PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sehat merupakan suatu keadaan yang ideal bagi setiap orang. Menurut
World Health Organization (WHO), sehat adalah suatu keadaan sejahtera
sempurna dari fisik, mental, dan sosial yang tidak hanya terbatas pada bebas
dari penyakit dan kelemahan. Kesehatan fisik terwujud apabila seseorang
tidak merasa sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara klinis tidak
adanya penyakit (Notoatmodjo, 2010). Kesehatan fisik merupakan salah satu
aspek dimana kesehatan fisik itu sendiri mencerminkan bahwa semua organ
tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan termasuk diantaranya
adalah kesehatan pada sistem pernafasan.
Mual dan muntah biasanya merupakan gejala yang bisa disebabkan oleh
banyak hal. Kondisi ini adalah cara tubuh untuk membuang materi yang
mungkin berbahaya dari dalam tubuh. Obat-obatan tertentu seperti
kemoterapi untuk kanker dan agen anestesi sering menyebabkan mual
muntah (Porter et al, 2010). Penyakit gastroenteritis adalah penyebab
paling umum yang mengakibatkan terjadinya mual dan muntah.
Gastroenteritis adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri atau virus di
perut. Selain menyebabkan mual dan muntah, gastroenteritis biasanya juga
menyebabkan diare (Porter et al, 2010).
Mual adalah kecenderungan untuk muntah atau sebagai perasaan di
tenggorokan atau daerah epigastrium yang memperingatkan seorang
individu bahwa muntah akan segera terjadi. Mual sering disertai dengan
peningkatan aktivitas sistem saraf parasimpatis termasuk diaphoresis, air liur,
bradikardia, pucat dan penurunan tingkat pernapasan. Muntah
didefinisikan sebagai ejeksi atau pengeluaran isi lambung melalui mulut,
seringkali membutuhkan dorongan yang kuat (Dipiro et al., 2015).
Obat anti-emetik bebas dan dengan resep paling umum
direkomendasikan untuk mengobati mual muntah. Untuk pasien yang bisa
mematuhi pemberian dosis oral, obat yang sesuai dan efektif dapat dipilih
tetapi karena beberapa pasien tidak dapat menggunakan obat oral atau obat
oral tidak sesuai. Pada pasien tersebut disarankan penggunaan obat secara
rektal atau parenteral. Untuk sebagian besar kondisi dianjurkan antiemetik
tunggal, tetapi bila pasien tidak memberikan respon dan pada pasien yang
mendapatkan kemoterapi emetonik kuat, biasanya dibutuhkan regimen
multi obat (Sukandar, 2008).
Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan di RSUD Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda pada 3 bulan terakhir yaitu dari bulan juli 2018
sampai september 2018 di Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) didapatkan
data pasien yang menderita mual muntah sebanyak 313 orang (Buku Laporan
Pasien Ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda).
Mual merupakan penyakit yang dapat disembuhkan, mual dapat
dikendalikan (United States Environmental Protection Agency, 2004). mual
dapat dikendalikan dengan pengelolaan yang dilakukan secara lengkap, tidak
hanya dengan pemberian terapi farmakologis tetapi juga menggunakan terapi
nonfarmakologis yaitu dengan cara mengontrol gejala mual (Sundaru, 2007).
Pengontrolan terhadap gejala mual dapat dilakukan dengan cara medis
secara teratur, hidup sehat dengan asupan nutrisi yang memadai, dan
menghindari stres. Semua penatalaksanaan ini bertujuan untuk mengurangi
gejala mual dengan meningkatkan sistem imunitas (The Asthma Foundationof
Victoria, 2002). Akhir-akhir ini, para penderita mual muntah mulai
memanfaatkan terapi komplementer (nonfarmakologis) untuk mengendalikan
mual yang dideritanya. Jumlah penderita mual yang sudah memanfaatkan
terapi komplementer ini diperkirakan cukup tinggi yaitu sekitar 42% dari
populasi penderita mual yang ada di New Zealand (McHugh,2010).
Pengontrolan mual dengan terapi komplementer dapat dilakukan dengan
teknik pengaruh aromaterapi menggunakan isopropyl alcohol, teknik relaksasi,
akupunktur, chiropractic, homoeopati, naturopati dan hipnosis. (McHugh,
2010).
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka penulis membuat
perumusan masalah penelitian untuk melaksanakan asuhan keperawatan yang
akan dituangkan dalam bentuk karya ilmiah akhir ners dengan intervensi dan
edukasi inovasi teknik aromaterapi menggunakan isopropyl alcohol dengan
ondansentron oral sebagai terapi antiemetik pada pasien dewasa di Unit Gawat
Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penulisan Karya Ilmiah Akhir-Ners (KIA-N) ini bertujuan untuk
melakukan analisa terhadap kasus kelolaan dengan intervensi dan edukasi
inovasi teknik aromaterapi menggunakan isopropyl alcohol dengan
ondansentron oral sebagai terapi antiemetik pada pasien dewasa di Unit
Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda.
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisa masalah keperawatan dengan konsep teori terkait
aromaterapi menggunakan isopropyl alcohol dengan ondansentron oral.
b. Menganalisa intervensi inovasi aromaterapi menggunakan isopropyl
alcohol dengan ondansentron oral
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Pendidikan
a. Dapat menjadi masukan pada program belajar mengajar dan
menambah referensi perpustakaan serta menjadi dasar untuk penelitian
keperawatan lebih lanjut.
b. Sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa keperawatan dalam menambah
pengetahuan tentang intervensi dan edukasi inovasi teknik aromaterapi
menggunakan isopropyl alcohol dengan ondansentron oral sebagai
terapi antiemetik untuk mengurangi mual dan muntah pada pasien
dewasa.
2. Bagi Profesi Kesehatan
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi tenaga
kesehatan khususnya perawat dalam melaksanakan perannya sebagai care
giver guna meningkatkan kualitas asuhan keperawatan sehingga dapat
memaksimalkan penanganan pada semua pasien yang datang ke IGD
dengan keluhan utama mual dan muntah.
3. Bagi Kelompok
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi upaya kolompok sebagai
pelaksana asuhan keperawatan yang mana dapat meningkatkan
kemampuan dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan tentang bagaimana
penanganan pasien yang datang ke IGD dengan keluhan mual dan muntah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Muntah difenisikan sebagai keluarnya isi lambung sampai ke mulut
dengan paksa atau dengan kekuatan. Mual dan muntah merupakan gejala yang
umum dari gangguan fungsional saluran cerna, keduanya berfungsi sebagai
perlindungan melawan toksin yang tidak sengaja tertelan.
Muntah dapat merupakan usaha mengeluarkan racun dari saluran cerna
atas seperti halnya diare pada saluran cerna bawah (neurogastrenterologi).
Mual adalah suatu respon yang berasal dari respon penolakan yang dapat
ditimbulkan oleh rasa, cahaya, atau penciuman.
Isopropil alkohol adalah nama populer dari senyawa kimia dengan rumus
molekul C3H8O atau C3H7OH. Senyawa ini merupakan senyawa tak
berwarna, mudah terbakar dengan bau menyengat. Senyawa ini
merupakan alkohol sekunder yang paling sederhana, dimana atom karbon
yang mengikat gugus alkohol juga mengikat 2 atom karbon lain
(CH3)2CHOH.
Merupakan isomer struktur dari 1 - propanol. Ini adalah tidak
berwarna, mudah terbakar senyawa kimia dengan kuat bau. Ini merupakan
contoh sederhana dari senyawa alkohol sekunder, di mana alkohol atom
karbon melekat dua atom karbon lain kadang-kadang ditampilkan sebagai
(CH 3) 2 CHOH. Ini adalah struktur isomer dari propanol. Ia memiliki
berbagai macam kegunaan industri dan rumah tangga.
B. Patofisiologi
Kemampuan untuk memuntahkan merupakan suatu keuntungan karena
memungkinkan pengeluaran toksin dari lambung. Muntah terjadi bila terdapat
rangsangan pada pusat muntah (Vomiting Centre), suatu pusat kendali di
medulla berdekatan dengan pusat pernapasan atau Chemoreceptor Trigger
Zone (CTZ) di area postrema pada lantai ventrikel keempat Susunan Saraf.
Koordinasi pusat muntah dapat dirangsang melalui berbagai jaras.
Muntah dapat terjadi karena tekanan psikologis melalui jaras yang kortek
serebri dan system limbic menuju pusat muntah (VC). Pencegahan muntah
mungkin dapat melalui mekanisme ini. Muntah terjadi jika pusat muntah
terangsang melalui vestibular atau sistim vestibuloserebella dari labirint di
dalam telinga. Rangsangan bahan kimia melalui darah atau cairan otak (LCS )
akan terdeteksi oleh CTZ. Mekanisme ini menjadi target dari banyak obat anti
emetik. Nervus vagal dan visceral merupakan jaras keempat yang dapat
menstimulasi muntah melalui iritasi saluran cerna disertai saluran cerna dan
pengosongan lambung yang lambat. Sekali pusat muntah terangsang maka
cascade ini akan berjalan dan akan menyebabkan timbulnya muntah. Muntah
merupakan perilaku yang komplek, dimana pada manusia muntah terdiri dari 3
aktivitas yang terkait, nausea (mual), retching dan pengeluaran isi
lambung. Ada 2 regio anatomi di medulla yang mengontrol muntah, 1)
chemoreceptor trigger zone (CTZ) dan 2) central vomiting centre (CVC).
Isopropil
alkohol
3) Bowel obstruction
4) Acute abdomen and/or Peritonitis
a) Ileus
b) Pankreatitis, kolesistitis, apendisitis, hepatitis.
c) Pada anak-anak, dapat disebabkan oleh alergi terhadap protein
pada susu sapi
d) Konsumsi alkohol yang berlebihan.
e) Pergerakan seperti pada motion sickness yang terjadi akibat
stimulasi berlebihan dari kanal labirin pada telinga.
f) Meniere’s disease
g) Perdarahan serebral
h) Nyeri atau sakit kepala yang unilateral
i) Tumor otak, yang dapat malfungsi dari reseptor kimia di otak.
j) Hidrocephalus, peningkatan tekanan intracranial.
k) Hiperkasemia, tingginya kadar kalsium dalam darah.
l) Uremia, biasanya terjadi akrena gangguan ginjal
m) Insufisiensi adrenal
n) Hipoglikemia
5) Gangguan pada sistem sensorik dan otak
6) Gangguan metabolisme
7) Kehamilan
Hiperemesis, Morning sickness
8) Interaksi obat
Alkohol , efek muntah yang ditimbulkan biasanya terjadi sesudah
keadaan mabuk karena banyak meminum alohol.
A. Definisi Antiemetik
Antiemetik adalah obat-obatan yang digunakan dalam penatalaksanaan
mual dan muntah. Antiemetik biasanya diberikan untuk mengobati penyakit
mabuk kendaraan dan efek samping dari analgesik opioid, anestetik
umum dan kemoterapi terhadap kanker.
Obat-obatan tersebut bekerja dengan cara mengurangi hiperaktifitas
refleks muntah menggunakan satu dari dua cara: secara lokal, untuk
mengurangi respons lokal terhadap stimulus yang dikirim ke medula guna
memicu terjadinya muntah, atau secara sentral, untuk menghambat CTZ secara
langsung atau menekan pusat muntah. Antiemetik yang bekerja secara lokal
dapat berupa anastid, anestesi lokal, adsorben, obat pelindung yang melapisi
mukosa GI, atau obat yang mencegah distensi dan menstimulasi peregangan
saluran GI. Agen ini sering kali digunakan untuk mengatasi mual yang ringan.
Antiemetik yang bekerja secara sentral terbagi atas beberapa kelompok:
fenootiazin, nonfenotiazin, penyekat reseptor serotonin (5-HT3),
antikolinergik/antihistamin, dan kelompok yang bermacam-macam. Dua jenis
fenotiazin yang umum digunakan adalah proklorperazin (compazine) dan
prometazin (phenergan) keduanya memiliki awitan yang cepat dan efek
merugikan yang terbatas.
Agen lainnya adalah dronabinol (marinol), yang mengandung bahan aktif
kanabis (mariyuana), hidroksizin (generik) yang dapat menekan area kortikol
pada SSP dan trimetobenzamid (tigan), ini serupa dengan antihistamin dan
tidak menimbulkan sedeasi. Trimetobenzamid sering kasli merupakan obat
pilihan dalam kelompok ini karena tidak dikaitkan dengann sedadi yang
berlebihan dan sepresi SSP. Obat ini tersedian dalam bentuk oral,parenteral,dan
surositoria. Obat ini diabrsorpsi dengan cepat, di metabolisme dalam hati dan
diekskresi melalui urine. Obat ini menembus plasenta dan menembus ASI, dan
digunakan jika manfaatnya lebih besar pada ibu dari pada resiko potensial pada
janin atau neonatus.
1. Analisa Swot
Kekuatan RSUD Abdul Wahab Sjahranie adalah rumah sakit
(Strength) rujukan teratas yang merupakan tipe A, dengan
standar akreditasi paripurna oleh KARS dan
terakreditasi Joint Commission International.
Sehingga mempunyai sarana dan prasarana yang
lengkap untuk mendukung proses pendidikan profesi
Ners.
RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Pembimbing klinik yang ditunjuk oleh RSUD Abdul
Wahab Sjahranie memilik kompetensi yang sudah
merupakan ners spesialis sebagai fasilitator untuk
berdiskusi dan berkonsultasi dalam pelaksanaan
inovasi.
Dukungan dari nanajemen RS dalam pelaksanaan
inovasi terhadap pembaharuan yang dapat
meningkatkan kualitas asuhan pelayanan
keparawatan dan pengembangkan diri sebagai
seorang klinisi.
RSUD Abdul Wahab Sjahranie telah mempunyai
regulasi mengenai jenjang karir yang jelas bagi
perawat klinis (PK) yaitu berupa PK I, PK II, PK III
dan PK IV dengan kewenangan klinis yang berbeda
pada setiap tingkatan.
RSUD Abdul Wahab Sjahranie mempunyai antusias
dan perhatian cukup tinggi untuk mengembangkan
ilmu keperawatan terbaru.
RSUD Abdul Wahab Sjahranie memiliki ruangan
Instalasi Gawat Darurat (IGD) yang terbagi dalam
berbagai bagian yaitu Ruang Triase, Ruang Anak,
Ruang Resusitasi Anak, Ruang Medis, Ruang
Resusitasi Dewasa, Ruang Bedah dan Ruang Obgyn
dengan fasilitas dan sumber daya manusia yang
lengkap dan memadai untuk memberikan pelayanan
prima kepada pasien.
Perawat IGD RSUD Abdul Wahab Sjahranie aktif
dalam himpunan perawat gawat darurat Indonesia
dan aktif menghadiri pertemuan PPGD dan BTCLS
setiap tahunnya sehingga perawat IGD mengikuti
perkembangan ilmu terbaru terkait IGD..
Kelemahan Perbandingan jumlah perawat dengan jumlah pasien
(Weakness) belum sesuai baik di beberapa ruang rawat inap dan
di ruang IGD.
Edukasi yang sistematis belum dijalankan kepada
pasien gawat darurat atau pasien yang datang ke
IGD sehingga kepatuhan dan effikasi diri pasien
rendah dalam perawatan dan pengobatan sehingga
tingginya angka rawat inap kembali pada pasien.
Penambahan jumlah sarana prasarana yang belum
diiringi dengan penambahan jumlah tenaga perawat.
Peluang RSUD Abdul Wahab Sjahranie adalah lahan praktik
(Opportunities) mahasiswa profesi ners sehingga dapat memberikan
masukan dalam pengembangan sistim pelayanan
rumah sakit khususnya pada pasien gawat darurat.
RSUD Abdul Wahab Sjahranie mengikuti program
akreditasi Rumah Sakit seperti JCI sehingga
menuntut rumah sakit khususnya pelayanan
keperawatan meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan untuk menjadikan pelayanan sesuai
dengan standar yang ada.
RSUD Abdul Wahab Sjahranie akan
mengembangkan unit IGD, sehingga pasien akan
semakin banyak dan membutuhkan edukasi yang
baik untuk mencapai outcome yang diharapkan
Ancaman Inovasi yang dilakukan menyangkut kepada
(Threat) perubahan kebijakan RSUD, sehingga akan
mendapatkan halangan dari sistim manajemen diluar
profesi keperawatan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pelaksanaan Inovasi
1. Persiapan
Tahap persiapan dilakukan dengan mengidentifikasi kebutuhan
pengembangan terkait perawatan pasien dengan gangguan mual muntah.
Identifikasi dilakukan pada awal masa dinas profesi Ners di semester akhir
dan kemudian disampaikan ke dalam forum pertemuan yang terdiri dari
kepala ruangan yang merawat pasien dengan gangguan mual muntah,
kepala bidang kepereawatan, ketua komite keperawatan, clinical
instructur. Pilihan yang disampaikan dalam persentasi tersebut dan
disepakati untuk memberikan inovasi tindakan keperawatan mandiri di
IGD. Dengan memberikan inovasi tindakan mandiri dimulai dengan
sosialisasi tindakan inovasi. Setelah ada kesepakatan, mahasiswa membuat
proposal kegiatan yang dikonsulkan bersama pembimbing klinik dan
pembimbing akademik. Setelah mendapatkan feedback mahasiswa profesi
Ners membuat kontrak waktu, pembicara, penentuan materi, tempat acara
dan target peserta seminar. Mahasiswa menyiapkan SOP sebagai prosedur
outcome dari seminar. Peserta seminar disepakati bersama bidang adalah
perawat PK III yang mempunyai kompetensi sebagai seorang pendidik,
edukator dan konselor. SOP yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Memperlihatkan kesiapan dari perawat untuk memberi edukator terkait
penyakit yang mengalami mual muntah.
b. Tingkat pengetahuan peserta mengenai pengetahuan mengenai
penyakit mual muntah.
b. Pelaksanaan
Presentasi dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 28 november 2018 pada
pukul 09.00 dengan menghadirkan dua pembimbing yaitu Ns. Kiki
Hardiansyah Safitri M.Kep.,Sp.Kep.MB (staff akademik) dan Ns. Refliani
Aldila, S.Kep (staff RSUD Abdul Wahab Sjahranie).
a. Evaluasi
1) Karakteristik Responden
Deskripsi karakteristik responden meliputi nilai mual. Hasil
penelitian menunjukan bahwa seluruh responden pada penelitian
ini sebanyak 10 orang yang terdiri dari jenis kelamin dan usia.
Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Usia Di Ruang IGD
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Usia Jumlah (n) Persentase (%)
20-29 tahun 2 20.0
30-39 tahun 4 40.0
40-49 tahun 2 20.0
50-59 tahun 2 20.0
> 60 tahun 0 0
Total 10 100
Sumber : Primer 2018
Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Jenis Kelamin Di
Ruang IGD RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Jenis Kelamin Jumlah (n) Persentase (%)
Laki-laki 4 40.0
Perempuan 6 60.0
Total 10 100
Sumber : Primer 2018
Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Diagnosa Medis Di Ruang
IGD RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Diagnosa Medis Jumlah (n) Persentase (%)
Appendiksitis 4 40.0
Ileus Obstruktif 2 20.0
Hernia 2 20.0
Inkarserata
Peritonitis 2 20.0
Total 10 100
Sumber : Primer 2018
2) Univariat
Analisis univariat dimana analisa variabel meliputi variabel
independen terdiri dari pemberian isopropyl alkohol. Sedangkan
variabel dependennya adalah pemberian ranitidine yang
dilaksanakan di ruang instalasi gawat darurat di RSUD Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda. Adapun variabel tersebut dapat
dilihat pada masing-masing tabel dibawah ini:
Tabel 3.10 Nilai Skor Mual Sebelum dan Sesudah diberikan Isopropil
Alkohol dan Ranitidine Di Ruang IGD RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda 2018
Kategori Mual Isopropil Alkohol Ranitidine
Pre Post Pre Post
F % F % F % F %
Ringan 0 0 5 100.0 0 0 2 40.0
Sedang 2 40.0 0 0 2 40.0 3 60.0
Berat 3 60.0 0 100 3 60.0 0 0
Total 5 100 5 100 5 100 5 100
Sumber : Primer 2018
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sebelum
pemberian isopropyl alkohol pada kategori sedang sebanyak 2
(40.0%) dan kategori berat sebanyak 3 (60.0%), dan pemberian
ranitidine dengan kategori sedang sebanyak 2 (40.0%) dan kategori
berat sebanyak 3 (60.0%). Sedangkan sesudah pemberian isopropyl
alcohol pada kategori ringan sebanyak 5 (100%) dan pada
pemberian ranitidine pada kategori ringan yaitu sebanyak 2
(40.0%) dan pada kategorik sedang sebanyak 3 (60.0%).
3) Bivariat
a) Perbedaan sebelum dan sesudah diberikan isopropyl alkohol
Tabel. 3.11 Perbedaan Nilai Mual Sebelum dan Sesudah
Diberikan Isopropyl Alkohol di Ruang IGD RSUD Abdul
Wahab Sjahranie. Tahun 2018
Mual t P Keterangan
Sebelum dan Sesudah 6.532 0.003 Bermakna
diberikan Isopropil
Alkohol
BAB IV
PENUTUP
a Kesimpulan
Dari Paparan atau penjelasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa sesuai dengan EBN penulis menyimpulkan bahwa dalam mengatasi
mual dikontrol dengan menggunakan isofrofil alcohol namun bisa juga
dengan mamadukan dengan obat medic yang sudah biasa di gunakan di
igd.
b Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang Penerapan
EBN di atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak.
Daftar Pustaka
Michael D. April, MD, DPhil. dkk (2018). Aromatherapy Versus Oral
Ondansetron for Antiemetic Therapy Among Adult Emergency
Department Patients: A Randomized Controlled Trial. Journal of
Annals of Emergency Medicine
Lampiran
SOP Intervensi Inovasi Isopropil Alkohol
Elemen Kriteria Untuk Kerja Keterangan
Pengertian Isopropil Alkohol adalah nama popular dari
senyawa kimia dengan rumus molekul C3H8O
atau C3H7OH. Senyawa ini merupakan
senyawa tak berwarna, mudah terbakar
dengan bau menyengat.
Manfaat Isopropil Dalam bidang farmasi, isopropil alkohol
Alkohol digunakan sebagai antiseptik, seperti pada
produk Lifebuoy Hand Sanitizer, desinfektan,
sterilizer jarum akupuntur, pengurang
ketegangan pada otot dan zat hidroxil
menekan syaraf pusat saat di hirup sehingga
membuat syaraf glosofaringeus/ Sensori:
Menerima rangsang dari bagian posterior
lidah untuk diproses di otak sebagai sensasi
rasa
Motorik: Mengendalikan organ-organ dalam
mencegah mual dan muntah.
Tujuan Tindakan Untuk Mengurangi mual
Tahap 1. Menjelaskan prosedur dan tujuan
Pelaksanaan: tindakan kepasien dan keluarga
Tahap Orientasi 2. Mempersiapkan Alat dan bahan
yang diperlukan dan digunakan
3. Cuci tangan
4. Mengucapkan salam dan
memperkenalkan diri
5. Jaga privasi pasien dengan
menutup pintu atau memasang
sampiran
6. Jalin hubungan saling percaya
7. Beri kesempatan pada pasien dan
keluarga untuk bertanya
Tahap Kerja 1. Menilai skor mual dan muntah
sebelum intervensi dilakukan
2. Menganjurkan pasien menghirup
alcohol swab dengan jarak 1 – 2
cm dari hidung selama 60 detik (1
menit)
Tahap Evaluasi 3. Evaluasi Skor mual dan muntah yg
dinilai pada menit ke 10, 20 , 30
dan 60 setelah intervensi dan tiap
jam sampai pasien dipindahkan
keruangan lain
FASE MUNTAH
ALUR EBN
Kriteria Inklusi
Triage
Kriteria Ekslusi
Pengkajian Mual/Muntah
Ruang Perawatan
Pengkajian
Darurat
SIO
Pelaksanaan
Nama : …………………………………………………………………
Umur : …………………………………………………………………
Alamat : …………………………………………………………………
…………………………………………………………………
No. telp………………………………………………………..
Setelah mendapat penjelasan dari peneliti, dengan ini saya menyatakan bersedia
berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian yang berjudul Aromatherapy
Versus Oral Ondansentron for Antiemetic Therapy Among Adult Emergency
Departement Patients: A Randomized Controlled Trial di Instalasi Gawat Darurat
RSUD. A.W. Syahranie.
Keikutsertaan saya ini sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari pihak
manapun.
CATATAN : Untuk keperluan cetak dua sisi, angka pada skala ini dibalik.
OPSI 2
1. Mencetak atau memfotokopi 2 diagram berikutnya pada lembar A4 yang memastikan
bahwa panjangnya persis 10 cm
2. Lipat di garis putus-putus
3. Jangan perlihatkan kepada pasien skala bernomor Skala angka