Disusun Oleh:
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR……………………………………………………...........iii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………..1
ii
KATA PENGANTAR
Kelompok 3
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu sumber daya manusia yang ada di Rumah Sakit adalah
perawat. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari suatu kinerja
pelayanan kesehatan. Profesi perawat sebagai pemberi pelayanan jasa berada
digaris terdepan dan merupakan komponen yang sangat menentukan baik
buruknya citra rumah sakit.
1
Mengingat perawat sebagai Sumber Daya Manusia (SDM) terpenting
dalam menjalankan roda suatu rumah sakit dengan tidak mengecilkan arti SDM
yang lain, maka pemeliharaan hubungan yang kontinyu dan serasi dengan para
perawat menjadi sangat penting. Baik buruknya pelayanan keperawatan tentunya
berhubungan dengan kinerja para perawat. Banyak faktor yang mempengaruhi
kinerja perawat. Sebagaimana halnya dengan teori yang di kemukakan oleh
Gibson (1996), bahwa perilaku dan kinerja di pengaruhi oleh variabel individu
seperti kemampuan dan keterampilan, latar belakang (keluarga, tingkat sosial dan
pengalaman), serta demografi (umur, etnis dan jenis kelamin), variabel organisasi
(sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain pekerjaan) dan
variabel psikologis (persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi).
Kepemimpinan mencerminkan sifat, perilaku atau aktivitas seseorang dalam
mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Motivasi kerja
mencerminkan perasaan seseorang terhadap keinginan untuk melakukan tindakan-
tindakan dalam menghadapi suatu pekerjaan dilingkungan kerjanya. Sedangkan
iklim kerja mencerminkan suasana atau kondisi lingkungan kerja yang di hadapi
seorang karyawan. (Wijono, 1997)
Salah satu faktor yang mempengaruhi pelayanan prima yaitu iklim kerja
(Barata, 2003). Iklim kerja adalah serangkaian keadaan lingkungan organisasi
yang dirasakan langsung atau tidak langsung oleh pegawai dan dapat
mempengaruhi pegawai. Iklim kerja disebut juga sebagai iklim organisasi
2
(Rahmah & Ranu, 2013). Ehrhart, Schneider, dan Macey (2014) mendefinisikan
iklim organisasi sebagai sebuah makna bersama yang dimiliki oleh setiap
anggota organisasi berkaitan dengan peristiwa-peristiwa, kebijakan-kebijakan,
praktik-praktik, dan prosedur-prosedur yang mereka alami dan perilaku-perilaku
yang mereka lihat dihargai, didukung, dan diharapkan. Penelitian oleh Mulyana
(2005) mengungkapkan hasil bahwa iklim organisasi memiliki hubungan yang
positif dan signifikan terhadap kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Selain itu, penelitian oleh Asi (2013) mengungkapkan hasil bahwa iklim
organisasi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja perawat. Semakin baik
iklim organisasi maka semakin baik kinerja yang dihasilkan, begitu pula
sebaliknya. Pada penelitian tersebut dijelaskan bahwa kinerja berarti
melaksanakan suatu tugas yang ditandai dengan hasil yang dapat di nikmati.
Menurunnya kinerja perawat akan berpengaruh pada kualitas mutu pelayanan.
B. TUJUAN
1.Bagaimana pengaruh iklim kerja terhadap peningkatan pelayanan
keperawatan
2.Seberapa besar pengaruh iklim kerja terhadap peningkatan pelayanan
keperawatan
3
BAB II
KONSEP TEORI
A. IKLIM KERJA
4
Davis (1989), juga mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi
pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi
(motivation). Faktor kemampuan secara psikologik terdiri dari kemampuan
potensi (1Q) dan kemampuan reality yang artinya karyawan yang memiliki diatas
rata-rata dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam
mengerjakan tugas sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang
diharapkan.
Iklim Kerja
lingkungan yang ada atau yang dihadapi oleh manusia yang berada dalam suatu
Berbagai pendapat tentang dimensi iklim kerja yang dikemukakan oleh para
1) Litwin dan Striger dalam Kolb et al. (1984), mengemukakan bahwa dimensi
a) Struktur (structure)
c) Resiko (Risk)
5
Tantangan untuk mengambil resiko pekerjaan dalam sebuah situasi kerja.
d) Penghargaan (Reward)
f) Konflik (Conflict)
2) Kolb, Rubin dan Me, Intyre (1984), mengemukakan tentang dimensi iklim
kerja pada suatu organisasi terdiri dari tujuh dimensi, antara lain: Kesesuaian
(comformity), Tanggung jawab (Responsibility), Standar Kerja (Standar),
Penghargaan (Rewards), Kejelasan keorganisasian (Organizational Clarity),
Kehangatan dan dukungan kelompok (Warmth and Support), Kepemimpinan
(Leadership).
b. Budaya organisasi
6
organisasi dalam menjalankan atau mengoperasionalkan kegiatan organisasi, atau
adalah system penyebaran keyakinan dan nilai-nilai yang dikembangkan didalam
suatu oganisasi sebagai pedoman perilaku anggotanya.
B. PELAYANAN PRIMA
(3) ada tujuan untuk memuaskan pelanggan dengan berorientasi pada standar
layanan tertentu (Barata, 2003).
7
pada penyelarasan kemampuan, sikap, penampilan, perhatian, tindakan, dan
tanggung jawab dalam pelaksanaannya. Sutopo dan Suryanto (2006)
menyebutkan pelayanan prima sebagai pelayanan yang sangat baik atau terbaik
karena pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar pelayanan yang berlaku
atau dimiliki oleh instansi yang memberikan pelayanan. Berdasarkan beberapa
definisi pelayanan prima yang telah dijelaskan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa pelayanan prima merupakan suatu bentuk pelayanan terbaik yang sesuai
dengan standar pelayanan yang telah ditetapkan.
a. Kemampuan
b. Sikap
Sikap adalah perilaku yang terlihat pada diri seseorang ketika menghadapi suatu
situasi tertentu atau berhadapan dengan seseorang (Barata, 2003). Prasetyorini
(2003) menambahkan bahwa dalam konsep sikap ini harus meliputi prinsip
melayani dengan berpikiran positif, sehat, dan logis, serta melayani dengan sikap
menghargai.
8
adalah penampilan yang rapi dan prima sehingga dapat memberi kesan baik dan
dapat dipercaya.
d. Perhatian
Perhatian adalah sikap yang menunjukkan kepedulian penuh terhadap sesuatu atau
seseorang, baik yang berkaitan dengan perhatian akan kebutuhan dan keinginan
pelanggan maupun pemahaman atas saran dan kritiknya (Barata, 2003).
Prasetyorini (2003) menambahkan bahwa konsep perhatian ini harus meliputi
prinsip mendengarkan dan memahami kebutuhan pelanggan dengan sungguh-
sungguh, mengamati dan menghargai perilaku pelanggan, serta mencurahkan
perhatian penuh kepada para pelanggan.
e. Tindakan
f. Accountability
9
Pegawai atau karyawan mengharapkan adanya struktur organisasi, sistem, dan
prosedur kerja yang jelas dan mudah dilaksanakan. Hal ini diperlukan untuk
menunjang efisiensi kerja sehingga mereka dapat mengarahkan potensi yang ada
pada mereka secara optimal. Hal ini berkaitan dengan fasilitas kemudahan kerja.
e. Pola insentif/imbalan
10
Imbalan prestasi, baik dalam bentuk gaji atau upah, dan insentif tambahan lainnya
seperti bonus dan gratifikasi (uang hadiah di luar gaji yang telah ditetapkan)
merupakan penghargaan atas prestasi kerja bagi orang-orang yang bekerja dalam
organisasi/perusahaan.
C. PERAWAT
1. Definisi Perawat
Perawat (nurse) berasal dari bahasa latin yaitu “nutrix” yang berarti merawat atau
memelihara (Sudarma, 2008).Ellis dan Hartley (dalam Priharjo, 2005)
11
mendefinisikan perwat sebagai orang yang mengasuh, merawat dan melindungi,
yang merawat orang sakit, luka dan usia lanjut. Sedangkan Nightingale (dalam
Priharjo, 2005) menyebutkan bahwa perawat adalah orang yang berperan menjaga
pasien, mempertahankan kondisi terbaiknya terhadap masalah kesehatan yang
menimpa pasien.
Perawat merupakan salah satu komponen yang penting dan strategis dalam
pelaksanaan pelayanan kesehatan. Profesi perawat diakui sebagai bagian integral
dari pelayanan kesehatan. Hal ini berarti bahwa peran dan fungsi perawat
12
merupakan komponen yang tidak bisa dipisahkan dan tidak bisa diabaikan oleh
tenaga kesehatan lainnya. Bila dilihat dari intensitas interaksi dengan pasien,
maka perawat merupakan tenaga kesehatan yang paling tinggi intensitas
interaksinya. Perawat dituntut untuk mampu memberikan pelayanan prima kepada
masyarakat untuk memberikan pelayanan kesehatan atau keperawatan prima,
paripurna, dan berkualitas bagi klien, keluarga, dan masyarakat. Di era globalisasi
sekarang ini, masyarakat semakin kritis dan menuntut pelayanan prima (Sudarma,
2008). Pelayanan prima merupakan suatu bentuk pelayanan terbaik yang sesuai
dengan standar pelayanan yang telah ditetapkan. Barata (2003) mengatakan
bahwa salah satu faktor penting dalam mewujudkan pelayanan prima adalah iklim
kerja. Iklim kerja ini disebut juga sebagai iklim organisasi (Rahmah & Ranu,
2006). Barata (2003) mengatakan bahwa adanya kepastian kerja dan penentuan
hubungan kerja yang jelas, masing-masing akan mengetahui batas kewenangan
dan tanggungjawabnya. Oleh karena itu, hal tersebut akan menjadi motivasi untuk
meningkatkan prestasi kerja. Sejalan dengan hal tersebut, Stringer (dalam
Wirawan, 2007) menyimpulkan bahwa iklim organisasi merupakan kumpulan dan
pola dari lingkungan organisasi yang mempengaruhi motivasi. Iklim organisasi
akan mempengaruhi sikap, perilaku, serta kinerja anggota organisasi sehingga
dapat mempengaruhi kinerja organisasi tersebut (Wirawan, 2007). Sikap
merupakan salah satu dimensi pelayanan prima yang menunjukkan perilaku atau
perangai yang harus diperlihatkan pada saat melakukan pelayanan (Barata, 2003).
Didalam suatu organisasi, salah satu konsep yang menjadi ukuran keberhasilan
organisasi adalah kualitas pelayanannya (Raymond, Hatane, & Hutabarat, 2015).
Hal ini tentunya sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Masruri
(2004) bahwa iklim organisasi merupakan salah satu faktor yang sangat
berpengaruh terhadap kualitas pelayanan. Salah satu dimensi dalam iklim
organisasi adalah dukungan. Dukungan meliputi rasa saling percaya dan saling
mendukug yang terus berlangsung diantara anggota kelompok kerja (Stringer
dalam Wirawan, 2007). Dukungan dalam organisasi dapat mempengaruhi
pelayanan yang diberikan oleh pekerjanya. Apabila hubungan antar pribadi
karyawan dalam suatu organisasi buruk, maka akan mengakibatkan menurunnya
13
tingkat kerjasama antar karyawan. Semakin renggang hubungan atar karyawan,
maka akan semakin buruk juga kinerja karyawan dalam organisasi tersebut. Pada
akhirnya yang terjadi adalah terhambatnya proses pemberian pelayanan prima
kepada pelanggan atau dalam hal ini pasien dan pengunju ng rumah sakit (Barata,
2003).
Dimensi lainnya dari iklim organisasi adalah Penghargaan. Iklim organisasi yang
baik akan memberikan imbalan dan kritik atau hukuman dengan seimbang.
Anggota organisasi akan merasa dihargai ketika mereka menyelesaikan tugas
dengan baik (Stringer dalam Wirawan, 2007). Keseimbangan dalam pemberian
penghargaan dan sanksi diharapkan dapat meningkatkan kinerja karyawan.
Pemberian sanksi harus berlaku bagi karyawan yang lalai dalam bekerja.
Kemudian pemberian penghargaan kepada karyawan yang berprestasi akan
memberikan motivasi kepada karyawan untuk lebih meningkatkan
produktivitasnya dalam bekerja (Nurmiyati, 2011). Penelitian oleh Nurmiyati
(2011) mengungkapkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
pemberian reward dan punishment terhadap kinerja karyawan. Asi (2013)
menyatakan bahwa kinerja perawat akan berpengaruh pada kualitas mutu
pelayanan yang diberikan. Fausz (1994) dalam m penelitiannya mengungkapkan
hasil bahwa persepsi karyawan mengenai iklim organisasi berhubungan dengan
orientasi pelayanan Universitas Sumatera Utara26 yang diberikan oleh karyawan.
Hasil penelitiannya mengindikasikan bahwa terdapat hubungan positif antara
iklim organisasi dan pelayanan. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Green,
Albanese, Cafri, dan Aarons (2014) mengungkapkan hasil bahwa iklim organisasi
yang positif mendukung terciptanya aliansi kerja yang positif. Pada penelitian ini,
istilah aliansi kerja digunakan untuk menggambarkan kualitas pelayanan. Kualitas
pelayanan diukur menggunakan working alliance inventory. Sehingga hasil
penelitian tersebut mengungkapkan bahwa iklim organisasi yang positif
mendukung terciptanya kualitas pelayanan yang baik. Glisson, et al (2008) juga
mengungkapkan hasil penelitian yang mengindikasikan bahwa iklim organisasi
memiliki peranan penting dalam sistem pelayanan kesehatan mental yang penting
14
dalam mewujudkan pelayanan yang sukses. Hasil penelitian-penelitian tersebut
menjelaskan bahwa iklim organisasi berhubungan dan memiliki kontribusi yang
penting dalam terwujudnya pelayanan prima.
BAB III
SKENARIO KASUS
15
BAB IV
PEMBAHASAN
16
untuk menunjang pelaksanaan tugas pegawai. Iklim organisasi merupakan faktor
yang penting dalam usaha peningkatan kinerja pegawai di suatu organisasi yang
akan berdampak pada kualitas pelayanan atau mutu pelayanan.
BAB V
KESIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
Kolb, Robin & Mc. Intyre (1984). Organizatonal Psycology Reading on Human
Behavior in Organization Fourth Edition. London: Prentice-Hall Inc
18