Anda di halaman 1dari 14

PAJAK KENDARAAN BERMOTOR

DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR DARAT


(Kendaraan Bermotor Selain yang Dioperasikan di Air dan Alat-alat Berat dan Besar)

www.halomoney.co.id

I. Pendahuluan

Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan Daerah. Pajak Daerah terdiri atas pajak provinsi dan pajak
kabupaten/kota.1 Pemungutan atas pajak daerah, dilakukan dengan berdasarkan
penetapan kepala daerah dan perhitungan yang dilakukan oleh wajib pajak sendiri.

Pajak daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah. 2 Peraturan Daerah tentang penetapan
pajak paling sedikit mengatur ketentuan mengenai: 3
a. nama, objek Pajak, dan subjek Pajak;
b. dasar pengenaan, tarif, dan cara penghitungan Pajak;
c. wilayah Pemungutan;
d. masa Pajak;
e. penetapan;
f. tata cara pembayaran dan penagihan;
g. kedaluwarsa;
h. sanksi administratif; dan
i. tanggal mulai berlakunya .

1
Pasal 2 Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2016 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Pemungutan Pajak
Daerah
2
Ibid, Pasal 4 ayat (1)
3
Ibid, Pasal 4 ayat (2)
Salah satu Pajak Daerah yang memiliki kontribusi besar atas Pendapatan Asli Daerah
(PAD) adalah Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
(BBNKB). PKB dan BBNKB merupakan salah satu dari pajak Pemerintah Provinsi.

Diantara PKB dan BBNKD, salah satu yang memiliki sumbangan atas PAD adalah PKB
dan BBNKB atas kendaraan bermotor darat. Dalam kaitan dengan PKB dan BBNKB
Kendaraan bermotor darat tersebut, selalu berhubungan erat dengan cara penetapan
pajak, cara pemungutan, restitusi/pengembalian pajak. Untuk itu, tulisan hukum ini akan
fokus membahas PKB dan BBNKB atas kendaraan bermotor darat.

II. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat ditarik permasalahan-permasalahan berkaitan


dengan PKB dan BBNKB sebagai berikut :

a. Apa sajakah yang dimaksud dengan kendaraan bermotor darat?


b. Bagaimana cara penghitungan dasar pengenaan PKB dan BBNKB?
c. Bagaimanakah cara pemungutan PKB dan BBNKB?
d. Bagaimana prosedur restitusi PKB dan BBNKB?

III. Pembahasan
1. Derfinisi Kendaraan Bermotor

Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang


digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa
motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi
tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-
alat berat dan alat-alat besar yang dalam operasinya menggunakan roda dan motor dan
tidak melekat secara permanen serta kendaraan bermotor yang dioperasikan di air.4

Termasuk dalam pengertian Kendaraan Bermotor adalah kendaraan bermotor beroda


beserta gandengannya, yang dioperasikan di semua jenis jalan darat dan kendaraan
bermotor yang dioperasikan di air dengan ukuran isi kotor GT 5 (lima Gross Tonnage)
sampai dengan GT 7 (tujuh Gross Tonnage). Dikecualikan dari pengertian Kendaraan
Bermotor adalah:5

4
Pasal 1 ayat (1) Permendagri Nomor 12 Tahun 2016 sebagaimana terakhir diubah dengan Permendagri No. 4
Tahun 2017 tentang Penghitungan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor Tahun 2016

5
Pasal 3 ayat (2) dan (3) Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
a. kereta api;
b. Kendaraan Bermotor yang semata-mata digunakan untuk keperluan pertahanan dan
keamanan negara;
c. Kendaraan Bermotor yang dimiliki dan/atau dikuasai kedutaan, konsulat, perwakilan
negara asing dengan asas timbal balik dan lembaga-lembaga internasional yang
memperoleh fasilitas pembebasan pajak dari Pemerintah; dan
d. objek Pajak lainnya yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah.

Kendaraan bermotor darat yang menjadi fokus tulisan ini adalah kendaraan bermotor
selain yang dioperasikan di air dan juga selain kendaraan alat-alat berat dan alat alat
besar. Kendaraan Bermotor tersebut terdiri atas: 6
a. Mobil penumpang yang terdiri dari sedan, jeep dan minibus;
b. Mobil bus yang terdiri dari microbus dan bus;
c. Mobil barang yang terdiri dari mobil barang, pick up, light truck dan truck;
d. Sepeda motor roda dua dan roda tiga.

2. Perhitungan dan Pemungutan PKB

Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) merupakan pajak provinsi yang ditetapkan oleh
Kepala Daerah. PKB adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan
bermotor.7 Pajak Kendaraan Bermotor dikenakan untuk masa satu tahun terhitung mulai
saat pendaftaran Kendaraan Bermotor dengan pembayaran sekaligus dimuka.

Sebagaimana bidang pajak yang lain, PKB selalu terkait dengan obyek, subyek, dan
wajib pajak. Objek Pajak Kendaraan Bermotor adalah kepemilikan dan/atau
penguasaan Kendaraan Bermotor. 8 Subjek Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang
pribadi atau Badan yang memiliki dan/atau menguasai Kendaraan Bermotor. 9 Wajib
Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau Badan yang memiliki Kendaraan
Bermotor.10 Dalam hal Wajib Pajak Badan, kewajiban perpajakannya diwakili oleh
pengurus atau kuasa Badan.

a. Penghitungan Pajak

Pajak Kendaraan Bermotor dikenakan untuk masa satu tahun terhitung mulai saat
pendaftaran Kendaraan Bermotor dengan pembayaran sekaligus di muka. Dasar

6
Pasal 3 Permendagri Nomor 12 Tahun 2016 sebagaimana terakhir diubah dengan Permendagri No. 4 Tahun 2017
7
Pasal 1 ayat (12) Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
8
Ibid, Pasal 3 ayat (1)
9
Ibid, Pasal 4 ayat (1)
10
Ibid, Pasal 4 ayat (2)
pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor adalah hasil perkalian dari 2 (dua) unsur
pokok:

1) Nilai Jual Kendaraan Bermotor;

Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB) ditentukan berdasarkan Harga Pasaran


Umum (HPU) atas suatu Kendaraan Bermotor. HPU adalah harga rata-rata yang
diperoleh dari berbagai sumber data yang akurat. Dalam hal HPU suatu
Kendaraan Bermotor tidak diketahui, Nilai Jual Kendaraan Bermotor dapat
ditentukan berdasarkan sebagian atau seluruh faktor-faktor: 11
o harga Kendaraan Bermotor dengan isi silinder dan/atau satuan tenaga yang
sama;
o penggunaan Kendaraan Bermotor untuk umum atau pribadi;
o harga Kendaraan Bermotor dengan merek Kendaraan Bermotor yang sama;
o harga Kendaraan Bermotor dengan tahun pembuatan Kendaraan Bermotor
yang sama;
o harga Kendaraan Bermotor dengan pembuat Kendaraan Bermotor;
o harga Kendaraan Bermotor dengan Kendaraan Bermotor sejenis; dan
o harga Kendaraan Bermotor berdasarkan dokumen Pemberitahuan Impor
Barang (PIB).

NJKB ditetapkan dengan ketentuan: 12


a) Dalam hal diperoleh harga kosong (off the road), NJKB ditetapkan sebelum
dikenakan Pajak Pertambahan Nilai;
b) Dalam hal diperoleh harga isi (on the road), NJKB ditetapkan sebelum
dikenakan Pajak Pertambahan Nilai, PKB dan BBN-KB.

NJKB ubah bentuk sebagai dasar pengenaan PKB ditetapkan berdasarkan hasil
penjumlahan NJKB dengan nilai jual ubah bentuk. 13

Pengenaan PKB dilakukan atas kendaraan bermotor angkutan umum orang dan
barang. Pengenaan PKB untuk kendaraan bermotor angkutan umum orang
ditetapkan sebesar 30% (tiga puluh persen) dari dasar pengenaan PKB. 14

11
Ibid Pasal 5 ayat (7)
12
Pasal 5 ayat (2) Permendagri Nomor 12 Tahun 2016 sebagaimana terakhir diubah dengan Permendagri No. 4
Tahun 2017
13
Ibid, Pasal 6 ayat (1)
14
Ibid, Pasal 8 ayat (1)
Pengenaan PKB untuk kendaraan bermotor angkutan umum barang ditetapkan
sebesar 50% (lima puluh persen) dari dasar pengenaan PKB. 15

2) Bobot yang mencerminkan secara relatif tingkat kerusakan jalan dan/atau


pencemaran lingkungan akibat penggunaan Kendaraan Bermotor.

Bobot kendaraan dinyatakan dalam koefisien yang nilainya 1 (satu) atau lebih
besar dari 1 (satu), dengan pengertian:16

a) koefisien sama dengan 1 (satu) berarti kerusakan jalan dan/atau


pencemaran lingkungan oleh penggunaan Kendaraan Bermotor tersebut
dianggap masih dalam batas toleransi; dan
b) koefisien lebih besar dari 1 (satu) berarti penggunaan Kendaraan Bermotor
tersebut dianggap melewati batas toleransi.

Bobot kendaraan tersebut dihitung berdasarkan faktor-faktor:

a) tekanan gandar, yang dibedakan atas dasar jumlah sumbu/as, roda, dan
berat Kendaraan Bermotor;
b) jenis bahan bakar Kendaraan Bermotor yang dibedakan menurut solar,
bensin, gas, listrik, tenaga surya, atau jenis bahan bakar lainnya; dan
c) jenis, penggunaan, tahun pembuatan, dan ciri-ciri mesin Kendaraan
Bermotor yang dibedakan berdasarkan jenis mesin 2 tak atau 4 tak, dan isi
silinder.

Bobot dinyatakan dalam koefisien yang nilainya 1 (satu) sampai dengan 1,3 (satu
koma tiga).17 Koefisien sebagaimana tersebut meliputi : 18

 Sepeda motor roda dua dan sepeda motor roda tiga nilai koefisien sama
dengan 1 (satu);
 Sedan nilai koefisien sama dengan 1,025 (satu koma nol dua puluh lima);
 Jeep nilai koefisien sama dengan 1,050 (satu koma nol lima puluh);
 Minibus nilai koefisien sama dengan 1,050 (satu koma nol lima puluh);
 Blind van nilai koefisien sama dengan 1,050 (satu koma nol lima puluh);
 pick up nilai koefisien sama dengan 1,075 (satu koma nolt ujuh puluh lima);
 Mikrobus nilai koefisien sama dengan 1,075 (satu koma nol tujuh puluh lima);

15
Ibid, pasal 8 ayat (3)
16
Pasal 5 ayat (3) Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
17
Pasal 7 ayat (1) Permendagri Nomor 12 Tahun 2016 sebagaimana terakhir diubah dengan Permendagri No. 4
Tahun 2017
18
Ibid, Pasal 7 ayat (2)
 Bus nilai koefisien sama dengan 1,1 (satu koma satu);
 light truck nilai koefisien sama dengan 1,3 (satu koma tiga); dan
 truck nilai koefisien sama dengan 1,3 (satu koma tiga).

Koefisien tersebut merupakan nilai batas toleransi atas kerusakan jalan dan/atau
pencemaran lingkungan dalam penggunaan kendaraan bermotor. 19

Khusus untuk Kendaraan Bermotor yang digunakan di luar jalan umum, termasuk
alat-alat berat dan alat-alat besar serta kendaraan di air, dasar pengenaan Pajak
Kendaraan Bermotor adalah Nilai Jual Kendaraan Bermotor. 20

b. Tarif

Tarif kendaraan bermotor darat dibedakan menjadi:

1) Tarif Pajak Kendaraan Bermotor pribadi:21


a) untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor pertama paling rendah sebesar 1%
(satu persen) dan paling tinggi sebesar 2% (dua persen);
b) untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor kedua dan seterusnya tarif dapat
ditetapkan secara progresif paling rendah sebesar 2% (dua persen) dan
paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen).

Pengenaan pajak berdasarkan alamat, bukan lagi berdasarkan nama. Pajak


progresif untuk kepemilikan kedua dan seterusnya dibedakan menjadi kendaraan
roda kurang dari 4 (empat) dan kendaraan roda 4 (empat) atau lebih.

Contoh:22
Orang pribadi atau badan yang memiliki satu kendaraan bermotor roda 2 (dua), satu
kendaraan roda 3 (tiga), dan satu kendaraan bermotor roda 4 (empat) masing-
masing diperlakukan sebagai kepemilikan pertama sehingga tidak dikenakan pajak
progresif.

Tarif Pajak Kendaraan Bermotor angkutan umum, ambulans, pemadam kebakaran,


sosial keagamaan, lembaga sosial dan keagamaan, Pemerintah/TNI/POLRI,
Pemerintah Daerah, dan kendaraan lain yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah,
ditetapkan paling rendah sebesar 0,5% (nol koma lima persen) dan paling tinggi
sebesar 1% (satu persen).23 Sedangkan Tarif Pajak Kendaraan Bermotor alat-alat

19
Ibid, Pasal 7 ayat (3)
20
Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
21
Ibid, Pasal 6 ayat (1)
22
Penjelasan Pasal 6 ayat (1) huruf b Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi.
23
Pasal 6 ayat (3) Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
berat dan alat alat besar ditetapkan paling rendah sebesar 0,1% (nol koma satu
persen) dan paling tinggi sebesar 0,2% (nol koma dua persen). 24

Besaran pokok Pajak Kendaraan Bermotor yang terutang dihitung dengan cara
mengalikan tarif PKB yang ditetapkan oleh Gubernur dengan dasar pengenaan
pajak yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri.

c. Pemungutan dan Restitusi

Pemungutan pajak terutang dilakukan di wilayah daerah tempat Kendaraan


Bermotor terdaftar yang dilakukan bersamaan dengan penerbitan Surat Tanda
Nomor Kendaraan Bermotor dan dikenakan untuk masa satu tahun terhitung mulai
saat pendaftaran Kendaraan Bermotor dengan pembayaran sekaligus di muka.
Untuk Pajak Kendaraan Bermotor yang karena keadaan kahar (force majeure) Masa
Pajaknya tidak sampai 12 (dua belas) bulan, dapat dilakukan restitusi/pengembalian
atas pajak yang sudah dibayar untuk porsi Masa Pajak yang belum dilalui.25

Atas kelebihan pembayaran Pajak, Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan


pengembalian kepada Kepala Daerah.26 Kepala Daerah dalam jangka waktu paling
lama 12 (dua belas) bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran Pajak harus memberikan keputusan. Apabila jangka waktu telah
dilampaui dan Kepala Daerah tidak memberikan suatu keputusan, permohonan
pengembalian pembayaran Pajak dianggap dikabulkan dan Surat Ketetapan Pajak
Daerah Lebih Bayar (SKPDLB) harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1
(satu) bulan.27 Pengembalian kelebihan pembayaran Pajak tersebut dilakukan
dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKPDLB.

3. Penghitungan dan Pemungutan BBNKB

Objek Pajak BBNKB adalah penyerahan kepemilikan Kendaraan Bermotor. 28 Di


samping itu, penguasaan Kendaraan Bermotor melebihi 12 (dua belas) bulan dapat
dianggap sebagai penyerahan. 29 Penguasaan Kendaraan tersebut tidak termasuk
penguasaan Kendaraan Bermotor karena perjanjian sewa beli.

24
Ibid, Pasal 6 ayat (4)
25
Ibid, pasal 8 ayat (3)
26
Pasal 18 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2016 tentang Ketentuan Umum dan Tata cara Pemungutan
Pajak Daerah
27
Ibid, Pasal 18 ayat (3)
28
Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
29
Ibid, Pasal 9 ayat (4)
Termasuk penyerahan Kendaraan Bermotor adalah pemasukan Kendaraan Bermotor
dari luar negeri untuk dipakai secara tetap di Indonesia, kecuali: 30

 untuk dipakai sendiri oleh orang pribadi yang bersangkutan;


 untuk diperdagangkan;
 untuk dikeluarkan kembali dari wilayah pabean Indonesia; dan
Pengecualian ini tidak berlaku apabila selama 3 (tiga) tahun berturut-turut tidak
dikeluarkan kembali dari wilayah pabean Indonesia. 31
 digunakan untuk pameran, penelitian, contoh, dan kegiatan olahraga bertaraf
internasional.

Subjek Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau
Badan yang dapat menerima penyerahan Kendaraan Bermotor. Wajib Pajak Bea
Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau Badan yang menerima
penyerahan Kendaraan Bermotor.

a. Penghitungan BBNKB

Dasar pengenaan BBNKB adalah Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB). NJKB
ditetapkan berdasarkan HPU atas kendaraan bermotor yang ditetapkan dengan
ketentuan:32

1). Dalam hal diperoleh harga kosong (off the road), NJKB ditetapkan sebelum
dikenakan Pajak Pertambahan Nilai;
2). Dalam hal diperoleh harga isi (on the road), NJKB ditetapkan sebelum dikenakan
Pajak Pertambahan Nilai dan BBN-KB.

Pengenaan BBN-KB dilakukan atas kendaraan bermotor angkutan umum orang dan
barang. Pengenaan BBN-KB untuk kendaraan bermotor angkutan umum orang
ditetapkan sebesar 30% (tiga puluh persen) dari dasar pengenaan BBN-KB. 33
Pengenaan BBN-KB untuk kendaraan bermotor angkutan umum barang ditetapkan
sebesar 50% (lima puluh persen) dari dasar pengenaan BBN-KB. 34

30
Ibid, Pasal 9 ayat (6)
31
Ibid, Pasal 9 ayat (7)
32
Pasal 5 ayat (2) Permendagri Nomor 12 Tahun 2016 sebagaimana terakhir diubah dengan Permendagri No. 4
Tahun 2017
33
Ibid, Pasal 8 ayat (2)
34
Ibid, Pasal 8 ayat (3)
b. Tarif BBN-KB

Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ditetapkan paling tinggi masing-masing
sebagai berikut:35

1). penyerahan pertama sebesar 20% (dua puluh persen); dan

2). penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 1% (satu persen).

Khusus untuk Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar yang tidak
menggunakan jalan umum tarif pajak ditetapkan paling tinggi masing-masing
sebagai berikut:36

1). penyerahan pertama sebesar 0,75% (nol koma tujuh puluh lima persen); dan

2). penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 0,075% (nol koma nol tujuh puluh
lima persen).

Besaran Pokok Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor yang terutang dihitung
dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak. Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat Kendaraan
Bermotor terdaftar yang dilakukan pada saat pendaftaran.

Wajib Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor wajib mendaftarkan penyerahan
Kendaraan Bermotor dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja
sejak saat penyerahan.37

Orang pribadi atau Badan yang menyerahkan Kendaraan Bermotor melaporkan


secara tertulis penyerahan tersebut dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja
sejak saat penyerahan. Laporan tertulis tersebut, paling sedikit berisi: 38

1) nama dan alamat orang pribadi atau Badan yang menerima penyerahan;
2) tanggal, bulan, dan tahun penyerahan;
3) nomor polisi kendaraan bermotor;
4) lampiran fotokopi Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor.

c. Pemungutan dan Restitusi

BBN-KB merupakan jenis Pajak yang dipungut berdasarkan penetapan Kepala

35
Pasal 12 Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
36
Ibid, Pasal 12 ayat (2)
37
Ibid, Pasal 14
38
Ibid, Pasal 15 ayat (2)
Daerah.39 Wajib Pajak untuk jenis Pajak yang dipungut berdasarkan penetapan
Kepala Daerah wajib mendaftarkan objek Pajak kepada Kepala Daerah dengan
menggunakan:40

1) surat pendaftaran objek Pajak untuk jenis Pajak yang dipungut berdasarkan
penetapan Kepala Daerah;
2) Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) untuk jenis Pajak yang dipungut
berdasarkan penetapan Kepala Daerah.

Wajib Pajak untuk jenis Pajak yang dibayar sendiri berdasarkan penghitungan
oleh Wajib Pajak diwajibkan mendaftarkan diri kepada Kepala Daerah untuk
mendapatkan nomor pokok Wajib Pajak Daerah. Dalam hal Wajib Pajak tidak
mendaftarkan diri, Kepala Daerah secara jabatan menerbitkan nomor pokok
Wajib Pajak Daerah berdasarkan data yang diperoleh atau dimiliki oleh Daerah. 41

Ketentuan pendaftaran bagi wajib pajak yang melakukan penghitungan sendiri


tersebut dikecualikan untuk:42

1) Wajib Pajak bahan bakar kendaraan bermotor dan pemungut Pajak bahan bakar
kendaraan bermotor yang berstatus Badan Usaha Milik Negara atau Badan
Usaha Milik Daerah; dan
2) Penyedia tenaga listrik yang berstatus Badan Usaha Milik Negara atau Badan
Usaha Milik Daerah.

d. Restitusi

Atas kelebihan pembayaran BBNKB, Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan


pengembalian kepada Kepala Daerah. Kepala Daerah dalam jangka waktu paling
lama 12 (dua belas) bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran Pajak harus memberikan keputusan. Apabila jangka waktu telah
dilampaui dan Kepala Daerah tidak memberikan suatu keputusan, permohonan
pengembalian pembayaran Pajak dianggap dikabulkan dan SKPDLB harus
diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan. 43

Apabila Wajib Pajak mempunyai utang Pajak, kelebihan pembayaran Pajak langsung

39
Pasal 3 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2016 tentang Ketentuan Umum dan Tata cara Pemungutan
Pajak Daerah
40
Ibid Pasal 5 ayat (1)
41
Ibid Pasal 5 ayat (2)
42
Ibid Pasal 5 ayat (3)
43
Pasal 165 ayat (1) (2) (3) dan (4) Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang Pajak tersebut. Pengembalian
kelebihan pembayaran Pajak dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua)
bulan sejak diterbitkannya SKPDLB. Jika pengembalian kelebihan pembayaran
Pajak dilakukan setelah lewat 2 (dua) bulan, Kepala Daerah memberikan imbalan
bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas keterlambatan pengembalian
kelebihan pembayaran Pajak.44

IV. Kesimpulan
1. Kendaraan bermotor darat yang dimaksud dalam tulisan hukum ini terdiri atas:

a. Mobil penumpang yang terdiri dari sedan, jeep dan minibus;


b. Mobil bus yang terdiri dari microbus dan bus;
c. Mobil barang yang terdiri dari mobil barang, pick up, light truck dan truck;
d. Sepeda motor roda dua dan roda tiga
2. adalah kendaraan bermotor selain yang dioperasikan di air dan juga selain kendaraan
alat-lat berat dan alat alat besar.

3. Penghitungan dasar pengenaan


a. PKB
Pajak Kendaraan Bermotor dikenakan untuk masa satu tahun terhitung mulai saat
pendaftaran Kendaraan Bermotor dengan pembayaran sekaligus dimuka. Dasar
pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor adalah hasil perkalian dari 2 (dua) unsur
pokok:
1) Nilai Jual Kendaraan Bermotor;
2) Bobot yang mencerminkan secara relatif tingkat kerusakan jalan dan/atau
pencemaran lingkungan akibat penggunaan Kendaraan Bermotor.
b. BBNKB
Dasar pengenaan BBNKB adalah Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB). NJKB
ditetapkan berdasarkan HPU atas kendaraan bermotor yang ditetapkan dengan
ketentuan:
1). Dalam hal diperoleh harga kosong (off the road), NJKB ditetapkan sebelum
dikenakan Pajak Pertambahan Nilai;
2). Dalam hal diperoleh harga isi (on the road), NJKB ditetapkan sebelum
dikenakan Pajak Pertambahan Nilai dan BBN-KB.

44
Ibid, Pasal 165 ayat (5) (6) dan (7)
4. Cara pemungutan
a. PKB
Pemungutan pajak terutang dilakukan di wilayah daerah tempat Kendaraan
Bermotor terdaftar yang dilakukan bersamaan dengan penerbitan Surat Tanda
Nomor Kendaraan Bermotor dan dikenakan untuk masa satu tahun terhitung mulai
saat pendaftaran Kendaraan Bermotor dengan pembayaran sekaligus di muka.
b. BBNKB
BBNKB merupakan jenis Pajak yang dipungut berdasarkan penetapan Kepala
Daerah. Wajib Pajak untuk jenis Pajak yang dipungut berdasarkan penetapan
Kepala Daerah wajib mendaftarkan objek Pajak kepada Kepala Daerah dengan
menggunakan:
1) surat pendaftaran objek Pajak untuk jenis Pajak yang dipungut berdasarkan
penetapan Kepala Daerah
2) SPOP untuk jenis Pajak yang dipungut berdasarkan penetapan Kepala Daerah

5. Prosedur Restitusi
a. PKB
Atas kelebihan pembayaran Pajak, Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan
pengembalian kepada Kepala Daerah. Kepala Daerah dalam jangka waktu paling
lama 12 (dua belas) bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran Pajak harus memberikan keputusan. Apabila jangka waktu
sebagaimana tersebut telah dilampaui dan Kepala Daerah tidak memberikan suatu
keputusan, permohonan pengembalian pembayaran Pajak dianggap dikabulkan
dan SKPDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.
Pengembalian kelebihan pembayaran Pajak tersebut dilakukan dalam jangka waktu
paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKPDLB.
b. BBNKB
Atas kelebihan pembayaran BBNKB, Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan
pengembalian kepada Kepala Daerah. Kepala Daerah dalam jangka waktu paling
lama 12 (dua belas) bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran Pajak harus memberikan keputusan. Apabila jangka waktu telah
dilampaui dan Kepala Daerah tidak memberikan suatu keputusan, permohonan
pengembalian pembayaran Pajak dianggap dikabulkan dan SKPDLB harus
diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
2. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2016 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Pemungutan Pajak Daerah.
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 12 Tahun 2016 tentang Penghitungan Dasar
Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Tahun
2016 sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 4 Tahun
2017.
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2012 tentang Penghitungan Dasar
Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor Dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Tahun
2016.

Penyusun:

Tim Unit Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum BPK Perwakilan Provinsi Kalimantan
Selatan

Disclaimer:

Seluruh informasi yang disediakan dalam tulisan hukum adalah bersifat umum dan disediakan
untuk tujuan pemberian informasi hukum dan bukan merupakan pendapat instansi.

https://banjarmasin.bpk.go.id/easy/doc/TULISANHUKUM/tulisan-hukum-PKB-dan-BBNKB-edit-
Binbangkum2.pdf

Contractual Liability, atau pertanggungjawaban kontraktual, yaitu tanggung jawab perdata


atas dasar perjanjian atau kontrak dari pelaku usaha baik barang maupun jasa atas kerugian
yang dialami konsumen akibat mengonsumsi barang yang dihasilkan atau memanfaatkan jasa
yang diberikan. Artinya dalam kontraktul ini terdapat suatu perjanjian atau kontrak langsung
antara pelaku usaha dengan konsumen.
2. Product Liability, yaitu tanggung jawab perdata terhadap produk secara langsung dari
pelaku usaha atas kerugian yang dialami konsumen akibat menggunakan produk yang
dihasilkan.
Pertanggungjawaban produk tersebut didasarkan pada Perbuatan Melawan Hukum (tortius
liability). Unsur-unsur dalam tortius liability antara lain adalah unsur perbuatan melawan
hukum, kesalahan, kerugian dan hubungan kasualitas antara perbuatan melawan hukum
dengan kerugian yang timbul.
Jadi, product liability dalam hal tidak terdapat hubungan perjanjian (no privity of contract)
antara pelaku usaha dengan konsumen, tanggung jawab pelaku usaha didasarkan pada product
liability atau pertanggungjawaban produk. Ketentuan ini terdapat dalam Pasal 19 Undang-
Undang Perlindungan Konsumen yang menyatakan pelaku usaha bertanggung jawab
memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran dan/atau kerugian konsumen akibat
mengkonsumsi barang yang dihasilkan atau diperdagangkan.
3. Criminal Liability, yaitu pertanggungjawaban pidana dari pelaku usaha sebagai hubungan
antara pelaku usaha dengan negara.
Dalam hal pembuktian, yang dipakai adalah pembuktian terbalik seperti yang diatur dalam
Pasal 22 Undang-Undang Perlindungan Konsumen, yang menyatakan bahwa pembuktian
terhadap ada atau tidaknya unsur kesalahan dalam kasus pidana, sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 19 Undang-Undang Perlindungan Konsumen, yaitu kerusakan, pencemaran
dan/atau kerugian yang dialami konsumen merupakan beban dan tanggung jawab pelaku
usaha, tanpa menutup kemungkinan dalam melakukan pembuktian.

Jadi, kedudukan tanggung jawab perlu diperhatikan, karena mempersoalkan kepentingan


konsumen harus disertai pula analisis mengenai siapa yang semestinya dibebani tanggung
jawab dan sampai batas mana pertanggungjawaban itu dibebankan kepadanya. Tanggung
jawab atas suatu barang dan/atau jasa yang diproduksi oleh perusahaan atau industri, dalam
pengertian yuridis lazim disebut sebagai product liability
https://mediakonsumen.com/2018/04/17/wawasan/apa-saja-bentuk-bentuk-pertanggungjawaban-
pelaku-usaha-terhadap-konsumen-ini-jawabannya/amp#referrer=https://www.google.com

Anda mungkin juga menyukai