Anda di halaman 1dari 25

MK.

Keperawatan Anak II

MAKALAH KELOMPOK 3

RABDOMIOSARKOMA

DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Agnita Utami, M.Kep., Sp.Kep.An

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 :

Ardiyansyah 19031005
Nissa Hidayah 19031013
Liza Ermita 19031029
Lydia Prastika Pratami Yeti 19031034
Widya Aprilia Ningsih 19031035
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
STIKES HANG TUAH PEKANBARU
PEKANBARU
2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah terkait “Rabdomiosarkoma”.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
dalam mata kuliah Keperawatan Anak II. Selain itu, kami juga berharap makalah ini dapat berguna
dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita semua.
Kami menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan.
Semoga apa yang dituangkan dalam makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami dan
umumnya teman-teman yang membaca. Dengan ini, kami memohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata, kalimat maupun bahasa yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan di masa depan. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak
sangat diharapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 15 November 2021

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................4
1.2 Tujuan Penulisan................................................................................................................4
1.2.1 Tujuan Umum..............................................................................................................4
1.2.2 Tujuan Khusus.............................................................................................................4
1.3 Manfaat Penulisan..............................................................................................................5
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Definisi..................................................................................................................................6
2.2 Etiologi.................................................................................................................................6
2.3 Patofisiologi..........................................................................................................................7
2.4 Manifestasi Klinis................................................................................................................9
2.5 Pemeriksaan Penunjang.....................................................................................................9
2.6 Penatalaksanaan.................................................................................................................10
2.7 Komplikasi..........................................................................................................................13
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN RABDOMIOSARKOMA
3.1 Analisis Jurnal...................................................................................................................14
3.2 Diagnosa Keperawatan.....................................................................................................15
3.3 Intervensi Keperawatan...................................................................................................15
3.4 Implementasi.....................................................................................................................20
3.5 Evaluasi..............................................................................................................................21
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan........................................................................................................................22
4.2 Saran....................................................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Rabdomiosarkoma adalah suatu penyakit keganasan pada jaringan lunak yang


menyerang otot serat lintang. Merupakan 10-15% dari sarkoma jaringan lunak dan 5-
8% dari semua kasus keganasan pada anak.(Carola,2001)
Kanker ini dapat menyerang otot dimana saja, biasanya pada anak di daerah
kepala, leher, kandung kemih, prostat (kelenjar kelamin pria), dan vagina. Gejala yang
ditimbulkan tergantung letaknya. Pada rongga mata, dapat menyebabkan mata menonjol
keluar dan benjolan di mata. Di telinga menyebabkan nyeri atau keluarnya darah dari
lubang telinga. Di tenggorokan menyebabkan sumbatan jalan napas, radang sinus (rongga-
rongga di sekitar hidung), keluar darah dari hidung (mimisan) atau sulit menelan. Di
saluran kemih menyebabkan gangguan berkemih. Apabila menyerang otot anggota gerak,
akan menimbulkan pembengkakan.(William,2005)
Rabdomiosarkoma dapat terjadi pada semua usia dengan insiden terbanyak pada
usia 1-5 tahun dan 15-19 tahun. Lokasi pada umumnya pada kepala dan leher (30-
65%), anggota gerak (24%), sistem urogenital (18%), badan (8%), retroperitoneal (7%)
dan tempat lain (2-3%).

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum

Untuk memenuhi salah satu tugas dari mata Keperawatan Anak II.
1.2.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penulisan makalah ini ialah:
1) Untuk mengetahui definisi Rabdomiosarkoma
2) Untuk mengetahui etiologi dari Rabdomiosarkoma
3) Untuk mengetahui manifestasi dari Rabdomiosarkoma
4) Untuk mengetahui patofisiologi dari Rabdomiosarkoma
5) Untuk mengetahui komplikasi dari Rabdomiosarkoma
6) Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Rabdomiosarkoma
7) Untuk mengetahui askep dari Rabdomiosarkoma
1.3 Manfaat Penulisan
i. Mahasiswa
Dapat di jadikan salah satu refrensi untuk belajar,selain itu makalah ini dapat di
jadikan sebagai salah satu refrensi dalam melakukan asuhan keperawatan dalam ruang
lingkup Rabdomiosarkoma
ii. Dosen
Dapat di jadikan salah satu sarana untuk mengukur kemampuan mahasiswa dalam
membuat sebuah makalah tentang asuhan keperawatan pada ruang lingkup
Rabdomiosarkoma
iii. Institusi
Dapat di jadikan salah satu karya tulis ilmiah dapat di jadikan referensi dalam acuan
belajar.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Rabdomiosarkoma


Rabdomiosarkoma berasal dari bahasa Yunani, (rhabdo yang artinya bentuk lurik, dan
myo yang artinya otot). Rabdomiosarkoma merupakan suatu tumor ganas yang aslinya berasal
dari jaringan lunak ( soft tissue ) tubuh, termasuk disini adalah jaringan otot, tendon dan
connective tissue. Rabdomiosarkoma adalah tumor yang sangat agresif dan cenderung
berinfiltrasi di permukaan dan dalam jaringan di sekitarnya dan juga menyebar secara
limfogen dan hematogen. (Djajadiman Gatot dan Bulan G.M. 2005).

Tumor ini dapat ditemukan terutama di kepala, leher, kandung kemih, vagina, tangan,
kaki, dan batang tubuh. Rabdomiosarkoma juga dapat ditemukan pada bagian tubuh yang
memiliki sedikit atau tanpa otot serat lintang, seperti prostat, telinga bagian tengah, dan
saluran empedu.Umumnya terjadi pada anak-anak usia 1-5 tahun dan bisa ditemukan
pada usia 15-19 tahun walaupun insidennya sangat jarang. Rabdomiosarkoma relatif
jarang terjadi. Dua bentuk yang sering terjadi adalah embrional rabdomiosarkoma dan
alveolar rabdomiosarkoma.

2.2 Etiologi Rabdomiosarkoma


Penyebab dari Rabdomiosarkoma sendiri sampai saat ini belum jelas. Beberapa
sindroma genetik dan faktor lingkungan dikatakan berkaitan dengan peningkatan prevalensi
dari RMS.
 Beberapa sindroma genetik yang berhubungan dengan angka kejadian RMS :
 Neurofibromatosis (4-5% risk of any of a number of malignancies)
 Li-Fraumeni syndrome (germline mutation of the tumor suppressor gene
TP53)
 Rubinstein-Taybi syndrome
 Beckwith-Wiedemann syndrome

 Beberapa faktor lingkungan yang diduga berperan dengan prevalensi RMS :


 Penggunaan orang tua terhadap marijuana dan kokain
 Penyinaran sinar X
 Makanan dan pola makan
 Sering kontak dengan sinar matahari terutama pada anak-anak
 Penggunaan alkohol sebelumnya
 Kontak dengan zat-zat karsinogen di daerah tempat bekerja khususnya pada
orang dewasa

2.3 Patofisiologi Rabdomiosarkoma


Meskipun rabdomiosarkoma berasal dari sel otot skeletal, tumor ini bisa
menyerang bagian manapun dari tubuh kecuali tulang. Botrioid adalah bentuk dari
embrional rabdomiosarkoma yang berasal dari mukosa daerah yang berongga, seperti
kandung kencing, vagina, nasofaring dan telinga tengah. Lesi pada ekstremitas lebih banyak
merupakan alveolar rabdomiosarkoma. Metastasis ditemukan terutama di paru, sumsum
tulang, tulang, kelenjar limfe, payudara dan otak.
Walaupun merupakan tumor yang paling sering dijumpai pada anak-anak, etiologi dari
rabdomiosarkoma tidak diketahui. Rabdomiosarkoma diduga timbul dari mesemkim
embrional yang sama dengan otot serat lintang. Atas dasar gambaran mikroskopik cahaya,
rabdomiosarkoma termasuk kelompok “tumor sel bulat kecil”, yang meliputi sarkoma
Ewing, neuroblastoma, tumor neuroektodermal primitif dan limfoma non hodgkin.
Diagnosis pasti adalah histopatologi atau perlu ditambah pemeriksaan imunohistokimia
dengan menggunakan antibody terhdap otot skelet (desmin, aktin khas otot) dan mikroskop
elektron untuk membedakan gambaran khas.
Patofisiologi
Genetik Lingkungan

Mutasi gen

Pertumbuhan sel tidak


terkendali pada jaringan lunak

RABDOMIOSARKOMA

Pembengkakan

Kepala Anggota
gerak
Mata Nasofaring
Terdapat
benjolan
Mata Sel mudah Terjadi
menonjol rapuh obstruksi Sulit
pernafasan bergerak
Paralisis otot- Mudah terjadi
otot mata pendarahan Sulit Gangguan
Bersihan
bernafas jalan nafas mobilitas fisik
Gangguan Epitaksis tidak
penglihatan Pola nafas efektif
tidak efektif
Resiko
Resiko cidera kekurangan Traktus
cairan Resiko ISK Genitourinaria
penyebaran
infeksi
kemoterapi Mual, muntah Obstruksi Pendarahan
uretra pd vagina
Sel darah
Rambut Nafsu makan Resiko HB
mati
rontok kurang penyebaran
eliminasi urin
Anemia Anemia
Gangguan Nutrisi
citra tubuh kurang dari
kelemahan kebutuhan Gangguan
perfusi jaringan
serebral
Ganggun Gangguan
pemenuhan integritas kulit
ADL

Eksisi Terjadi Barier Pothe


Operasi Resiko
jaringan luka tubuh entri
infeksi
tumor rusak kuman
2.4 Manifestasi Klinis Rabdomiosarkoma
Gejala klinik sesuai dengan tempat di mana tumor tersebut tumbuh:
1. Kepala dan leher : jika mengenai mata atau alis mata, maka dapat menyebabkan
mata menonjol, bengkak pada palpebra, atau paralisis otot-otot mata. Jika mengenai
sinus, maka dapat menyebabkan hidung tersumbat, terkadang sekret hidung berupa
darah atau nanah. Bila mengenai parameningeal, maka dapat terjadi kelumpuhan
saraf kranial. (William.W.H., Levin.M.J., Sondhimer.J.M., Deterding.R.R., 2005).
Pada lokasi lain kepala dan leher, gejala umum yang timbul adalah benjolan yang
tidak sakit atau bengkak yang cepat membesar. Rabdomiosarkoma yang terdapat
dekat dengan tulang tengkorak
2. Tractus genitourinaria : sulit berkemih, hematuria, kontipasi, benjolan pada vagina,
sekret vagina yang mengandung darah, atau pembesaran salah satu scrotum namun
tidak sakit.
3. Ekstremitas dan batang tubuh : berupa benjolan dengan atau tanpa rasa sakit, lunak,
dan berwarna kemerahan. (Rudolph. A. M., 2002.)

2.5 Pemeriksaan Penunjang Rabdomiosarkoma


a. CT-Scan
CT-Scan digunakan untuk mengetahui adanya kanker yang telah
bermetastasis(menyebar kebagian organ lain) pemeriksaan ini dilakukan sesuai
standart penyembuhan penyakit kanker.
Cara pemeriksaan ini yaitu dengan menganjurkan pasien masuk ke dalam alat yang
berbentuk tube(tabung) serta menganjurkan pasien untuk diam tanpa adanya gerakan
untuk memberikan hasil yang maksimal, biasanya pasien dalam keadaan berbaring.
Hasil dari gambar jaringan lunak dan pembuluh darah terlihat lebih jelas dan lebih
detail serta menyediakan informasi yang lebih rinci mengenai cedera, bahawa adanya
daerah yang terinfeksi(metatase) pada organ lain
b. Bone-scans
Bone-Scan digunakan untuk mendeteksi adanya gangguan yang terjadi di tulang
yang diakibatkan kanker Rabdomiosarkoma(RMS)
Cara pemeriksaan ini yaitu dengan menganjurkan pasien untuk mengambil posisi di
depan alat dengan menganjurkan pasien diam dalam posisi tegak dan tangan dalam
keadaan terbuka (tidak boleh menggenggamkan tangan)
Hasil dari pemeriksaan ini adalah gambar yang akurat mengenai tulang yang
terinfeksi, lebih akurat pada bagian tulang. Dengan adanya lesi tulang akibat kanker
ini.
c. X-rays
X-Rays merupakan pemeriksaan yang menggunakan penyinaran dengan sinar x
yang berfungsi untuk melihat organ dalam dan mendeteksi adanya gangguan pada
organ tersebut serta melihat apakah organ itu berfungsi atau tidak.
Cara pemeriksaan ini yaitu dengan menganjurkan pasien dalam posisi berdiri atau
duduk dengan pandangan ke depan menghadap kearah sinar x, dan berposisi yang
tegak.
Hasilnya yaitu mengetahui organ-organ yang terserang pada daerah sekita kanker
ini, dan mengetahui seberapa parah akibat dari keganasan kanker tersebut.

2.6 Penatalaksanaan Rabdomiosarkoma


2.6.1 Farmakologi/obat-obatan

1. Golongan Alkilator
Jenis-jenis obat yang termasuk dalam golongan alkilator yaitu :
1. Siklofosfamid
Sediaan : Siklofosfamid tersedia dalam bentuk kristal 100, 200, 500 mg dan
1,2 gram untuk suntikan, dan tablet 25 dan 50 gram untuk pemberian per
oral.
Indikasi : Leukemia limfositik Kronik, Penyakit Hodgkin, Limfoma non
Hodgkin, Mieloma multiple, Neuro Blastoma, Tumor Payudara, ovarium,
paru, Cerviks, Testis, Jaringan Lunak atau tumor Rabdomiosarkoma.
Fungsinya yaitu menghentikan siklus hidup sel kanker yang menyerang otot
bagian tubuh manusia utamanya pada bagian otot lurik.
2. Klorambusil
Sediaan : Klorambusil tersedia sebagai tablet 2 mg. Untuk leukemia
limfositik kronik, limfoma hodgkin dan non-hodgkin diberikan 1-3
mg/m2/hari sebgai dosis tunggal (pada penyakit hodgkin mungkin
diperlukan dosis 0,2 mg/kg berat badan, sedangkan pada limfoma lain cukup
0,1 mg/kg berat badan).
Indikasi : Leukimia limfositik Kronik, Penyakit Hodgkin, dan limfoma non
Hodgkin, Makroglonbulinemia primer dan kanker.
Mekanisme kerja : Klorambusil (Leukeran) merupakan mustar nitrogen
yang kerjanya paling lambat dan paling tidak toksik. Obat ini berguna untuk
pengobatan paliatif leukemia limfositik kronik dn penyakin hodgkin
(stadium III dan IV), limfoma non-hodgkin, mieloma multipel
makroglobulinemia primer (Waldenstrom), dan dalam kombinasi dengan
metotreksat atau daktinomisin pada karsinoma testis dan ovarium.

Fungsi obat ini yaitu sebagai obat kanker yang sudah stadium lanjut, bisa di
kategorikan obat keras yaitu obat yang mematikan perjalanan kanker ganas.

3. Prokarbazin
Sediaan : Prokarbazin kapsul berisi 50 mg zat aktif. Dosis oral pada orang
dewasa : 100 mg/m2 sehari sebagai dosis tunggal atau terbagi selama
minggu pertama, diikuti pemberian 150-200 mg/m2 sehari selama 3 minggu
berikutnya, kemudian dikurangi menjadi 100 mg/m2 sehari sampai hitung
leukosit dibawah 4000/m2 atau respons maksimal dicapai. Dosis harus
dikurangi pada pasien dengan gangguan hati, ginjal dan sumsum tulang.
Indikasi : Limfoma Hodgkin.
Mekanisme kerja : Mekanisme kerja belum diketahui, diduga berdasarkan
alkilasis asam nukleat. Prokarbazin bersifat non spesifik terhadap siklus sel.
Indikasi primernya ialah untuk pengobatan penyakit hodgkin stadium IIIB
dan IV, terutama dalam kombinasi dengan mekloretamin, vinkristin dan
prednison (regimen MOPP).

Fungsinya yaitu sebagai peluruh penyakit limfa yang berakibat merusak


pertahanan tubuh
2. Golongan Antimetabolit
Jenis-jenis obat yang termasuk dalam golongan antimetabolit yaitu:
a. Methotrexat
Sediaan : Tablet 2,5 mg, vial 5 mg/2ml, vial 50 mg/2ml, ampul 5 mg/ml,
vial 50 mg/5ml.
Indikasi : Leukimia limfositik akut, kariokarsinoma, kanker payudara, leher
dan kepala, paru, buli-buli, Sarkoma osteogenik.
Mekanisme kerja : Metotreksat adalah antimetabolit folat yang menginhibisi
sintesis DNA. Metotreksat berikatan dengan dihidrofolat reduktase,
menghambat pembentukan reduksi folat dan timidilat sintetase,
menghasilkan inhibisi purin dan sintesis asam timidilat. Metotreksat bersifat
spesifik untuk fase S pada siklus sel. Mekanisme kerja metotreksat dalam
artritis tidak diketahui, tapi mungkin mempengaruhi fungsi imun. Dalam
psoriasis, metotreksat diduga mempunyai kerja mempercepat proliferasi sel
epitel kulit.

Fungsi obat ini yaitu sebagai pembentuk imun agar membantu pertahanan
sehingga kanker tidak merambat pada organ yang lain dan tidak berreplika.
b) Terapi Medikamentosa
Terapi ini dimaksudkan untuk membunuh sel-sel tumor melalui obat-obatan.
Kemoterapi kanker adalah berdasarkan dari pemahaman terhadap
bagaimana sel tumor berreplikasi/bertumbuh, dan bagaimana obat-obatan ini
mempengaruhinya. Setelah sel membelah, sel memasuki periode
pertumbuhan (G1), diikuti oleh sintesis DNA (fase S). Fase berikutnya
adalah fase premiosis (G2) dan akhirnya tiba pada fase miosis sel (fase M).
Obat-obat anti neoplasma bekerja dengan menghambat proses ini. Beberapa
obat spesifik pada tahap pembelahan sel ada juga beberapa yang tidak.
2.6.2 Non Farmakologi
 Radioterapi: digunakan untuk memperkecil ukuran tumor, terutama pada
kepala, leher, dan panggul.
 Transplantasi stem cell : digunakan untuk memperbaiki sistem pembuluh darah
yang telah dirusak oleh sel kanker.
 Terapi Operatif

Terapi operatif pada penderita RMS bervariasi, bergantung dari lokasi dari
tumor itu. Jika memungkinkan dilakukan operasi pengangkatan tumor tanpa
menyebabkan kegagalan fungsi dari tempat lokasi tumor. Walaupun terdapat
metastase dari RMS, pengangkatan tumor primer haruslah dilakukan, jika hal
itu memungkinkan.

2.7 Komplikasi Rabdomiosarkoma


1) Impetigo
Adalah infeksi kulit yang menyebabkan terbentuknya lelupuhan kecil berisi nanah
2) Cellulitis
Adalah peradangan dari syaraf dibawah kulit. Biasanya akan terjadi pembemkakan
dan kemerahan dibagian kulit itu.
3) Mastitis
Pada wanita-wanita yang menyusui, staph dapat berakibat mastitis(peradangan
payudara) atau bisul bernanah dari payudara. Bisul-bisul bernanah staph dapat
mengeluarkan bakteri-bakteri kedalam susu ibu.
4) Edocarditis
Adalah infeksi dari katup-katup jantung. Dapat menyebabkan gagal jantung.
5) Osteomyelitis
Adalah peradangan yang parah/berat dari tulang. Dapat menyebabkan demam tinggi,
kelelahan, dll.
6) Mual, Muntah, Diare, dan Dehidrasi

Memakan makanan yang sudah terinfeksi bakteri staphylococcus dapat


menyebabkan mual, muntah, diare, dan dehidrasi karena memakan makanan
beracun yang dikeluarkan oleh bakteri staph itu sendiri.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN RABDOMIOSARKOMA

3.1 Pengkajian
3.1.1 Pemeriksaan Fisik
1. Kepala dan leher
a. Kepala :
 Inspeksi: terdapat bengkak, penyebaran rambut tidak merata, mudah rontok.
 Palpasi: terdapat benjolan, adanya nyeri tekan pada bagian luka.
b. Muka :
 Inspeksi: Tidak simetris, warna kulit kemerahan karena adanya inflamasi.
 Palpasi: ada nodul, dan nyeri pada muka.
c. Mata :
 Inspeksi: tidak simetris, pada muka tampak mata menonjol, bengkak pada
palpebra, bulu mata rontok.
 Palpasi: adanya nyeri tekan pada bola mata.
d. Hidung :
 Inspeksi: tidak simetris, hidung tersumbat, sekret hidung berupa darah atau
nanah.
 Palpasi: ada nodul yang lebih dari 1 cm yang berisi pust.
e. Leher:
 Inspeksi: tidak simetris, ada bengkak pada daerah kanker, pemebsaran pada
daerah kelenjar tiroid.
 Palpasi: Ada massa pada sekitar kelenjar tiroid. Tekstur kasar pada kulit.
2. Dada dan thorax
 Inspeksi: Bengkak, adanya lesi kulit.
 Palpasi: ada massa pada dada.
(pada dada dan thorax jarang di temukannya penyakit kanker
Rabdomiosarkoma)
3. Ekstremitas
 Inspeksi:Lesi, dan berwarna kemerahan.
 Palpasi: Berupa benjolan dengan tanpa rasa sakit, lunak
4. Genetalia
 Inspeksi: Terdapat lesi pada vagina, sekret vagina yang mengandung darah (pada
wanita), pembesaran di salah satu scrotum (pada laki-laki).
 Palpasi: ada benjolan pada sekitar kemaluan/pubis yg lunak.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Bersihan jalan nafas tak efektif b.d terjadinya obstruksi
2. Pola nafas tidak efektif b.d sulit benafas
3. Gangguan perfusi jaringan serebral b.d pendaran pada vagina
4. Resiko kekurangan cairan b.d epitaksis
5. Gangguan mobilitas fisik b.d sulit bergerak

3.3 Intervensi Keperawatan


Diagnosa Tujuan & Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria hasil
1. Bersihan jalan Tujan : 1. Auskultasi 1. Penurunan aliran
nafas tak Setelah dilakukan area paru, udara terjadi pada
efektif b.d tindakan catat area area konsolidasi
terjadinya keperawatan penurunan/tak dengan cairan, bunyi
obstruksi selama 1x5 menit, ada aliran nafas bronchial
masalah udara dan ( normal pada
ketidakefektifan bunyi nafas, bronchus ) dapat
jalan napas baik misalnya : juga terjadi pada
dan kembali krekels, area konsolidasi.
normal mengi. Krekels dan ronchi
Kriteria hasil : 2. Bantu pasien dan mengi terdengar
 Tidak ada suara latihan nafas pada inspirasi
nafas tambahan sering. 2. Nafas dalam
(rhonki, Tunjukkan / memudahkan
wheezing) Bantu pasien ekspansi maksimum
 Ekspansi dada mempelajari paru-paru/jalan
maksimal melakukan nafas lebih kecil.
(pernafasan batuk, missal Batuk adalah
dalam) dan menekan dada mekanisme
simetris dan batuk pembersihan jalan
 RR=12x20x/ efektif nafas alami,
menit sementara membantu silia
posisi duduk untuk
tinggi. mempertahankan
3. Pengisapan jalan nafas paten.
sesuai 3. Merangsang batuk
indikasi atau pembersihan
4. Bantu jalan nafas secara
mengawasi mekanik pada pasien
efek yang tak mampu
pengobatan melakukan karena
batuk tak efektif
atau penurunan
tingkat kesadaran.
4. Memudahkan
pengenceran dan
pembuangan sekret.

2. Pola nafas Tujuan : 1. Auskultrasi 1. Bunyi nafas


tidak efektif Setelah dilakukan bunyi napas menurun bila jalan
b.d sulit tindakan dan catat nafas obstruksi
benafas keperawatan adanya bunyi sekunder terhadap
selama 1x15 nafas perdarahan dan
menit, pasien adventisius bekuan
menunjukkan 2. Observasi 2. Kongesti alveolar
keefektifan pola pola batuk dan mengakibatkan
nafas karakter batuk kering
Kriteria hasil : sekret 3. Dapat
 Ekspansi dada 3. Dorong pasien meningkatkan
maksimal dalam nafas sputum dimana
 Tidak ada dalam dan gangguan ventilasi
perubahan latihan batuk dan ditambah
ekskursi dada 4. Berikan ketidak nyamanan
 RR=12- oksigen upaya bernafas
20x/menit tambahan 4. Memaksimalkan
bernafas dan
menurunkan kerja
nafas

3. Gangguan Tujuan : 1. Letakkan 1. Menurunkan


perfusi Setelah dilakukan kepala dengan tekanan arteri
jaringan tindakan posisi agak dengan
cerebral b.d keperawatan ditinggikan meningkatkan
pendaran pada selama 1x15 2. Pertahankan drainase dan
vagina menit, tirah baring meningkatkan
ketidakefektifan 3. Pantau tanda- sirkulasi/perfusi
perfusi jaringan tanda vital cerebral
cerebral teratasi 4. Kolaborasi 2. aktivitas/stimuli
Kriteria hasil : dalam yang kontinyu
 Adanya pemberian dapat
peningkatan oksigen meningkatkan TIK
kesadaran 3. hipertensi atau
biasanya hipotensi dapat
/membaik dan menjadi faktor
fungsi motorik/ pencetus.Hipotensi
sensorik dapat terjadi karena
 Tidak adanya/ syok (kolaps
menurunnya sirkulasi vaskuler).
sakit kepala 4. Menurunkan
 Mendemonstrasi hipoksia yang dapat
kan TTV stabil menyebabakan
TD:100/60 vasodilatasi
mmHg sd cerebral dan
120/80 mmHg, tekanan
N:60/90 meningkat/terbentu
x/menit, RR:12- knya edema
20x/menit.
T:36/37,5°C

4. Resiko Tujuan : 1. Kaji 1. Peningkatan suhu


kekurangan Setelah dilakukan perubahan demam
cairan b.d tindakan TTV meningkatkan laju
epitaksis keperawatan 2. Kaji turgor metabolic
selama 3x24 jam, kulit, 2. Indikator langsung
pasien kelembaban keadekuatan volume
menunjukkan membra cairan
perbaikan mukosa 3. Adanya gejala ini
keseimbangan 3. Catat laporan menurunkan
cairan mual/muntah masukan oral
Kriteria hasil : 4. Timbang berat 4. Perubahan cepat
 Perubaha status badan tiap menunjukkan
mental (-) hari gangguan dalam air
 TTV dalam tubuh total
batas normal
 Kelemahan (-)
5. Gangguan Tujuan : 1. Kaji tingkat 1. mengidentifikasi
mobilitas fisik Setelah dilakukan kemampuan kekuatan/kelemahan
b.d sulit keperawatan pasien. dan dapat
bergerak selama 3x24 jam, 2. Ubah posisi memberikan
pasien mampu minimal 2 jam informasi mengenai
melakukan 3. Latih rentang pemulihan
mobilitas fisik gerak aktif 2. Menurunkan resiko
secara mandiri dan pasif. terjadinya
dengan bantuan 4. Tempatkan trauma/iskemik
minimal bantal jaringan.Daerah
Kriteria hasil : dibawah yang terkena
 Penurunan aksila untuk mengalami
waktu reaksi abduksi pada perburukan/sirkulasi
 Kesulitan tangan. yang lebih jelek dan
membolak balik menurunkan sensasi
posisi dan lebih besar
 Melakukan menimbulkan
aktivitas lain kerusakan pada
sebagai kulit/dekubitus
pengganti meminimalkan atrofi
pergerakan otot, meningkatkan
sirkulasi,
3. membantu
mencegah
kontraktur.
4. mencegah abduksi
bahu dan fleksi siku
3.4 Implementasi Keperawatan

No Diagnosa Implementasi
Keperawatan
1 Bersihan jalan nafas 1. BHSP
tak efektif b.d 2. Posisikan pasien dengan nyaman
terjadinya obstruksi 3. Mengajarkan tehnik relaksasi
4. Melakukan Auskultasi area paru, catat area
penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi nafas,
misalnya : krekels, mengi.
5. Membantu pasien latihan nafas sering. Tunjukkan
/ Bantu pasien mempelajari melakukan batuk,
missal menekan dada dan batuk efektif sementara
posisi duduk tinggi.
6. Membantu Pengisapan sesuai indikasi
7. Membantu mengawasi efek pengobatan

2 Pola nafas tidak 1. BHSP


efektif b.d sulit 2. Melakukan Auskultrasi bunyi napas dan catat
benafas adanya bunyi nafas adventisius
3. Melakukan Observasi pola batuk dan karakter
sekret
4. Mengarahkan pasien dalam nafas dalam dan
latihan batuk
5. Memberikan oksigen tambahan
3 Gangguan perfusi 1. BHSP
jaringan cerebral b.d 2. Meletakkan kepala dengan posisi agak
pendaran pada ditinggikan
vagina 3. Mempertahankan tirah baring
4. Memantau tanda-tanda vital
5. Mengkolaborasikan dengan tenaga medis lain
dalam pemberian oksigen
4 Resiko kekurangan 1. BHSP
cairan b.d epitaksis 2. Mengkaji perubahan TTV
3. Mengkaji turgor kulit, kelembaban membra
mukosa
4. Mencatat laporan mual/muntah
5. Menimbang berat badan tiap hari
5 Gangguan mobilitas 1. BHSP
fisik b.d sulit 2. Mengkaji tingkat kemampuan pasien.
bergerak 3. Mengubah posisi minimal 2 jam
4. Melatih rentang gerak aktif dan pasif.
5. Menempatkan bantal dibawah aksila untuk
abduksi pada tangan.

3.6 Evaluasi
Dilakukan dengan pemeriksaan penunjang seluruh tubuh, dikombinasi dengan
pemeriksaan darah secara berkala pada 1-3 bulan pertama    Evaluasi berkala sangat penting
karena Kanker Rabdomiosarkoma yang sudah dinyatakan berhasil ablasinya ternyata setelah
5-10 tahun proses keganasan bisa timbul kembali.  Dianjurkan kontrol 1 tahun untuk 5 tahun
pertama setelah dinyatakan ablasi total berhasil, kemudian tiap 2 tahun sekali.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Rabdomiosarkoma adalah tumor ganas yang berasal dari jaringan lunak tubuh,
terutama pada otot serat lintang yang menempel pada tulang dan membantu tubuh untuk
bergerak. Tumor ini dapat ditemukan terutama di kepala, leher, kandung kemih, vagina,
tangan, kaki, dan batang tubuh. Rabdomiosarkoma juga dapat ditemukan pada bagian tubuh
yang memiliki sedikit atau tanpa otot serat lintang, seperti prostat, telinga bagian tengah, dan
saluran empedu. Sel kanker ini dapat bermetastasis ke bagian tubuh yang lain.
Penyebab dari Rabdomiosarkoma sendiri sampai saat ini belum jelas. terdapat
sindroma genetik dan faktor lingkungan dikatakan berkaitan dengan peningkatan prevalensi
dari RMS.
Tanda – tanda penyakit rabdomiosarkoma ini biasanya seperti sebuah tumor, paling
sering di daerah kepala dan leher yang meliputi orbita, nasofaring, sinus, telinga tengah dan
kulit kepala, dan dapat dijumpai pula pada saluran urogenital.

4.2 Saran
Makalah sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sebagai
kelompok mengharapkan kritikan dan saran dari dosen pembimbing dan teman – teman
sesama mahasiswa. Selain itu penyakit Rabdomiosarkoma ini sangat berbahaya dan kita
sebagai manusia harus bisa menerapkan pola hidup sehat agar kesehatan kita tetap terjaga.

DAFTAR PUSTAKA
Carola A.S. Arndt. 2001. Rhabdomyosarcama. In: Kliegman.R.M., Behrman.R.E., Jenson.H.B.,
Stanton.B.F., ed. Nelson Textbook of Pediatrics. Philadelphia: Elsevier Saunders. p. 2144-
2145.
Couturier J . Soft tissue tumors: Rhabdomyosarcoma. Atlas Genet Cytogenet Oncol
Haematol. March 1998 .
Crist WM. 2004. Sarkoma Jaringan Lunak Dalam: Nelson WE(eds). Ilmu Kesehatan Anak. Edisi
ke-15. Jakarta: EGC 1786-1789.
Djajadiman Gatot dan Bulan G.M. 2005. Rabdomiosarkoma. Dalam: Buku Ajar Hematologi-
Onkologi Anak. Editor: Bambdang Permono, d.k.k.Jakarta : Badan Penerbit IDAI. Halaman
270-272.
Harry Raspati, Lalani Reniarati, Susi Susanah. 2005. Bab 9. Hemato-Onkologi.
Rabdomiosarkoma. Dalam: Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. edisi ke
3. Editor: Herry Garna dan Heda Melinda.Bandung : Bagian Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas
Kedokteran Universitas Padjajaran. RS. Dr. Hasan Sadikin. Halaman 504-506.
Robbins, Cotran, Kumar. Dasar Patologi Penyakit. Jakarta: EGC, 1999.761-762.
William.W.H., Levin.M.J., Sondhimer.J.M., Deterding.R.R. 2005. Rahbdomyosarcoma. In: Lange
Current Pediatric Diagnosis and Treatment. 17nd edition. USA: McGraw Hill Companies.
p.934-935.

Anda mungkin juga menyukai