Disusun oleh :
Kelompok 5 05SMJE007 R.527
2. ...................................................... 201010.............
3. ...................................................... 201010.............
4. ...................................................... 201010.............
5. ...................................................... 201010.............
6. ...................................................... 201010.............
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS PAMULANG
2022/2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang sudah melimpahkan rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul
“BEA PEROLERHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB)”, dengan baik
serta tepatwaktu. Kami juga berterima kasih pada Bapak Ahmad Nazir S.Sos.,M.Si selaku
Dosen Pengajar mata kuliah Perpajakan Universitas Pamulang yang telah memberikan tugas
ini dan membimbing kami sampai saat ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna bagi semuanya dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan bagi kami maupun para pembaca.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangandan
jauh dari kata sempurna.Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat
kami harapkan guna kesempurnaan makalah ini dan demi perbaikan makalah ini diwaktu yang
akan datang.
Atas perhatian serta waktunya kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang
sudah menolong turut dan dalam penyelesaian makalah ini.
Kelompok 5
2
DAFTAR ISI
JUDUL...................................................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR............................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI............................................................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................................ 4
1.1 Latar belakang..................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................... 5
2.1. Pengertian............................................................................................................................5
2.2. Subjek dan Objek BPHTB.................................................................................................5
2.3. Objek pajak yang tidak dikenakan BPHTB (bukan objek BPHTB)...................................5
2.4. Dasar Pengenaan BPHTB...................................................................................................6
2.5. Pengenaan BPHTB.............................................................................................................7
2.6. Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP) Ditetapkan Secara Regional
Paling Banyak.....................................................................................................................7
2.7. Saat, Tempat Pajak Terutang..............................................................................................8
2.8. Pengurangan BPHTB..........................................................................................................9
2.9. Cara Penghitungan BPHTB...............................................................................................10
BAB III PENUTUP.....................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................11
3.2 Saran...................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................12
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan adalah bea yang dikenakan pada
setiappemindahan hak atau hibah wasiat atas harta tetap dan hak-hak kebendaan atas tanah
yangpemindahan haknya dilakukan dengan akta. Menurut peraturan Undang-Undang
BPHTB bahwaBea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan
atasanah dan atau bangunan, yang selanjutnya disebut dengan pajak,
sedangkanpengertian perolehan hak atas tanah dan atau bangunan adalah
perbuatan atauperistiwa huku yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan
bangunan olehorang pribadi atau badan. Hak atas tanah adalah hak atas tanah
termasuk hak pengelolaan, beserta bangunan di atasnya sebagimana dalam Undang-
Undang No. 5tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, Undang-
Undang No. 16tentang Rumah Susun dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
lainnya.
2.3. Objek pajak yang tidak dikenakan BPHTB (bukan objek BPHTB)
Objek pajak yang tidak dikenakan BPHTB adalah objek pajak yang diperoleh :
1. Perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik.
2. Objek pajak yang diperoleh Negara untuk penyelenggaraan pemerintahan dan atau untuk
pelaksanaan pembangunan guna kepentingan umum. Yaitu tanah dan ataubangunan
yang digunakan untuk penyelenggaraan pemerintah baik PemerintahPusa
maupun oleh Pemerintah Daerah dan kegiatan yang semata-mata
tidakditunjukan untuk mencari keuntungan, misalnya : tanah dan atau bangunan
yangdigunakan untuk instalasi pemerintah , rumah sakit, dan jalan umun.
5
3. Badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan dengansyarat tidak
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan lain diluar fungsidan tugas badan atau
perwakilan organisasi tersebut.
4. Orang pribadi atau badan atau karena konversi hak dan perbuatan hukum lain dengan
tidak adanya perubahan nama.
5. Objek pajak yang diperoleh orang pribadi atau badan karena wakaf. Yaituperbuatan
hukum orang pribadi atau badan yang memisahkan sebagian darikekayaannya yang berupa
hak milik tanah dan bangunan dan untukmelembagakannya untuk selama-lamanya untuk
kepentingan peribadatan atau kepentingan umum lainnya tanpa imbalan apapun.
6. Objek pajak yang diperoleh orang pribadi atau badan yang digunakan untuk kepentingan
ibadah.
6
m) Pemekaran Usaha adalah nilai pasar
n) Hadiah adalah nilai pasar
o) Penunjukan pembeli dalam lelang adalah harga transaksi yang tercantum dalam Risalah
Lelang
Dalam hal NPOP tidak diketahui atau lebih rendah daripada Nilai Jual Objek Pajak
(NJOP)PBB pada tahn terjadinya perolehan, dasar pengenaan BPHTB yang dipakai adalah
NJOP PBB.Yang dimaksud dengan harga transaksi adalah harga yang terjadi dan telah
disepakati olehpihak-pihak yang bersangkutan. Dalam hal NJOP PBB pada tahun terjadinya
perolehan belumditetapkan, besarnya NJOP PBB ditetapkan oleh Mentri Keuangan
2.6. Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP) Ditetapkan Secara Regional
Paling Banyak
Berikut ini adalah beberapa perolehan objek pajak tidak kena pajak (NPOPTKP) yang dapat
mengurangi NPOP suatu objek pajak tertentu sebagai berikut :
1. Rp. 49.000.000 (empat puluh sembilan juta rupiah) dalam hal perolehan hak Rumah
Sederhana Sehat (RSH) dan Rumah Susun Sederhana.
2. Rp. 10.000.000 (sepuluh juta rupiah) dalam hal perolehan hak baru melaluiprogram
pemerintah yang diterima pelaku usaha kecil atau mikro dalamrangka program
peningkatan sertifikasi tanah untuk memperkuat penjaminankredit bagi usaha mikro dan
kecil.
3. Rp. 300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) dalam hal perolehan hak karenawaris, atau
hibah wasiat yang diterima orang pribadiyang masih dalamhubungan keluarga
sedarah dalam garis keturunan lurus atau sederajat keatas atau satu derajat ke bawah dengan
pemberi hibah termasuk istri/suami.
7
4. Paling banyak Rp. 60.000.000n (enam puluh juta rupiah) dalam hal selain yang disebutkan
di atas.
8
Tempat BPHTB terutang adalah di wilayah Kabupaten, Kota, atau Profinsi yang
meliputi letak tanah dan atau bangunan. BPHTB yang terutang dibayar ke kas negara
melalui Bank/Kantor Pos Persepsi BPHTB, yaitu Kantor Pos dan atau Bank Badan Usaha
Milik Negara atau tempat pembayaran lain yang di tunjuk oleh Mentri
Keuangan menggunakan Surat Setoran Bea Peroleha Hak atas Tanah atau Bangunan (SSB).
Hasil penerimaan BPHTB dibagi dengan pertimbangan sebagai berikut :
a) 20% (dua puluh persen) untuk pemerintah pusat yang selanjutnya dikembalikan lagi
secara merata ke setiap kabupaten/kota
b) 16% (enam belas persen) untuk provinsi dan
c) 64% (enam puluh empat persen) untuk kabupaten/kota
9
persetujuan penggunaan Nilai Buku dalam rangkapenggabungan atau peleburan usaha dari
Direktur Jendral Pajak
7. Wajib Pajak memperoleh hak atas tanah dan atau bangunan yang tidak berfungsi lagi
seperti semula disebabkan bencana alam atau sebab-sebab lainnya
8. Wajib Pajak Badan anak perusahaan dari perusahaan asuransi dan reasuransi
yangmemperoleh hak atas tanah atau bangunan yang berasal dari perusahaan
induknyaselaku pemegang saham tunggal sebagai kelanjutan dari pelaksanaan
Ke[utusanMentri Keuangan tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan
Perusahaan Reasuransi
9. Tanah atau bangunan digunakan untuk kepentingan sosial atau pendidikan yang
semata-mata tidak untuk mencari keuntungan antara lain untuk panti asuhan, panti
jompo, rumah yatim piatu, sekolah yang tidak ditujukan untuk mencari keuntungan,
rumah sakit swasta milik institusi pelayan sosial masyarakat
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan adalah bea yang dikenakanpada setiap
pemindahan hak atau hibah wasiat atas harta tetap dan hak-hakkebendaan atas tanah yang
pemindahan haknya dilakukan dengan akta.Subjek BPHTB adalah orang pribadi atau badan
yang memperoleh hak atas tanahdan atau bangunan. Subjek BPHTB yang dikenakan
kewajibah wajib membayar BPHTByang menurut perundang-undangan perpajakan yang
menjadi Wajib Pajak.
3.2 Saran
Isi dari makalah ini masih belum lengkap dan jauh dari kodisi sempurna, olehsebab itu
penulis dengan senang hati mengaharapkan masukan dan kritikan daripembaca guna
penyempurnaan lebih lanjut.
11
DAFTAR PUSTAKA
13
Penjelasan dan Peraturan Pelaksanaan Berkaitan dengan Undang-Undang Perpajakan.
Waluyo (2008), Perpajakan Indonesia, Buku 1 edisi 8, Jakarta: Salemba Empat.
Ikatan Akuntan Indonesia (2007), Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan per September 2007, Penerbit Salemba Empat.
Sudirman Rismawati, SE.,M.SA dan Amiruddin Antong, SE.,M.Si(2012) , Perpajakan
Pendekatan Teori dan Praktik , Penerbit Empat Dua Media, Malang (jawa timur).
http://mustahidun.blogspot.co.id/2013/06/makalah-bphtb.html
14