Anda di halaman 1dari 95

Mencegah terjadi luka infeksi pada luka

akibat pemasangan infus, CVC (Central


Vena Catether) dan SSI (Surgical Site
Infection) / IDO (Infeksi Daerah Operasi)
/ ILO (Infeksi Luka Operasi)
 Pemasangan kateter intravena perifer
merupakan prosedur tindakan invasif dan
merupakan tindakan steril
 Pemasangan kateter intravena perifer
dapat menimbulkan beberapa risiko
 Untuk mencegah dan meminimalkan risiko
maka direkomendasikan pemasangan
kateter intravena sesuai dengan kebijakan
dan prosedur yang berlaku
 Kejadian
kasus infeksi IADP yang dikaitkan
dg CVC 5,3/1000 hari pemasangan CVC
80.000 kasus kejadian BSI di AS dalam 1
tahun dan 35% terjadi kematian.
 Intravenainsersi adalah suatu prosedur
tindakan memasukkan kateter vena ke
dalam pembuluh darah vena peripfer
maupun pembuluh darah sentral Tindakan
pemasangan intravena merupakan suatu
tindakan steril
 Pemberian cairan dan eletrolit
 Pemberian obat-obatan
 Pemberian darah atau komponen darah lainnya
 Pemberian total parenteral nutrisi
 Pengambilan sample
 Monitoring hemodinamik
1. Peripheral intravena kateter
2. Sentral vena kateter
Faktor Resiko CRBSIs
Mikroba yang menyebabkan CRBSIs memiliki beberapa jalur
masuk yang dapat mengarah kepada infeksi:
Extraluminal contamination terjadi ketika bakteri yang awalnya
berada pada permukaan kulit berdifusi masuk bersamaan dengan
kateter saat insersi dilakukan
Intraluminal contamination terjadi ketika bakteri berdifusi masuk
melalui kateter (bagian dalam lumen)
 Plebitis
 Tromboplebithis
 Extravasation
 Infiltration
 Hematoma
 Local infection
 Cairan berlebihan
 Allergic reaction/Anaphylaxis
 Cellulitis
 Air Embolism
 CRBSI (Chatheter Related Blood Stream
Infection)
 Tanda dan Gejala :
 Kemerahan pada area insersi
 Terasa hangat pada area insersi
 Manajemen :
 Stop Infus
 Berikan penghangat/ kompres hangat
 Dokumentasikan luka dan area terjadinya
phlebitis
 Jika masih dibutuhkan, pasang kateter
intravena yang baru dilokasi lengan
lainnya
 Pencegahan Plebitis :
 Lakukan teknik insersi yang tepat
 Ikuti petunjuk penggunaan obat-obatan
 Monitor laju tetesan, observasi area
insersi area insersi secara regular (dapat
menggunakan phlebitis scale). Gunakan
dressing transparan agar memudahkan
observasi lokasi insersi intravena.
 Lakukan penggantian infus dan
administrasi set sesuai dengan standart
 Tandadan gejala Tromboplebithis
 Nyeri hebat
 Vena bengkak, rusaknya cell endothel
pada dinding vena
 Manajemen Tromboplebithis
 Lepas kateter intra vena
 Pasang di lokasi yang lain
 Kompres hangat
Extravasasi terjadi bila cairan
merembes dari lumen vena
kesekitar jaringan karena rusaknya
dinding posterior vena
 Tandadan gejala extravasation
 Bengkak pada daerah infus
 Tidak nyaman,
 Nyeri,panas
 Rasa bebat
 Temperatur kulit sekitarnya menurun
 Tidak ada aliran balik pembuluh darah
 Laju aliran infus lambat
 Manajemen Extravasation :
 Segera lepas kateter infus
 Berikan penghangat cairan untuk
membantu absorbsi
 Naikkan tangan
 Kaji sirkulasi
 Dokumentasikan
 Pencegahan :
 Tidak memberikan cairan obat-obatan
yang tinggi osmolaritasnya
 Infus kateter keluar dari vena sehingga cairan
keluar dari vena sehingga masuk ke jaringan
sekitar
 Tanda dan gejala Infiltration :
 Bengkak pada daerah
 Infus
 Tidak nyaman,
 nyeri,panas
 Rasa bebat
 Temperatur kulit
 sekitarnya menurun
 Tidak ada aliran balik pembuluh darah
 Laju aliran infus lambat
 Manajemen Infiltration
 Segera lepas kateter infus
 Berikan penghangat cairan untuk membantu
absorbsi
 Naikkan tangan
 Kaji sirkulasi
 Dokumentasikan
 Pencegahan Infiltrasi
 Cek area insersi secara teratur
 Jangan memberikan tape diatas insersi
kateter
 Ajarkan kepada pasien jika ada
bengkak,nyeri, rasa tidak nyaman
 Penyebab Hematoma
 Efek coagulasi
 Pemakaian tourniquet tidak epat
 Insersi yang tidak tepat
 Adanya tekanan ketika melepas kateter
 Vena rusak saat insersi
 Manajemen hematoma
 Lepaskan infus
 Lakukan kolaborasi pemberian anti
koagulan topical
 Pencegahan hematoma
 Lakukan insersi secara tepat
 Hindari penggunaan tourniquet yang
terlalu ketat
 Tanda dan gejala Local infection
 Demam, menggigil, malaise
 Kemerahan dan ada cairan
 Temperatur naik
 Manajemen local infection :
 Stop/lepaskan infus
 Kultur
 Monitor tanda-tanda vital
 Pencegahan local infection :
 Kebersihan tangan
 Pakai sarung angan
 Tehnik aseptik
 Ikuti kebijakan penggantian
administrasi set dan cairan
 Aliranmelebihi yang dibutuhkan
 Tanda dan gejala Cairan berlebihan
 Bernapas pendekpendek
 Tekanan darah naik
 Distensi vena jugularis
 Respirasi rate meningkat
 Edema
 Auskultasi terdengar Crackles atau
rhonchi
 Manajemen cairan berlebihan
 StopInfus
 Lakukan balance cairan
 Laporkan ke dokter
 Observasi tanda-tanda vital
 Pencegahan cairan berlebihan
 Lakukan observasi tetesan infus tiap jam
 Manajemen Allergic reaction/Anaphylaxis:
 Lepaskan infus, sampaikan informasi
kepada dokter
 Berikan obat-obatan alergik
 Monitor tanda-tanda vital
 Berikan support emosiona
 Pencegahan Allergic reaction/Anaphylaxis:
 Tanya riwayat alergik pasien
 Bila bayi dibawah tiga bulan , tanyakan
riwayat alergi ibunya
 Tandadan gejala Air Embolism
 Sesak napas
 Sianosis
 Lemah
 Nadi cepat
 Tekanan darah turun
 Kesadaran menurun
 Cardiac Arrest
 Manajemen Air Embolism
 Lakukan pertolongan kegawatdaruratan
sesuai dengan kegawatan yang terjadi
pada pasien
 Pencegahan Air Embolism
 Lakukan observasi infus tiap jam
 Lakukan observasi tanda-tanda vital
 Akses vaskuler perifer terbatas
 Diperlukan akses vaskuler berulang kali
 Diperlukan utk infus cairan hipe-rtonik/
osmoler
 Infusi obat-obat yang irritan, vasopressor
 Keperluan pemberian obat cairan yang
cepat
 Terapi IV jangka panjang
 Pemantauan tekanan (CVP, Swan-Ganz)
 Pasang transvenous pacing wire
 Veno-venous hemodialysis/filtration
 Single, double, triple atau quadruple catheter
 Tunneled
 Non-tunneled
 Multi-lumen bisa digunakan untuk cairan infus,
 pengambilan darah, pemantauan tekanan vena
sentral, pemberian obat. Mengurangi resiko
bolus tak disengaja.
 Rute biasanya lewat vv. subclavia, jugularis
interna,femoralis atau basilica/cephalica
 Double lumen 12 Fr digunakan untuk veno-
venous dialysis/filtrasi
 Non-tunneled CVC
Untuk penggunaan jangka pendek (2-4 minggu)
 Tunneled CVC
Untuk penggunaan jangka panjang (> 4 minggu)
 Single and multi lumen CVC
 Hickman catheter
 Broviac catheter: mirip Hickman, ukuran
lebih kecil
 Groshong catheter: mirip Hickman, ada
katup diujungnya sehingga tidak perlu
heparin “lock”
 PICC (Peripherally Inserted Central Catheter)
 Rute akses
 Antecubital approach
 Internal jugular vein approach
 External jugular vein approach
 Subclavian vein approach
 Femora vein approach
 Metoda
 Percutaneous approach
 Cut down
 Tunneled
Infeksi pada tunnel
atau kantung

Infeksi pada tempat


keluar/insersi kateter

Catheter-related
bacteremia
Phlebitis
 Kemerahan, bengkak, dan keluar cairan
purulent drainage dari tunnel atau kantung
sekitar port atau external CVC (lebih panjang
dari 2 cm)
 Organisme biasanya Gram positif (Staph epi,
Staph.aureus), dapat juga Gram negatif
(Pseudomonas)
 Terapi dapat berupa:
 Pencabutan CVC
 Antibiotik IV (vancomycin initially)
 Debridement
 Berasal dari tempat dimana CVC keluar dari
kulit (< 2 cm)
 Nyeri, kemerahan, atau bengkak sekitar port
atau external CVC tanpa tanda-tanda sistemik
dari infeksi
 Organisme biasanya Gram positif (Staph epi,
Staph aureus)
 Terapi terdiri dari:
 Perawatan lokal yang agresif
 Antibiotika oral/IV
 Bila cuff Dacron dapat dilihat, sulit
memberantas infeksi dan biasanya diperlukan
pencabutan CVC
1. Pneumothorax
 Terjadi pada keteter yang ditempatkan
di dada
 insiden tertinggi dijumpai pada
keterisasi vena subclavia.
 Pada kateterisaasi vena jugular
interna, resiko peneumotorax dapat
diminimalisir dengan penggunaan
bantuan bimbingan ultrasound
2. Infeksi
 Semua kateter dapat memasukkan
bakteri kedalam aliran darah.
 mekanisme infeksi dapat berupa infeksi
local saat insersi,yang masuk kedalam
kateter atau kolonisasi yang diikuti oleh
infeksi lewat rute intralumen atau
hematogen.
 Bila dijumpai adanya tanda‐tanda infeksi
maka dilakukan kultur darah yang diambil
dari kateter dan vena. Jika kultur bakteri dari
kateter lebih cepat (> 2 jam) dari vena, maka
sumber infeksi adalah kateter
3. Chylothorax
4. Hemothorax
5. Thrombosis
6. Arterial puncture
7. Malposition
8. Arrhythmia , jika kawat menyentuh
endokardium
The Institute for Healthcare Improvement
merekomendasikan lima langkah untuk
mengurangi infeksi kateterisasi vena sentral
yaitu:
 Kebersihan tangan
 Taat pada langkah‐langkah tindakan
pencegahan.
 Antiseptic chlorhexidine.
 Pemilihantempat kateterisasi.
 Melepas kateter secepatnya bila tidak
dibutuhkan lagi
 SSIadalah salah satu masalah yang paling
penting untuk di perhatikan dalam
pelayanan kesehatan
 Di Pusat Jantung Nasional Harapan kita,
angka SSI 3% pada tahun 2010.
 Di RSUD dr. Soedono, angka SSI Jan-Sep
2016 berkisar antara 1,21% - 5,57 %.
SSI (Surgical Side Infection)
27 juta pembedahan setiap tahun di amerika dan 290.000
pasien SSI dan 8000 pasien meninggal karena infeksi
(CDC,2008)

Di negara industri pasien pasaka operasi komplikasi mortalitas


0.2%-0.4% dan 40%-60% dapat dicegah. SSI pada luka bersih
rata-rata (CDC)

Di Indonesia 10 RSU pendidikan, angka HAI’s mencapai 6-16%


dan SSI 2-18% dari keseluruhan prosedur pembedahan
1. Penelitian prevaLensi HAIs Di USA
(2012) Angka tertinggi adalah
IDO : 31 % dari seluruh hais. Posisi ini
mengalahkan angka isktk (cauti), iad(bsi)
dan hap/vap
2. Mortality rate 3 %
3. Sulit utk memonitor ido dengan tepat dan
benar
4. Komponen penyebab ido sangat kompleks
Istilah Surgical Site Infection (Infeksi
daerah operasi/ido) mulai digunakan CDC
sejak 1992 sebagai pengganti Surgical
wound infection (Infeksi Luka Operasi/ILO)
 Infeksi yang terjadi akibat prosedur
pembedahan (CDC)
Faktor intrinsik (terkait pasien)
Tidak bisa dimodifikasi :
• Umur
• Mendapat radioterapi
• Infeksi kulit/jaringan lunak
Bisa dimodifikasi :
• Diabetes
• Obesitas (bmi >40)
• Alkoholisme
• Perokok
• Dispnoe
• Kadar albumin < 3.5 mg/dl
• Kadar bilirubin total> 1.0 mg/dl
• Immunosupresi
Faktor ekstrinsik (terkait prosedur operasi)
 Kategori prosedur :
• Prosedur emergensi
• Kompleksitas prosedur meningkat
• Klasifikasi luka (tercemar/kotor)
 Fasilitas :
• Ventilasi tidak adekuat
• Lalu-lintas di km-operasi meningkat
• Kontaminasi permukaan lingkungan
• Sterilitas peralatan tidak adekuat
 Faktor pre operatif :
• Adanya infeksi sebelum prosedur
• Preparasi kulit tidak adekuat
• Pemakaian antibiotik tidak sesuai :
jenis,waktu dan dosis.
• Metode penghilangan rambut dpt
sebabkan kolonisasi
• Kadar gula darah tidak terkontrol
 Faktor intra operatif
• Prosedur lama
• Pemakaian transfusi darah
• Pelanggaran tindakan asepsis
• “Re-dosing”antibiotik tidak sesuai
• Pemakaian sarung tangan tidak sesuai
• “Surgical scrub” tidak sesuai (“poor-
quality”)
• Kadar gula darah tidak terkontrol
1. “Save lives”
2. “Cut cost”
3. “Arrest the spread of superbugs”

Global guidelines for the prevention of surgical site infection


(WHO 2016)
The 12 symptoms of SSI
 Pus draining from wound
 Increased redness around wound
 Red streak from wound towards heart
Increased wound tenderness
 Increased wound pain
 Increased wound swelling
 Heat at site of wound
 Delayed healing
 Unusual smell Black dead tissue around
wound
 Enlarged lymph node Fever
 Perdarahan
 Nyeri
 Bengkak
 Kemerahan
 Febris
terlepas (broken suture)
 Jahitan
 Open wound
 Recommendation 1
 Pengkajian holistic pada fase preop, intra-
op, dan post-op faktor u/ identifikasi
faktor yg dapat mempengaruhi proses
penyembuhan
 Pengkajian riwayat kesehatan, keluarga
dan sosial
 Merencanakan perawatan
 Lakukan tindakan pencegahan
 Dokumentasi
 Komunikasi efektif antara pasien dan tim
 Recommendation 2
 Libatkan pasien & keluarga dalam
rencana perawatan
 Lakukan pengkajian,
perencanaan,lakukan dan evaluasi
kondisi fisik, emosi, sosial dan spiritual
yg dibutuhkan oleh pasien.
 Collaborative approach enable and
empower
 Encourage active participation and
engagement maintain a partnership
 Recommendation 3
Edukasi pasien dan keluarga untuk
optimalisasi penyembuhan luka operasi
 Recommendation 4
 Pengkajian luka operasi dan
dokumentasikan
 Pengkajian luka yang komprehensif
sebagai data dasar yang dapat digunakan
untuk mengidentifikasi indikasi awal
terjadinya infeksi sehingga dapat
dilakukan intervensi yang tepat
 Initialdressing for 48 hours reinforced prn
 Pengkajian rutin area insisi dan sekitarnya
 Pastikan pasien & keluarga memperoleh
HE sebelum KRS
 Ukuran luas luka ; panjang x lebar x
dalam
 Exudate ; warna, jumlah, konsistensi dan
bau
 Dasar dan sekitar luka ; jumlah, kualitas
dan type granulation, slough or necrotic
tissue, basah atau kering
 Undermining or tunneling ; kedalaman
dan arah
 Jaringan sekitar ; kemerahan, indurasi,
sensasi (hangat), atau nyeri
 Tepi luka ; approximation and wound
dehiscene, edema
 Recommendation 5
Pengkajian luka dan penyembuhan luka
untuk mendapatkan kemajuan perawatan
yang optimal
 Recommendation 6
 Debride the surgical wound of necrotic
tissue
 Removal of necrotic and devitalized tissue
 Decrease bacterial burden
 Eliminates senescent cells in chronic
wounds
 Removes exudate and surface debris
 Reduces bacterial burden
 Sterille normal saline
 High pressure irrigation
 Recommendation 7
 Rule out or treat a surgical site infection
 Wound following surgical procedure are
classified as superficial incisional, deep
incisional, or organ/space, depending
upon the tissue or body part involved
 SSI sering terjadi dalam 48 jam setelah
pembedahan
 Demam pada 48 jam pertama sering
terjadi karena sebab yang tidak diketahui
atau non infeksius
 SSI sering terjadi dalam 30 hari setelah
pembedahan ataudalam 1 tahun setelah
pemasangan implant
 Gejala:
 Nyeri
 Penurunan fungsi
 Febris
 TTV normal
 Exudate
 Tanda :
 Proses penyembuhan yang lama
 Unresolved dehiscence
 New sinus or fistula
 Persistens wound drainage
 Perasaan seperti ada benda asing
 Poor vascularity
 Bau
 Infected prosthetic implant
 Surgery to debride
 Colonisasi ; MRSA, gram-negative bacteria or
fungi
 Rehabilitasi
 Recommendation 8
 Provide optimal local wound moisture
balance to promote healing
 Recommendation 9
 Consider the use of negative pressure
wound therapy (NPWT) and biologically
active dressing
 Recommendation 10
 Recognize that surgical wound healing
requires a team approach
 Lakukan survailans SSI

Anda mungkin juga menyukai