Anda di halaman 1dari 8

Cara Menghitung JKK dan JKM PNS yang

Kecelakaan/Meninggal
Cara Menghitung JKK dan JKM PNS/ASN yang mengalami Kecelakaan/Meninggal
Dunia- JKK dan JKM bagi PNS telah ditetapkan oleh Pemerintah melalui PP Nomor 70
Tahun 2015. Jika pegawai swasta memperoleh jaminan sosial berupa Jaminan Kecelakaan
Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM), PNS pun juga diberikan jaminan sosial berupa
Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian juga.

Sebenarnya bukan cuma PNS, PPPK pun berhak atas JKK dan JKM karena PP Nomor 70
Tahun 2015 menyebutkan bahwa JKK dan JKM berlaku untuk ASN (PNS dan PPPK).

JKK dan JKM bagi PNS dan PPPK berlaku mulai 1 Juli 2015 akan tetapi sampai saat ini
pelaksanaannya masih menunggu Peraturan Menteri Keuangan, Perka BKN, dan juga
Peraturan dari PT Taspen.

Latar Belakang Munculnya JKK dan JKM PNS/ASN

Latar belakang mengapa muncul adanya JKK dan JKM adalah, karena di pasal 21 UU ASN
menyebutkan bahwa PNS berhak atas:

 Gaji, tunjangan, dan fasilitas;


 Cuti;
 Jaminan Pensiun dan Jaminan Hari Tua;
 Perlindungan; dan
 Pengembangan Kompetensi.

Sedangkan di pasal 22 UU ASN menyebutkan bahwa PPPK berhak atas:

 Gaji dan Tunjangan;


 Cuti;
 Perlindungan;
 Pengembangan Kompetensi.

Selanjutnya, bentuk Perlindungan disebutkan lagi di Pasal 92 ayat (4) UU ASN bahwa
Pemerintah wajib memberikan perlindungan berupa:

 Jaminan Kesehatan;
 Jaminan Kecelakaan Kerja;
 Jaminan Kematian; dan
 Bantuan Hukum.

Mengingat perlindungan berupa Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian


PNS dan PPPK ini wajib diberikan oleh Pemerintah, maka pemerintah menerbitkan PP
Nomor 70 Tahun 2015.

Jika Jaminan Kesehatan PNS dikelola oleh BPJS Kesehatan, berbeda dengan Jaminan
Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian bagi PNS. Iuran JKK sebesar 0,24% dari gaji dan
JKM sebesar 0,30 dari gaji dikelola oleh PT Taspen.

1# Simulasi Cara Menghitung Biaya Pengangkutan Kecelakaan Kerja

Sebagai contoh, seorang PNS yang sedang bekerja, tiba-tiba mengalami kecelakaan saat
menjalankan tugasnya. Biaya yang diperlukan untuk mengantarkan pegawai tersebut ke
rumah sakit/ke rumahnya adalah:

 Menggunakan kendaraan darat/danau/sungai habis dana sebesar Rp1.500.000,-;


 Selain menggunakan kendaraan darat/danau/sungai, ternyata perlu juga pengangkutan
menggunakan pesawat yang menghabiskan dana sebesar Rp3.500.000,-

Berapa jumlahnya biaya pengangkutan yang dibayarkan oleh PT Taspen kepada PNS
tersebut?

Jawaban:

Sesuai dengan lampiran PP No 70 Tahun 2015, disebutkan bahwa biaya penggantian


pengangkutan maksimum yang diberikan adalah:

Jenis Angkutan Penggantian Biaya Maksimum


Angkutan darat/sungai/danau Rp1.300.000,00
Angkutan Laut Rp1.950.000,00
Angkutan Udara Rp3.250.000,00
diberikan biaya paling besar dari
Jika menggunakan lebih dari 1 angkutan masing-masing angkutan yang
digunakan

Dengan demikian, karena menggunakan 2 jenis angkutan, yaitu angkutan darat/danau/sungai


dan angkutan udara, maka PNS yang bersangkutan diberikan penggantian biaya
maksimum dari masing-masing jenis angkutan sehingga biaya pengangkutan yang
diberikan adalah:

Jenis Angkutan Penggantian Biaya Maksimum


Angkutan darat/sungai/danau Rp1.300.000,00
Angkutan Udara Rp3.250.000,00 +
Besarnya Biaya Pengangkutan yang diberikan Rp4.550.000,00

#2. Simulasi Cara Menghitung Santunan Cacat Sebagian Anatomis

Seorang PNS Golongan III c dengan masa kerja golongan 17 tahun mengalami kecelakaan
kerja dan mengalami cacat sebagian anatomis sebagai berikut:

 Lengan kiri dari sendi bahu ke bawah;


 Ibu jari tangan kiri;
 Telunjuk tangan kiri.

Berapa besarnya Santunan Cacat yang diterima oleh PNS yang bersangkutan?

Jawaban: Sesuai dengan lampiran PP No 70 Tahun 2015, bagi PNS yang mengalami cacat
sebagian anatomis akan mendapatkan santunan cacat yang dibayarkan secara sekaligus
sebesar = (% sesuai tabel di lampiran PP 70) x 80 x Gaji Pokok terakhir.

Gaji pokok PNS untuk tahun 2015 silakan lihat di PP No 30 Tahun 2015, dari tabel gaji
pokok tersebut dapat diketahui Gaji Pokok PNS Gol III c dengan masa kerja golongan 17
tahun adalah sebesar Rp3.420.300,-.

Sedangkan besarnya % sesuai dengan tabel di lampiran PP 70 tahun 2015 adalah:

Jenis Cacat Sebagian Anatomis % Sesuai tabel Lampiran PP 70


Lengan kiri dari sendi bahu ke bawah; 38,5%
Ibu jari tangan kiri; 13,2%
Telunjuk tangan kiri; 7,9%
Total 59,6%
Dengan demikian, besarnya Santunan Cacat yang diberikan adalah sebesar = 59,6% x 80 x
Rp3.420.300,- = Rp163.079.904,-.

#3. Simulasi Cara Menghitung Santunan Cacat Sebagian Fungsi

Menggunakan contoh simulasi 2, hanya saja umpamakan cacatnya adalah:

 Penurunan daya dengar sebelah telinga 10 desibel;


 kehilangan daya penciuman.
Berapa santunan cacat yang diberikan?

Jawaban:

Lihat tabel % sesuai lampiran PP 70 Tahun 2015, maka akan anda dapatkan % untuk
penurunan daya dengar sebelah telinga 10 desibel adalah 3,3% dan kehilangan daya
penciuman sebesar 11%. Jika ditotal = 3,3% + 11% = 14,3%.

Jumlah santunan cacat yang diberikan = 14,3% x 80 x Rp3.420.300,- = Rp39.128.232,-.

#4. Simulasi Cara Menghitung Santunan Cacat Total Tetap

Masih menggunakan contoh Simulasi 2, tapi PNS yang bersangkutan mengalami cacat total
tetap, maka besarnya santunan yang diberikan sesuai dengan lampiran PP No 70 tahun 2015
ada dua macam yaitu:

a. santunan sekaligus sebesar = 70% x 80 x gaji pokok PNS terakhir = 70% x 80 x


Rp3.420.300,- = Rp191.536.800,-.

b. santunan berkala sebesar Rp250.000,- per bulan selama 24 bulan.

#5. Simulasi Cara Menghitung Santunan Bagi PNS yang Tewas

Tewas berbeda dengan wafat/meninggal secara biasa. Definisi tewas dapat anda baca di PP
No 70 Tahun 2015.

Masih menggunakan contoh Simulasi 2, PNS Gol IIIc MKG 17 tahun, tewas pada saat
sedang menjalankan kerja. Berapa santunan yang diterima oleh ahli waris?

Jawaban:

Kepada ahli waris yang ditinggal tewas oleh PNS akan mendapatkan:

a. Santunan Kematian Kerja sebesar = 60% x 80 x gaji pokok terakhir = 60% x 80 x


Rp3.420.300,- = Rp164.174.400,-.

b. Uang Duka Tewas (UDT) sebesar = 6 x gaji pokok terakhir = 6 x Rp3.420.300,- =


Rp20.521.800,-.

c. Biaya Pemakaman sebesar Rp10.000.000,-.

d. Bantuan beasiswa, diberikan kepada 1 orang anak saja. Anggaplah mempunyai 3


orang anak, 1 masih SD, 1 SMP, dan 1 lagi SMA. Sesuai PP 70 Tahun 2015, bantuan
beasiswa besarnya adalah 45 juta (SD), 35 juta (SMP), dan 25 juta (SMA). Maka bantuan
beasiswa cuma diberikan kepada 1 anak, ambil saja yang SD sehingga dapat Beasiswa
sebesar Rp45.000.000,-.

#6. Simulasi Cara Menghitung Tunjangan Cacat PNS


PNS Golongan IIIc MKG 17 Tahun mengalami kecelakaan kerja dan mendapatkan cacat
yang mengakibatkan dirinya tidak bisa bekerja lagi dan akhirnya dipensiunkan. Cacat yang
didapatkan adalah:

 kehilangan fungsi penglihatan pada kedua belah mata;


 kehilangan fungsi lengan dari sendi bahu ke bawah.

Berapa Tunjangan Cacat yang diperoleh PNS tersebut?

Jawaban:

Tunjangan cacat hanya diberikan kepada PNS yang dipensiunkan karena cacat. Lalu,
sesuai lampiran PP 70, persentase untuk kedua cacat tersebut adalah 70% untuk kehilangan
fungsi penglihatan kedua mata dan 50% untuk kehilangan fungsi lengan dari sendi bahu ke
bawah.

Jika dijumlahkan kedua persentasenya adalah = 70% + 50% = 120%. Tunjangan cacat yang
diberikan adalah dengan menjumlahkan persentase untuk masing-masing cacat, tapi
maksimal 100%. Karena keduanya jika dijumlahkan 120%, maka tunjangan cacat yang
diberikan hanya 100% dikalikan dengan gaji terakhir = 100% x Rp3.420.300,- =
Rp3.420.300,-.

#7. Simulasi Cara Menghitung Jaminan Kematian (JKM PNS/ASN)

Misalkan seorang PNS Golongan III c masa kerja 17 tahun meninggal dunia/wafat. Berapa
santunan kematian yang diterima oleh ahli waris?

Jawaban:

Sesuai dengan PP No 70 Tahun 2015, bagi PNS yang meninggal dunia, maka kepada ahli
waris diberikan:

a. Santunan sekaligus, yang besarannya adalah Rp15.000.000,- dibayarkan sekaligus 1 kali;

b. Uang Duka Wafat (UDW) sebesar = 3 x gaji pokok PNS terakhir = 3 x Rp3.420.300,- =
Rp10.260.900,-.

c. Biaya pemakaman sebesar Rp7.500.000,-;

d. Bantuan beasiswa sebesar Rp15.000.000,- dibayarkan 1 kali dengan syarat kepesertaan


pada JKM 3 tahun atau lebih.

Demianlah simulasi tata cara Menghitung JKK dan JKM PNS/ASN, mudah-mudahan
bermanfaat.
Disahkan Jokowi, PNS kini dapat jaminan
kematian & kecelakaan kerja
Rabu, 7 Oktober 2015 15:39 Reporter : Idris Rusadi Putra

PNS. www.pdk.or.id

Merdeka.com - Presiden Joko Widodo telah menandatangani Peraturan Pemerintah (PP)


Nomor 70 Tahun 2015 tentang Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian
(JKM) bagi pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN) atau Pegawai Negeri Sipil Negara (PNS).

Beleid ini menjadi aturan pelaksana dari Pasal 92 ayat (4) dan Pasal 107 Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN),

Menurut PP ini, pemberi kerja (penyelenggara negara yang mempekerjakan Pegawai ASN
pada pemerintah pusat maupun pemerintah daerah) wajib memberikan perlindungan berupa
JKK dan JKM kepada peserta (pegawai ASN yang menerima gaji yang dibiayai dari APBN
atau APBD, kecuali Pegawai ASN di lingkungan Kementerian Pertahanan dan Pegawai ASN
di lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia).

"Kewajiban pemberi kerja sebagaimana dimaksud pada meliputi pendaftaran peserta dan
pembayaran Iuran," bunyi Pasal 3 ayat (2) PP tersebut seperti dilansir dari Setkab di Jakarta,
Selasa (7/10).

"Peserta sebagaimana dimaksud merupakan Peserta JKK dan JKM yang dikelola oleh PT
Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Persero)," bunyi Pasal 7 PP tersebut.

Manfaat JKK sendiri menurut PP ini meliputi perawatan, santunan, tunjangan cacat.
"Perawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan sampai dengan peserta sembuh,
dan dilakukan pada rumah sakit pemerintah, rumah sakit swasta, atau fasilitas perawatan
terdekat," bunyi Pasal 11 ayat (2) PP tersebut.

PP ini menegaskan, dalam hal peserta yang didiagnosis menderita penyakit akibat kerja
berdasarkan surat keterangan dokter berhak atas manfaat JKK meskipun telah diberhentikan
dengan hormat sebagai PNS dengan hak pensiun atau diputus hubungan perjanjian kerja
dengan hormat sebagai PPPK.

Adapun santunan Jaminan Kematian diberikan kepada ahli waris. [idr]


Begini Perhitungan Iuran Jaminan
Kecelakaan Kerja dan Kematian untuk
PNS
Muhammad Idris - detikFinance

Share 0 Tweet Share 0 1 komentar

Foto: Muhammad Idris-detikFinance

Jakarta - Pegawai Negeri Sipil (PNS) kini dilindungi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan
Jaminan Kematian (JKM). Selanjutnya, gaji PNS akan dipotong untuk membayar iuran JKK
dan JKM.

"Adapun besaran iuran setiap bulan untuk program JKK ditetapkan sebesar 0,24% dari gaji
dan untuk program JKM besaran iurannya ditetapkan sebesar 0,30% dari gaji yang dipotong,"
ujar Wakil Menteri Keuangan, Mardiasmo, di acara sosialisasi JKM dan JKK bagi aparatur
negara di Ballroom Dhanapala, Lapagan Banteng, Jakarta, Kamis (25/2/2016).
Mardiasmo menjelaskan, JKK dan JKM khusus PNS ini tak jauh berbeda dengan yang ada di
BPJS Ketenagakerjaan pada karyawan swasta, yang berbeda hanya pada santunan nilai
manfaat yang diterima peserta.

Sedangkan dana JKK dan JKM bagi PNS dikelola PT Taspen, sementara aparatur negara dari
unsur TNI dan Polri dikelola oleh ASABRI.

Mardiasmo menguraikan, pelaksanaan JKM dan JKK merupakan impelementasi dari


Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang jaminan bagi aparatur sipil negara (ASN).

Sebelumnya, di PP Nomor 12 Tahun 1981, JKK dan JKM dilakukan oleh PT Askes. Namun
setelah Askes menjadi BPJS Kesehatan per tanggal 1 Januari 2014. BPJS Kesehatan tidak
lagi dapat memberikan manfaat perawatan dinas atau kecelakaan kerja kepada PNS.

Sementara lingkup kecelakaan kerja yang mencakup 5 kondisi kecelakaan, yaitu kecelakaan
dalam menjalankan tugas kewajiban, dalam keadaan lain yang ada hubungan sehingga
kecelakaan itu disamakan dengan kecelakaan yang terjadi dalam menjalankan tugas, dalam
perjalanan dari rumah menuju tempat kerja atau sebaliknya, dan penyakit yang timbul akibat
kerja.

Untuk biaya santunan JKM, ditetapkan sebesar Rp 15 juta, uang duka sebesar 3 kali gaji
terakhir, beasiswa ahli waris Rp 15 juta, dan biaya pemakaman Rp 7,5 juta

Biaya santuan JKK meliputi santunan kecelakaan kerja sebesar 100% gaji terakhir sampai
mampu bekerja kembali, santunan cacat sebagian 70% dari 80 bulan gaji terakhir, cacat tetap
sebesar 70% dari 80 bulan gaji terakhir plus santunan berkala Rp 250.000 sampai 24 bulan,
penggantian gigi tiruan Rp 3.900.000, santunan kematian 60% dari 80 bulan gaji terkahir,
uang duka tewas 6 kali gaji terakhir, biaya pemakaman Rp 10 juta, dan beasiswa dari Rp 15
juta-45 juta sesuai tingkat pendidikan anak. (hns/hns)

Anda mungkin juga menyukai