DISUSUN OLEH :
1611116179
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2020
1. Definisi COVID-19
Coronavirus disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit yang disebabkan oleh
severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) (Felicia, 2020).
Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak
bersegmen. Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae.
2. Epidemiologi
Sampai tanggal 8 Oktober 2020 didapatkan sebanyak 36.542.723 kasus di seluruh
dunia dan menyebabkan 1.062.360 orang meninggal akibat COVID-19. Dengan
Amerika Serikat dengan total 7.834.289 kasus. Indonesia dengan 324.658 kasus.
Berdasarkan berita dari Kementerian Kesehatan hingga 30 Mei 2020 terdapat 1.851
kasus pada anak beruasi kurang dari 18 tahun dan terdaapt 29 kematian anak yang
dilaporkan akibat COVID-19. (Kompas, 2020).
3. Etiologi
Bagian ini mendeskripsikan secara singkat kemungkinan-kemungkinan moda
transmisi SARS-CoV-2, termasuk transmisi kontak, droplet (percikan), melalui udara
(airborne), fomit, fekal-oral, melalui darah, ibu ke anak, dan binatang ke manusia.
Infeksi SARSCoV-2 umumnya menyebabkan penyakit pernapasan ringan hingga
berat dan kematian, sedangkan sebagian orang yang terinfeksi virus ini tidak pernah
menunjukkan gejala.
1. Transmisi kontak dan droplet
Transmisi SARS-CoV-2 dapat terjadi melalui kontak langsung, kontak tidak
langsung, atau kontak erat dengan orang yang terinfeksi melalui sekresi seperti air
liur dan sekresi saluran pernapasan atau droplet saluran napas yang keluar saat
orang yang terinfeksi batuk, bersin, berbicara, atau menyanyi. Droplet saluran
napas memiliki ukuran diameter > 5-10 μm sedangkan droplet yang berukuran
diameter ≤ 5 μm disebut sebagai droplet nuclei atau aerosol. Transmisi droplet
saluran napas dapat terjadi ketika seseorang melakukan kontak erat (berada dalam
jarak 1 meter) dengan orang terinfeksi yang mengalami gejala-gejala pernapasan
(seperti batuk atau bersin) atau yang sedang berbicara atau menyanyi; dalam
keadaan-keadaan ini, droplet saluran napas yang mengandung virus dapat
mencapai mulut, hidung, mata orang yang rentan dan dapat menimbulkan infeksi.
Transmisi kontak tidak langsung di mana terjadi kontak antara inang yang rentan
dengan benda atau permukaan yang terkontaminasi (transmisi fomit) juga dapat
terjadi (dibahas di bawah).
2. Transmisi melalui udara
Transmisi melalui udara didefinisikan sebagai penyebaran agen infeksius yang
diakibatkan oleh penyebaran droplet nuclei (aerosol) yang tetap infeksius saat
melayang di udara dan bergerak hingga jarak yang jauh. Transmisi SARS-CoV-2
melalui udara dapat terjadi selama pelaksanaan prosedur medis yang
menghasilkan aerosol (“prosedur yang menghasilkan aerosol”). WHO, bersama
dengan kalangan ilmuwan, terus secara aktif mendiskusikan dan mengevaluasi
apakah SARS-CoV-2 juga dapat menyebar melalui aerosol, di mana prosedur
yang menghasilkan aerosol tidak dilakukan terutama di tempat dalam ruangan
dengan ventilasi yang buruk, Transmisi SARS-CoV-2 – implikasi untuk
kewaspadaan pencegahan infeksi: Pernyataan keilmuan -2- Pemahaman akan
fisika embusan udara dan fisika aliran udara telah menghasilkan hipotesis-
hipotesis tentang kemungkinan mekanisme transmisi SARS-CoV-2 melalui
aerosol.
Coronavirus hanya bisa memperbanyak diri melalui sel host-nya. Virus tidak
bisa hidup tanpa sel host. Berikut siklus dari Coronavirus setelah menemukan sel
host sesuai tropismenya. Pertama, penempelan dan masuk virus ke sel host
diperantarai oleh Protein S yang ada dipermukaan virus.5 Protein S penentu utama
dalam menginfeksi spesies host-nya serta penentu tropisnya (Wang, 2020). Pada
studi SARS-CoV protein S berikatan dengan reseptor di sel host yaitu enzim
ACE-2 (angiotensin-converting enzyme 2). ACE-2 dapat ditemukan pada mukosa
oral dan nasal, nasofaring, paru, lambung, usus halus, usus besar, kulit, timus,
sumsum tulang, limpa, hati, ginjal, otak, sel epitel alveolar paru, sel enterosit usus
halus, sel endotel arteri vena, dan sel otot polos.20 Setelah berhasil masuk
selanjutnya translasi replikasi gen dari RNA genom virus. Selanjutnya replikasi
dan transkripsi dimana sintesis virus RNA melalui translasi dan perakitan dari
kompleks replikasi virus. Tahap selanjutnya adalah perakitan dan rilis virus (Fehr,
2015).Berikut gambar siklus hidup virus (gambar 1).
4. Manifestasi
a. Tidak berkomplikasi
b. Pneumonia ringan
Gejala utama dapat muncul seperti demam, batuk, dan sesak. Namun
tidak ada tanda pneumonia berat. Pada anak-anak dengan pneumonia tidak
berat ditandai dengan batuk atau susah bernapas
2) Pengkajian pada bayi baru lahir menurut Doenges (2001) adalah sebagai
berikut:
1) Sirkulasi
2) Eliminasi
3) Aktivitas/istirahat
Status sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama, bayi tampak
semikoma, saat tidur dalam: meringis atau tersenyum, tidur sehari
rata-rata 20 jam.
4) Makanan/cairan
Tonus otot: fleksi hipertonik dari semua ekstermitas sadar dan aktif.
Mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30 menit pertama
setelah kelahiran (periode pertama reaktifitas). Penampilan simetris
(molding, edema, hematoma). Menangis kuat, sehat, nada sedang
(nada menangis tinggi menunjukan abnormalitas gerak,
hipoglikemia, atau efek narkotik yang memanjang).
6) Pernafasan
APGAR SCORE
Skor 0 1 2
Appearance Pucat Bedan merah, Seluruh tubuh
ekstermitas biru kemerahan
Pulse Tidak ada <100x/menit >100x/menit
Grimace Tidak ada Sedikit gerakan Menangis,
mimic batuk/bersin
7) Keamanan
Suhu terterang dari 36,5o C sampai 37,5o C. ada verniks (jumlah dan
distribusi tergantung pada usia gestasi). Kulit: lembut, fleksibel,
pengelupasan tangan atau kaki dapat terlihat, warna merah muda
atau kemerahan, mungkin belang- belang menunjukan memar minor
(misalnya kelahiran dengan forcep), peteckie pada kepala atau
wajah (dapat menunjukan peningkatan tekanan berkenan dengan
kelahiran). Bercak nevi telangiktatis (kelopak mata antara alis mata,
atau pada oksipital, atau bercak Mongolia (terutama punggu bawah
dan bokong) dapat terlihat. Abrasi kulit kepala mungkin ada
(penempatan elektroda internal).
8) Seksualitas
1) Postur: Bokong sempurna (frank branch). Kaki lebih lurus dan kaku,
bayi baru lahir akan memperlihatkan posisi didalam Rahim selama
beberapa hari. Tekanan parental pada anggota gerak atau bahu bias
menyebabkan ketidaksimetrisan wajah untuk sementara untuk
menimbulkan tahanan saat ekstermitas eksternal.
2) Tanda-tanda vital: Denyut jantung dan denyut nadi 100x/menit saat
tidur sampai 160x/menit saat menangis, bida tidak teratur untuk
periode singkat terutama setelah menangis. Suhu 36,5o C sampai 37,5o
C, frekuensi napas 30 sampai 50x/menit, tekanan darah bervariasi
sering perubahan tingkat aktivitas terjaga, menangis, dan teratur.
3) Berat: Berat badan 2500 sampai 400 gram. Panjang badan 45 sampai
55 cm. Lingkar kepala 32 sampai 36,5 cm. Lingkar dada 2 cm lebih
kecil dari pada lingkar kepala rata-rata sekitar 30 sampai 33 cm.
Lingkar abdomen membesar setelah bayi diberi makan karena otot
abdomen meregang, ukuran sama dengan lingkar dada.
4) Intergumen: Biasanya merah muda bervariasi pada setiap etnik,
eritema toksium atau neonatorum (ruam pada bayi baru lahir) milia,
tanda lahir bintik Mongolia bayi kulit hitam, keturunan Asia, dan
Amerika asli 70% bayi kulit putih 90% kondisi agak tebal kerak
dipermukaan mengelupas terutama ditangan dan kaki. Hidrasi dan
konsistensi kehilangan berat badan normal setelah lahir sampai
mencapai 10% berat lahir. Pada pengeluaran urin berkemih dalam 24
jam setelah lahir berkemih 6 sampai 10 kali sehari, verniks kaseosa
jumlahnya bervariasi biasanya lebih banyak terdapat pada lipatan kulit
lanugo jumlah bervariasi.
Diagnosa keperawatan pada bayi baru lahir menurut Doenges (2001) adalah
sebagai berikut:
1) Resiko tinggi terhadap perubahan suhu tubuh berhubungan dengan
eperdemis tipis dengan pembuluh darah dekat pada kulit.
2) Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan
stress akibat dingin, perubahan temperature tubuh
3) Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan kebutuhan kalori tinggi, intake tidak adekuat.
4) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kulit rusak, jaringan
trauma, ketidakadekuatan imunitas yang didapat.
5) Resiko tinggi tehadap cedera berhubungan dengan trauma lahir.