Anda di halaman 1dari 8

TINJAUAN TEORI

LUKA BAKAR

1.1. Pengertian
Luka Bakar adalah trauma yang disebabkan oleh panas yang mengenai
kulit mukosa dan jaringan yang lebih dalam.

1.2. Etiologi dan Derajat Luka Bakar


Etiologi yang dapat menginduksi luka bakar yang sering terjadi antara
lain adalah suhu panas (api, air, dan uap air), suhu dingin (frost bite),
listrik (elektrik), zat kimia (zat asam kuat, zat basa kuat), radiasi, dan
sinar laser.
Derajat luka bakar dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu:
1) Derajat satu ( superficial skin burn) dimana sedikit
kerusakanhanya terjadi pada lapisan superficial (epidermis)
ditandai dengan eritema dan sedikit edema pada luka. Tidak
diperhitungkan pada pengukuran luas luka bakar.
2) Derajat dua (partial thickness skin burn), terjadi kerusakan pada
sebagian dermis. Tanda karakteristik yang timbul adalah
adanya bulla atau vesikula. Bila bulla atau vesikula pecah maka
dapat dilakukan pemeriksaan pin prick yaitu ditusuk jarum , bila
tidak nyeri berarti derajat tiga.
3) Derajat tiga ( full thickness skin burn) Luka tampak kering, pucat
dan waxy (seperti malam). Tanda patognomonis bila ditemukan
ujung-ujung pembuluh darah yang mengalami thrombosis.

Luas (ukuran) luka bakar diukur atas presentasi terhadap luas


tubuh pasien. Metode klasik yang sering dipergunakan untuk
memperkirakan luka bakar adalah Hukum Sembilan (rule of nine).
Untuk orang dewasa pembagiannya yaitu kepala 9%, tangan kanan
9%, tangan kiri 9%, dada 18%, abdomen 18%, kaki kanan 9%, kaki kiri
9%, dan alat kelamin 1%. Pada anak-anak pembagiannya yaitu kepala
18%, tangan kanan 9%, tangan kiri 9%, dada 18%, abdomen 18%,
kaki kanan 14%, kaki kiri 14%, dan alat kelamin 1%.
Luas luka bakar yang diperhitungkan dalam kepentingan klinis aalah
luka bakar derajat 2 dan derajat 3.

1.3. Penanganan Luka Bakar


Bila ditemukan korban dengan terbakar api, penanganan yang harus
segera diberikan yaitu padamkan api dengan air atau selimut. Bila
korban terkena air panas,dapat dilakukan usaha menghentikan
kerusakan yang lebih dalam (menghilangkan heat stroke) dengan cara
bilas dengan air dingin sebelum 2 menit. Bila korban terkena aliran
listrik tegangan tinggi, harus diperhatikan bahwa penolong tidak
menjadi korban. Bila memungkinkan aliran listrik bias dipadamkan dari
sentral, atau bila tidak memungkinkan penolong menggunakan alat
bantu yang tidak menghantar listrik seperti kayu kering.

1.4. Penanganan resusitasi

Sesuai dengan prinsip basic life support maka diadakan resusitasi


harus dilakukan dengan urutan penilaian, tindakan, dan evaluasi
terhadap:

a. Airway (jalan nafas)


Hal terpenting yang harus diperhatikan adalah penilaian terhadap
jalan nafas. Trauma inhalasi yaitu tersumbatnya jalan nafas akibat
edema yang disebabkan trauma panas pada jalan nafas itu sendiri,
harus dicurigai bila:
1. Luka bakar pada wajah
2. Bulu hidung atau alis yang terbakar
3. Didapatkan timbunan karbon kehitaman disekitar mulut, hidung
dan orofaring
4. Dahak yang berwarna kehitaman
5. Riwayat terbakar diruangan tertutup
6. Riwayat ledakan di depan wajah, leher dan dada
7. Kadar karboksi hemoglobin lebih dari 10% setelah riwayat
dalam lingkungan api
b. Breathing (ventilasi)
Pada luka bakar di daerah dada yang melingkar dapat
menimbulkan gangguan ventilasi oleh karena hilangnya sifat elastic
kulit yang terbakar (scar), dan bila hal tersebut terjadi melingkar,
maka dapat mengganggu gerakan otot-otot pernapasan
c. Circulation (sirkulasi)
Bila didapatkan tanda-tanda syok, harus segera dilakukan
resusitasi cairan. Pada kasus-kasus luka bakar resusitasi cairan
diberikan dengan cairan ringer laktat melalui jalur intra vena.
Berbagai formula diperkenalkan untuk memperkirakan kebutuhan
cairan, namun yang sering digunakan adalah furmula Baxter yaitu:
Kebutuhan Cairan= 4cc x BB (kg) x Luas luka bakar (%) cc
Delapan jam pertama diberikan setengah ( 1/2 ) kebutuhan
Enam belas jam berikutnya diberikan setengah (1/2) sisanya.
d. Disability (trauma penyerta)
Seringkali perhatian terhadap korban luka bakar tertuju pada luka
bakarnya itu sendiri padahal tidak jaringan trauma termal disertai
trauma termal lainnya yang dapat lebih menyebabkan kematian,
cedera kepala tertutup, trauma thorak seperti hemato-
pneumothorak, trauma abdomen seperti internal bleeding atau
perforasi hollow, visus, trauma pelvis dan fraktur tulang-tulang
panjang.
1.5. Indikasi Rawat inap
Indikasi rujukan ke unit luka bakar atau criteria rawat inap adalah:
a. Trauma inhalasi
b. Luka bakar derajat III lebih dari 10% untuk dewasa
c. Luka bakar derajat III lebih dari 5% untuk anak-anak dan geriatric
d. Luka bakar derajat II lebih dari 15% untuk dewasa
e. Luka bakar derajat II lebih dari 10% untuk anak-anak dan geriatri
f. Luka bakar di daerah wajah, tangan, kaki, perineum dan sendi
besar
g. Luka bakar elektrik dan kimia
h. Luka bakar dengan trauma penyerta lain
i. Luka bakar dengan kelainan medis lain

1.6. Kriteria Berat Ringannya Luka Bakar


(American Burn Association)
1. Luka bakar ringan
Luka bakar derajat II < 15%
Luka bakar derajat II < 10% pada anak-anak
Luka bakar derajat III < 2%
2. Luka Bakar Sedang
Luka bakar derajat II 15-25% pada orang dewasa
Luka bakar derajat II 10-20% pada anak-anak
Luka bakar derajat III <10%
3. Luka Bakar Berat
Luka bakar derajat II 25% atau lebih pada orang dewasa
Luka bakar derajat II 20% atau lebih pada anak-anak
Luka bakar derajat III 10% atau lebih
Luka bakar mengenai tangan, wajah, telinga, mata, kaki dan
genetalia/ perineum
Luka bakar derajat cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain.
KASUS I

Seorang laki laki 29 tahun masuk UGD dengan luka bakar, hasil pengkajian di temukan
luka kedalaman derajat II dengan terbakar daerah tangan kanan, wajah dan leher, dada
dan paha kanan. BB 60 Kg saat tiba belum terpasang IV line TD 90/60 mmHg Nadi 110
X / menit RR 30 X/menit, kesadaran somnolen tidak ada bukti yang menunjukkan
adanya cedera inhalasi

Pertanyaaan

1. Cedera apa yang di perkirakan?


2. Calculate : fluid replacement ?
3. Bagaimana cara pemberiannya?
4. Apa kriteria berhasil?

PEMBAHASAN

1. Pada kasus tersebut di atas cedera yang di perkirakan terjadi


2. Pada kasus di atas di dapatkan luas luka bakar adalah pada daerah tangan
kanan sebesar 9%, wajah dan leher 9%, dada 18%, dan paha kanan 9%. Jadi
total luas luka bakar adalah
9+9+18+9= 45%.
Fluid replacement : 4ml X BB X % luka bakar
4ml X 60Kg X 45% = 10800 cc
3. Cara pemberian cairan :
8 jam pertama di berikan cairan dari total cairan yg di butuhkan yaitu sebanyak
x 10800 = 5400 cc
8 jam kedua di berikian cairan setengah dari sisa cairan yg di butuhkan yaitu
sebanyak: x 5400 = 2700 cc
8 jam ketiga di berikian cairan setengah dari sisa cairan yg di butuhkan yaitu
sebanyak: x 5400 = 2700 cc
Jika terpasang makro set, jumlah tetesan yang harus diberikan 8 jam pertama
yaitu: 5400 cc x 15 / 8 x 60 = 84 tts permenit.
4. Kriteria berhasil dilihat daritekanan darah, nadi, dan produksi urine pasien yaitu
dengan rumus -1 cc/kgBB/ 24 jam
1 x 60 x 24 = 1440 cc/24 jam
Jadi urine output pasien berkisar antara 720-1440 cc/ 24 jam

SYOK

Syok merupakan penurunan mendadak tekanan darah yang cukap berat sehingga
dapat menimbulkan kematian. Tekanan darah adalah tekanan yang di timbulkan oleh
jantung ketika memompa darah lewat pembuluh-pembuluh darah. Dalam pengertian
lain syok adalah suatu keadaan serius yang terjadi jika sistem kardiovaskuler (jantung
dan pembuluh darah) tidak mampu mengalirkan darah ke seluruh tubuh dalam jumlah
yang memadai; syok biasanya berhubungan dengan tekanan darah rendah dan
kematian sel maupun jaringan.
Syok terjadi akibat berbagai keadaan yang menyebabkan berkurangnya aliran darah,
termasuk kelainan jantung (misalnya serangan jantung atau gagal jantung), volume
darah yang rendah (akibat perdarahan hebat atau dehidrasi) atau perubahan pada
pembuluh darah (misalnya karena reaksi alergi atau infeksi).
Syok digolongkan ke dalam beberapa kelompok:
1. Syok kardiogenik (berhubungan dengan kelainan jantung)
2. Syok hipovolemik ( akibat penurunan volume darah)
3. Syok anafilaktik (akibat reaksi alergi)
4. Syok septik (berhubungan dengan infeksi)
5. Syok neurogenik (akibat kerusakan pada sistem saraf).

Syok Hipovolemik merupakan suatu keadaan dimana volume cairan tidak adekuat di
dalam pembuluh darah. (Setiawan, ). Dan menurut Prof. Dr. H. Tabrani, syok
hipovolemik disebut juga dengan shock preload yang ditandai dengan menurunnya
volume intra vaskuler baik karena perdarahan maupun karena hilangnya cairan tubuh.
Defnisi Syok hipovolemik merupakan salah satu jenis syok yang disebabkan oleh
hilangnya darah, plasma, atau cairan interstitiel dalam jumlah yang besar.
Secara umum syok hipovolemik disebabkan oleh:
1. Hilangnya cairan ekstraseluler
Terutama disebabkan oleh muntaber yang disebabkan oleh kolera, oleh obstruksi
intestinal atau ileus dimana cairan dalam jumlah yang besar keluar dari usus menjadi
cairan ekstraseluler yang menyebabkan terjadinya penurunan volume darah yang diikuti
oleh hilangnya natrium.
2. Kehilangan cairan internal
Disebabkan oleh trauma tumpul dan mekanismenya belum diketahui.
3. Berbagai penyakit antara lain, peritonitis, pankreastitis dan luka bakar.

.Syok Hipovolemik karena kehilangan cairan tubuh


Terjadinya kehilangan cairan dapat di bagi atas cairan eksternal dan internal.
Kehilangan cairan eksternal terutama terjadi pada gastroenteritis, walaupun demikian
kehilangan cairan eksternal ini juga dapat timbul dari sengatan matahari, poli uria, dan
luka bakar. Sedangkan kehilangan cairan internal di sebabkan oleh sejumlah cairan
yang berkumpul pada ruangan peritoneal dan pleura. Kehilangan cairan eksternal ini
juga di sertai dengan kehilangan elektrolit. Sebab yang terbanyak adalah infeksi kolera.

PATOFISIOLOGI
Shock hipovolemik bisa terjadi karena 1) hilangnya cairan misalnya pada pasien yang
mengalami muntaber karena kolera sehingga menyebabkan obstruksi intestinal/ ileus
dan mengakibatkan cairan ekstraseluler keluar yang berakibat pada menurunnya
volume darah dan hilangnya natrium. 2) trauma tumpul, misalnya pada kepala yang
menyebabkanperdarahan hebat atau terjadi kehilangan cairan internal (contoh cairan
serebral). 3) Berbagai penyakit antara lain, peritonitis, pankreastitis dan luka bakar.
1. Pada peritonitis sebab shock adalah hilangnya cairan ekstraseluler dan sepsis.
Terjadinya shock banyak berhubungan dengan aktivitas RES begitu sel RES lumpuh
maka shock pun terjadi.
2. Pada pankraetitis ditandai dengan hipotensi, nyeri dan hilangnya cairan.
3. Pada luka bakar yang memenuhi 50% tubuh, setengah cairan dari ekstraseluler akan
hilang.
Penurunan curah jantung disebabkan oleh penurunan volume preload walaupun
terdapat kompensasi peninggian resistansi vaskuler, vasokonstriksi dan takikardia.
Tekanan darah masih dapat dipertahankan walaupun volume darah berurang 20-25%.
Pada permulaannny keadaan ventrikuler filling presure, CVP dan PAOP rendah, akan
tetapi dalam keadaan yang ekstrim dapat terjadi bradikardia. Pada keadaan
hipovelemik yang berat juga terjadi iskemi miokard, bahkan dapat terjadi infark.
Penurunan volume intra vaskuler ini menyebabkna penurunan volume intra ventrikuler
kiri pada akhir diastole. Yang akibatnya juga menyebabkan berkurangny kontraktilitas
jantung dan juga menyebabkan menurunnya curah jantung. Keadaan ini juga
menyebabkan terjadinya mekanisme kompensasi dari pembuluh darah dimana terjadi
vasokonstriksi oleh katekolamin sehingga perfusi semakin memburuk. Akan tetapi, bila
kehilangan volume darah lebih dari 30% mulai terjadi shock. Dan bila terjadi syok maka
suplai O2 ke sel menurun sehingga menyebabkan gangguan perfusi jaringan yang
akhirnya bisa menimbulkan gangguan metabolisme seluler.

Anda mungkin juga menyukai