Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Stroke adalah penyebab kematian yang utama. Pola penyebab kematian di
rumah sakit yang utama dari data Departemen Kesehatan Republik Indonesia
yang menyebutkan bahwa stroke menempati urutan pertama sebagai penyebab
kematian di RS. Stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah
penyakit jantung dan kanker secara global.

Stroke merupakan satu masalah kesehatan yang besar dalam kehidupan


modern saat ini. Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk
terkena serangan stroke, sekitar 2,5 % atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya
cacat ringan maupun berat. Jumlah penderita stroke cenderung terus meningkat
setiap tahun, bukan hanya menyerang penduduk usia tua, tetapi juga dialami oleh
mereka yang berusia muda dan produktif. Stroke dapat menyerang setiap usia,
namun yang sering terjadi pada usia di atas 40 tahun. Angka kejadian stroke
meningkat dengan bertambahnya usia, makin tinggi usia seseorang, makin tinggi
kemungkinan terkena serangan stroke (Yayasan Stroke Indonesia, 2006).

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien


dengan stroke hemoragic

2. Tujuan Khusus

a) Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data pada klien


dengan stroke hemoragik

b) Mahasiswa mampu menganalisa data hasil pengkajian pada klien


dengan stroke hemoragik

c) Mahasiswa mampu melakukan rencana tindakan pada klien


dengan stroke hemoragik

d) Mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawata pada klien


dengan stroke hemoragik

e) Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan pada


klien dengan stroke hemoragik

Stroke Hemoragik Page 1


C. Metode Penulisan

Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu


dengan penjabaran masalah-masalah yang didapatkan dan menggunakan studi
kepustakaan dari literatur yang ada, baik di buku, jurnal maupun di internet.

D. Sistematika Penulisan

Makalah ini terdiri dari tiga bab yang disusun dengan sistematika penulisan
sebagai berikut:

BAB I : Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Metode, Penulisan, dan


Sistematika Penulisan.

BAB II : Laporan Pendahuluan Konsep Dasar Penyakit, dan Konsep Dasar

Asuhan Keperawatan.

BAB III : Penutup Terdiri Dari Kesimpulan Dan Saran.

Stroke Hemoragik Page 2


BAB II
TINJAUAN TEORITIS

I. KONSEP DASAR PENYAKIT


A. Pengertian
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah
kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun. (Smeltzer and Bare,
2002).
Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak akut fokal maupun
global akibat terhambatnya peredaran darah ke otak. Gangguan peredaran darah
otak berupa tersumbatnya pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh darah di
otak. Otak yang seharusnya mendapat pasokan oksigen dan zat makanan menjadi
terganggu. Kekurangan pasokan oksigen ke otak akan memunculkan kematian sel
saraf (neuron). Gangguan fungsi otak ini akan memunculkan gejala stroke
(Junaidi, 2011).
Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga
menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu
daerah di otak dan kemudian merusaknya (M. Adib, 2009).
B. Etiologi
Stroke hemoragik terjadi pada otak yang mengalami kebocoran atau pecahnya
pembuluh darah di dalam otak, sehingga darah menggenangi atau menutupi ruang
- ruang jaringan sel otak. Adanya darah yang mengenangi atau menutupi ruang -
ruang jaringan sel otak akan menyebabkan kerusakan jaringan sel otak dan
menyebabkan kerusakan fungsi kontrol otak. Genangan darah bisa terjadi pada
otak sekitar pembuluh darah yang pecah (intracerebral hemorage) atau dapat juga
genangan darah masuk kedalam ruang sekitar otak (subarachnoid hemorage) bila
ini terjadi stroke bisa sangat luas dan fatal bahkan sampai pada kematian. Stroke
hemoragik pada umumnya terjadi pada lanjut usia, karena penyumbatan terjadi
pada dinding pembuluh darah yang sudah rapuh (aneurisma). Pembuluh darah
yang sudah rapuh ini, disebabkan karena faktor usia (degeneratif), akan tetapi bisa
juga disebabkan karena faktor keturunan (genetik). Keadaan yang sering terjadi
adalah kerapuhan karena mengerasnya dinding pembuluh darah akibat tertimbun

Stroke Hemoragik Page 3


plak atau arteriosklerosis akan lebih parah lagi apabila disertai dengan gejala
tekanan darah tinggi.
Stroke hemoragik dapat terjadi apabila lesi vaskular intraseberum mengalami
ruptur sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang subaraknoid atau langsung ke
dalam jaringan otak. Sebagian dari lesi vaskular yang dapat menyebabkan
perdarahan subaraknoid (PSA) adalah aneurisma sakular (Berry) dan malformasi
arteriovena (MAV). Selain lesi vaskular anatomik, penyebab stroke hemoragik
adalah hipertensi, gangguan perdarahan, pemberian antikoagulan yang terlalu
agresif (terutama pada klien berusia lanjut), dan pemakaian anfetamin dan kokain
intranasal karena zat-zat ini dapat menyebabkan hipertensi berat dan perdarahan
intraserebrum atau subaraknoid. (Price & Wilson, 2006)
Penyebab lain terjadinya stroke hemoragik adalah :
1. Hubungan abnormal antara arteri dan vena, seperti kelainan
arteriovenosa.
2. Kanker, terutama kanker yang menyebar ke otak dari organ jauh
seperti payudara, kulit, dan tiroid.
3. Cerebral amyloid angiopathy, yang membentuk protein amiloid dalam
dinding arteri di otak, yang membuat kemungkinan terjadi stroke lebih
besar.
4. Kondisi atau obat (seperti aspirin atau warfarin).

C. Patofisiologi
Tahapan patofisologi terjadinya stroke adalah kerusakan pembuluh darah
otak, pembuluh darah tidak mampu mengalirkan darah atau pembuluh darah
pecah dan bagian otak yang memperoleh darah dari pembuluh yang rusak tadi
fungsinya menjadi terganggu hingga timbul gejala-gejala stroke.
Tahapan tersebut tidak terjadi dalam waktu singkat.Pada tahap pertama
dimana dinding pembuluh darah yang mengalirkan darah ke otak mula-mula
terkena berupa aterosklerosis pada pembuluh-pembuluh yang kecil. Penebalan
dinding pembuluh darah ini terjadi berangsung-angsur dan diakibatkan oleh
hipertensi, DM, peninggian kadar asam urat atau lemak dalam darah, perokok
berat.
Proses penebalan timbul berangsur-angsur dalam waktu beberapa tahun atau
akhirnya suatu saat terjadi sumbatan dimana aliran darah yang terjadi cukup
ditolerir oleh otak. Akhirnya karena sempitnya lumen pembuluh darah tersebut
tidak cukup lagi memberi darah pada pembuluh darah otak ini menyebabkan

Stroke Hemoragik Page 4


kerapuhan dan pembuluh darah menjadi pecah dan timbul perdarahan. Pada saat
dimana pembuluh darah tersebut pecah atau tersumbat hingga aliran darah tidak
cukup lagi memberi darah lalu timbul gejala-gejala neurologik berupa
kelumpuhan, tidak bisa bicara atau pingsan, diplopia secara mendadak. Sumbatan
pembuluh darah otak dapat juga terjadi akibat adanya bekuan-bekuan darah dari
luar otak (jantung atau pembuluh besar tubuh) atau dari pembuluh darah leher
(karotis) yang terlepas dari dinding pembuluh tersebut dan terbawa ke otak lalu
menyumbat. Karena fungsi otak bermacam-macam, maka gejala stroke juga
timbul tergantung pada daerah mana otak yang terganggu. Penyumbatan atau
pecahnya pembuluh darah secara mendadak dapat menimbulkan gejala dan tanda-
tanda neurologik yang memiliki sifat, mendadak, tidak ada gejala-gejala dini atau
gejala peningkatan dan timbulnya iskemi atau kerusakan otak,gejala neurologik
yang timbul selalau terjadi pada satu sisi badan, gejala-gejala klinik yang timbul
mencapai maksimum beberapa jam setelah serangan . Umumnya kurang dari 24
jam, jadi misalnya pagi hari serangan stroke timbul berupa kelemahan pada badan
sebelah kanan kemudian berangsur-angsur menjadi lumpuh sama sekali.
Perdarahan pada stroke hemoragik biasanya terjadi pada intraserebral dan
subarachnoid. Perdarahan intraserebral biasanya timbul karena pecahnya
mikroaneurisma (Berry aneurysm) akibat hipertensi maligna. Pecahnya pembuluh
darah otak terutama karena hipertensi ini mengakibatkan darah masuk ke dalam
jaringan otak, membentuk massa atau hematom yang menekan jaringan otak dan
menimbulkan oedema di sekitar otak. Peningkatan TIK yang terjadi dengan cepat
dapat mengakibatkan kematian yang mendadak karena herniasi otak. Perdarahan
intra cerebral sering dijumpai di daerah putamen, talamus, sub kortikal, nukleus
kaudatus, pon, dan cerebellum. Hipertensi kronis mengakibatkan perubahan
struktur dinding permbuluh darah berupa lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid.
Perdarahan subarachnoid (PSA) terjadi akibat pembuluh darah disekitar
permukaan otak pecah, sehingga terjadi ekstravasasi darah ke ruang subarachnoid.
Perdarahan subarachnoid umumnya disebabkan oleh rupturnya aneurisma sakular
atau perdarahan dari arteriovenous malformation (AVM).

Stroke Hemoragik Page 5


Pathway Stroke hemoragik:

Peningkatan
tekanan sistemik Gangguan perfusi
jaringan serebral
Aneurisma / APM
Vasospasme Arteri
Perdarahan serebral
Arakhnoid/ventrikel Iskemik/infark
otak
Deficit neurologi
Hematoma serebral
Hemisfer Kanan Hemisfer Kiri
Peningkatan
TIK/herniasis Hemiparase/plegi Hemiparase/plegi
serebral kiri kanan
Penurunan Kesadaran
Penekanan saluran
pernafasan Deficit perawatan Hambatan
diri Mobilitas fisik
Bersihan jalan
Risiko gangguan Risiko
nafas tidak efektif
integritas kulit ketidakseimbangan
nutrisi
Area Gocca Kerusakan kontrol
syaraf motorik
Kerusakan fungsi N Kontrol spingter
VII dan N XII ani menhilang
Stroke Hemoragik Page 6
Hambatan
Inkontinensia
komunikasi verbal
urine/retensi urine

Gangguan
Risiko jatuh Eliminasi Urine

D. Manifestasi Klinis
Gejala stroke hemoragik bervariasi tergantung pada lokasi pendarahan dan
jumlah jaringan otak yang terkena. Gejala biasanya muncul tiba-tiba, tanpa
peringatan, dan sering selama aktivitas.
Manifestasi klinis stroke menurut Smeltzer & Bare (2002), antara lain: defisit
lapang pandang, defisit motorik, defisit sensorik, defisit verbal, defisit kognitif
dan defisit emosional.
1. Defisit Lapang Pandangan
a. Tidak menyadari orang atau objek di tempat kehilangan penglihatan
b. Kesulitan menilai jarak
c. Diplopia
2. Defisit Motorik
a. Hemiparesis (kelemahan wajah, lengan, dan kaki pada sisi yang sama).
b. Hemiplegi (Paralisis wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama).
c. Ataksia (Berjalan tidak mantap, dan tidak mampu menyatukan kaki.
d. Disartria (Kesulitan berbicara), ditunjukkan dengan bicara yang sulit
dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung
jawab untuk menghasilkan bicara.
e. Disfagia (Kesulitan dalam menelan)
3. Defisit Sensorik : kebas dan kesemutan pada bagian tubuh
4. Defisit Verbal
a. Afasia ekspresif (Tidak mampu membentuk kata yang dapat dipahami)
b. Afasia reseptif (Tidak mampu memahami kata yang dibicarakan)
c. Afasia global (kombinal baik afasia reseptif dan ekspresif)
5. Defisit Kognitif
a. Kehilangan memori jangka pendek dan panjang
b. Penurunan lapang perhatian
c. Kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi
d. Perubahan penilaian
6. Defisit Emosional
a. Kehilangan kontrol diri
b. Labilitas emosional
c. Penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stres
d. Depresi
e. Menarik diri
f. Rasa takut, bermusuhan dan marah
g. Perasaan isolasi

Stroke Hemoragik Page 7


E. Penatalaksanaan Medis
Secara umum, penatalaksanaan pada pasien stroke adalah :
1. Posisikan kepala dan badan atas 20 – 30o, posisi miring jika muntah
dan boleh dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil.
2. Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila
perlu diberikan oksigen sesuai kebutuhan
3. Tanda-tanda vital usahakan stabil
4. Bedrest
5. Koreksi adanya hiperglikemia atau hipoglikemia
6. Kandung kemih yang penuh kosongkan, bila perlu lakukan katerisasi
7. Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan hindari
penggunaan glukosa murni atau cairan hipotonik
8. Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi atau suction berlebih yang
dapat meningkatkan TIK
9. Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik, jika
kesadaran menurun atau gangguan menelan sebaiknya dipasang NGT.
Penatalaksanaan medis secara spesifik berupa :
1. Mengobati penyebabnya,
2. Neuroprotektor
3. Tindakan pembedahan
4. Menurunkan TIK yang tinggi

F. Komplikasi
Komplikasi stroke hemoragik meliputi ( Smeltzer & Bare,2001) :
1. Hipoksia Serebral.
2. Penurunan Darah Serebral.
3. Luasnya Area Cedera.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Angiografi cerebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti
perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber
perdarahan seperti aneurism atau malformasi vaskular.
2. Lumbal pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal
menunjukkan adanya hemoragik pada subarakhnoid atau perdarahan
pada intrakranial.

Stroke Hemoragik Page 8


3. CT scan
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya
secara pasti.
4. MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar
terjadinya perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami
lesi dan infark akibat dari hemoragik.
5. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan
dampak dari jaringan yang infrak sehingga menurunnya impuls listrik
dalam jaringan otak.

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, status, suku, agama, alamat,
pendidikan, diagnosa medis, tanggal MRS, dan tanggal pengkajian
diambil.
2. Keluhan utama
Keluhan yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan
kesehatan adalah kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo,
tidak dapat berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran.
3. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat mendadak, pada
saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual,
muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan
separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran disebabkan
perubahan di dalam intrakranial. Keluhan perubahan perilaku juga umum
terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi latergi, tidak
responsif, dan koma.

Stroke Hemoragik Page 9


4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, anemia,
riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat –
obat antib koagulan, aspirin, vasodilator, obat – obat adiktif, kegemukan.
Pengkajian pemakaian obat-obat yang sering digunakan klien, seperti
pemakaian antihipertensi, antilipidemia, penghambat beta, dan lainnya.
Adanya riwayat merokok, penggunaan alkohol dan penggunaan obat
kontrasepsi oral. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari
riwayat penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih
jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya.
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes melitus,
atau adanya riwayat stroke dan generasi terdahulu.
6. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
1) Bernafas
Pasien dapat mengalami sesak, pola nafas tidak efektif.
2) Nutrisi
Mengalami kelemahan otot pengunyah sehingga pasien tidak dapat
mengunyah makanan keras bahkan dipasang NGT.
3) Eliminasi
Terjadi kelemahan otot panggul dan springter pada anus sehingga dapat
menyebabkan pasien mengalami konstipasi.
4) Aktivitas
Terjadi gangguan mobilitas akibat hemiparesis pada satu sisi anggota
gerak. Disarankan bed rest total.
5) Istirahat
Pasien istirahat dengan normal.
6) Pengaturan Suhu
Suhu tubuh pasien biasanya dalam batas normal.
7) Kebersihan/Hygiene
Pasien tidak dapat melakukan personal hygiene secara mandiri akibat
kelemahan yang dialami.
8) Rasa aman
Pasien dan keluarga biasanya merasa khawatir terhadap perubahan yang
terjadi seperti keemahan anggota gerak, gangguan berbicara dll.
9) Rasa Nyaman
Kadang pasien akan mengalami nyeri hebat pada bagian kepala yang
mengakibatkan pasien tidak nyaman serta merasa kepala berputar.
10) Sosial

Stroke Hemoragik Page 10


Terjadi gangguan pada pasien saat berkomunikasi pada orang
disekitarnya.
11) Pengetahuan/Belajar
Kebanyakan pasien tidak mengetahui penyakit yang dialaminya serta
apa pemicu munculnya stroke tersebut.

12) Rekreasi
Pasien tidak dapat bangun dari tempat tidur atau pun keluar rumah
karena disarankan bed rest total.
13) Prestasi
14) Spiritual

7. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Melangalami penurunan kesadaran, suara bicara : kadang mengalami
gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara/ afaksia.
Tanda – tanda vital : TD meningkat, nadi bervariasi.
2) Sistem integument
Tidak tampak ikterus, permukaan kulit kering, tekstur kasar, perubahan
warna kulit; muka tampak pucat.
3) Kepala
Normo cephalic, simetris, biasanya terdapat nyeri kepala/sakit kepala.
4) Muka
Asimetris, otot muka dan rahang kekuatan lemah.
5) Mata
Alis mata, kelopak mata normal, konjuktiva anemis (+/+), pupil isokor,
sclera ikterus (-/ -), reflek cahaya positif. Tajam penglihatan tidak dapat
dievalusai,mata tampak cowong.
6) Telinga
Secret, serumen, benda asing, membran timpani dalam batas normal
7) Hidung
Deformitas, mukosa, secret, bau, obstruksi tidak ada, pernafasan cuping
hidung tidak ada.
8) Mulut dan faring
Biasanya terpasang NGT
9) Leher
Simetris, kaku kuduk, tidak ada benjolan limphe nodul.
10) Thoraks
Gerakan dada simetris, retraksi supra sternal (-), retraksi intercoste (-),
perkusi resonan, rhonchi -/- pada basal paru, wheezing -/-, vocal
fremitus tidak teridentifikasi.
11) Jantung

Stroke Hemoragik Page 11


Batas jantung kiri ics 2 sternal kiri dan ics 4 sternal kiri, batas kanan ics
2 sternal kanan dan ics 5 mid axilla kanan.perkusi dullness. Bunyi S1
dan S2 tunggal; dalam batas normal, gallop(-), mumur (-). capillary
refill 2 detik .
12) Abdomen
Terjadi distensi abdomen, Bising usus menurun.
13) Genitalia-Anus
Pembengkakan pembuluh limfe tidak ada., tidak ada hemoroid,
terpasang kateter.
14) Ekstremitas
Akral hangat, kaji edema , kaji kekuatan otot , gerak yang tidak
disadari, atropi atau tidak, capillary refill, Perifer tampak pucat atau
tidak.
B. Diagnosa Keperawatan
Merupakan pernyataan yang menjelaskan status kesehatan baik aktual
maupun potensial. Perawat memakai proses keperawatan dalam mengidentifikasi
dan mengsintesa data klinis dan menentukan intervensi keperawatan untuk
mengurangi, menghilangkan, atau mencegah masalah kesehatan klien yang
menjadi tanggung jawabnya.
1. Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan gangguan aliran
darah sekunder akibat peningkatan tekanan intracranial.
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kehilangan kontrol
otot facial atau oral.
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuscular
4. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan menelan.
5. Deficit perawatan diri berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi.
6. Resiko terjadinya ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang
berhubungan dengan menurunnya refleks batuk dan menelan, imobilisasi.
7. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama.
8. Gangguan eliminasi uri (incontinensia uri) yang berhubungan dengan
penurunan sensasi, disfungsi kognitif, ketidakmampuan untuk
berkomunikasi.
9. Risiko jatuh berhubungan dengan penurunan kesadaran.

Stroke Hemoragik Page 12


C. Perencanaan
NO Diagnosa NOC NIC
1. Gangguan perfusi NOC : NIC :
jaringan cerebral
1. Circulation status Peripheral Sensation
berhubungan dengan
2. Tissue Prefusion : Management
gangguan aliran darah
cerebral (Manajemen sensasi
sekunder akibat
Kriteria Hasil : perifer)
peningkatan tekanan
intracranial. 1. mendemonstrasikan 1. Monitor adanya
status sirkulasi yang daerah tertentu yang
ditandai dengan : hanya peka terhadap

Stroke Hemoragik Page 13


a. Tekanan systole panas/dingin/tajam/tu
dandiastole dalam mpul
rentang yang 2. Monitor adanya
diharapkan paretese
b. Tidak ada 3. Instruksikan keluarga
ortostatikhipertensi untuk mengobservasi
c. Tidak ada tanda kulit jika ada lsi atau
tanda peningkatan laserasi
tekanan intrakranial 4. Gunakan sarun tangan
(tidak lebih dari 15 untuk proteksi
mmHg) 5. Batasi gerakan pada
2. mendemonstrasikan kepala, leher dan
kemampuan kognitif punggung
yang ditandai dengan: 6. Monitor kemampuan
a. berkomunikasi BAB
dengan jelas dan 7. Kolaborasi pemberian
sesuai dengan analgetik
kemampuan 8. Monitor adanya
b. menunjukkan tromboplebitis
perhatian, 9. Diskusikan menganai
konsentrasi dan penyebab perubahan
orientasi sensasi
c. memproses
informasi
d. membuat keputusan
dengan benar
e. menunjukkan fungsi
sensori motori
cranial yang utuh :
tingkat kesadaran
mambaik, tidak ada
gerakan gerakan

Stroke Hemoragik Page 14


involunter
2. Gangguan komunikasi NOC NIC
1. Anxiety self control Communication
verbal berhubungan
2. Coping
Enhancement : Speech
dengan kehilangan 3. Sensory function :
Deficit.
kontrol otot facial atau hearing & vision
1. Gunakan penerjemah,
4. Fear self control
oral.
Kriteria hasil : jika diperlukan
1. Komunikasi : 2. Beri satu kalimat
penerimaan, simple setiap bertemu,
interpretasi, dan jika diperlukan
3. Dorong pasien untuk
ekspresi pesan lisan,
berkomunikasi secara
tulisan, dan non verbal
perlah dan untuk
meningkat.
2. Komunikasi ekspresif mengulangi
(kesulitan berbicara) : permintaan
4. Berikan pujian positif
ekspresif pesan verbal
Communication
dan atau non verbal
Enhancement : Hearing
yang bermakna.
Defisit
3. Komunikasi resptif
Communication
(kesulitan mendengar) :
Enhancement : Visual
penerimaan komunikasi
defisit
dan interpretasi pesan Ansiety Reduction
Active Listening
verbal dan/atau non
verbal.
4. Gerakan terkoordinasi :
mampu mengkoordinasi
gerakan dalam
menggunakan isyarat
5. Pengolahan informasi :
klien mampu untuk
memperoleh, mengatur,
dan menggunakan
informasi
6. Mampu mengontrol
respon ketakutan dan

Stroke Hemoragik Page 15


kecemasan terhadap
ketidakmapuan
berbicara
7. Mampu manajemen
kemampuan fisik yang
dimiliki
8. Mampu
mengkomunikasikan
kebutuha dengan
lingkungan.
3. Gangguan mobilitas NOC : NIC :
1. Joint Movement : Exercise therapy :
fisik berhubungan
Active ambulation
dengan kerusakan
1. Monitoring vital sign
2. Mobility Level
neuromuscular
sebelm/sesudah
3. Self care : ADLs
latihan dan lihat
4. Transfer performance
respon pasien saat
Kriteria hasil:
latihan
1. Klien meningkat
2. Konsultasikan dengan
dalam aktivitas fisik
terapi fisik tentang
2. Mengerti tujuan dari
rencana ambulasi
peningkatan mobilitas
sesuai dengan
3. Memverbalisasikan
kebutuhan
perasaan dalam 3. Bantu klien untuk
meningkatkan menggunakan tongkat
kekuatan dan saat berjalan dan
kemampuan berpindah cegah terhadap cedera
4. Ajarkan pasien atau
4. Memperagakan
tenaga kesehatan lain
penggunaan alat Bantu
tentang teknik
untuk mobilisasi
ambulasi
(walker)
5. Kaji kemampuan
pasien dalam
mobilisasi
6. Latih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan

Stroke Hemoragik Page 16


ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
7. Dampingi dan Bantu
pasien saat mobilisasi
dan bantu penuhi
kebutuhan
ADLs
1. Berikan alat Bantu
jika klien
memerlukan.
2. Ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika
diperlukan

4. Resiko gangguan NOC : NIC :


1. Nutritional Status Nutrision Management
nutrisi kurang dari
2. Nutritional Status : 1. Kaji adanya alergi
kebutuhan tubuh
food and fluid intake makanan
berhubungan dengan 3. Nutritional Status : 2. Kolaborasi dengan
ketidakmampuan nutrient intake ahli gizi untuk
4. Weight control
menelan. menentukan jumlah
Kriteria Hasil :
1. Adanya peningkatan kalori dan nutrisi
berat badan sesuai yang dibutuhkan
dengan tujuan pasien
2. Berat badan ideal sesuai 3. Anjurkan pasien
dengan tinggi badan untuk meningkatkan
3. Mampu
intake Fe
mengidentifikasi 4. Anjurkan pasien
kebutuhan nutrisi untuk meningkatkan
4. Tidak ada tanda-tanda
protein dan vitamin C
malnutrisi 5. Monitor jumlah
5. Menunjukkkan
nutrisi dan kandungan
peningkatan fungsi
kalori
pengecapan dari 6. Berikan informasi
menelan tentang kebutuhan

Stroke Hemoragik Page 17


6. Tidak terjadi penurunan nutrisi
7. Kaji kemempuan
berat badan yang berarti
pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring

1. BB pasien dalam
batas normal
2. Monitor adanya
penurunan berat
badan
3. Monitor tipe dan
jumlah aktivitas yang
bisa dilakukan
4. Monitor lingkungan
selama makan
5. Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam makan
6. Monitor mual
muntah
7. Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb, dan
kadar Ht
Monitor kalori dan intake
nutrisi

5. Deficit perawatan diri NOC: NIC:


berhubungan dengan
1. Activity Intolerance Self-Care Assistance:
hemiparese/hemiplegi. 2. Mobility: Physical
Bathing/Hygiene
impaired
3. Self Care Deficit 1. Monitor kemampuan
Hygiene pasien terhadap
4. Sensory perpeption,

Stroke Hemoragik Page 18


Auditory disturbed perawatan diri
2. Monitor kebutuhan
Kriteria Hasil:
akan personal
1. Pasien dapat hygiene, berpakaian,
melakukan aktivitas toileting dan makan.
sehari-hari (makan, 3. Beri bantuan sampai
berpakaian, klien mempunyai
kebersihan, kemapuan untuk
toileting, ambulasi) merawat diri
2. Kebersihan diri 4. Bantu klien dalam
pasien terpenuhi. memenuhi
3. Mengungkapkan kebutuhannya.
secara verbal 5. Anjurkan klien untuk
kepuasan tentang melakukan aktivitas
kebersihan tubuh sehari-hari sesuai
dan hygiene oral. kemampuannya
4. Klien terbebas dari 6. Pertahankan aktivitas
bau badan perawatan diri secara
rutin
7. Evaluasi kemampuan
klien dalam
memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
8. Berikan
reinforcement atas
usaha yang dilakukan
dalam melakukan
perawatan diri sehari
hari.

6. Resiko terjadinya NOC: NIC :


1. Respiratory status : Airway suction
ketidakefektifan
Ventilation 1. Pastikan kebutuhan
bersihan jalan nafas 2. Respiratory status :
oral/tracheal
yang berhubungan Airway patency
suctioning.
dengan menurunnya 2. Berikan O2 1-

Stroke Hemoragik Page 19


refleks batuk dan 3. Aspiration Control 2liter/mnt, metode
menelan, imobilisasi. dengan pemasangan
Kriteria Hasil : nasal kanul.
3. Anjurkan pasien
1. Mendemonstrasikan untuk istirahat dan
batuk efektif dan suara napas dalam (bagi
nafas yang bersih, tidak anak usia diatas 5)
ada sianosis dan 4. Posisikan pasien
dyspneu (mampu untuk
mengeluarkan sputum, memaksimalkan
bernafas dengan ventilasi
5. Lakukan fisioterapi
mudah, tidak ada
dada jika perlu
pursed lips) 6. Keluarkan sekret
2. Menunjukkan jalan
dengan batuk atau
nafas yang paten (klien
suction
tidak merasa tercekik, 7. Auskultasi suara
irama nafas, frekuensi nafas, catat adanya
pernafasan dalam suara tambahan
rentang normal, tidak 8. Berikan
ada suara nafas bronkodilator
9. Monitor status
abnormal)
3. Mampu hemodinamik
10. Berikan pelembab
mengidentifikasikan
udara Kassa basah
dan mencegah faktor
NaCl Lembab
yang penyebab. 11. Berikan antibiotik
12. Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
13. Monitor respirasi dan
status O2
14. Pertahankan hidrasi
yang adekuat untuk
mengencerkan sekret

Stroke Hemoragik Page 20


15. Jelaskan pada pasien
dan keluarga tentang
penggunaan
peralatan : O2,
Suction, Inhalasi.

7. Resiko gangguan NOC: NIC :


integritas kulit
1. Tissue Integrity : Pressure Management
berhubungan dengan
Skin and Mucous
tirah baring lama.
1. Anjurkan pasien
Membranes
untuk
2. Hemodyalis Akses
menggunakan
Kriteria Hasil : pakaian yang
longgar
1. Integritas kulit yang
2. Hindari kerutan
baik bisa
padaa tempat tidur
dipertahankan
2. Melaporkan adanya 3. Jaga kebersihan

gangguan sensasi kulit agar tetap

atau nyeri pada bersih dan kering

daerah kulit yang 4. Mobilisasi pasien


mengalami (ubah posisi
gangguan pasien) setiap dua
jam sekali
3. Menunjukkan
pemahaman dalam 5. Monitor kulit akan
proses perbaikan adanya kemerahan
kulit dan mencegah
6. Oleskan lotion
terjadinya sedera
atau minyak/baby
berulang
oil pada derah
4. Mampu melindungi yang tertekan
kulit dan
7. Monitor aktivitas

Stroke Hemoragik Page 21


dan mobilisasi
mempertahankan
pasien
kelembaban kulit
dan perawatan 8. Monitor status

alami nutrisi pasien

9. Memandikan
pasien dengan
sabun dan air
hangat

10. Inspeksi kulit


terutama pada
tulang-tulang yang
menonjol dan titik-
titik tekanan ketika
merubah posisi
pasien.

11. Jaga kebersihan


alat tenun.
8. Gangguan eliminasi NOC: NIC
Urinary Retention Care
uri (incontinensia uri) 1. Urinary elimination
1. Monitor intake dan
yang berhubungan 2. Urinary Contiunence
output
dengan penurunan Kriteria hasil: 2. Monitor penggunaan
sensasi, disfungsi 1. Kandung kemih kosong obat antikolinergik
3. Monitor derajat
kognitif, secarapenuh
distensi bladder
ketidakmampuan 2. Tidak ada residu urine
4. Instruksikan pada
untuk berkomunikasi >100-200 cc
pasien dan keluarga
3. Intake cairan dalam
untuk mencatat
rentang normal
output urine
4. Bebas dari ISK 5. Sediakan privacy
5. Tidak ada spasme untuk eliminasi
6. Stimulasi reflek
bladder Balance cairan
bladder dengan

Stroke Hemoragik Page 22


seimbang kompres dingin pada
abdomen.
7. Kateterisasi jika perlu
8. Monitor tanda dan
gejala ISK (panas,
hematuria, perubahan
bau dan konsistensi
urine)

9. Risiko jatuh NOC NIC


1. Trauma Risk For Fall Prevention
berhubungan dengan
2. Injury Risk for
1. Mengidentifikasi
penurunan kesadaran. Kriteria Hasil :
1. Keseimbangan faktor resiko pasien
2. Gerakan terkoordinasi :
terjadinya jatuh
kemampuan otot untuk
bekerja sama secara 2. kaji kemampuan

volunteer untuk mobilitas pasien

melakukan geraka yang


3. Monitor tanda – tanda
bertujuan
vital
3. Prilaku pencegahan
jatuh 4. Bantu pasien dalam
4. Tidak ada kejadian jatuh
berjalan atau
mobilisasi

5. Ciptakan lingkungan
yang aman bagi
pasien

6. Berikan alat Bantu


jika diperlukan

7. Libatkan keluarga
dalam membatu
pasien mobilisasi.

Stroke Hemoragik Page 23


D. Pelaksanaan
Tindakan keperawatan disesuaikan dengan intervensi yang telah disusun pada
uraian rencana keperawatan.

E. Evaluasi
Evaluasi tindakan disesuaikan dengan kriteria hasil pada tujuan di rencana
tindakan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun faktor risiko yang memicu tingginya angka kejadian stroke adalah faktor
yang tidak dapat dimodifikasi (non-modifiable risk factors) seperti usia, ras,
gender, genetik, dan riwayat Transient Ischemic Attack atau stroke sebelumnya.
Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi (modifiable risk factors) berupa
hipertensi, merokok, penyakit jantung, diabetes, obesitas, penggunaan oral
kontrasepsi, alkohol, hiperkolesterolemia (PERDOSSI, 2004). Identifikasi faktor
risiko stroke sangat penting untuk mengendalikan kejadian stroke di suatu negara.

Stroke Hemoragik Page 24


Oleh karena itu, berdasarkan identifikasi faktor risiko tersebut maka dapat
dilakukan tindakan pencegahan dan penanggulangan penyakit stroke, terutama
untuk menurunkan angka kejadian stroke

B. Saran
Penderita stroke jika sudah mengalami kerusakan persarafan atau
kelumpuhan biasanya bersifat permanen. Maka dari itu, perlu adanya
pendampingan ekstra baik kepada klien maupun kepada keluarga karena pada
tahap awal tentunya klien akan merasakan depresi yang amat mendalam. Selain
itu, perlu diberitahukan kepada keluarga untuk tidak merendahkan klien karena
dapat timbul tekanan yang lebih dalam lagi kepada klien sehingga akan
menimbulkan distress kepada klien sehingga mempengaruhi proses penyembuhan
klien. Oleh karena itu, perlu danya peran perawat yang lebih peka terhadap
perasaan klien dan keluarganya.

DAFTAR PUSTAKA

Sylvia & Lorraine (2006), Medical Surgical Nursing; clinical management for
Positive outcomes 7th Edition, St Louis ; Elsevier, Inc

Siti Rochani, (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan diagnosa keperawatan ,


EGC; jakarta

Markus (2001), Patosiologi; konsep klinis proses-proses penyakit ; alih bahasa,


Brahm U, Pendit. . [et. Al] edisi 6. Jakarta : ECG

Rasyid, M .2001. Unit Stroke; Manajemen Stroke Komprehensif . Jakarta : Balai


penerbit huruf besar FKUI

Hendro Sosilo (2005) , Bunner & Suddarth’s: TexBook off Medical Surgical
nursing. 9th. Philadelphia:Lippincortt

Stroke Hemoragik Page 25


Soepardjo. 2009 . Sekilas tentang Stroke. Yayasan Stroke Indonesia. Edisi
November 2009.

Stroke Hemoragik Page 26

Anda mungkin juga menyukai