Daerah, Pembangunan serta pelayanan kepada
masyarakat maka menuntut tersedianya dana yang lebih memadai. Oleh karenanya sumber
pembiayaan untuk pelaksanaan kegiatan tersebut diatas dapat digali dari Pendapatan Asli
Daerah dimana salah satunya adalah berasal dari Pajak Air Tanah yang merupakan potensi
pajak yang cukup besar di Kota Ambon. Disamping itu juga Pajak Air Tanah berfungsi sebagai
sumber daya dalam rangka pelaksanaan pengawasan, pengendalian dan pelestarian lingkungan
dalam pemanfaatan air tanah sehingga ketersediaan air tetap terpelihara dan terpenuhinya
sesuai dengan pemanfaatannya. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka dipandang perlu
menetapkan Peraturan Daerah Kota Ambon tentang Pajak Air Tanah. Dengan nama Pajak Air
Tanah dipungut pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah. Objek Pajak adalah
pengambilan dan/atau pemanfaatan.
Dikecualikan dari objek Pajak sebagaimana dimaksud adalah pengambilan dan/atau
pemanfaatan Air Tanah untuk keperluan dasar rumah tangga, pengairan pertanian dan
perikanan rakyat, serta peribadatan. Subjek Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau Badan
yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah. Wajib Pajak Air Tanah adalah
orang pribadi atau Badan yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan Air Tanah.
Dasar pengenaan Pajak Air Tanah adalah Nilai Perolehan Air Tanah. Nilai Perolehan Air
Tanah sebagaimana dimaksud dinyatakan dalam rupiah yang dihitung dengan
mempertimbangkan sebagian atau seluruh faktor-faktor yaitu jenis sumber air, lokasi sumber
air, tujuan pengambilan dan/atau pemanfaatan air, volume air yang diambil dan/atau
dimanfaatkan, kualitas air dan tingkat kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh
pengambilan dan / atau pemanfaatan air.
Selain itu, besarnya Nilai Perolehan Air Tanah sebagaimana dimaksud ditetapkan dengan
Peraturan Walikota dengan berpedoman pada nilai perolehan air tanah yang ditetapkan oleh
Gubernur. Tarif pajak air tanah Kota Ambon ditetapkan sebesar 20%.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Salah satu tujuan didirikannya Negara adalah untuk memberikan kesejahteraan bagi
rakyatnya, meningkatkan harkat dan martabat rakyat untuk menjadi manusia seutuhnya.
Demikian juga Negara Republik Indonesia sebagai negara merdeka dan berdaulat mempunyai
tujuan dalam menjalankan pemerintahannya. Pembangunan di segala bidang dilakukan untuk
membentuk masyarakat adil dan makmur.
Untuk mencapai tujuan tersebut dalam melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan
senantiasa suatu negara memerlukan beberapa unsur pendukung, salah satunya adalah
tersedianya sumber penerimaan yang memadai dan dapat diandalkan. Sumber-sumber
penerimaan ini sangat penting untuk menjalankan kegiatan dari masing-masing tingkat
pemerintahan, karena tanpa adanya penerimaan yang cukup maka program-program pemerintah
tidak akan berjalan secara maksimal. Selain dari itu, dalam rangka efektifitas pelaksanaan
pembangunan di segala bidang, demi tercapainya keselarasan dan keseimbangan seluruh
kegiatan pembangunan, maka diperlukan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya bagi
seluruh rakyat. Oleh karena itu tidak semua urusan pemerintahan dilaksanakan oleh pemerintah
pusat, akan tetapi daerah diberikan kewenangan untuk mengurus rumah tangganya sendiri dan
untuk melaksanakan itu semua pemerintah pusat memberikan kewenangan kepada daerah untuk
memungut pajak daerah.
3.2 Saran
Sebagai penulis, saya merasa masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini, maka
dari itu kritik dan saran yang konstruktif (membangun) dari pembaca sangat saya harapkan agar
penyusunan makalah ini bisa mencapai kesempurnaan baik dari segi penulisan maupun isinya.
DAFTAR PUSTAKA
https://okta-wiskey.blogspot.com/2016/03/pajak-daerah-pbb-dan-bphtb_20.html
https://money.kompas.com/read/2022/05/23/182838826/apa-itu-bphtb-pahami-pengertian-
subyek-dan-obyek-bphtb?page=all#page2
https://www.online-pajak.com/tentang-pajak-pribadi/pajak-daerah
https://beritabeta.com/penerimaan-pbb-kota-ambon-hingga-november-2021-capai-rp12-5-miliar