Anda di halaman 1dari 25

TUGAS KEDOKTERAN KELUARGA

PALLIATIVE CARE

Disusun oleh : Kelompok 5


I Putu Gede Hendra Saputra 10700107
Tandhing Tria Setyawan 10700109
Olimvia Dwi Julanda 10700111
Maria T. 10700113
Yudha Viantoro 10700115
Willien Mustika Wira 10700117
I Dewa Ayu Agung Anatasia 10700119
Wayan Ardyana Prastara 10700121
I Putu Ady Gunawan 10700127
I Kadek Agus Sastra Mahendra 10700129
Diah Verawati 10700131
Yohana 10700133

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
Tahun Akademik 2012-2013
DAFTAR ISI

Daftar isi.........................................................................................................1

Pendahuluan ...................................................................................................2

Pendahuluan ..........................................................................................2

Rumusan Masalah .................................................................................4

Tujuan ...................................................................................................4

Pembahasan....................................................................................................5

Definisi Palliative care ............................................................................5

Nyeri .......................................................................................................8

Anxietas dan Delirium ............................................................................9

Common Symptom ..................................................................................12

Last Hour of Living .................................................................................19

Penutup ..........................................................................................................23

Daftar pustaka ................................................................................................24

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 PENDAHULUAN
Perawatan paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif dan
menyeluruh, dengan pendekatan multidisiplin yang terintegrasi. Tujuannya untuk mengurangi
penderitaan pasien, memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya, juga
memberikan support kepada keluarganya. Meski pada akhirnya pasien meninggal, yang
terpenting sebelum meninggal dia sudah siap secara psikologis dan spiritual, serta tidak stres
menghadapi penyakit yang dideritanya. Jadi, tujuan utama perawatan paliatif bukan untuk
menyembuhkan penyakit. Dan yang ditangani bukan hanya penderita, tetapi juga keluarganya
Dulu perawatan ini hanya diberikan kepada pasien kanker yang secara medis sudah tidak
dapat disembuhkan lagi, tetapi kini diberikan pada semua stadium kanker, bahkan juga pada
penderita penyakit-penyakit lain yang mengancam kehidupan seperti HIV/AIDS dan berbagai
kelainan yang bersifat kronis.
Menurut dr. Maria A. Witjaksono, dokter Palliative Care Rumah Sakit Kanker Dharmais,
Jakarta, prinsip-prinsip perawatan paliatif adalah sebagai berikut:
 Menghargai setiap kehidupan.
 Menganggap kematian sebagai proses yang normal.
 Tidak mempercepat atau menunda kematian.
 Menghargai keinginan pasien dalam mengambil keputusan.
 Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.
 Mengintegrasikan aspek psikologis, sosial, dan spiritual dalam perawatan pasien dan
keluarga.
 Menghindari tindakan medis yang sia-sia.
 Memberikan dukungan yang diperlukan agar pasien tetap aktif sesuai dengan kondisinya
sampai akhir hayat.
 Memberikan dukungan kepada keluarga dalam masa duka cita.
Di Indonesia perawatan paliatif baru dimulai pada tanggal 19 Februari 1992 di RS Dr. Soetomo
(Surabaya), disusul RS Cipto Mangunkusumo (Jakarta), RS Kanker Dharmais (Jakarta), RS
Wahidin Sudirohusodo (Makassar), RS Dr. Sardjito (Yogyakarta), dan RS Sanglah (Denpasar).

2
Di RS Dr. Soetomo perawatan paliatif dilakukan oleh Pusat Pengembangan Paliatif dan Bebas
Nyeri. Pelayanan yang diberikan meliputi rawat jalan, rawat inap (konsultatif), rawat rumah, day
care, danrespite care.
Pengertian rawat jalan dan rawat inap sudah cukup jelas. Rawat rumah (home care)
dilakukan dengan melakukan kunjungan ke rumah-rumah penderita, terutama yang karena
alasan-alasan tertentu tidak dapat datang ke rumah sakit. Kunjungan dilakukan oleh tim yang
terdiri atas dokter paliatif, psikiater, perawat, dan relawan, untuk memantau dan memberikan
solusi atas masalah-masalah yang dialami penderita kanker dan keluarganya, bukan hanya
menyangkut masalah medis/biologis, tetapi juga masalah psikis, sosial, dan spiritual.
Day care merupakan layanan untuk tindakan medis yang tidak memerlukan rawat inap,
misalnya perawatan luka, kemoterapi, dsb. Sedang respite care merupakan layanan yang bersifat
psikologis. Di sini penderita maupun keluarganya dapat berkonsultasi dengan psikolog atau
psikiater, bersosialisasi dengan penderita kanker lain, mengikuti terapi musik, atau sekedar
bersantai dan beristirahat. Bisa juga menitipkan penderita kanker (selama jam kerja), jika
pendamping atau keluarga yang merawatnya ada keperluan lain.
Menurut Prof. R. Sunaryadi Tejawinata dr., SpTHT (K), FAAO, PGD.Pall.Med (ECU) –
Kepala Pusat Pengembangan Paliatif & Bebas Nyeri RSU Dr. Soetomo periode 1992-2006–
salah satu aspek penting dalam perawatan paliatif adalah kasih, kepedulian, ketulusan, dan rasa
syukur. Begitu pentingnya aspek ini, sampai melebihi pentingnya penanganan nyeri yang mutlak
harus dilakukan dalam perawatan paliatif.
Beliau juga menyatakan, pada penderita kanker yang tidak mungkin tersembuhkan lagi,
perawatan paliatif pada dasarnya adalah upaya untuk mempersiapkan awal kehidupan baru
(akhirat) yang berkualitas. Tidak ada bedanya dengan perawatan kandungan yang dilakukan
seorang calon ibu, yang sejak awal kehamilannya rutin memeriksakan diri untuk memastikan
kesehatannya dan tumbuh kembang calon bayinya, agar dapat melewati proses kelahiran dengan
sehat dan selamat, selanjutnya dalam kehidupan barunya sebagai manusia si bayi dapat tumbuh
menjadi manusia yang sehat dan berkualitas.
Sedang bagi penderita kanker stadium dini, perawatan paliatif merupakan pendamping
pengobatan medis. Meningkatnya kualitas kehidupan pasien karena perawatan paliatif
diharapkan akan membantu proses penyembuhan kanker secara keseluruhan.

3
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah kami ungkapkan maka kami merumuskan masalah
1.2.1 Apa itu palliative care?
1.2.2 Apa tujuan pengobatan palliative care?
1.2.3 Apa manfaat perawatan palliative care?
1.2.4 Bagaimana cara penerapannya?

1.3 TUJUAN
1.3.1 Untuk mengetahui apa itu palliative care
1.3.2 Untuk mengetahui tujuan dari pengobatan palliative care
1.3.3 Untuk mengetahui manfaat dari pengobatan palliative care
1.3.4 Untuk mengetahui bagaimana cara menerapkan perawatan palliative care

4
BAB I
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Paliatif Care
Definisi palliative care atau perawatan paliatif menurut WHO (2002) adalah “pendekatan
yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan pasien dan keluarganya menghadapi
masalah-masalah yang berhubungan dengan penyakit yang mengancam jiwa, dengan mencegah
dan meringankan penderitaan melalui identifikasi awal dan penilaian serta terapi rasa sakit dan
masalah lain–baik fisik, psikososial maupun spiritual”.
Paliatif berasal dari bahasa Latin pallium, sejenis jubah pada zaman Yunani kuno dan
Romawi. Paliatif berarti berfungsi seperti jubah yang melindungi, menyamankan, dan
menyembunyikan atau mengurangi keburukan. Perawatan paliatif adalah perawatan yang
menyelubungi seorang yang sakit dengan terapi yang penuh cinta kasih. Perawatan ini tidak
hanya memikirkan aspek fisik, tetapi juga termasuk kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual
seseorang.
Perawatan paliatif tidak lagi ditujukan untuk penyembuhan, tetapi untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien di sisa usianya. Perawatan ini diberikan ketika tidak ada lagi peluang
kesembuhan secara medis. Perawatan hanya ditujukan untuk mengurangi penderitaan sebanyak
mungkin. Selain itu, ada penekanan pada perawatan psikologis untuk pasien dan orang-orang
dekatnya. Pasien dipersiapkan untuk meninggal dunia dengan tenang dan mengakhiri kehidupan
secara bermartabat.
Perawatan paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif dan menyeluruh
dengan pendekatan multidisiplin yang terintegrasi. Tujuannya untuk mengurangi penderitaan
pasien, memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya, juga memberikan support
kepada keluarganya. Meskipun pada akhirnya pasien meninggal, yang terpenting sebelum
meninggal, pasien sudah siap secara psikologis dan spiritual, serta tidak stres mengahadapi
penyakit yang diderita.

o Sejarah perawatan paliatif


Perawatan paliatif mulai dikenalkan pada tahun 60-an di Inggris oleh Cicely Saunders.
Dia adalah peletak konsep dasar perawatan paliatif. Sebagai perawat, pekerja sosial dan
kemudian dokter, Cicely banyak menghadapi pasien yang sakit parah dan tergerak untuk

5
melakukan sesuatu bagi mereka. Filosofi dasar perawatannya adalah bahwa kematian adalah
fenomena yang sama alaminya dengan kelahiran, sehingga melihat kematian sebagai proses yang
harus meneguhkan hidup dan bebas dari rasa sakit.
Berkat jasanya, saat ini ada sekitar 220 panti perawatan paliatif (hospis) di Inggris dan
lebih dari 8.000 di seluruh dunia. Di Indonesia, perawatan paliatif baru mulai berkembang akhir-
akhir ini. Perawatan paliatif pertama dimulai pada tahun 1992 oleh RS Dr. Soetomo (Surabaya),
yang disusul oleh RS Cipto Mangunkusumo (Jakarta), RS Kanker Dharmais (Jakarta), RS
Wahidin Sudirohusodo (Makassar), RS Dr. Sardjito (Yogyakarta), dan RS Sanglah (Denpasar).

o Karakteristik perawatan paliatif


Perawatan paliatif sangat luas dan melibatkan tim interdisipliner yang tidak hanya
mencakup dokter dan perawat tetapi mungkin juga ahli gizi, ahli fisioterapi, pekerja sosial,
psikolog/psikiater, rohaniwan, dan lainnya yang bekerja secara terkoordinasi dan melayani
sepenuh hati. Perawatan dapat dilakukan secara rawat inap, rawat jalan, rawat rumah (home
care), day care dan respite care. Rawat rumah dilakukan dengan kunjungan ke rumah pasien,
terutama mereka yang tidak dapat pergi ke rumah sakit. Kunjungan dilakukan oleh tim untuk
memantau dan memberikan solusi atas masalah-masalah yang dialami pasien dan keluarganya,
baik masalah medis maupun psikis, sosial, dan spiritual. Day care adalah menitipkan pasien
selama jam kerja jika pendamping atau keluarga yang merawatnya memiliki keperluan lain
(seperti day care pada penitipan anak). Sedangkan respite care adalah layanan yang bersifat
psikologis melalui konseling dengan psikolog atau psikiater, bersosialisasi dengan penderita
kanker lain, mengikuti terapi musik, dll.
Beberapa karakteristik perawat paliatif adalah:
o Mengurangi rasa sakit dan keluhan lain yang mengganggu.
o Menghargai kehidupan dan menyambut kematian sebagai proses yang normal.
o Tidak berusaha mempercepat atau menunda kematian.
o Mengintegrasikan aspek psikologis dan spiritual dalam perawatan pasien.
o Membantu pasien hidup seaktif mungkin sampai akhir hayat.
o Membantu keluarga pasien menghadapi situasi selama masa sakit dan setelah
kematian.

6
o Menggunakan pendekatan tim untuk memenuhi kebutuhan pasien dan
keluarganya, termasuk konseling masa duka cita, jika diindikasikan.
o Meningkatkan kualitas hidup, dan mungkin juga secara positif memengaruhi
perjalanan penyakit.
o Bersamaan dengan terapi lainnya yang ditujukan untuk memperpanjang usia,
seperti kemoterapi atau terapi radiasi, dan mencakup penyelidikan yang
diperlukan untuk lebih memahami dan mengelola komplikasi klinis yang berat.
Betapa pentingnya perawatan paliatif untuk pasien pasien yang telah memasuki fase terminal
dari penyakit yang diderita. Menteri kesehatan sampai perlu menerbitkan sebuah Kepmenkes No.
812/Menkes/SK/VII/2007 yang isinya agar setiap rumah sakit menyediakan perawatan paliatif di
masing masing rumah sakit untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.

o Perawatan Paliatif di Indonesia


Di Indonesia, perawatan paliatif baru dimulai pada tanggal 19 Februari 1992 di RS Dr.
Soetomo (Surabaya), disusul RS Cipto Mangunkusumo (Jakarta), RS Kanker Dharmais
(Jakarta), RS Wahidin Sudirohusodo (Makasar), RS Dr. Sardjito (Yogyakarta), dan RS Sanglah
(Denpasar).

o Target Perawatan Paliatif


Pada awalnya, perawatan paliatif hanya diberikan kepada pasien kanker stadium akhir yang
tidak mungkin sembuh. Namun, kini perawatan juga diberikan kepada pasien penyakit-penyakit
lain yang mengancam jiwa seperti HIV/AIDS, penyakit jantung, penyakit paru, dan penyakit
saraf. Lamanya perawatan paliatif mungkin hanya beberapa hari, tapi juga mungkin beberapa
bulan.

o Tempat Perawatan Paliatif


Tempat untuk melakukan perawatan paliatif beragam, seperti:
1. Rumah sakit, untuk pasien yang harus mendapatkan perawatan dengan pengawasan ketat,
tindakan khusus atau memerlukan peralatan khusus.
2. Puskesmas, untuk pasien yang melakukan rawat jalan.

7
3. Rumah singgah atau panti (hospis), untuk pasien yang tidak memerlukan pengawasan ketat,
tindakan atau peralatan khusus, tetapi belum dapat dirawat di rumah karena masih
memerlukan pengawasan tenaga kesehatan.
4. Rumah Pasien, untuk pasien yang tidak memerlukan pengawasan ketat, tindakan atau
peralatan khusus, serta keterampilan perawatan bisa dilakukan oleh anggota keluarga.

o Ruang lingkup Perawatan Paliatif


Perawatan Paliatif dapat meliputi penatalaksanaan keluhan sebagai berikut:
o Nyeri
o Anxietas dan Delirium
o Common Symptom :Sistem pulmonal, Sistem gastrointestinal , Sistem
genitourinari, Sistem integumentum, Sistemneurologis, Perubahan status mental
o Last Hour of Living

2.2 Nyeri
o Definisi Nyeri
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya
diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007) . Menurut International Association
for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori subyektif dan emosional yang tidak
menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau
menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan
o Pengobatan Nyeri
Upaya pertama adalah untuk mengobati penyakit yang menimbulkan nyerinya, jika bisa.
Namun sambil mencari alasan atau obat yang cocok, kita sebaiknya juga mengobati gejala
dengan obat analgesik (antinyeri). Penanganan nyeri tergantung dari derajat rasa nyeri serta
tanggapan pada obat analgesik. Pemberian dan penggantian obat analgesik dilakukan secara
bertahap. Tahapan digambarkan dengan Jenjang Analgesik dengan tiga tahap atau langkah.
Langkah pertama mencakup obat analgesik nonnarkotik, misalnya aspirin atau parasetamol.
Langkah kedua memberi narkotik lemah, misalnya kodein, bila dibutuhkan dengan tetap
diberi analgesik biasa. Sedang pada langkah tertinggi, diberikan obat narkotik kuat, misalnya
morfin, sekali lagi dengan analgesik biasa bila dibutuhkan.Obat analgesik juga dapat

8
ditambah dengan adjuvan, obat untuk membantu khasiat obat pokok. Adjuvan dapat
termasuk obat bius lokal, steroid, dan obat antimual, serta juga terapi penunjang yang dibahas
di atas.Jenis obat analgesik yang diberi dapat dinaikkan ke langkah berikutnya bila tidak ada
perbaikan dengan penggunaan takaran yang dianjurkan. Sebaliknya, bila diberi analgesik
langkah ketiga dan nyeri mulai hilang, obat diganti dengan obat jenis langkah kedua dulu,
terus (bila nyeri masih tetap ringan) dengan obat jenis langkah pertama, terus dihentikan bila
masalahnya hilang total. Jangan langsung berhenti memakai obat pada langkah kedua atau
ketiga.Biasanya, obat diberikan waktu kita merasa nyeri. Ini dapat berarti bahwa waktu nyeri
diobati, dibutuhkan takaran besar, dengan kemungkinan ada efek samping. Beberapa ahli
nyeri menganggap bahwa cara terbaik untuk menawar nyeri adalah dengan memberi obat
pada jadwal tetap, dengan takaran tetap, sebelum rasa nyeri dialami.
o Gejala dan tanda
o Nyeri bisa berupa nyeri tajam, tumpul, rasa terbakar, geli (tingling), menyentak
(shooting) yang bervariasi dalam intensitas dan lokasinya
o Suatu stimulus yang sama dapat menyebabkan gejala nyeri yang berubah sama
sekali (mis. tajam menjadi tumpul)
o Gejala kadang bersifat nonspesifik
 Nyeri akut dpt mencetuskan hipertensi, takikardi, midriasis tapi tidak
bersifat diagnostic
 Untuk nyeri kronis seringkali tidak ada tanda yang nyata
2.3 Anxietas dan Delirium
Delirium adalah suatu kondisi medis yang memiliki ciri disorientasi dan kebingungan umum,
yang diikuti dengan kerusakan kognitif, pergantian mood, peningkatan kewaspadaan diri, serta
ketidakmampuan untuk mengikuti (ketidakmampuan untuk fokus dan memusatkan perhatian).
Perubahan biasa terjadi dalam suatu periode yang singkat (beberapa jam menjadi beberapa hari)
dan gangguan ketidaksadaran mengalami fluktuasi sepanjang hari.
Delirium berasal dari bahasa latin delirare yang artinya menjadi gila atau menjadi kacau. Suatu
frasa yang biasa digunakan untuk menggambarkan keadaan deliriumadalah ”clouding of
consciousness” yang berarti orang yang menderita delirium memiliki kekurangan dalam hal
kewaspadaan terhadap sekelilingnya. Saat deliriumaktif, penderita cenderung menghilang ke
dalam atau keluar dari keadaan yang terang/jelas/jernih, yang memiliki arti bahwa terkadang

9
penderita mengetahui apa yang sedang terjadi sedangkan pada saat yang lain, dapat
menunjukkan disorientasi pada waktu, tempat, orang, atau situasi. Diyakini bahwa semakin lama
delirium tidak dirawat, disorientasi yang terjadi akan semakin berkelanjutan atau progresif.
Delirium sering terjadi pada orang tua dan juga muda, tapi dapat juga muncul pada usia
berapapun serta pada siapapun. Delirium menyerang laki-laki dan perempuan secara seimbang.

Jenis-jenis Delirium:
1. Delirium akibat putus zat
Delirium tremens, yaitu terjadi pada pengguna alkohol kronis yang secara tiba-tiba berhenti
minum dan sering ditandai dengan terjadinya halusinasi pendengaran yang pada akhirnya
berujung kepada keadaan sekarat (15%).
2. Delirium bukan akibat alkohol dan zat psikoaktif lainnya yang ditandai dengan:
 Gangguan kesadaran dan perhatian
 Gangguan kognitif secara umum
 Gangguan psikomotor
 Gangguan siklus tidur-bangun
 Gangguan emosional
 Onset biasanya cepat, perjalanan penyakit hilang-timbul sepanjang hari
 Keadaan seperti itu berlangsung kurang dari 6 bulan
3. Delirium tak bertumpang tindih dengan Demensia
 Delirium yang tidak bertumpang tindih dengan Demensia yang sudah ada sebelumnya
4. Delirium bertumpang tindih dengan Demensia
 Memenuhi kriteria delirium
 Terjadi sesudah ada Demensia
5. Delirium lainnya
6. Delirium YTT
Penyebab Delirium adalah:
 Medis (gangguan pada metabolisme dan karena penyakit)
 Pemaparan terhadap zat beracun
 Gangguan Struktural
 Zat-zat kimia (termasuk penghentian tiba-tiba penggunaan zat-zat psikoaktif)

10
 Operasi

Tanda dan gejala

Delirium ditandai oleh kesulitan dalam Konsentrasi dan memfokus, Mempertahankan dan
mengalihkan daya perhatian, Kesadaran naik-turun, Disorientasi terhadap waktu, tempat dan
orang, Halusinasi biasanya visual, kemudian yang lain, Bingung menghadapi tugas se-hari-hari,
Perubahan kepribadian dan afek,Pikiran menjadi kacau, Bicara ngawur, Disartria dan bicara
cepat, Neologisma, Inkoheren

Gejala termasuk:

Atau sebaliknya bisa menjadi:


* Perilaku yang inadekuat

* Rasa takut * Pendiam

* Curiga * Menarik diri

* Mudah tersinggung * Mengantuk

* Agitatif * Banyak pasien yang berfluktuasi antara


diam dan gelisah
* Hiperaktif
* Pola tidur dan makan terganggu
* Siaga tinggi (Hyperalert)
* Gangguan kognitif, jadi daya
mempertimbangkan dan tilik-diri terganggu

Prognosis
Morbiditas dan mortalitas lebih tinggi pada pasien yang masuk sudah dengan delirium
dibandingkan dengan pasien yang menjadi delirium setelah di Rumah Sakit. Beberapa penyebab
delirium seperti hipoglikemia, intoxikasi, infeksi, faktor iatrogenik, toxisitas obat, gangguan
keseimbangan elektrolit. Biasanya cepat membaik dengan pengobatan. Beberapa pada lanjut usia
susah untuk diobati dan bisa melanjut jadi kronis

11
Terapi
Terapi diawali dengan memperbaiki kondisi penyakitnya dan menghilangkan faktor yang
memberatkan seperti:
 Menghentikan penggunaan obat
 Obati infeksi
 Suport pada pasien dan keluanga
 Mengurangi dan menghentikan agitasi untuk pengamanan pasien
 Cukupi cairan dan nutrisi
 Vitamin yang dibutuhkan
 Segala alat pengekang boleh digunakan tapi harus segera dilepas bila sudah membaik,
alat infuse sesederhana mungkin, lingkungan diatur agar nyaman.

2.4 Common symptom


 Sistem pernapasan atau sistem respirasi adalah sistem organ yang digunakan untuk
pertukaran gas. Pada hewan berkaki empat, sistem pernapasan umumnya termasuk
saluran yang digunakan untuk membawa udara ke dalam paru-paru di mana terjadi
pertukaran gas. Diafragma menarik udara masuk dan juga mengeluarkannya. Berbagai
variasi sistem pernapasan ditemukan pada berbagai jenis makhluk hidup. Bahkan pohon
pun memiliki sistem pernapasan.
Gangguan yang umumnya terjadi pada sistem respirasi antara lain :
o Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku
o Menurunnya aktivitas dari silia
o Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih
berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas
menurun.
o Alveolsi ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.
o O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.
o CO2 pada arteri tidak berganti
o Kemampuan untuk batuk berkurang

12
o Kemampuan pegas, dinding, dada dan kekuatan otot pernapasan akan menurun
seiring dengan pertambahan usia.
Gangguan yang Sering Terjadi :
1. Sesak Nafas
Merupakan penyakit inflamasi kronik. Terjadi infiltrasi eosinofil, sel mast, limfosit T dan
makrofag, deskwamasi sel epitel. Menimbulkan kontraksi otot polos bronkus, edema mukosa dan
sekresi mucus. Pengobatan dapat dilakukan dengan bronkodilator dan antiinflamasi.
2. Batuk
Merupakan reaksi fisiologis namun dapat pula bersifat patologis dan mengganggu.Diatasi
dengan obat antitusif, mukolitik maupun ekspektoran
3. Depresi Pusat Nafas oleh narkotik
4. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
PPOK adalah penyebab utama kematian kelima pada lansia. PPOK meliputi tiga kondisi yang
terjadi dlam satu bentuk umum, yakni obstruksi aliran ekpirasi
5. Infeksi Saluran Pernapasan Bawah
Infeksi saluran pernapasan bawah adalah infeksi paling sering kedua pada kelompok lansia, dan
pneumonia merupakan penyebab kematian pertama oleh proses infeksi.

 Sistem Integumen
Kata integumen ini berasal dari bahasa Latin "integumentum" yang berarti "penutup". Sistem
integumen atau biasa disebut kulit adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan,
melindungi, dan menginformasikan manusia terhadap lingkungan sekitarnya dan merupakan
organ yang paling luas, dimana orang dewasa luasnya mencapai lebih dari 19.000 cm.Sistem
integumen meliputi kulit dan derivatnya.Kulit yang sebenarnya adalah lapisan penutup yang
umumnya terdiri atas dua lapisan utama yang letaknya disebelah luar jaringan ikat,
kendur.Sedangkan derivat integumen meliputi struktur-struktur tertentu yang secara ontogeni
berasal dari salah satu dari kedua lapisan utama pada kulit yang sesungguhnya yaitu
epidermis dan dermis.Stuktur-struktur tersebut mencakup kulit, rambut, bulu, sisik, kuku,
kelenjar keringat dan produknya (keringat atau lendir).
Macam kelainan Pada Kulit
1.Alergi pada Kulit

13
o Alergi kulit jenis Dermatitis Atopik (Eksim)
Dermatitis atopik sering terjadi pada anak-anak, walaupun pada dewasa muda juga biasa terjadi
dan bisa terus ke dalam kehidupan dewasa.Ruam dermatitis atopik terjadi di mana seseorang
terkena goresan.Pada bayi, ruam terjadi di pipi dada, dan kulit kepala.Anak yang lebih besar dan
dewasa biasanya memiliki ruam di kulit lipatan siku dan di belakang lutut, meskipun mungkin
juga terjadi pada wajah, leher, tangan, kaki dan punggung.Ruam ini merah, sering serpih atau
merembes, dan lepuh kecil atau benjolan.Sering terjadi excoriations atau daerah alergi kulit yang
rusak dari agresifitas garukan.
o Alergi kulit jenis Urtikaria (Hives) dan Angioedema (Pembengkakan)
Urtikaria adalah sebuah ruam gatal yang dapat terjadi pada semua usia. Ruam ini muncul sebagai
akibat pengangkatan benjolan merah dari berbagai bentuk dan ukuran, dan biasanya berlangsung
selama beberapa menit hingga berjam-jam.Pembengkakan kadang-kadang sejalan dengan
urtikaria yang biasa disebut angioedema (biasanya pembengkakan pada bibir, mata, dan tangan
dan kaki). Angioedema biasanya tidak gatal atau merah, ia cenderung untuk membakar,
menyengat atau menyebabkan sensasi kesemutan. Parah pembengkakan ini kemampuan untuk
bernapas bisa berbahaya dan bahkan mengancam jiwa.
o Alergi kulit jenis Kontak Dermatitis
Kontak dermatitis ini disebabkan dari kontak kulit yang dapat menjadi alergi kulit dengan zat
yang menyebabkan reaksi seperti ruam.Orang bereaksi terhadap berbagai bahan kimia, termasuk
kosmetik, pewarna rambut, logam, obat topical, dan sebagainya.Contoh dari dermatitis kontak
adalah ruam dari poison ivy, yang sangat gatal dan muncul sebagai lepuh cairan dan kerak
setelah kontak dengan tanaman.Ruam dermatitis kontak ini dapat terlihat seperti dermatitis
atopik, tapi bintik merah itu biasanya terletak hanya di daerah kontak dengan bahan kimia.Lokasi
umum meliputi wajah, terutama kelopak mata, leher, tangan dan kaki.
Dermatitis Kontak untuk logam, seperti di perhiasan resleting pada pakaian, biasanya terjadi
pada pergelangan tangan leher, tangan, telinga dan di pinggang.
2. Pruritus
3. Tumor Ganas
4. Dekubitus dan kulit pecah –pecah

14
Eksim(ekzema)Ditandai dengan kulit kemerah-merahan, bersisik, pecah-pecah, terasa
gatalterutama pada malam hari, timbul gelembung kecil yang berisi air atau nanah, bengkak,
melepuh, berwarna merah, sangat gatal dan terasa panas.

 Sistem Saraf
Sistem saraf adalah kompleks jaringan saraf dan sel-sel yang membawa pesan ke dan dari
otak dan sumsum tulang belakang ke berbagai bagian tubuh.Sistem saraf termasuk sistem saraf
pusat dan sistem saraf perifer. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang
dan sistem saraf perifer terdiri atas somatik dan sistem saraf otonom.
Sistem Saraf Pusat
1) Otak
Otak terletak di dalam tengkorak dan berbentuk seperti jamur. Otak terdiri dari empat bagian
utama:
 batang otak
 otak besar (cerebrum)
 otak kecil (cerebellum)
 diencephalon
Otak berat kira-kira 1.3-1.4 kg. Ini memiliki sel-sel saraf yang disebut neuron dan sel-sel
pendukung yang disebut glia. Ada dua jenis materi di otak: abu-abu masalah dan materi putih.
Materi abu-abu menerima dan toko impuls. Tubuh sel neuron dan neuroglia berada dalam materi
abu-abu. Materi putih di otak membawa impuls ke dan dari materi abu-abu. Terdiri dari serabut
saraf (akson).
2) Sumsum tulang belakang
Sumsum tulang adalah sepanjang tabung seperti struktur yang membentang dari otak.
Sumsum tulang belakang terdiri dari serangkaian 31 segmen. Sepasang saraf tulang belakang
keluar setiap segmen. Region sumsum sepasang saraf tulang belakang berasal disebut segmen
tulang belakang. Saraf motor dan sensorik terletak di sumsum tulang belakang.
Sumsum tulang adalah sekitar 43 cm panjang perempuan dewasa dan 45 cm panjang
pada pria dewasa dan berat sekitar 35-40 gram. Terletak di dalam tulang belakang, koleksi bones
(tulang belakang).
Sistem saraf perifer

15
Sistem saraf perifer terdiri atas dua bagian: Sistem saraf otonom dan Somatik sistem saraf
Gangguan sisten saraf dapat berupa kejang dan deficit neurologic.

 Sistem Urinaria
Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan
menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh
tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).

GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN


Sistem perkemihan atau biasa juga disebut sistem urogenital adalah suatu sistem dimana
terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan
oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak
dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Adapun susunan sistem perkemihan (sistem urinaria) di dalam tubuh manusia adalah ginjal,
ureter, vesika urinaria, dan uretra. Dalam sistem perkemihan ini, bisa saja terjadi gangguan-
gangguan. Terperinci, gangguan-gangguan itu adalah sebagai berikut.
I. INFEKSI SALURAN UROGENITAL
Infeksi saluran urogenital umumnya disebabkan oleh bakteri Escherichia coli. Dapat pula
disebabkan oleh Proteus, Klebsiella, dan Staphylococcus terutama bila sedang terpasang kateter.
Pada saluran urogenital ini, dapat terjadi penyakit, seperti sititis dan pyelonefritis
II. PENYAKIT GLOMERULAR
1. Glomerulonefritis
Glomerulonefritis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi di nasofaring oleh
Streptococcus β-hemolitik. Lebih sering menyerang anak-anak, dengan gejala yaitu edema akut,
oiguria, proteinuria, urine berwarna, dan biasa disertai dengan hipertensi. Penyakit ini merupaka
penyakit autoimun karena terbentuk antibodi yang merusak membran basal gromerulus tubuh itu
sendiri. Penyakit ini dapat menyebabkan gagal ginjal.
2. Sindrom Nefrotik (nefrosis)

16
Nefrosis dapat menyebabkan glomerulonefritis, gejala yang dominan adalah albuminaria (>3,5
gram/hari). Hilangnya protein akibat meningkatnya permeabilitas membran basal glomerulus.
Akibatnya terjadi hipoalbuminemia yang menyebabkan edema generalisata.
III. OBSTRUKSI SALURAN KEMIH
Obstruksi saluran kemih disebabkan oleh hipertrofi prostat, batu ginjal dan tumor ginjal.
Gangguan obstruktif dapat menyebabkan disfungsi ginjal berat yang meliputi hemoragi dan
gagal ginjal, bila tidak diatasi.
1. Hipertrofi Prostat
Penyebabnya diduga ketidakseimbangan hormon kelamin pria dan wanita, yang terjadinya
dengan meningkatnya usia. Biasanya testosteron adalah androgen utama dalam darah dan
membentuk dua metabolit, yaitu: dihidrotestosteron dan β-estradiol. Estradiol adalah steroid
yang memiliki sifat-sifat estrogenik. Ia biasanya bekerja sama dengan androgen, namun dapat
bekerja independen dengan menimbulkan efek berlawanan dengan androgen. Testosteron serta
metabolitnya bekerja sama menghasilkan hiperplasia prostat. Pada pria dia atas 60 tahun,
testosteron plasma menurun, namun hipertrofi prostat sudah dapat timbul 10-20 tahun sebelum
adanya penurunan kadar plasma itu.
IV. GAGAL GINJAL
Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami penurunan
hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan
elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium
didalam darah atau produksi urine. Penyakit gagal ginjal ini dapat menyerang siapa saja yang
menderita penyakit serius atau terluka dimana hal itu berdampak langsung pada ginjal itu sendiri.
Penyakit gagal ginjal lebih sering dialamai mereka yang berusia dewasa, terlebih pada kaum
lanjut usia.
1. Gagal Ginjal Akut
Gagal ginjal akut adalah sindrom klinis dimana fungsi ginjal yang menurun dengan cepat dalam
beberapa hari atau minggu sehingga ginjal tidak lagi mengekskresikan produk limbah
metabolisme, biasanya karena hipoperfusi ginjal. Laju filtrasi glomerulus yang menurun dengan
cepat menyebabkan azotemia (uremia) yaitu:
• Peningkatan produk limbah nitrogen dalam darah (kreatinin serum dan nitrogen urea
darah/BUN (Blood Urea Nitrogen)

17
• Oliguria
Gejala dan tanda-tanda kliniknya, hipotensi, oligria, ketidakseimbangan elektrolit, anemia,
azotemia ( peningkatan kreatinin, fosfat, dan urea dalam darah akibat pemecahan protein otot
dan ketidakmampuan mengekskresikan metabolit).
Beberapa masalah ginjal terjadi cepat, misalnya kecelakaan yang melukai ginjal. Kehilangan
banyak darah dapat menyebabkan kegagalan ginjal secara tiba-tiba. Beberapa obat dan racun
dapat menghentikan pekerjaan ginjal. Penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba ini disebut sebagai
kegagalan ginjal akut (acute renal failure/ARF). ARF dapat mengakibatkan kehilangan fungsi
ginjal secara permanen. Tetapi bila ginjal tidak dirusakkan secara berat, kegagalan ginjal ini
mungkin pulih.
2. Nekrosis Tubular Akut
Penyebab Nekrosis Tubular Akut (NTA) adalah iskemia dan nefrotoksin. Iskemia selama 25
menit atau kurang berakibat kerusakan ringan dan masih reversibel. Iskemia 2 jam menimbulkan
kerusakan berat yang irreversibel. Nefrotoksik berupa antibiotik (aminoglikosida, penisilin,
sefalosporin, tetrasiklin, dan sulfonamida), logam berat (sisplatin), agen radiokontras, toksin
endogen (mioglobin, hemoglobin).
3. Gagal Ginjal Kronik
Perjalanan gagal ginjal kronik atau menahun meliputi tahap yang dimulai dengan penurunan
cadangan ginjal, selanjutnya terjadi insufisiensi ginjal, gagal ginjal, dan terakhir uremia (tahap
terakhir gagal ginjal). Keadaan irreversibel ditandai dengan fungsi nefron yang berkurang.
Kerusakan ginjal berlangsung progresif. Perjalanan menuju uremia berlangsung berangsur untuk
waktu yang cukup lama (beberapa tahun). Jika ginjal tak dapat lagi mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit maka diperlukan dialisis (hemodialisis atau dialisis
peritoneal).

Penyebab penyakit gagal ginjal kronik,yaitu:


1) Penyakit imunologis : Glomerulonefritis , Lupus eritematosus sistematik, Poliarteritis nodosa
2) Infeksi : Pielonefritis, Tuberkulosis
3) Obstruksi urine: Hipertrofi prostat, Batu ginjal, Konstriksi urine, Neoplasma
4) Penyakit metabolic: Diabetes mellitus, Asam urat
5) Penyakit vaskuler: Hipertensi ,Infark

18
6) Penyakit hereditar /bawaan: Penyakit ginjal polikistik
7) Nefrotoksin: Analgetika atau nyeri, Keracunan logam berat

2.5 Last Hour of living


Setiap manusia pasti akan mati. Beberapa dari kita (<10%) akan mati secara tiba-tiba.
Sebagian besar dari kita (> 90%) akan mati setelah lama sakit dengan penurunan bertahap
sampai fase aktif sekarat di akhir. Jam-jam terakhir dari kehidupan kita mungkin beberapa
dari yang paling signifikan. Mereka memberikan kesempatan terakhir untuk menyelesaikan
urusan bisnis, menciptakan kenangan akhir, memberikan hadiah akhir, menemukan
kedamaian spiritual, dan mengucapkan selamat tinggal. Mereka yang memberikan perawatan
memiliki satu kesempatan untuk bisa melakukannya dengan benar. Tidak ada kesempatan kedua.
Jika dikelola dengan baik, jam-jam terakhir dapat menyebabkan pertumbuhan pribadi dan
keluarga yang signifikan. Jika dikelola dengan buruk, penutupan kehidupan mungkin tidak
lengkap,
penderitaan yang tidak perlu dapat terjadi, marabahaya keluarga dapat terus lama setelah
kematian pasien, dan orang-orang yang menonton mungkin khawatir bahwa kematian mereka
akan serupa.
Sebagian besar dari kita memiliki sedikit pengalaman atau tidak dengan proses kematian
atau kematian. Sementara banyak professional penah melihat mayat, yang orang awam jarang
mengalami. Sebagian besar dari kita tidak pernah menyaksikan seseorang mati ataupun
menyediakan perawatan selama jam terakhir kehidupan.Berdasarkan dramatisasi media dan
imajinasi hidup kita,kebanyakan orang telah mengembangkan rasa berlebihan apa yang
sekarat dan kematian seperti. Namun, dengan manajemen yang tepat,adalah mungkin untuk
memberikan bagian halus dan kenyamanan bagi pasien dan semua penonton.
Selama jam terakhir hidup mereka, semua pasien memerlukan perawatan terampil
sekitar jam. Hal ini dapat diberikan dalam pengaturan asalkan keluarga, profesional, dan
perawat relawan yang tepat disiapkan dan didukung seluruh proses. Lingkungan harus
memungkinkan akses keluarga dan teman-teman untuk orang yangmereka cintai di sekitar
jam tanpa mengganggu orang lain dan harus kondusif untuk privasi dan keintiman. Obat-
obatan, peralatan, dan perlengkapan harus tersedia dalam mengantisipasi masalah, apakah

19
pasien di rumah atau di lembaga kesehatan. Sebagai kondisi pasien dan kemampuan keluarga
untuk mengatasi dapat sering berubah, keduanya harus ditelaah secara rutin dan rencana
perawatan dimodifikasi sesuai kebutuhan. Seperti perubahan dapat terjadi tiba-tiba dan tak
terduga,perawat harus mampu merespon dengan cepat. Hal ini sangat penting ketika pasien
berada di rumah, jika tidak perlu diterima kembali adalah harus dihindari. Kalau jam terakhir
dari kehidupan seseorang harus menjadi sebagai bermanfaat mungkin, muka persiapan dan
pendidikan profesi, keluarga, dan relawan perawat sangat penting, apakah pasien di
rumah, dalam perawatan akut atau fasilitas keperawatan terampil,rumah sakit atau perawatan
paliatif unit, penjara, dll Setiap orang yang berpartisipasi harus menyadari status kesehatan
pasien, tujuan nya untuk perawatan dan tujuan orang tua 'jika pasien adalah anak,
petunjuk muka, dan proxy untuk pengambilan keputusan. Mereka juga harus memiliki
pengetahuan tentang perjalanan waktu potensial, tanda-tanda dan gejala proses sekarat dan
manajemen potensi mereka.
Membantu keluarga untuk memahami bahwa apa yang mereka lihat mungkin sangat
berbeda dari pengalaman pasien. Jika anggota keluarga dan pengasuh merasa yakin,
pengalaman dapat memberikan rasa hadiah akhir memberi. Bagi orang tua dari anak yang
sekarat, percaya diri dapat meninggalkan rasa orangtua yang baik. Jika tidak siap dan tidak
didukung, mereka dapat menghabiskan energi yang berlebihan mengkhawatirkan bagaimana
menangani acara berikutnya. Jika hal-hal tidak berjalan sesuai harapkan, anggota keluarga
dapat hidup dengan frustrasi, khawatir, takut, atau rasa bersalah bahwa mereka melakukan
sesuatu yang salah atau menyebabkan kematian pasien. Dokter akan perlu menetapkan terlebih
dahulu apakah pengasuh potensial, termasuk para profesional yang bekerja di lembaga-
lembaga,terampil dalam merawat pasien dalam jam terakhir kehidupan. Jangan berasumsi
bahwa setiap orang, bahkan seorang profesional, tahu bagaimana melakukan tugas-tugas
dasar. Mereka yang berpengalaman dalam bidang tertentu akan membutuhkan pelatihan khusus,
termasuk, misalnya, pengetahuan tentang tindakan pencegahan cairan tubuh. Bahan tertulis
dapat memberikan ad-tradisional dukungan pengasuh ketika para ahli tidak hadir. Meskipun
kita sering merasakan bahwa kematian baik akan datang dengan cepat selama semenit
atau menjadi berlarut-larut selama seminggu, tidak mungkin untuk memprediksi kapan
kematian itu akan terjadi. Beberapa pasien mungkin tampak menunggu seseorang untuk
mengunjungi, atau untuk acara penting seperti ulang tahun atau hari libur khusus, dan

20
kemudian mati segera sesudahnya. Lainnya mengalami perbaikan dijelaskan dan hidup
lebih lama dari yang diharapkan. Beberapa tampaknya "memutuskan untuk mati" dan
melakukannya dengan sangat cepat, kadang-kadang dalam beberapa menit. Sementara kita
dapat memberikan keluarga atau pengasuh profesional yang tahu berapa lama pasien bisa
hidup, selalu menyarankan mereka tentang ketidakpastian yang melekat kematian.
Perubahan Fisiologi dan Manajemen Gejala Sebagai seseorang meninggal, banyak perubahan
fisiologis yang berbeda hadir sebagai tanda dan gejala. Masing-masing bisa
mengkhawatirkan jika tidak dipahami. Untuk mengontrol setiap gejala secara efektif, dokter
harus memiliki pemahaman tentang penyebabnya, patofisiologi yang mendasari, dan
farmakologi yang tepat untuk digunakan.
Beberapa gejala yang mungkin timbul :
• Kelemahan / kelelahan
• Nafsu makan menurun / asupan makanan, membuang-buang
• Penurunan asupan dehidrasi, cairan
• Mukosa / konjungtiva perawatan
• Penurunan perfusi darah, gagal ginjal
• Neurologis disfungsi
• Penurunan tingkat kesadaran
• Komunikasi dengan pasien tidak sadar
• Terminal delirium
• Perubahan dalam respirasi
• Hilangnya kemampuan untuk menelan
• Kehilangan kontrol sfingter
• Sakit / nyeri
• Kehilangan kemampuan untuk menutup mata
Pengobatan
Sebagai pasien mendekati jam terakhir hidup mereka, menilai kembali kebutuhan untuk
pengobatan masing-masing dan meminimalkan jumlah yang pasien mengambil. Tinggalkan
hanya obat untuk mengelola gejala seperti nyeri, sesak napas, sekresi berlebihan, dan
delirium terminal dan mengurangi risiko kejang. Pilih rute invasive paling administrasi:

21
mukosa bukal atau rute oral pertama, subkutan atau intravena rute hanya jika diperlukan,
dan rute intramuscular hampir tidak pernah.
Kesimpulan
Kompetensi, pengajaran, dan tenang, jaminan empati sangat penting untuk membantu
pasien dan keluarga dalam jam terakhir hidup. Jam-jam penting sering meninggalkan
kenangan abadi bagikeluarga, serta bagi perawat dan profesional. Bagi sebagian besar
pasien sekarat, perubahan fisiologis terjadi yang dapat diprediksi, termasuk hilangnya nafsu
makan dan haus, penurunan perfusi darah, disfungsi neurologis, perubahan dalam respirasi,
hilangnya kemampuan untuk menelan, dan kehilangan kemampuan untuk menutup mata.
Pengetahuan metabolisme pada akhir kehidupan adalah penting untuk manajemen medis,
terutama jika sakit atau terminal delirium terjadi. Saran tentang bagaimana mengelola sekarat
dalam pengaturan kelembagaan termasuk membuat ruang untuk kunjungan pribadi, ketaatan
budaya, dan komunikasi. Ketika pendekatan kematian, pastikan keluarga tahu apa yang
harus dilakukan dan apa yang diharapkan, termasuk hal-hal seperti ketika rigor mortis
merasuk, bagaimana memanggil rumah duka, mengucapkan selamat tinggal dan
memindahkan tubuh. Perawatan tidak berakhir sampai dokter telah membantu keluarga
dengan reaksi kesedihan mereka dan membantu mereka dengan kesedihan rumit untuk
mendapatkan perawatan.

22
BAB III
PENUTUP

Definisi palliative care atau perawatan paliatif menurut WHO (2002) adalah “pendekatan
yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan pasien dan keluarganya menghadapi
masalah-masalah yang berhubungan dengan penyakit yang mengancam jiwa, dengan mencegah
dan meringankan penderitaan melalui identifikasi awal dan penilaian serta terapi rasa sakit dan
masalah lain–baik fisik, psikososial maupun spiritual”.
Beberapa karakteristik perawat paliatif adalah:
o Mengurangi rasa sakit dan keluhan lain yang mengganggu.
o Menghargai kehidupan dan menyambut kematian sebagai proses yang normal.
o Tidak berusaha mempercepat atau menunda kematian.
o Mengintegrasikan aspek psikologis dan spiritual dalam perawatan pasien.
o Membantu pasien hidup seaktif mungkin sampai akhir hayat.
o Membantu keluarga pasien menghadapi situasi selama masa sakit dan setelah
kematian.
o Menggunakan pendekatan tim untuk memenuhi kebutuhan pasien dan
keluarganya, termasuk konseling masa duka cita, jika diindikasikan.
o Meningkatkan kualitas hidup, dan mungkin juga secara positif memengaruhi
perjalanan penyakit.
o Bersamaan dengan terapi lainnya yang ditujukan untuk memperpanjang usia,
seperti kemoterapi atau terapi radiasi, dan mencakup penyelidikan yang
diperlukan untuk lebih memahami dan mengelola komplikasi klinis yang berat.

Perawatan paliatif untuk pasien pasien yang telah memasuki fase terminal dari penyakit yang
diderita oleh pasien yang bermanfaat sebagai bantuan kepada pasien tersebut untuk menjalani
hidupnya dengan baik dengan penyakit yang tidak tersembuhkan. Menteri kesehatan
menerbitkan Kepmenkes No. 812/Menkes/SK/VII/2007 yang isinya agar setiap rumah sakit
menyediakan perawatan paliatif di masing masing rumah sakit untuk meningkatkan kualitas
kesehatan masyarakat.

23
Daftar Pustaka

http://majalahkesehatan.com/perawatan-paliatif-perawatan-yang-tidak-untuk-
menyembuhkan/
http://mantrinews.blogspot.com/2012/03/paliatif-care.html
http://nendapurnama.blogspot.com/2012/05/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
http://imron46.blogspot.com/2009/02/delirium.html

EPEC (Education for Physicians on End-of-life Care)Participant’s Handbook Module 12 Last


Hours of Living

24

Anda mungkin juga menyukai