Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN

BAYI PREMATURE PADA PASIEN ANAK DI RUANG NICU

DISUSUN OLEH :
ASIH ISLAMIATI I1031181001
SRI DINI FITRIYANI I1031181005
DHEA FITRA AMANDA I1031181010
AYU NURINTAN I1031181022
ADISKA DIAN PRATIWI I1031181023
ARIZKI RAHMAN HAKIM I1031181033
FERDINAN SUJATMIKO I1031181046
DIAH PERMATASARI I1031181049

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala, karena atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai waktu yang telah
ditetapkan. Sholawat serta salam kami tuturkan pada junjungan Nabi Besar Muhamad
Shallallahu Alaihi Wasallam, para keluarga dan sahabatnya.

Makalah ini mengangkat judul “Asuhan Keperawatan Bayi Premature Pada


Pasien Anak Di Ruang NICU” yang disusun berdasarkan sumber dari buku dan
jurnal, serta media internet sebagai pendukung. Makalah ini disusun secara sistematis
sesuai aturan penulisan makalah pada umumnya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu NitaArisinta Yulianda, S.Kep.,


Ners, M.Kep. selaku dosen pembimbing, yang tidak bosannya dalam mengoreksi serta
memberi masukan hingga terciptanya makalah yang baik dan benar. Kami menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan yang harus di
perbaiki. oleh karena itu, kami berharap ada kritik dan saran yang membangun kepada
kami agar meningkatnya optimalisasi kami dalam menyusun sebuah tulisan.

Pontianak, 28 Oktober 2021

Kelompok 6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 4


1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 4

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 5


1.3 Tujuan ...................................................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 6


2.1 Definisi ..................................................................................................................... 6

2.2 Etiologi ..................................................................................................................... 6


2.3 Manifestasi Klinis.................................................................................................... 8
2.4 Patofisiologi ............................................................................................................. 9
2.5 Komplikasi ................................................................................................................... 13
2.6 Pemeriksaan Penunjang ............................................................................................. 16
ASUHAN KEPERAWATAN ........................................................................................... 17

BAB III PENUTUP ............................................................................................... 30


3.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 30

3.2 Saran ...................................................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 30


BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Prematuritas merupakan faktor kematian yang terkait dengan mortalitas
dan morbiditas sebagian bayi meninggal pada 28 hari pertama mempunyai
bobot kurang dari 2500 gram saat lahir, bayi prematur juga rentan terhadap
kompresi kepala dikarenakan lunaknya tulang tenggkorak dan immaturitas
jaringan otak, perdarahan intrakranial 5 kali lebih sering terjadi pada bayi
prematur, dapat terjadi sindrom distres respirasi (RDS) yang menyebabkan
44% bayi meninggal pada bayi kurang dari 1 bulan, jika berat bayi kurang dari
100 gram angka kematian sebesar 74%, bayi kuning (jaundice), necrotising
enterocolitis (radang usus, hipoglikemia, hipotermi, dan infeksi.
Menurut WHO, setiap tahunnya diperkirakan 15 juta bayi lahir prematur
dan kurang lebih 1 dari 10 bayi mengalami kelahiran prematur.3 Bayi prematur
terutama bayi yang memiliki berat badan lahir rendah memiliki risiko kematian
yang tinggi. Mortalitas pada bayi prematur dapat disebabkan oleh neonatal
sepsis dan ketidakmatangan sistem organ seperti pernapasan dan pencernaan.
Biaya perawatan di NICU (Neonatal Intensive Care Unit) yang relatif mahal
juga perlu dipertimbangkan
Data WHO menunjukkan bahwa hampir 1 juta anak meninggal tiap
tahunnya akibat komplikasi kelahiran prematur.3 Anak yang selamat dari
komplikasi tersebut kebanyakan menghadapi berbagai masalah disabilitas,
seperti masalah penglihatan dan pendengaran serta kesulitan belajar. Secara
global, prematuritas merupakan penyebab kematian terbanyak pada anak di
bawah lima tahun dan diperkirakan terdapat 33.258 bayi yang meninggal akibat
komplikasi kelahiran prematur di Indonesia pada tahun 2008.
Partus Prematurus Imminens (PPI) atau ancaman kelahiran prematur
merupakan adanya kontraksi uterus disertai dengan perubahan serviks berupa
dilatasi dan effacement sebelum 37 minggu usia kehamilan serta dapat
menyebabkan kelahiran prematur. Kelahiran prematur merupakan masalah
dengan prevalensi yang tinggi di dunia dan merupakan tantangan bagi dokter
khususnya dokter kandungan untuk mengetahui penyebab dan pencegahan
kelahiran prematur. Masalah utama kelahiran prematur adalah kurangnya
keberhasilan dalam manajemennya.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa definisi bayi premature
b. Bagaimana etiologi pada bayi premature
c. Bagaimana manifestasi klinis dan pathway pada bayi premature
d. Apa komplikasi yang terjadi pada bayi premature
e. Apa saja pemeriksaan penunjang pada bayi premature
f. Bagaimana asuhan keperawatan pada bayi prematur

1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada bayi prematur
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi bayi prematur
2. Mengetahui etiologi pada bayi prematur
3. Mengetahui manifestasi klinis dan pathway pada bayi prematur
4. Mengetahui komplikasi yang terjadi pada bayi prematur
5. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada bayi prematur
6. Mengetahui asuhan keperawatan pada bayi premature
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Kementrian Kesehatan (2015) menyatakan, bayi prematur yaitu bayi yang
dilahirkan dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu atau 259 hari.
Terdapat 3 sub kategori usia kelahiran prematur berdasarkan kategori World
Health Organization (WHO), yaitu Extremely preterm (< 28 minggu), Very
preterm (28 hingga < 32 minggu), Moderate to late preterm (32 hingga < 37
minggu).
Prematur juga sering digunakan untuk menunjukkan imaturitas. Bayi
dengan berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) yaitu kurang dari 1000 gram
juga disebut sebagai neonatus imatur. Secara historis, bayi dengan berat badan
lahir 2500 gram atau kurang disebut bayi prematur (Behrman, dkk, 2000).
Umumnya kehamilan disebut cukup bulan bila berlangsung antara 37-41
minggu dihitung dari hari pertama siklus haid terakhir pada siklus 28 hari.
Sedangkan persalinan yang terjadi sebelum usia kandungan mencapai 37
minggu disebut dengan persalinan prematur (Sulistiarini & Berliana, 2016).
Istilah prematuritas telah diganti dengan bayi berat badan lahir rendah
(BBLR) karena terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi dengan berat
badan kurang dari 2500 gram, yaitu karena usia kehamilan kurang dari 37
minggu, berat badan lebih rendah dari semestinya, sekalipun umur cukup, atau
karena kombinasi keduanya

2.2 Etiologi
Menurut Rukiyah & Yulianti (2012), bayi dengan kelahiran prematur
dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut:
a. Faktor ibu
Faktor ibu merupakan hal dominan dalam mempengaruhi kejadian
prematur, faktor-faktor tersebut di antaranya adalah:
1) Toksemia gravidarum (preeklampsia dan eklampsia).
2) Riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan antepartum,
malnutrisi dan anemia sel sabit.
3) Kelainan bentuk uterus (misal: uterus bikurnis, inkompeten serviks).
4) Tumor (misal: mioma uteri, eistoma).
5) Ibu yang menderita penyakit seperti penyakit akut dengan gejala
panas tinggi (misal: thypus abdominalis, dan malaria) dan penyakit
kronis (misal: TBC, penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal).
6) Trauma pada masa kehamilan, antara lain jatuh.
7) Kebiasaan ibu (ketergantungan obat narkotik, rokok dan alkohol).
8) Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35
tahun.
9) Bekerja yang terlalu berat.
10) Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat.
b. Faktor Janin
Beberapa faktor janin yang mempengaruhi kejadian prematur antara lain
kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini, cacat bawaan,
kelainan kromosom, infeksi (misal: rubella, sifilis, toksoplasmosis),
insufensi plasenta, inkompatibilitas darah ibu dari janin (faktor rhesus,
golongan darah A, B dan O), infeksi dalam rahim.
c. Faktor Lain
Selain faktor ibu dan janin ada faktor lain yaitu faktor plasenta, seperti
plasenta previa dan solusio plasenta, faktor lingkungan, radiasi atau zat-
zat beracun, keadaan sosial ekonomi yang rendah, kebiasaan, pekerjaan
yang melelahkan dan merokok.
2.3 Manifestasi Klinis
Menurut Rukiyah & Yulianti (2012), ada beberapa tanda dan gejala yang dapat
muncul pada bayi prematur antara lain adalah sebagai berikut:
1) Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu.
2) Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram.
3) Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm.
4) Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm.
5) Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm.
6) Rambut lanugo masih banyak.
7) Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang.
8) Tulang rawan daun telinga belum sempuna pertumbuhannya.
9) Tumit mengkilap, telapak kaki halus.
10) Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora
dan klitoris menonjol (pada bayi perempuan). Testis belum turun ke dalam
skrotum, pigmentasi dan rugue pada skrotum kurang (pada bayi laki-laki).
11) Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah.
12) Fungsi saraf yang belum atau tidak efektif dan tangisnya lemah.
13) Vernix caseosa tidak ada atau sedikit bila ada.
Menurut Sulistiarini & Berliana (2016), bayi prematur menunjukkan belum
sempurnanya fungsi organ tubuh dengan keadaan lemah, yaitu sebagai berikut
1. Tanda-tanda bayi prematur sesuai masa kehamilan (SMK):
a. Kulit tipis dan mengkilap.
b. Tulang rawan telinga sangat lunak, karena belum terbentuk dengan
sempurna.
c. Lanugo (rambut halus atau lembut) masih banyak ditemukan
terutama pada daerah punggung.
d. Jaringan payudara belum terlihat, puting masih berupa titik.
e. Pada bayi perempuan, labia mayora belum menutupi labia minora.
f. Pada bayi laki-laki, skrotum belum banyak lipatan dan testis kadang
belum turun.
g. Garis telapak tangan kurang dari 1/3 bagian atau belum terbentuk.
h. Kadang disertai dengan pernapasan yang tidak teratur.
i. Aktivitas dan tangisan lemah.
j. Reflek menghisap dan menelan tidak efektif atau lemah.
2. Tanda-tanda bayi prematur kecil untuk masa kehamilan (KMK):
a. Umur bayi bisa cukup, kurang atau lebih bulan, tetapi beratnya
kurang dari 2500 gram.
b. Gerakannya cukup aktif dan tangisannya cukup kuat.
c. Kulit keriput, lemak bawah kulit tipis.
d. Pada bayi laki-laki testis mungkin sudah turun.
e. Bila kurang bulan maka jaringan payudara dan puting kecil

2.4 Patofisiologi
Berat badan bayi kurang sehingga bayi prematur tampak kurus akibat kurang
matangnya janin ketika dilahirkan, banyak organ tubuhnya belum dapat
bekerja secara sempurna. Hal ini mengakibatkan bayi prematur sulit
menyesuaikan diri dengan kehidupan di luar rahim, sehingga ia mengalami
banyak gangguan. Semakin dini ia dilahirkan, semakin banyak organ tubuhnya
yang belum sempurna dan semakin banyak gangguan yang akan dialami.
Gangguan kesehatan yang dialami bayi prematur cukup rentan dan bisa
mengancam jiwanya. Ancaman yang paling berbahaya adalah kesulitan
bernafas. Hal ini akibat paru- paru serta seluruh sistem pernafasannya seperti
otot dada dan pusat pernafasan di otak, belum dapat bekerja secara sempurna.
Akibat paru-paru yang belum siap untuk bekerja, paru-paru bayi prematur bisa
berhenti mendadak (apnea prematuritas). Bila hal ini terjadi, biasanya denyut
jantung bayi akan melambat dan wajahnya akan membiru. Gangguan
pernafasan yang tidak segera diatasi dapat mengakibatkan kerusakan pada
organ tubuh lain yang rentan, misalnya otak yang menjadi rusak karena tidak
mendapat oksigen yang cukup. Akibat masih tipisnya lapisan lemak pada
tubuh bayi prematur maka ia pun tidak memiliki perlindungan yang cukup
dalam menghadapi suhu luar yang lebih dingin dibanding di dalam rahim ibu,
sehingga bayi prematur mengalami penurunan suhu di bawah normal
(hipotermia) (Proverawati & Sulistyorini, 2010).
Menurut Dewi (2014), neonatus dengan imaturitas pertumbuhan dan
perkembangan tidak dapat menghasilkan kalori melalui peningkatan
metabolisme. Hal itu disebabkan karena respon menggigil pada bayi tidak ada
atau kurang, sehingga bayi tidak dapat menambah aktivitas. Sumber utama
kalori bila ada stres dingin atau suhu lingkungan rendah adalah thermogenesis
nonshiver. Sebagai respon terhadap rangsangan dingin, tubuh bayi akan
mengeluarkan norepinefrin yang menstimulus metabolisme lemak dari
cadangan lemak coklat untuk menghasilkan kalori yang kemudian dibawa oleh
darah ke jaringan. Stres dapat menyebabkan hipoksia, metabolisme asidosis
dan hipoglikemia. Peningkatan metabolisme sebagai respon terhadap stres
dingin akan meningkatkan kebutuhan kalori dan oksigen. Bila oksigen yang
tersedia tidak dapat memenuhi kebutuhan, tekanan oksigen berkurang
(hipoksia) dan keadaan ini akan menjadi lebih buruk karena volume paru
menurun akibat berkurangnya oksigen darah dan kelainan paru (paru yang
imatur). Keadaan ini dapat sedikit tertolong oleh haemoglobin fetal (HbF)
yang dapat mengikat oksigen lebih banyak sehingga bayi dapat bertahan lama
pada kondisi tekanan oksigen yang kurang (Hidayati, 2016).
Setelah lahir, bayi memerlukan fungsi hati dan fungsi usus yang normal untuk
membuang bilirubin (suatu pigmen kuning hasil pemecahan sel darah merah)
ke dalam urin dan tinjanya. Mayoritas bayi baru lahir, terutama yang lahir
prematur, memiliki kadar bilirubin yang meningkat, yang dapat menyebabkan
sakit kuning (jaundice). Peningkatan ini terjadi karena fungsi hati belum
matang dan kemampuan sistem pencernaan belum sempurna. Jaundice
kebanyakan bersifat ringan dan akan menghilang sejalan dengan perbaikan
fungsi pencernaan bayi (Hidayati, 2016).
Bayi prematur rentan mengalami infeksi/septikemia. Infeksi/septikemiaempat
kali berisiko menyebabkan kematian bayi prematur. Sistem kekebalan pada
bayi prematur belum berkembang sempurna, karena belum menerima
komplemen lengkap antibodi dari ibunya melewati plasenta. Bayi prematur
juga lebih rentan terhadap enterokolitis nekrotisasi (peradangan pada usus).
Ketidakmatangan sistem pencernan menyebabkan intoleransi pemberian
makanan. Lambung yang berukuran kecil akan membatasi jumlah
makanan/cairan yang diberikan, sehingga pemberian susu yang terlalu banyak
dapat menyebabkan bayi muntah. Pada bayi normal akan memiliki refleks
menghisap, menelan dan mencerna makanan yang masuk, tetapi tidak
demikian dengan bayi prematur, karena itulah bayi prematur akan menerima
makanannya melalui pipa halus khusus yang dimasukkan ke dalam lambung
melalui hidung atau mulut bayi. (Hidayati, 2016).
2.5 Pathway

Prematuritas

Faktor ibu Faktor Plasenta Faktor janin

Dinding otot Rahim bagian bawah lemah

Bayi lahir premature (BBLR/berat badan < 2500 gram

Permukaan tubuh Jaringan lemak Penurunan daya Fungsi organ-


relative lebih luas subkutan lebih tipis tahan tubuh organ belum baik

Pemaparan dengan Risiko infeksi


suhu luar

Kehilangan panas Kekurangan cadangan energi

Risiko malnutrisi Hipoglikemia


ketidakseimbangan
suhu tubuh malnutrisi Konjungasi bilirubin belum baik Hati
(Hipotermia)
Pertumbuhan dinding dada dan
vaskuler paru belum sempurna Paru
Ikterus neonatus
Insuf pernafasan

Penyakit membran hialin

Ketidakefektifan pola
nafas

Ketidakadekuatan pemberian ASI Reflek menelan belum sempurna Otak

Usus

Peristaltik belum sempurna Dinding lambung lunak

Pengosongan lambung Mudah kembung

Gangguan Mortilitas
gastrointestinal

Sumber Dewi (2014), ,Hidayah (2016) & (Proverawati & Sulistyorini, 2010).

2.5 Komplikasi
Dalam Darma, Sagita, 2017 terdapat bahwa sering kali komplikasi yang terjadi
pada bayi premature adalah yang berhubungan dengan fungsin imatur dari
sistem organ. Komplikasi-komplikasi yang bisa teradi meliputi :
a. Paru-paru
Produksi surfaktan seringkali tidak mencukupi guna mencegah kolaps
alveolar dan atelektasis, yang dapat terjadi Respitarory Distress Syndrome.
b. Neurologis
Bayi prematur berisiko memiliki masalah neurologi akut seperti,
perdarahan intrakranial dan depresi perinatal. Penyebab utama kelainan
saraf pada bayi baru lahir adalah enselopati iskemik hipoksik (EIH),
disamping perdarahan periventrikuler dan intraventrikular yang
menyebabkan kelainan saraf terutama pada bayi prematur. Jejas pada otak
yang terjadi pada masa perinatal ini dikenal sebagai penyebab utama
gangguan saraf berat dan terjadi dalam jangka panjang yang dikenal dengan
Cerebral Palsy pada bayi dan anak. Manifestasi predominan yang dikaitan
dengan palsiserebral adalah gangguan gerak yang dapat berupa karakter
spastik, ataksik atau atetoid. Disfungsi motorik ini biasanya disertai
gangguan neurologi lainnya seperti retardasi mental, gangguan visual
kortikal dan kejang.
c. SSP (Susunan syaraf pusat)
Disebabkan tidak memadai koordinasi reflex menghisap dan menelan, bayi
yang lahir sebelum usia gestasi 34 minggu harus diberi makanan secara
intravena atau melalui sonde lambung. immaturitas pusat pernafasan di
batang otak mengakibatkan apnea sentral (apnea sentral).
d. Kardiovaskular
Gangguan yang sering dialami adalah hipotensi akibat hipovolemia,
misalnya kehilangan volume karena memang volumenya yang relatif kecil
atau gangguan fungsi jantung dan vasodilatasi akibat sepsis. Kejadian PDA
(Patent ductus arteriosus) sering terjadi dan dapat mengakibatkan gagalnya
jantung kongestif.
e. Infeksi
Akibat defisiensi respons imun seluler dan humoral, bayi prematur
memiliki risiko terjadinya infeksi lebih besar dibandingkan dengan bayi
atem.
f. Pengaturan suhu
Bayi prematur memiliki luas permukaan tubuh yang besar dibandingkan
rasio masa tubuh, oleh karena itu ketika terpapar dengan suhu lingkungan
di bawah netral, dengan cepat akan kehilangan panas dan sulit untuk
mempertahankan suhu tubuhnya karena efek menggigil (shivering) pada
prematur tidak ada.
g. Saluran pencernaan (Gastrointestinal tract)
Belum sempurna sehingga tidak mampu menyerap ASI dengan baik.
Pengosongan lambung terlambat sehingga menimbulkan desistensi
lambung dan usus.
h. Volume perut yang kecil dan reflek menghisap dan menelan yang masih
imatur pada bayi prematur, pemberian makanan melalui tabung nasogastrik
dapat berisiko aspirasi.
i. Ginjal
Fungsi ginjal pada bayi prematur masih imatur, sehingga batas konsentrasi
dan cairan urin kurang memadai seperti pada bayi normal.
j. Hiperbilirubinemia
Pada bayi prematur bisa berkembang hiperbilirubinemia lebih sering
dibandingkan dengan bayi aterm, dan kernicterus bisa terjadi pada level
bilirubin serum paling sedikit 17 mg/dl (170 umolL) pada bayi keil, bayi
premature yang sakit.
k. Hipoglikemia
Hipoglikemia merupakan penyebab utama kerusakan otak pada periode
perinatal. Kadar glukosa dah kurang dari 20 mg / 100cc pada bayi kurang
bulan atau bayi prematur dianggap menderita hipoglikemia.
l. Mata
Retrolental fibroplasia, kelainan ini timbul sebagai akibat pemberian
oksigen yang berlebihan pada bayi prematur yang kehamilannya kurang
dari 34 minggu. Tekanan oksigen yang tinggi dalam arteri akan merusak
pembuluh darah retina yang masih belum matang (imatur).
m. Tendensi
Pembuluh darah masih rapuh, sehingga permeabilitasnya tinggi, yang
memudahkan terjadinya ekstravasasi cairan dan mudah terjadinya edema.
Terjadi gangguan faktor pembekuan darah sehingga terjadi perdarahan.
Dalam keadaan yang gawat.

2.6 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan yang dilakukan pada bayi prematur menurut Nararif, Amin Huda
dan Kusuma Hardhi, (2015) yaitu :
1. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-
24.00mm3, hari pertama setelah lahir dan menurun bila ada sepsis.
2. Hematokrit (Ht): 43%-61%. Peningkatan hingga 65% atau lebih
menandakan polisitemia, sedangkan penurunan kadar menunjukkan anemia
atau hemoragic prenatal/perinatal.
3. Hemoglobin (Hb): 15-20 gr/dl. Kadar hemoglobin yang rendah
berhubungan dengan anemia atau hemolisis yang berlebihan.
4. Bilirubin total: 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl pada 1-2 hari,
dan 12 gr/dl pada 3-5 hari.
5. Destrosix: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran
rata-rata 40-50 mg/dl dan meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.
6. Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl): dalam batas normal pada awal
kehidupan.
7. Pemeriksaan analisa gas darah
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas
Pada kasus premature identitas yang harus dikaji antara lain identitas pasien
dan identitas keluarga pasien, khususnya ibu. Premature terjadi pada bayi
yang lahir sebelum minggu ke-37 atau lebih awal dari perkiraan.
b. Usia
Kecenderungan kelahiran prematur akan semakin menurun seiring dengan
meningkatnya usia melahirkan ibu. Kecenderungan kelahiran prematur dari
ibu yang melahirkan pada umur kurang dari 20 tahun adalah 1,081 kali lebih
besar dibandingkan dengan ibu yang melahirkan pada umur di atas 34
tahun. Kecenderungan melahirkan prematur sedikit menurun untuk ibu
yang melahirkan pada usia 20–34 tahun dengan nilai odds ratio sebesar
1,064. Penjelasan yang mungkin dari hasil ini adalah bahwa seiring dengan
peningkatan umur wanita ketika melahirkan membuat wanita sudah
semakin matang dan memiliki pemahaman lebih besar tentang kehamilan
sehingga kecenderungan kejadian kelahiran prematur akan semakin rendah
c. Jenis kelamin
Bayi lahir premature biasanya banyak terjadi pada bayi berjenis kelamin
laki-laki. (Nur Mukmin, Hassanah, dkk 2016)

2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya bayi yang lahir secara premature akan mengalami gejala kesulitan
bernafas dan bayih tidak menangis, suhu tubuh mengalami hipotermia, kulit
dingin, menggigil,dan suhu tubuh fluktuatif, pucat, sianosis, atau bahkan
kejang.
b. Riwayat Kesehatan Lain
Bayi yang lahir secara premature biasanya akan mengalami ketuban pecah
sebelum waktunya (KPSW). Ibu mengalami riwayat penyakit menahun
seperti hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah, dan perokok. Selama
kehamilan ibu mengalami preeklamsia dan eklamsia.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya anak yang terlahir secara premature ibu memiliki riwayat gizi
yang kurang baik saat hamil, umur kurang dari 20 tahun dan diatas 35 tahun.
Jarak persalinan dan jarak kehamilan yang dekat.

3. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem pernapasan
1) Inspeksi
Pernapasan cepat dan dangkal >60 kali/menit (normal pernapasan bayi
baru lahir 40-60x/ menit), peningkatan kerja napas, penggunaan otot
bantu napas seperti retraksi intercostal atau subternal, nasal faring, dan
pola napas abnormal
2) Palpasi
Peningkatan fremitus (tremor vibrator pada dada)
3) Auskultasi
Biasanya normal, mungkin pula terjadi crackles, ronchi, dan suara napas
bronkial
4) Perkusi
Suara dullness diatas area konsolidasi (normalnya sonor)
b. Sistem kardiovaskuler
1) Tekanan darah bayhi baru lahir bisa normal (79/54 mmHg) atau
meningkat (terjadinya hipksemia)
2) Inspeksi
Tidak ada pulsasi. Kulit dan membran mukosa mungkin pucat dan
dingin, sianosis bisa terjadi (stadium lanjut)
3) Palpasi
Perfusi jaringan menurun (CRT >3 detik), nadi perifer lemah atau
berkurang. Takikardia biasanya terjadi (normalnya 170-190 kali/menit)
4) Auskultasi
Normal pada fase awal S2 (komponen pulmoni ) dapat terjadi
5) Perkusi
Suara normal perkusi jantung biasanya normal (pekak atau redup)
c. Sistem persyarafan
Bayi sesak, bila pernapasan tersumbat biasanya bayi tidak menangis,
terjadi penurunan kesadaran hingga koma
d. Sistem perkemihan
1) Inspeksi
Bahyi baru lahir mengeksresikan sedikit urine pada 48 jam pertama,
seringkali hanya 30 hingga 60 ml
2) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
3) Auskultasi
Tidak ada bunyi bruit (bising)
4) Perkusi
Bunyi timpani, jika vesika urinaria penuh maka bunyinya dullness
e. Sistem pencernaan
1) Inspeksi
Tidak ada penegangan abdomen dan tidak ada tanda inflamasi
2) Palpasi
Tidak adanya nyeri tekan
3) Auskultasi
Bising usus normal (5-30kali/menit)
4) Perkusi
Bunyi timpani (normal)
f. Sistem otot, tulang, dan integument
1) Terjadi kelemahan otot, gerak bayi kurang aktif dan lemah
2) Inspeksi
Warna kulit pucat, sianosis, terdapat bintik-bintik dan ditemukan adanya
tanda iskemik
3) Palpasi
Turgor kulit menurun dan teraba dingin
4) Auskultasi
-
5) Perkusi
-
g. Sistem endokrin
1) Inspeksi
Tidak ada perbesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening
2) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
3) Auskultasi
Suara bruit (bising)
4) Perkusi
Sonor (normal)
h. Pemeriksaan berat bayi baru lahir
Berat bayi biasanya dibawah normal pada kasus premature rata-rata berat
badan bayi laki-laki yang lahir dengan normal pada usia kehamilan 37-41
minggu antara 3,0 kg-3,6 kg, sedangkan berat badan bayi perempuan
berkisar antara 2,9 kg- 3,h4 kg
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksan darah lengkap
Pemeriksaan darah lengkap (complete blood count / CBC) yaitu suatu
pemeriksaan penyaring untuk menunjang diagnose suatu penyakit dan atau
untuk melihat bagaimana respon tubuh terhadap suatu penyakit. Disamping
itu juga pemeriksaan ini sering dilakukan untuk melihat kemajuan atau
respon terapi pada pasien. Berikut ini pemeriksaan yang termasuk
pemeriksaan darah lengkap, yaitu :
1) Hemoglobin
2) Hematocrit
3) Leukosit
4) Trombosit
5) Eritrosit
6) Indeks eritrosit
7) Laju endap darah atau erytrocite
8) Hitung jenis leukosit
9) Platelet distribution width

Pemeriksaan darah lengkap biasanya disarankan kepada setiap pasien yang


datang dengan gejala klinis dan jika didapatkan hasil yang diluar normal
maka akan dilakukan pemeriksaan lanjutan.

b. APGAR score
APGAR score adalah suatu metode penilaian yang digunakan untuk
mengkaji kesehatan neonates dalam menit pertama setelah lahir sampai 5
menit setelah lahir, serta dapat diulang pada menit ke 10-15 nilai APGAR
merupakan standar evaluasi neonates dan dapat dijadikan sebagai data dasar
untuk evaluasi (Melani, 2012).
Analisa Data

No Data Etiologi Problem


1 DS: Imaturitas Pola Napas Tidak
 Ibu pasien mengatakan Neurologis Efektif (D. 0005)
napas anaknya cepat dan
tertahan
DO:
 Usia kehamilan kurang
dari 37 minggu
 Pola napas bayi tampak
abnormal (mis. Apnea,
takipnea, brapnea dll)
 RR : 44-50 x/menit
 Nadi : 100-140 x/menit
 Pernapasan bayi tampak
tidak teratur
2 DS: Stratum Korneum Hipotermia (D.
 Ibu klien mengatakan kulit Imatur 0131)
anaknya teraba dingin
 Ibu klien mengatakan
bayinya lemah
DO:
 Usia kehamilan kurang
dari 37 minggu
 Kulit tampak tipis
 Lemak subkutan tipis
 Kulit teraba dingin
 Kulit tampak pcar
 Suhu tubuh bayi 35oC
3 DS: Ketidakmampuan Defisit Nutrisi (D.
 Ibu klien mengatakan Mencerna Makanan 0019)
anaknya tidak aktif
bergerak dan lemah
DO:
 Usia kehamilan kurang
dari 37 minggu
 Otot hipotonik lemah
 Berat badan kurang dari
2500 gram
 Panjang badan kurang dari
45 cm

Diagnosa Keperawatan

1. Pola Napas Tidak Efektif (D. 0005) b/d Imaturitas Neurologis


2. Hipotermia (D. 0131) b/d Stratum Korneum Imatur
3. Defisit Nutrisi (D. 0019) b/d Ketidakmampuan Mencerna Makanan

Intervensi

No SDKI SLKI SIKI


1 Pola Nafas Tidak Efektif Setelah diberikan asuhan Manajemen jalan napas:
(D.0005) keperawatan 3 x 24 jam, O :
diharapkan inspirasi dan - Monitor pola napas
ekspirasi memberikan (frekuensi, kedalaman,
ventilasi adekuat dengan usaha napas)
indikator : 1. Pola napas - Monitor bunyi napas
kembali normal Dengan tambahan (misalnya
kriteria hasil: - Ventilasi gurgling, mengi, wheezing,
semenit meningkat (5) - ronkhi kering)
Kapasitas vital meingkat (5) - N:
Tekanan inspirasi meingkat - Posisikan semi-fowler atau
(5) - Penggunaan otot bantu fowler - Berikan oksigen
napas menurun (5) -
Pernapasan cuping hidung Pemantauan respirasi:
menurun (5) O:
- Monitor frekuensi, irama,
kedalaman, dan upaya nafas
- Auskultasi bunyi napas
- Monitor saturasi oksigen

N:
- Atur interval pemantauan
respirasi kondisi paisen
- Dokumentasi hasil
pemantauan

2 Hipotermia Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipotermia :


keperawatan 3x24 jam di O:
harapkan suhu tubuh - Monitor suhu
neonatus tetap berada pada - Identifikasi penyebab
rentang normal dengan - Monitor tanda dan gejala
indikator :
1. Menggingil menurun N:
(1) - Sediakan lingkungan yang
2. Suhu tubuh hangat
meningkat (5) - Ganti pakaian atau linen
3. Suhu kulit meningkat yang basah
(5) - Lakukan penghangatan
yang pasif (seperti
memberikan penutup
kepala, selimut)

3 Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi :


keperawatan 3 x 24 jam, di O :
harapkan nutrisi neonatus - Identifikasi ststus nutrisi
dapat terpenuhi dengan - Monitoring berat badan
indikator : - Monitoring hasil
- Turgor kulit meningkat pemeriksaan laboratorium
(1) N:
- Berat badan meningkat (1) - Monitoring output input
- Panjang badan meningkat - Monitoring jumlah kalori
(1) yang diberikan setiap hari
- Sklera kning menurun (1) E:
- Tebal lipatan kulit - Ajarkan cara
membaik (5) meningkatkan berat
- Lapisan lemak membaik badan nenonatus
(5)
Pedoman observasi

A. Pengkajian

Tanda & Gejala


No Data mayor dan data minor masalah Subyek 1 Subyek 2
keperawatan : Hipotermia Ya Tidak ya Tidak
1 Data mayor
Kulit teraba dingin √ √
Menggigil √ √
Suhu tubuh dibawah normal √ √
2 Data Minor
Akrosianosis √ √
Bradikardi √ √
Dasar kuku sionotik √ √
Hipoglikemia √ √
Hipoksia √ √

Pengisian kapiler > 3 detik √ √


Konsumsi oksigen meningkat √ √
Ventilasi menurun √ √
Piloereksi √ √
Takikardia √ √
Vasokontrinsi Prifer √ √
Kutis memorata √ √
B. Intervensi

Dirumuskan
No Intervensi Keperawatan Subyek 1 Subyek 2
Ya Tidak ya Tidak
1 Manajemen Hipotermia
Observasi
a. Monitor suhu tubuh √ √
b. Mengidentifikasi penyebab √ √
hipotermia (missal terpapar suhu
lingkungan rendah, pakaian tipis,
kerusakan hipotalamus, penurunan
laju metabolisme kekurangan
lemak subkutan
c. Monitoring tanda dan gejala akibat √ √
hipotermis
Terapeutik
d. Sediakan lingkungan yang hangat √ √
(mis atur suhu ruangan, incubator)
e. Ganti pakaian atau linen yang basah √ √

f. Lakukan penghangatan pasif (misal √ √


selimut, penutup kepala)
g. Lakukan penghangatan aktif (mis. √ √
Selimut hangat, komprs hangat,
perawatan metode kangguru)
2 Perawatan Kangguru
Observasi
a. Pastikan status fisiologi bayi √ √
terpenuhi dalam perawatan
b. Sediakan lingkungan yang tenang √ √
c. Berikan kursi pada orang tua, jika √ √
perlu
d. Posisikan bayi telungkup tegak √ √
lurus di dada orang tua
e. Miringkan kepala bayi kesalah satu √ √
sisi kanan atau kiri dengan kepala
sedikit tengadah (ekstensi)
f. Hindari mendorong kepala bayi √ √
fleksi dan hiperekstensi
g. Biarkan bayi telanjang hanya √ √
menggunakan popok, kaos kaki dan
topi
h. Posisikan bayi diamankan dengan √ √
kain panjang atau pengikat lainnya
√ √
i. Buat ujung pengikat tepat berada di
bawah kuping bayi

Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan perawatang √ √
kangggur
b. Jelaskan keuntungan kontak kulit √ √
ke kulit
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Prematuritas merupakan faktor kematian yang terkait dengan mortalitas dan
morbiditas sebagian bayi meninggal pada 28 hari pertama mempunyai bobot
kurang dari 2500 gram saat lahir, bayi prematur juga rentan terhadap kompresi
kepala dikarenakan lunaknya tulang tenggkorak dan immaturitas jaringan otak,
perdarahan intrakranial 5 kali lebih sering terjadi pada bayi prematur, dapat
terjadi sindrom distres respirasi (RDS) yang menyebabkan 44% bayi meninggal
pada bayi kurang dari 1 bulan, jika berat bayi kurang dari 100 gram angka
kematian sebesar 74%, bayi kuning (jaundice), necrotising enterocolitis (radang
usus, hipoglikemia, hipotermi, dan infeksi. Partus Prematurus Imminens (PPI)
atau ancaman kelahiran prematur merupakan adanya kontraksi uterus disertai
dengan perubahan serviks berupa dilatasi dan effacement sebelum 37 minggu
usia kehamilan serta dapat menyebabkan kelahiran prematur. Kelahiran
prematur merupakan masalah dengan prevalensi yang tinggi di dunia dan
merupakan tantangan bagi dokter khususnya dokter kandungan untuk
mengetahui penyebab dan pencegahan kelahiran prematur. Masalah utama
kelahiran prematur adalah kurangnya keberhasilan dalam manajemennya.

3.2 Saran
Diharapkan melalui tugas asuhan keperawatan ini, diharapkan mahasiswa dapat
mengetahui tentang premature dan bisa melakukan asuhan keperawatan
premature dengan baik dan benar. Kelompok menyadari bahwa apa yang
disajikan masih jauh dari kesempurnaan, dan oleh karenanya kelompok sangat
mengharapkan masukan sehingga apa yang dibahas diatas tidak hanya
merupakan sesuatu yang sifatnya hanya merupakan sebuah konseptual,
melainkan dapat menjadi pijakan bagi mahasiswa dalam mengaplikasikannya.
DAFTAR PUSTAKA

Ai Yeyeh, Rukiyah, Yulianti, Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.
Jakarta : Trans Info Medika.

Darma, Sagita. 2017. Kehamilan, Persalinan, Bayi Preterm & Posterm Disertai
Evidence Based. Palembang : NoerFikri
Dewi, V.L.N. (2014). Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta: EGC.

Hidayati, Lilik. 2016. Faktor Risiko Terjadinya Persalinan Prematir Mengancam Di


RSUD Soetomo Surabaya. Hal 21-23
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi asuhan keperawatan
berdasarkan diagnose medis dan nanda nic noc. Edisi revisi jilid 1.
Yogyakarta : Mediaction
Proverawati, A. 2010. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). NuhaMedika, Yogyakarta.

SARI, I. N. (2020). LAPORAN AKHIR PROFESI KEPERAWATAN KOMPREHENSIF


PENGARUH FACILITATED TUCKING TERHADAP RESPON NYERI BAYI
PREMATUR DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NYERI AKUT. Kota
Palembang: Universitas Sriwijaya.
Sulistiarini, D. dkk (2016). FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI
KELAHIRAN PREMATUR DI INDONESIA: ANALISIS DATA
RISKESDAS 2013. E-Journal WIDYA Kesehatan Dan Lingkungan, hal 109-
115, Volume 1,Nomor 2, ISSN 2338-7793.
Sulistiarini, D., & Berliana, M. (2016). Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kelahiran
Prematur di Indonesia : Analisis Data Ris

Widiana, K. O. dkk (2019). KARAKTERISTIK PASIEN PARTUS PREMATURUS


IMMINENS DI RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE 1 APRIL 2016-30
SEPTEMBER 2017. E-JURNAL MEDIKA, VOL. 8, NO.3, ISSN: 2303-1395.

Anda mungkin juga menyukai