REPUBLIK INDONESIA
3
BADAN KEBIJAKAN FISKAL - KEMENTERIAN KEUANGAN RI
Tugas Pokok Jasa Raharja
PT Jasa Raharja merupakan perusahaan Asuransi yang bersifat monopoli, memiliki Captive Market dengan penetrasi pasar 100% dan
Besaran Nilai Santunan, Iuran Wajib dan Sumbangan Wajib ditentukan oleh Peraturan Menteri Keuangan, dengan tugas:
1. Memberikan Santunan, kepada masyarakat yang mengalami kecelakaan lalu lintas sesuai dengan ketentuan Program Asuransi Kecelakaan Penumpang
Alat Angkutan Umum dan Lalu Lintas Jalan
2. Menghimpun dan mengelola dana, dari masyarakat guna memenuhi pemberian hak masyarakat atas santunan
SAMSAT
2
Membayar
2 Sumbangan Wajib di
Iuran Wajib Jasa Raharja Sudah SAMSAT
Tercatat dalam Tiket
3
Perlindungan Kepada
3 Pihak Ketiga di Luar
Perlindungan Penumpang Kendaraan Penyebab
Angkutan Umum Kecelakaan
Besaran Nilai Santunan
1
- Bis, Non Bis Rp 60.00
- Kereta Api Rp 120.00
TARIP
GOL JENIS KENDARAAN KD/SERT. JUMLAH
SWDKLLJ
Sepeda motor 50 cc ke bawah, mobil ambulance, mobil
A jenazah dan mobil pemadam kebakaran.
0 3.000 3.000
C2 Sepeda motor dan scooter diatas 250 cc. 80.000 3.000 83.000
Pick up/mobil barang s/d 2.400 cc, sedan, jeep, dan mobil
DP penumpang bukan angkutan umum. 140.000 3.000 143.000
DU Mobil penumpang angkutan umum s/d 1.600 cc. 70.000 3.000 73.000
7000
6497 6583 6507
6396
6219 6282
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Pendapatan Biaya Laba Bersih Deviden
Program Jasa Raharja dan Asuransi TPL
❑ Sumber pendanaan program pada Jasa Raharja berasal dari Sumbangan Wajib dan Iuran Wajib
❑ Jasa Raharja berkoordinasi dengan badan penyelenggara jaminan sosial lainnya terkait pemberian
manfaat yang beririsan
❑ Program perlindungan kecelakaan lalu lintas pada Jasa Raharja belum menjamin penuh korban
kecelakaan tunggal
✓ Secara prinsip, program perlindungan kecelakaan lalu lintas pada Jasa Raharja merupakan program yang
menjamin pihak ketiga (third party liabilities)
❑ Saat ini belum ada program wajib perlindungan pada kendaraan
✓ Program pada Jasa Raharja memberikan perlindungan pada korban kecelakaan
❑ Program asuransi compulsory third party liability insurance, berpotensi mendorong inklusi asuransi di
Indonesia.
❑ Untuk membuat program compulsory third party liability insurance (CTPLI), Pemerintah perlu
mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut
✓ Besaran iuran dan besaran manfaat yang wajar dan terjangkau agar tidak merugikan masyarakat
✓ Berdasarkan ketentuan saat ini, untuk melaksanakan program asuransi wajib perlu dilakukan secara kompetitif.
11
Pengaturan Compulsory Third Party Liability Insurance
UU 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ)
Pasal 188 : Perusahaan Angkutan Umum wajib mengganti kerugian yang diderita oleh Penumpang atau pengirim barang
karena lalai dalam melaksanakan pelayanan angkutan.
Pasal 189 : Perusahaan Angkutan Umum wajib mengasuransikan tanggung jawabnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 188.
Pasal 237 (1) : Perusahaan Angkutan Umum wajib mengikuti program asuransi kecelakaan sebagai wujud tanggung
jawabnya atas jaminan asuransi bagi korban kecelakaan.
(2) : Perusahaan Angkutan Umum wajib mengasuransikan orang yang dipekerjakan sebagai awak kendaraan.
Pasal 239 (1) : Pemerintah mengembangkan program asuransi Kecelakaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
(2) : Pemerintah membentuk perusahaan asuransi Kecelakaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
• Pengaturan mandatory insurance sudah diatur dalam UU LLAJ, khususnya bagi perusahaan angkutan
umum
• Program asuransi KLLAJ diatur dalam Pasal 239 namun belum terdapat pengaturan lebih lanjut.
12
ASURANSI KLLAJ DAN INDUSTRI ASURANSI
ASET ASURANSI MENGALAMI PENINGKATAN NAMUN PERANNYA
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI MASIH RENDAH
Aset Asuransi terhadap PDB - Indonesia Porsi Aset Asuransi Berdasarkan Jenis • Aset industri asuransi mengalami
18000
peningkatan dalam beberapa
15. 00%
14000
13. 00%
12000 Sosial
11. 00% Jiwa
37%
Triliun
10000
8000
8.96% 8.66%
9.42% 10. 00%
40% (2020).
8.35% 8.44% 9.0 0%
4000 7.0 0%
9% Umum
0 5.0 0%
Reasuransi
12%
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2% mencapai 40%, diikuti oleh
PDB Asuransi Asuransi/PDB
asuransi sosial.
Perkembangan Aset Asuransi (s.d Juni 2021)
• Aset asuransi menunjukkan
1,600
1,400
perkembangan yang positif
1,200 walaupun relatif lambat.
1,000 Perkembangan asset didominasi
Triliun
578
800
340.57 388.80
457.35 534.46
oleh asuransi sosial.
600 285.34
226.92
400
200 378.03 451.03 546.64 520.63 553.21 544.20 555.4 • Perkembangan asuransi jiwa
- relatif positif walaupun sempat
2015 2016 2017 2018 2019 2020 Juni 2021
mengalami tekanan di tahun 2018
Jiwa Sosial Umum Wajib Syariah Reasuransi 14
PERTUMBUHAN INVESTASI DAN PREMI CUKUP BAIK
Persentase Investasi terhadap Aset Portofolio Investasi Asuransi (Jun’21) Investasi Asuransi dan Kredit Perbankan
(%PMTB)
100% Penempatan Properti Lainnya
Langsung 1.5% 0.6%
89.5% 89.1% 88.2% 88.5% 2.0% Deposito
90% 87.9% 109.0% 109.0% 111.1% 110.0% 111.9%
88.6% 12.5%
Reksadana
80% 20.4%
70%
Saham
17.9% 19.3% 22.2% 21.6% 22.3% 24.6%
60%
300 200%
159% PMTB masih rendah. Rasio ini akan semakin
200 131%
100
150% 121% 115%
127%
rendah apabila hanya dilihat dari investasi riil saja
0
100% seperti ke property dan penempatan langsung.
2016 2017 2018 2019 2020 Juni 2021
50% • Pertumbuhan premi juga cukup baik yang
Jiwa Sosial Umum Reasuransi Syariah Wajib 2017 2018 2019 2020 Juni 2021
menunjukkan peningkatan coverage asuransi,
Jiwa Umum Reasuransi Sosial Wajib
dengan rasio kecukupan premi yang relatif aman.
Sumber: OJK Data per Juni 2021
Tantangan Pertumbuhan Industri Asuransi:r
Rendahnya literasi, inklusi, dan tingkat kepercayaan masyarakatansi
Rendahnya literasi dan inklusi Keuangan Kasus-kasus terkait industri asuransi mempengaruhi tingkat
kepercayaan masyarakat atas produk asuransi
Sektor Indeks Literasi Indeks inklusi
2016 2019 2016 2019
Perbankan 28,9% 36,1% 63,6% 73,9%
Asuransi 15,8% 19,4% 12,1% 13,5%
Dana Pensiun 10,9% 14,1% 4,7% 6,2%
Pasar Modal 4,4% 4,9% 1,3% 1,6%
Lembaga 13% 15,2% 11,8% 14,6%
Keuangan
Pegadaian 17,8% 17,8% 10,5% 12,4%
Lembaga - 0,85% - 0,72%
Keuangan
Mikro*
*survey 2016 belum terdapat LKM Sumber: Survey Nasional Literasi Inklusi, OJK, 2019
*Berbagai kumpulan berita asuransi pada media online
❑ Berdasarkan Survey Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan 2019, indeks literasi asuransi (19,4%) dan inklusi asuransi (13,5%) mengalami
peningkatan jika dibanding tahun 2016 (15,8%; 12,1%). Namun indeks literasi dan inklusi keuangan masih tetap didominasi oleh industri
perbankan.
❑ Sejumlah kasus pada perusahaan asuransi cukup mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat pada industri asuransi.
Upaya Pengembangan dan Pendalaman Asuransi
Memerlukan peran serta seluruh pihak
• Pasal 39 UU Perasuransian:
1) Program Asuransi Wajib harus diselenggarakan secara kompetitif.
2) Pengaturan Program Asuransi Wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat:
a. cakupan kepesertaan;
b. Hak dan kewajiban tertanggung atau peserta;
c. Premi atau kontribusi;
d. Manfaat dan santunan;
e. Tata cara klaim dan pembayaran manfaat atau santunan;
f. Kriteria penyelenggara;
g. Hak dan kewajiban penyelenggara; dan
h. Keterbukaan informasi
3) Pihak yang dapat menyelenggarakan Program Asuransi Wajib harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan OJK.
4) Penyelenggaraan Program Asuransi Wajib dapat menawarkan manfaat tambahan dengan tambahan premi atau
kontribusi.
5) Penyelenggara Program Asuransi Wajib dilarang memaksa Pemegang Polis untuk menerima tawaran manfaat tambahan
dimaksud.
18
Catatan Compulsory Third Party Liability Insurance
• Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh Pemerintah dalam rangka pendalaman industri asuransi
adalah dengan penerapan asuransi wajib bagi sebagian/seluruh masyarakat
• Pengaturan baru ini membuka opsi pembentukan program asuransi wajib oleh Pemerintah dapat
melalui Peraturan Pemerintah (tidak perlu diatur dalam UU)
• Adapun asuransi wajib yang diharapkan diterapkan sebagai bagian dari upaya inklusi asuransi yaitu
asuransi wajib yang diselenggarakan secara kompetitif (bukan seperti PT Jasa Raharja yang ditunjuk
untuk secara khusus melakukan asuransi kecelakaan penumpang; PT Taspen dan Asabri yang ditunjuk
secara khusus untuk menyelenggarakan asuransi bagi ASN dan TNI)
• Beberapa konsep asuransi wajib yang saat ini telah dilakukan secara kompetitif misalnya, kewajiban
memiliki asuransi kesehatan/kecelakaan diri bagi Jemaah haji (dilaksanakan secara kompetitif oleh
perusahaan asuransi yang memiliki produk tersebut)
• Penyelenggaraan program asuransi wajib, termasuk compulsory TPL Insurance, mengikuti ketentuan
Pasal 39 UU Perasuransian.
19
TERIMA KASIH