Anda di halaman 1dari 21

TUGAS MAKALAH KEPERAWATAAN MEDIKAL BEDAH II

“HIPERTIROID”

DOSEN PEMBIMBING : Ns. Bayu Saputra,M.Kep

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 :

1. Rizaldi Zuhendri 20031043


2. Widya Aprilia Ningsih 19031035
3. Niken Retno wulan 20031006
4. Ghina Utami 20031044
5. Siti Nur Aisyah 20031036
6. Marcella Tiodora 20031031
7. Selveria Ruthmala 20031032
8. Fadel Ahmad Mallandre 20031026
9. Retno Wianda Sari 20031014
10. Firdaus 20031023
11.Tiara Afrianti Nur 20031005

PROGRAM S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANGTUAH PEKANBARU

TAHUN AJARAN 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan
inovasi baik pikiran maupun materinya.Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurlaan makalah ini.
Terimakasih.

Pekanbaru, Marwt 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................................

DAFTAR ISI ...........................................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................................................

1.1 Latar Belakang ....................................................................................................................................... 4


1.2 Rumusan Pembahasan .......................................................................................................................... 4
1.3 Tujuan Pembahsaan .............................................................................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................................................

2.1 Defenisi ..................................................................................................................................................... 6

2.2 Etiologi...................................................................................................................................................... 6

2.3 Manifestasi Klisnis


6 ...................................................................................................................................................................

2.4 Patofisiologis ............................................................................................................................................ 7

2.5 WOC ......................................................................................................................................................... 8

2.6 Pemeriksaan Penunjang ......................................................................................................................... 9

2.7 Penatalaksaan Medis dan Non Medis.................................................................................................... 9

2.8 Pencegahan Primer,Sekunder,Tersier ................................................................................................ 10

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ...............................................................................................................

3.1 Pengkajian .............................................................................................................................................. 12

3.2 Diagnosa Keperawtan ........................................................................................................................... 13

3.3 Intervensi dan Rasional......................................................................................................................... 14

BAB IV PENUTUP ...............................................................................................................................................

4.1 Kesimpulan ............................................................................................................................................. 20

4.2 Saran ........................................................................................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertiroid ialah suatu sindroma klinik yang terjadi karena paparan jaringan terhadap
hormon tiroid berlebihan. Penyakit tiroid merupakan penyakit yang banyak ditemui di
masyarakat, 5% pada pria dan 15% pada wanita (Djokomoeljanto, 2010).

Istilah hipertiroidisme sering disamakan dengan tirotoksikosis, meskipun secara prinsip


berbeda. Hipertiroidisme dimaksudkan terjadi kelebihan fungsi dari kelenjar tiroid dan
sekresi berlebihan dari hormon tiroid dalam sirkulasi. Di kawasan Asia dikatakan prevalensi
lebih tinggi dibanding yang non Asia (12% versus 2.5%) (Djokomoeljanto, 2010).

Penyakit Graves merupakan penyebab utama dan tersering tirotoksikosis (80-90%),


sedangkan yang disebabkan karena tiroiditis mencapai 15% dan 5% karena toxic nodular
goiter. Prevalensi penyakit Graves bervariasi dalam populasi terutama tergantung pada
konsumsi yodium (tingginya konsumsi yodium berhubungan dengan peningkatan
prevalensi penyakit Graves). Penyakit Graves terjadi pada 2% wanita, namun hanya
sepersepuluhnya pada pria. Kelainan ini banyak terjadi antara usia 20-50 tahun tetapi dapat
juga pada usia yang lebih tua (Fauci, et al., 2008).

Hipertiroidisme sering ditandai dengan produksi hormon T3 dan T4 yang meningkat,


tetapi dalam persentase kecil (kira-kira 5%) hanya T3 yang meningkat, disebut sebagai
tirotoksikosis T3 (banyak ditemukan di daerah dengan defisiensi yodium). Status tiroid
sebenarnya ditentukan oleh kecukupan sel atas hormon tiroid dan bukan kadar ‘normal’
hormon tiroid dalam darah. Tindakan anestesia yang digunakan biasanya menggunakan
obat-obatan analgetika yang menurut agama Islam terdapat polemik dalam aplikasinya.
Tetapi, tanpa usaha analgesia pasien akan jatuh pada kondisi tidak nyaman dan sakit luar
biasa. Penggunaan analgetika dalam Islam dipandang sebagai tindakan yang bermanfaat
tetapi di sisi lain mengandung risiko. Seorang dokter akan selalu berusaha untuk

4
memberikan yang terbaik untuk pasien sehingga setiap risiko yang akan dijalani harus dicari
pencegahannya agar tidak terjadinya kemudharatan dan Allah SWT menyukai hamba-Nya
yang bekerja dalam kebaikan (Azmiradhiyah, 2010).

Mengingat tindakan anestesia dan bedah merupakan salah satu bentuk ikhtiar agar
pasien bisa kembali sehat maka penulis merasa perlu membahas lebih lanjut tentang
tatalaksana anestesia pada pasien hipertiroid menurut pandangan kedokteran dan agama
Islam.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana pandangan kedokteran tentang hipertiroid?

1.2.2 Bagaimana pandangan kedokteran tentang tatalaksana anestesia pada pasien


hipertiroid?

1.2.3 Bagaimana pandangan Islam mengenai tatalaksana anestesia pada pasien hipertiroid?

1.3 Tujuan Pembahasaan

1.3.1 Tujuan umum :

Memberikan informasi tentang tatalaksana anestesia pada pasien hipertiroid ditinjau


dari kedokteran dan Islam.

1.3.2 Tujuan khusus :

1. Mendapatkan informasi dan mampu menjelaskan tentang hipertioid.

2. Mendapatkan informasi dan mampu menjelaskan tentang tatalaksana anestesia pada


pasien hipertiroid.

3. Mendapatkan informasi dan mampu menjelaskan tentang pandangan Islam tentang


tatalaksana anestesia pada pasien hipertiroid.

5
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Defenisi

Memurut martin A. Walter,hipertiroid adalah kondisi umum yang berkaitan dengan


meningkatnya morbiditas dan mortalitas. Khususnya yang disebabkan oleh kompilaksi
kardiovaskuler.sebagian besar disebabkan oleh penyakit graves,dengan nodul toksik soliter
dan goiter multinodular toksik menajdi bagian pentingnya walaupun dengan frekuensi yang
sedikit.

Hipertiroidisme adalah kondisi dimana kerja hormon tiroid mengakibatkan respons


yang lebih besar dari keadaan normal. ( Hudak dan Gallo )

2.2 Etiologi

Lebih dari 95% khusus hipertiroid disebabkan oleh penyakit graves, suatu penyakit
tiroid autoimun yang anti bodinya merangsang sel-sel untuk menghasilakn hormon yang
berlebihan .

Penyebab hipertiroid lainnya jarang selain penyakit graves adalah:

1.toksisitas pada strauma multinodular

2. adenoma folikular fungsional atau karisinoma ( jarang )

3. edema hipofisis penyekresi-torotropin (hipertiroid hipofisis)

4. tumor sel benih,missal karsinoma ( yang kadang menghasilakn bahan mirip-TSH )

5. tiroiditis ( baik tipe subkutan maupun hashimbab ) yang keduannya dapat berhubungan
dengan hipertrioid sementara pada fasel awal.

2.3 Patofisiologi

Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika, dan


tiroiditis. Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai

6
tiga kali dari ukuran normalnya, disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-
sel folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali
dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan
sekresinya beberapa kali lipat dengan kecepatan 5-15 kali lebih besar dari pada normal.

Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang
“menyerupai” TSH, Biasanya bahan – bahan ini adalah antibodi immunoglobulin yang
disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berikatan dengan reseptor
membran yang sama dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan – bahan tersebut
merangsang aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena
itu pada pasien hipertiroidisme kosentrasi TSH menurun, sedangkan konsentrasi TSI
meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid,
yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam.
Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan
pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior.

Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hingga diluar


batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid
membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin termasuk
akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme tubuh
yang diatas normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang menyimpang ini, terkadang
penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf yang
mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya
tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita mengalami
gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardi atau diatas normal juga merupakan
salah satu efek hormon tiroid pada sistem kardiovaskuler. Eksopthalmus yang terjadi
merupakan reaksi inflamasi autoimun yang mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-
otot ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak keluar.

2.4 Manifestasi Klinis

Hipertiroid merupakan sindroma klinis yang terjadi bila jaringan terpajan dengan
jumlah hormon tiroid yang berlebihan karena hiperaktivitas kelenjar tiroid. Hal tersebut
akan memberikan efek spesifik terhadap metabolisme sel, termasuk metabolisme lipid.
Perubahan metabolisme lipid pada hipertiroid akan menimbulkan manifestasi klinis seperti
gangguan mood, peningkatan perilaku depresi, dan peningkatan perilaku agresif. Dalam

7
diagnosis pasien hipertiroid, pemeriksaan kadar FT4 dan TSH serum menjadi tes fungsi
tiroid yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana hubungan antara kadar
FT4 dan TSH serum dengan profil lipid darah pada pasien hipertiroid.

Manifestasi klinis muncul akibat kelebihannya hormon hipertiroid dalam jaringan yang
dapat berdampak pada berbagai macam system organ . Gejala yang paling sering muncul
berupa palpitasi , lemas , tremor, anxiety, gangguan tidur, intoleransi panas, berkeringat,
dan polydipsia.Pada pemeriksaan fisik biasanya dapat di temukan takikardi, tremor pada
ekstremitas dan penurunanberat badan. Pada pasien hipertiroid 67% mengalami gangguan
neuromuscular dan 62% memilikigejala klinis berupa kelemahan setidaknya 1 organ yang
berhubungan dengan konsentrasi serum fT4.

2.4 WOC

8
2.5 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan diantaranya yaitu (Norman, 2011) :

a. Thyroid-stimulating hormon (TSH) yang dihasilkan oleh hipofisis akan menurun pada
hipertiroidisme. Dengan demikian, diagnosis hipertiroidisme hampir selalu dikatikan
dengan kadar TSH yang rendah. Jika kadar TSH tidak rendah, maka tes lain harus
dijalankan.

b. Hormon tiroid itu sendiri (T3, T4) akan meningkat. Bagi pasien dengan hipertiroidisme,
mereka harus memiliki tingkat hormon tiroid yang tinggi. Terkadang semua hormon tiroid
yang berbeda tidak tinggi dan dan hanya satu atau atau dua pengukuran hormon tiroid yang
berbeda dan tinggi. Hal ini tidak terlalu umum, kebanyakan orang dengan hipertiroid akan
memiliki semua pengukuran tiroid tinggi (kecuali TSH).

c. Yodium tiroid scan akan menunjukkan jika penyebabnya adalah nodul tunggal atau seluruh
kelenjar

2.6 Penatalaksanaan Medis

Ada beberapa macam untuk penatalaksanaan medis jenis-jenis struma antara lain
sebagai berikut:

1. Operasi/Pembedahan

Pembedahan menghasilkan hipotiroidisme permanen yang kurang sering dibandingkan


dengan yodium radioaktif. Terapi ini tepat untuk para pasien hipotiroidisme yang tidak mau
mempertimbangkan yodium radioaktif dan tidak dapat diterapi dengan obat-obat anti tiroid.
Reaksi-reaksi yang merugikan yang dialami dan untuk pasien hamil dengan tirotoksikosis
parah atau kekambuhan. Pada wanita hamil atau wanita yang menggunakan kontrasepsi
hormonal (suntik atau pil KB), kadar hormon tiroid total tampak meningkat. Hal ini
disebabkan makin banyak tiroid yang terikat oleh protein maka perlu dilakukan pemeriksaan
kadar T4 sehingga dapat diketahui keadaan fungsi tiroid. 3,4,5

Pembedahan dengan mengangkat sebagian besar kelenjar tiroid, sebelum pembedahan


tidak perlu pengobatan dan sesudah pembedahan akan dirawat sekitar 3 hari. Kemudian
diberikan obat tiroksin karena jaringan tiroid yang tersisa mungkin tidak cukup memproduksi

9
hormon dalam jumlah yang adekuat dan pemeriksaan laboratorium untuk menentukan struma
dilakukan 3-4 minggu setelah tindakan pembedahan.

2. Yodium Radioaktif

Yodium radioaktif memberikan radiasi dengan dosis yang tinggi pada kelenjar tiroid
sehingga menghasilkan ablasi jaringan. Pasien yang tidak mau dioperasi maka pemberian
yodium radioaktif dapat mengurangi gondok sekitar 50 %. Yodium radioaktif tersebut
berkumpul dalam kelenjar tiroid sehingga memperkecil penyinaran terhadap jaringan tubuh
lainnya. Terapi ini tidak meningkatkan resiko kanker, leukimia, atau kelainan genetik
Yodium radioaktif diberikan dalam bentuk kapsul atau cairan yang harus diminum di rumah
sakit, obat ini ini biasanya diberikan empat minggu setelah operasi, sebelum pemberian obat
tiroksin.

3. Pemberian Tiroksin dan obat Anti-Tiroid

Tiroksin digunakan untuk menyusutkan ukuran struma, selama ini diyakini bahwa
pertumbuhan sel kanker tiroid dipengaruhi hormon TSH. Oleh karena itu untuk menekan TSH
serendah mungkin diberikan hormon tiroksin (T4) ini juga diberikan untuk mengatasi
hipotiroidisme yang terjadi sesudah operasi pengangkatan kelenjar tiroid. Obat anti-tiroid
(tionamid) yang digunakan saat ini adalah propiltiourasil (PTU) dan metimasol/karbimasol.

2.7 Pecegahan Primer, Sekunder, Tersier

1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer adalah langkah yang harus dilakukan untuk menghindari diri dari
berbagai faktor resiko. Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya struma adalah :

a. Memberikan edukasi kepada masyarakat dalam hal merubah pola perilaku makan dan
memasyarakatkan pemakaian garam yodium
b. Mengkonsumsi makanan yang merupakan sumber yodium seperti ikan laut
c. Mengkonsumsi yodium dengan cara memberikan garam beryodium setelah dimasak,
tidak dianjurkan memberikan garam sebelum memasak untuk menghindari hilangnya
yodium dari makanan

10
d. Iodisai air minum untuk wilayah tertentu dengan resiko tinggi. Cara ini memberikan
keuntungan yang lebih dibandingkan dengan garam karena dapat terjangkau daerah
luas dan terpencil. Iodisasi dilakukan dengan yodida diberikan dalam saluran air
dalam pipa, yodida yang diberikan dalam air yang mengalir, dan penambahan yodida
dalam sediaan air minum.
e. Memberikan kapsul minyak beryodium (lipiodol) pada penduduk di daerah endemik
berat dan endemik sedang. Sasaran pemberiannya adalah semua pria berusia 0-20
tahun dan wanita 0-35 tahun, termasuk wanita hamil dan menyusui yang tinggal di
daerah endemis berat dan endemis sedang. Dosis pemberiannya bervariasi sesuai
umur dan kelamin.
f. Memberikan suntikan yodium dalam minyak (lipiodol 40%) diberikan 3 tahun sekali
dengan dosis untuk dewasa dan anak-anak di atas 6 tahun 1 cc dan untuk anak kurang
dari 6 tahun 0,2-0,8 cc.

2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder adalah upaya mendeteksi secara dini suatu penyakit,


mengupayakan orang yang telah sakit agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit

3. Pencegahan Tertier

Pencegahan tersier bertujuan untuk mengembalikan fungsi mental, fisik dan sosial
penderita setelah proses penyakitnya dihentikan. Upaya yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut :

a. Setelah pengobatan diperlukan kontrol teratur/berkala untuk memastikan dan


mendeteksi adanya kekambuhan atau penyebaran.
b. Menekan munculnya komplikasi dan kecacatan
c. Melakukan rehabilitasi dengan membuat penderita lebih percaya diri, fisik segar dan
bugar serta keluarga dan masyarakat dapat menerima kehadirannya melalui
melakukan fisioterapi yaitu dengan rehabilitasi fisik, psikoterapi yaitu dengan
rehabilitasi kejiwaan, sosial terapi yaitu dengan rehabilitasi sosial dan rehabilitasi
aesthesis yaitu yang berhubungan dengan kecantikan

11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan hipertiroid Tarwoto,dkk.
(2012) ialah sebagai berikut :
1. Data Demografi Data demografi yang penting di kaji adalah usia dan jenis kelamin,
karena merupakan faktor yang berpengaruh terhadap hipertiroid
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat keluarga dengan faktor genetik, penyakit tiroid dan kanker
b. Riwayat kesehatan sekarang : riwayat penyakit tiroid yang dialami, riwayat pengobatan
dengan radiasi dileher, adanya tumor, adanya riwayat trauma kepala, infeksi, riwayat
penggunaaan obat-obatan seperti thionamide, lithium, amiodarone, interferon alfa.
c. Riwayat sosial ekonomi : kemampuan memelihara kesehatan, konsumsi dan pola makan,
porsi makan.
3. Keluhan Utama
a. Kaji yang berhubungan dengan hipermetabolisme
• Penurunan berat badan
• Peningkatan suhu tubuh
• Kelelahan • Makan dengan porsi banyak atau sering
b. Kaji yang berhubungan dengan aktivitas
• Cepat lelah
• Intoleransi aktivitas
• Tremor
• Insomnia
c. Kaji yang berhubungan dengan gangguan persarafan
• Iritabilitas
• Emosi tidak stabil seperti cemas atau mudah tersinggung
d. Kaji yang berhubungan dengan gangguan penglihatan
• Gangguan tajam penglihatan
• Pandangan ganda
e. Kaji yang berhubungan dengan gangguan seksual

12
• Amenorrhea, menstruasi tidak teratur
• Menurunnya infertile, resiko aborsi spontan
• Menurunnya libido
• Menurunnya perkembangan fungsi seksual
• Impoten
f. Kaji yang berhubungan dengan gangguan graves
• Eksoftalmus
• Pembesaran kelenjar tiroid
4. Pengkajian psikososial Pasien dengan hipertiroid biasanya menampakkan suasana hati
yang tidak stabil, penurunan terhadap perhatian dan menunjukkan perilaku maniak.
Sering juga didapatka gangguan tidur.
5. Pemeriksaan fisik
a. Observasi dan pemeriksaan kelenjar tiroid Palpasi kelenjar tiroid dan kaji adanya massa
atau pembesaran. Observasi ukuran dan kesimetrisan pada goiter pembesaran dapat
terjadi empat kali dari ukuran normal.
b. Optalmopathy (penampilan dan fungsi mata yang tidak normal) Pada hipertiroid sering
ditemukan adanya retraksi kelopak mata dan penonjolan kelopak mata. Pada
tiroksikosis kelopak mata mengalami kegagalan untuk turun ketika klien melihat
kebawah.
c. Observasi adanya bola mata yang menonjolkarena edema pada otot ektraokuler dan
peningkatan jaringan dibawah mata. Penekanan pada saraf mata dapat mengakibatkan
kerusakan pandangan seperti penglihata ganda, tajam penglihatan. Adanya iritasi mata
karena kesulitan menutup mata secara sempurna perlu dilakukan pengkajian.
d. Pemeriksaan jantung Komplikasi yang sering timbul pada hipertiroid adalah gangguan
jantung seperti kardioditis dan gagal jantung, oleh karenanya pemeriksaan jantung
perlu dilakukan seperti tekanan darah, takikardia, distritmia, bunyi jantung.
e. Muskuloskeletal Biasanya ditemukan adanya kelemahan otot, hipeeraktif pada reflex
tendon dan tremor, iritabilitas.
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan gangguan
metabolik.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan metabolisme.

13
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol dan
peningkatan aktifitas saraf simpatik.
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembesaran kelenjar tiroid.
5. Risiko ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
metabolisme.
3.3 Intervensi dan Rasional

1. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


gangguan metabolisme
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 x 24
jamkeseimbangan nutrisi kembali normal.
Kriteria Hasil : Berat badan stabil, malnutrisi (-), kebutuhan metabolisme terpenuhi.

Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1.Hindari makanan yang dapat 1. Penigkatan multilitas saluran
meningkatkanperistaltic usus. cerna
dapat mengakibatkan diare
danganguanabsorpsi nutris yang
Kolaborasi : diperlukan.
1.Konsultasi dengan ahli gizi utnutk
memberikan diet kalori tinggi. 1.Mungkin memerlukan bantuan
untuk
menjamin pemasukan zat-
zatmakananyang adekuat dan
mengidentifikasi makanan
Observasi : pengganti yang paling sesuai.
1.Auskultasi bising usus
Observasi :
1.Bising usu hiperaktif
mencerminkan
2.Pantau masukan makanan setiap peningkatkan motilitas lambung
hari dan timbang berat badan tiap yang
hari. menurnkan atau mengubah fungsi
absorpsi.
2.Penurunan berat badan terus
menerusdalam keadaan masukan
Edukasi : kalori yangcukup merupakan
1.Dorong klien makan dan indikasi kegagalanterhadap terapi
meningkatkan jumlah makan. antitiriod.

Edukasi :
1.Membantu menjaga pemasukan
kalori cukup tinggi untuk
menambah kaloritetap tinggi.

14
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan metabolisme
Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan 1x24 jam pola nafas efektif
Kriteria hasil :
• nafas 16-20x/menit
• bernafas tidak menggunakan otot bantu tambahan

Intervensi Rasional
Mandiri
1.Auskultasi bunyi nafas dan catat 1.Bunyi nafas menurun / tak ada bila
adanya bunyi nafas adventisius, jalan nafas obstruksi sekunder
seperti krekels, mengi, gesekan terhadap perdarahan, bekuan atau
pleural. kolaps jalan nafas kecil ( atelektasis
). Ronki dan mengi menyertai
obstruksi jalan nafas / kegagalan
pernafasan.
2.Tinggikan kepala dan bantu 2.Duduk tinggi memungkinkan
mengubah posisi. Bangunkan klien ekspansi paru dan memudahkan
turun tempat tidur dan ambulasi pernafasan.
sesegera mungkin.
3.Dorong / bantu klien dalam nafas 3.Dapat meningkatkan / banyaknya
dalam dan latihan batuk. sputum dimana gangguan ventilasi
Penghisapan per oral atau dan ditambah ketidaknyamanan
nasotrakeal bila diindikasikan. upaya bernafas.

Kolaborasi
1.Berikan oksigen tambahan. 1.Memaksimalkan bernafas dan
menurunkan kerja nafas.
Observasi
1.Observasi frekuensi, kedalaman 1.Kecepatan biasanya meningkat.
pernafasan dan ekspansi dada. Catat Dispnea dan terjadi peningkatan
upaya pernafasan, termasuk kerja nafas.
penggunaan otot bantu / pelebaran
nasal.

2.Observsi pola batuk dan karakter 2.Kongesti alveolar mengakibatkan


sekret. batuk kering / iritasi.

15
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol
dan peningkatan aktifitas saraf simpatik
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan 2x24 jam curah jantung
menjadi adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Kriteria Hasil : Tanda vital stabil, denyut nadi perifer normal, pengisian kapiler
< 3 detik, tidak ada distritnea.
Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1.Catat atau perhatikan 1.Takirkardi mungkin merupakan
kecepatan irama jantung cerminanlangsung stimulasi otot jantung
danadanyadistrirnea. olehhormone tiroid distritnea sering
kaliterjadi dan dapat membahnyakan
fungsijantung atau curah jantug.
2.Auskultasi suara jantung, 2. S1 dan mumur yang menonjol yang
perhatikanadanya bunyi jantung berhubungan dengan curah jantung
tambahan, adanya orama gallop dan meningakat pada keadaan metabolic.
mumur sistolik. adanya S3 sebagai tanda kemungkinan
gagal jantung

Kolaborasi : Kolaborasi :
1.Berikan cairan IV sesuai indikasi. 1.pemberian cauiran melalui IV dengan
Cepat untuk memperbaiki volum sirkulasi
2.Mempertahankan curah jantung yang
2. Berikan sesuai indikasi. adekuat.
Observasi :
Observasi : 1.Hidrasi yang cepat dapat terjadi yang
1.Observasi tanda dan gejala haus akan menurunkan volum sirkulasi
yang hebat, mukosa membran dan menurunkan curah jantung.
kering yang lemah. 2.Memberikan hasil pengkajian yang lebih
2.observasi nadi atau denyut akurat untuk menentukan takikardi.
jantungpada pada pasien saat tidur.

4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembesaran kelenjar tiroid


Tujuan :setelah diberikan tindakan keperawatan 3x24 jam citra tubuh
klien tidak terganggu

Kriteria Hasil :

• Klien menyatakan perasaan positif terhadap dirinya sendiri.


• Klien berpartisipasi dalam berbagai aspek perawatan dan dalam
pengambilan keputusan tentang perawatan.

16
Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1. Terima persepsi diri klien dan 1. untuk memvalidasi perasaannya.
berikan jaminan bahwa klien
dapat mengatasi krisis ini.

Observasi : Observasi :
1. Kaji kesiapan klien kemudian 1. keterlibatan dapat memberikan
libatkan klien dalam mengambil rasa kontrol dan meningkatkan
keputusan tentang keperawatan, harga diri.
bila memungkinkan.

Edukasi : Edukasi :
1. Dorong klien melakukan 1. untuk meningkatkan rasa
perawatan diri. kemandirian dan kontrol.
2. Dorong klien untuk 2. Kedukaan harus mendahului
mengungkapkan kedukaan penerimaan.
tentang kehilangan.
3. Dorong klien untuk tetap 3. Catatan tertulis dapat membantu
menuliskan perasaan, tujuan, menunjukkan kemajuan klien.
keluhan, dan kemajuan yang
terjadi pada dirinya.
4. Diskusikan kemajuan klien dan 4. Untuk meningkatkan sikap
tunjukan bagaimana kondisinya positif.
telah meningkat.
5. Dorong klien untuk
berpartisipasi dalam kelompok 5. Untuk membantu mendapatkan
pendukung, bila perlu, membuat dukungan dan pemahaman atau
suatu perjanjian dengan profesi konseling tambahan.
kesehatan mental.
6. Dorong klien untuk 6. Untuk meningkatkan harga diri
menggambarkan perkembangan dan untuk mendemontrasikan
klien melalu hospitalisasi. bagaimana klien telah beradaptasi
terhadap perubahan citra tubuh.
7. Ajarkan dan dorong strategi 7. Untuk membantu klien mengatasi
koping yang sehat. perilaku yang tidak produktif.

17
5. Risiko ketidak seimbangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
metabolisme
Tujuan :Setelah diberi tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam risiko
ketidak keseimbangan volume cairan tidak terjadi
Kriteria Hasil :
• Asupan dan haluaran cairan tetap pada kadar yang tepat sesuai usia dan
kondisi fisik.
• Klien mempunyai tugor kulit yang normal.
• Klien mempertahankan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1. Timbang berat badan klien 1. Untuk membantu mendeteksi
setiap hari sebelum sarapan. perubahan keseimbangan cairan.
2. Tentukan cairan apa yang 2. Untuk meningkatkan asupan.
disukai klien dan simpan
cairan tersebut disamping
tempat tidur klien.

Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Berikan cairan parenteral 1. Untuk membantu mempertahankan
sesuai intruksi. keseimbangan cairan.

Observasi : Observasi :
1. Periksa membran mukosa 1. Membran mukosa kering
mulut setiap hari. merupakan suatu indikasi
2. Pantau kadar elektrolit serum. dehidrasi.
2. Perubahan niali elektrolit dapat
menandakan ketidakseimbangan
3. Ukur asupan cairan dan cairan.
haluaran urine untuk 3. Penurunan asupan atau
mendapatkan status cairan. peningkatan haluaran
mengakibatkan defisit cairan dan
mengakibatkan kelebihan cairan.
Edukasi :
1. Dorong klien untuk mematuhi Edukasi :
diet yang diinstrusikan. 1. Untuk membantu mencapai
2. Ajarkan klien dan anggota keseimbangan cairan dan
keluarga cara elektrolit.
mempertahankan asupan 2. Tindakan ini mendorong klien dan
cairan yang tepat, termasuk pemberian asuhan untuk
mencatat berat badan setiap berpartisipasi dalam perawatan,
hari, mengukur asupan dan sehingga meningkatkan kontrol.
haluaran, dan mengenal

18
tanda-tanda
ketidakseimbangan cairan.

19
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Penyebab dari hipertiroidisme yaitu adanya Gangguan homeostatic yang disebabkan


oleh produksi TSH yang berlebihan atau adanya perubahan autonomic kelenjar tiroid menjadi
hiperfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Ada banyak gejala pada penderita
penyakit ini yakni gemetar,palpitasi,gelisah,penurunan berat badan yang drastic,nafsu makan
meningkat,emosional,dsb.

4.2 Saran

Setelah membaca makalah ini, penulis berharap agar kita senantiasa memiliki gaya
hidup yang sehat. Dan juga bagi perawat yang kelak bekerja di rumah sakit agar dapat
mengetahui seluk beluk dari penyakit hipertiroidisme yang pada akhirnya dapat memberikan
pelayanan yang terbaik apabila menemukan pasien yang menderita penyakit ini pada
khususnya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Dapus : Srikandi, N. M. P. R., & Suwidnya, I. W, (2020). HIPERTIROIDISMEE GRAVES


DISEASE:CASE REPORT. Denpasar Bali.

Anggraini, Yanti dan hasian leniwita. 2019. Modul keperawatan medikal bedah ll. Universitas
Kristen Indonesia.

21

Anda mungkin juga menyukai