Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KEPERAWATAN PALIATIF

Dosen Mata Kuliah :Ns. Sabirin B. Syukur, M. Kep

NAMA : ICAL KASIM


NIM : C01419047
KELAS : B KEPERAWATAN 2019

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI KEPERAWATAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Field trip di RSUP Sanglah merupakan program belajar dari mata

kuliah keperawatan paliatif yang bertujuan untuk memberikan pengalaman

belajar secara langsung dan nyata kepada para mahsiswanya. Paliative care

merupakan suatu bentuk perawatan yang bisa didapatkan oleh pasien yang

menderita penyakit kronis dengan stadium lanjut, yang bertujuan untuk

meningkatkan kualitias hidup penderitanya. Peningkatan hidup dilakukan

dengan cara pendekatan dari sisi fisik, psikologis, spiritual sehingga

membuat pasien lebih tenang, nyaman ketika menjalani pengobatan.

RSUP Sanglah merupakan salah satu rumah sakit terbesar khusus penyakit

paliative care yang berada di Denpasar Bali.

Perawatan paliatif adalah pendekatan untuk meningkatkan kualitas

hidup pasien dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam

jiwa, dengan cara meringankan penderitaan terhadap rasa sakit dan

memberikan dukungan fisik, psikososial dan spiritual yang dimulai sejak

tegaknya diagnosa hingga akhir kehidupan pasien. Perawatan paliatif ini

ditujukan untuk orang yang menghadapi penyakit yang belum dapat

disembuhkan seperti penyakit kanker, penyakit degeneratif, penyakit paru

obstruktif kronis, cystic fibrosis, stroke, parkinson, gagal jantung/heart

failure, penyakit genetika dan penyakit infeksi seperti HIV/AIDS.


Perawatan paliatif di Indonesia sudah berkembang sejak tahun

1992 dan kebijakan perawatan paliatif telah diatur dalam Surat Keputusan

(SK) Menteri Kesehatan RI No. 812, tertanggal 19 Juli 2007.SK tersebut

merupakan suatu instruksi resmi yang diberikan kepada seluruh institusi

pelayanan kesehatan di Indonesia untuk mengembangkan layanan

perawatan paliatif di tempat masing-masing.

Beberapa rumah sakit yang sudah memberikan pelayanan

perawatan paliatif, yaitu hanya ada di 5 kota besar yaitu DKI Jakarta

(RSCM dan RS Kanker Dharmais), DIY (RS Dr. Sardjito), Surabaya

(RSUD Dr. Soetomo), Denpasar (RS Sanglah) dan Makassar (RS Wahidin

Sudirohusodo). Gambaran lain pelaksanaan perawatan paliatif di RSUP

Sanglah Denpasar yaitu perawatan paliatif baru mulai diberikan pada

pasien dengan kondisi terminal yang akan segera meninggal. Hal ini

dikarenakan keterbatasan sumber daya dari tim perawatan paliatif.

Perawatan paliatif ini diberikan pada pasien rawat inap, rawat jalan,

maupun kunjungan/rawat rumah yang tujuannya adalah untuk mencegah

dan meringankan penderitaan, memperpanjang umur, meningkatkan

kualitas hidup, dan memberikan dukungan kepada keluarga.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja pemahaman tentang palliative care ?

2. Apa itu prinsippaliative care pada kasus HIV/AIDS yang diterapkan di

RSUP Sanglah Bali ?


3. Apa saja yang didapatkan dari field trip palliative care di RSUP

Sanglah Bali ?

4. Bagaimana penanganan pasien-pasien palliative care di RSUP Sanglah?

C. TUJUAN

1. Untuk memahami tentang palliative care

2. Untuk mengetahui tentang prinsip paliative care pada kasus HIV/AIDS

yang diterapkan di RSUP Sanglah Bali.

3. Untuk mengetahui tentang field trip palliative care di RSUP Sanglah

Bali.

4. Untuk mengetahui tentang Bagaimana penanganan pasien-pasien

palliative care di RSUP Sanglah.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pemahaman tentang palliative care

Perawatan Paliatif adalah sistem perawatan terpadu yang bertujuan

meningkatkan kualitas hidup, dengan cara meringankan nyeri dan penderitaan

lain, memberikan dukungan spiritual dan spiritual psikososial mulai saat

diagnosis ditegakkan sampai akhir hayat dan dukungan terhadap keluarga

yang kehilangan / berduka. (AIDS Education & Training Center Program –

National Coordinating Resource Center, 2014)

B. Prinsip paliative care pada kasus HIV/AIDS yang diterapkan di RSUP

Sanglah Bali

Pasien dengan kasus HIV/AIDS memiliki berbagai macam keluhan, salah

satunya adalah pasien merakan nyeri.Selain nyeri, pasien juga merakan

keluhan dari beberapa aspek, diantaranya yaitu.Hal-hal semua yang diberikan

dalam palliative care pada pasien (total care) :

1. Nyeri

2. Spriritual

3. Cultural

4. Sosial

5. Psychological

6. Physical symptomps

Paliative care memiliki prinsip-prinsip untuk menangani kasus

HIV/AIDS. Prinsip-prinsip paliative care untuk kasus HIV/AIDS juga


dijalankan di RSUP Sanglah, Bali, dan prinsip yang diterapkan diantaranya

sebagai berikut :

1) Manajemen nyeri

Manajemen nyeri sangat penting dilakukan untuk kenyamanan dan

mengurangi penderitaan pasien.Profesional perawatan kesehatan dan

keluarga dapat berkolaborasi untuk mengidentifikasi sumber-sumber rasa

sakit dan menyembuhkan kembali dengan obat atau bentuk terapi lainnya.

2) Manajemen gejala penyakit

Manajemen gejala penyakit melibatkan pengobatan gejala selain rasa sakit

seperti rasa mual, kelemahan usus, kandung kemih, gejala gangguan

mental, kelelahan dan kesulitas bernafas.

3) Dukungan emosi dan spiritual

Dukungan emosi dan spiritual penting diberikan kepada paien dan

keluarga dalam menangani tuntutan emosional penyakit kritis.

Pendektan psikologis yaitu sadar dengan adanya stress saat diagnosa

dukungan mengakui, menyadari dan menerima kenyataan berbicara

dengan orang-orang yang dapat dipercaya dan berbagi perasaan. Bertanya

pada tim kesehatan dan begabung dengan komunitas.

Mencari penyebab stress perhatikan dan amati asal stress apakah dari

keluarga, pekerjaan, hubungan interpersonal yang buruk, perlakuan tim

kesehatan atau aturan-aturan yang harus diikuti agar dapat mempertahankan

hidup setelah menjadi pasien HIV/AIDS.


Mengubah respon terhadap stress mengatasi perubahan fisiologik dari

stress dengan menggunakan obat-obatan, latihan pernafasan dan terapi

relaksasi.

Mengubah stress secara langsung mendorong pasien mencari informasi

atau belajar keterampilan baru yang dapat membantu mengatasi stress.

Berpikir positif mendorong pasien menciptakan rasa syukur dan pikiran

positif, melatih diri untuk mengubah cara menafsirkan dan memandang

segala sesuatu yang tidak logis, melatih untuk mengoreksi diri secara lebih

objektif dan positif.

Suasana yang kondusif yaitu diantaranya ada :

a) Ciptakan suasana yang akan membuat penderita feel welcome (diterima),

feel comportable (nyaman), feel important (berguna dan penting).

b) FISIK, bebas dari gejala nyeri

c) PSIKOSOSIAL, rasa aman, dimengerti & terlibat pengambilan keputusan.

d) SOSIAL,rasa diterima & dibutuhkan serta kesempatan untuk melepaskan

diri dari yang dicintai.

e) SPIRITUAL, kedekatan pada tuhan & kesempatan memperbaiki kesalahan

masa lalu.

Hidup dengan penerimaan – hidup bersama :

 Melakukan rekreasi dan hobi yang menyenangkan

 Memperhatikan diet yang teratur

 Pendekatan spiritual

 Mempersiapkan & mengorganisasi pekerjaan


 Melakukan olahraga sesuai kondisi.

C. Didapatkan dari field trip palliative care di RSUP Sanglah Bali

Field trip di RSUP Sanglah Bali yang diadakan oleh Program Studi

Keperawatan S1 Universitas Muhammadiyah Purwokerto, khususnya dalam

mata kuliah keperawatan paliatif ini sangat memberikan banyak manfaat

untuk saya. Sebelum saya melihat langsung ke lapangan yaitu pada untuk

melihat seperti apa dan bagaimana manajemen paliative care , saya hanya

belajar teori-teorinya saja. Akan tetapi, ketika saya hanya belajar teori,

sedangkan teori itu tidak dipraktekan langsung maka menurut saya masih

kurang pengalaman ilmu yang didapat. Setelah diadakanya kegiatan field trip

ini, dan tempat yang dituju langsung di rumah sakit khusus paliative terbesar,

maka saya bisa melihat secara langsung seperti apa penderitanya dan

bagaimana cara pelayanannya, salah satunya saya bisa melihat langsung

bagaimana pasien yang sedang menjalankan kemoterapi.

Pihak RSUP Sanglah juga memberikan informasi-informasi yang

menurut saya sudah cukup jelas, dari mulai menjelaskan pengertian paliative

care itu sendiri apa, tahap-tahap yang dilewati pasien sebelum sampai ke

tahap penerimaan terdiagnosa penyakit, siapa saja yag berperan dalam

pelayanan paliative care, sampai dengan penanganan-penanganan yang

diterapkan di RSUP Sanglah, dan kami juga dapat bertanya langsung kepada

ahlinya. Seorang psikolog juga mengajarkan bagaimana cara menangani

pasien yang baru terdiagnosis penyakit paliatif, bagaimana cara memberikan


dukungan terhadap pasien maupun keluarga pasien. Field trip ini sangat

memberikan pengalaman kepada saya tentang paliative care.

D. Penanganan pasien-pasien palliative care di RSUP Sanglah

Pasien yang terdiagnosa dengan penyakit paliatif, maka akan

memberikan reaksi awal atau berbagai macam respon awal yang cenderung

negatif. Reaksi psikologis terhadap krisis hidup pada pasien paliative yaitu

meliputi tahap menyangkal; marah; tawar-menawar; tahap depresi; dan

setelah melewati tahap yang panjang, pada ahirnya pasien tersebut akan

berada pada tahap penerimaan. Pasien-pasien yang menderita penyakit

paliative, dengan melihat reaksi psikologis yang dialaminya, maka harus

mendapatkan penanganan yang baik.

Adapun penanganan pasien paliative care yang dilakukan di RSUP

Sanglah yaitu sebagai berikut:

1) Tahap menyangkal (DENIAL)

 Menolak dan menyangkal keadaannya sebagai reaksi awal, berlangsung

beberapa hari.

 Berharap ada suatu kesalahan diagnosa.

 Lingkungan harus bersikap realistis serta waspada dengan perubahan-

perubahan yang terjadi dan siap mental bila pasien mulai menyadari

keadaannya.

2) Tahap Kemarahan (ANGER)


 Kondisi semakin memburuk, terjadi perubahan perilaku dan

kecenderungan labilitas emosi serta menyalahkan siapa saja, termasuk

Tuhan,” Mengapa hal ini harus terjadi pada saya, apa salah saya ?”

 Lingkungan harus bersikap sabar, tidak menyalahkan atau membalas

dengan bersikap agresif (counter transference).

3) Tahap tawar menawar (BARGAINING)

 Sikap penuh pengertian, penuh perhatian dan mengarahkan untuk

melihat realita.

 Individu mengembangkan harapan dan berandai-andai.

 Ditandai dengan kalimat-kalimat yang kontrakdikitif yang

menggambarkan konflik, dimana di satu sisi mau menerima takdir

tetapi di sisi lain masih mengharapkan kesembuhan.

4) Tahap depresi (DEPRESSION)

 Individun memasuki masa depresi ketika menyadari kondisinya tidak

dapat diajak kompromi reaski depresi pasif (menangis, menarik diri,

kehilangan nafsu makan dll).

 Reaksi deprsi agresif (emosioner, mogok makan dll)

 Kondisi yang wajar upaya melepaskan diri dari hal-hal yang

dicintainya.

 Tidak memerlukan penghiburan verbal, beri toleransi dan waktu

merenung.

 Support spiritual nilai-nilai kehidupan, beribadah dan beragama.

5) Tahap penerimaan (ACCEPTANCE)


 Tahap akhir yang diharapan yaitu penerimaan dengan ikhlas

kondisinya, perasaan pasrah dan damai.

 Ditandai kejernihan pikiran dan perasaan serta motivasi hidupnya untuk

menjalani & hidup bersama HIV/AIDS dengan aktif meningkatkan

kualitas hidupnya secara fisik, social, psikologis, kultural dan spiritual.


BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Perawatan Paliatif adalah sistem perawatan terpadu yang bertujuan

meningkatkan kualitas hidup, dengan cara meringankan nyeri dan

penderitaan lain, memberikan dukungan spiritual dan spiritual psikososial

mulai saat diagnosis ditegakkan sampai akhir hayat dan dukungan

terhadap keluarga yang kehilangan /berduka. Untuk itu metode pendekatan

yang terbaik yaitu melalui pendekatan terintegrasi dengan

mengikutsertakan beberapa profesi terkait, antara lain dokter, perawat,

terapis, farmakologis, sosial-medis, psikolog dll. Field trip di RSUP

Sanglah Bali yang diadakan oleh Program Studi Keperawatan S1

Universitas Muhammadiyah Purwokerto sangat bermanfaat untuk saya

guna menambah pengetahuan tentang paliatif care.

B. SARAN

1. Untuk RSUP Sanglah, Bali

Sebaiknya kami diperbolehkan untuk melihat lebih lama dan lebih

detail lagi untuk melihat berbagai macam pelayanan paliative care

yang yang diterapkan di RSUP Sanglah, Bali.

2. Untuk Pengampu Mata Kuliah Keperawatan Paliative

Sebaiknya kami diberikan waktu lebih lama lagi, supaya kami lebih

banyak mendapatkan ilmu bahkan pengalaman skill dalam menangani

kasus paliative care, karena waktu yang disediakan kemarin tidak

cukup untuk kami belajar lebih dalam lagi.

Anda mungkin juga menyukai