Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PREMATUR

Dosen pembimbing: Ns. Bestfy Anitasari, S.Kep.,M.Kes.,sp.Mat.

Di susun oleh :

NURVIKA (01.2018.016)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES KURNIA JAYA PERSADA

PALOPO

2020
Kata pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan Maternitas II yang
berjudul “ PREMATUR”

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mnedapatkan bantuan dari berbagai
referensi sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk itu kami menyampaikan
banyak terimah kasih kepada ibu ns. Bestfy Anitasari, S.kep., M.kep., Sp.Mat. selaku dosen
pembimbing mata kuliah keperawatan Maternitas II yang telah memberikan pembelajaran kepada
kami dan semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca. Sekian terimakasih

Palopo, 7 april,2020.

Nurvika
Daftar isi
PRAKATA ..............................................................................................

DAFTAR ISI ..........................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar belakang............................................................................
B. Rumusan masalah......................................................................
C. Tujuan ........................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Definisi.......................................................................................
B. Etiologi......................................................................................
C. Patofisiologi..............................................................................
D. Klasifikasi.................................................................................
E. Penatalaksanaan.....................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. kasus
B. Pembahasan kasus
C. Asuhan keperawatan
BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

daftar pustaka
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Persalinan prematur adalah hari pertama persalinan sebelum usia kehamilan 37 mgg atau kurang
dari 259 hari dihitung dari menstruasi terakhir. Sampai saat ini mortalitas dan morbiditas bayi
prematur masih sangat tinggi. Hal ini berkaitan dengan maturitas organ pada bayi baru lahir seperti
paru, otak dan gastrointestinal. Di negara barat sampai 80% dari kematian neonatus adalah akibat
prematuritas dan pada bayi prematur yang selamat 10% nya mengalami permasalahan dalam
jangka panjang . (Drife J et al .2004) Angka kejadian bayi prematur meningkat di banyak negara.
Kenaikan ini dikarenakan faktor membaiknya tehnik pengumpulan data, meningkatnya penyakit
kronis, meningkatnya kehamilan kembar karena pengobatan infertilitas, dan meningkatnya jumlah
kelahiran prematur melalui seksio sesarea. Negara dengan jumlah kejadian kelahiran prematur
terbanyak pertahun adalah India (3,52juta), China (1,17juta), Indonesia (675.000) dan Amerika
Serikat (514.400). (Nour et al .2012) Prematuritas merupakan masalah serius karena dapat
menyababkan kematian dan kesakitan neonatus. Hampir separuh dari neonatus yang berhasil hidup
akan mengalami kecacatan neurologis kongenital termasuk Cerebral Palsy (CP). Kejadian CP dan
gangguan kognitif berhubungan dengan kerusakan periventrikuler white matter,dimana hal ini
sering ditemui pada bayi yang dilahirkan sebelum usia kehamilan 32mgg atau didapatkan kelainan
corticosubcortical pada bayi yang baru dilahirkan cukup bulan. (Degos V et al .2008). Sitokin pro
inflamasi telah di ketahui secara signifikan meningkat pada cairan amnion dan otak janin neonatus
dengan infeksi, termasuk respon inflamasi lokal yang menyebabkan kerusakan otak 2 janin.
Peningkatan sitokin telah diteliti di cairan amnion dan darah neonatus yang menderita Cerebral
Palsy (CP). Infeksi mikroba ke dalam cairan amnion dapat menimbulkan persalinan prematur dan
berakibat menjadi infeksi janin. Mikroorganisme menghasilkan produk yang dapat memicu sel
mononuclear menghasilkan IL-1 dan TNF-α. Yang dapat meningkatkan permeabilitas sawar darah
otak ( blood brain barrier) sehingga produk mikroorganisme dan sitokin pro inflamasi tersebut dapat
masuk ke otak dan menimbulkan kerusakan pada jaringan putih otak (White Matter Damage) janin,
sehingga dibutuhkan neuroproteksi yang tepat agar dapat melindungi otak janin dari kerusakan
yang di akibatkan oleh sitokin pro inlflamasi tersebut. Pre-eklampsia masih menjadi penyebab
utama mortalitas dan morbiditas janin dan maternal di dunia,dan menjadi nomer 1 persoalan yang
kompleks dalam obstetri.(Vahid et al,2008). Penyebab penyakit ini masih belum diketahui, namun
disfungsi endotel dapat menjadi salah satu faktor penyebabnya. Pre-eklampsia dikenal sebagai
komplikasi kehamilan yang berakibat terjadinya aktifitas pengurangan perfusi sekunder organ dan
vasospasme endotel.(Mihu et al,2010). Pre-eklampsia juga merupakan sindroma hiperaktivitas
leukosit didalam sirkulasi maternal. (Mihu et al,2010) .Beberapa sitokin yang berbeda selama
kehamilan dilepaskan oleh sel imun dan limfosit dipermukaan trophoblas dan desidua. Beberapa
sitokin ini ditemukan meningkat pada wanita yang menderita pre-eklampsia dan menjadi hal yang
menarik sebagai bio marker untuk perkembangan pre-eklampsia. Hipotesis yang terbaru
menyebutkan bahwa penyebab dari pre-eklampsia lebih di fokuskan kepada respon imun. Sitokin
adalah suatu substansi regulator imun yang terlibat dalam patogenesis pre-eklampsia. Kehamilan
yang berhasil adalah suatu fenomena Th2, dimana Th1/Th2 shift ke Th2 tipe reaksi. Tipe 1 sitokin
termasuk interleukin-2, interferon (IFN) dan tumor nekrosis faktor alpha (TNF-α) banyak ditemukan
pada pre-eklampsia yang disebabkan oleh inflamasi.(Mirahmadian et al,2008). Konsentrasi sitokin
proinflamasi plasma 3 dari plasenta seperti Tumor Necrosis Factor- α (TNF- α) dan Interleukin 1β (IL-
1β) tinggi pada pasien dengan pre-eklampsia dibanding dengan wanita hamil yang normal.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan prematur?
2. Apa penyebab prematur?
3. Bagaimana tanda dan gejala prematur?
4. Apa saja klarifikasi prematur?
C. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui definisi prematur.
2. Untuk mengetahui penyebab dari prematur.
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala prematur.
4. Untuk mengetahui klasifikasi prematur.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Kelahiran prematur adalah kelahiran yang terjadi sebelum minggu ke-37 atau lebih awal
dari hari perkiraan lahir. Kondisi ini terjadi ketika kontraksi rahim mengakibatkan
terbukanya leher rahim (serviks), sehingga membuat janin memasuki jalan lahir.Minggu
terakhir masa kehamilan merupakan masa yang penting dalam pembentukan tahap akhir
berbagai organ vital, termasuk otak dan paru-paru, serta proses peningkatan berat badan
janin. Oleh karena itu, bayi yang lahir prematur berisiko mengalami gangguan kesehatan
karena kondisi organ tubuh yang belum sempurna, sehingga membutuhkan perawatan
intensif.

B. Etiologi

Etiologi prematuritas merupakan etiologi dari persalinan prematur / premature labor yang


dapat terjadi secara spontan ataupun akibat induksi. Penyebab persalinan prematur sangat
beragam dan paling sering disebabkan oleh ketuban pecah dini (KPD) dan indikasi maternal
lain. Etiologi yang paling sering antara lain adalah:
 Ketuban pecah dini
 Korioamnionitis

 Eklamsia dan preeklamsia
 Perdarahan antepartum

 Diabetes gestasional
 Fetal distress
 Intrauterine growth restriction (IUGR)
Persalinan per vaginam dengan induksi ataupun tindakan sectio caesarea (SC) secara
elektif sering direncanakan pada ibu dengan risiko tinggi kelahiran prematur untuk
memperbaiki prognosis bayi. Namun, hal ini masih kontroversial dan berdampak pada
meningkatnya jumlah kelahiran prematur dan meningkatkan beban biaya medis.
Faktor Risiko
Berikut ini adalah faktor risiko yang ikut berperan dalam menyebabkan terjadinya
prematuritas, antara lain:

 Riwayat kelahiran prematur pada kehamilan sebelumnya

 Serviks pendek

 Fertilisasi in vitro
 Kehamilan ganda

 Riwayat penyakit serviks

 Usia ibu terlalu muda atau terlalu tua

 Depresi maternal atau penggunaan antidepresan


 Infeksi genitourinaria: klamidia, vaginosis bakterial, human papilloma virus
 Konsumsi alkohol
 Ibu perokok

 Ibu obesitas

 Status ekonomi dan pendidikan rendah

Penyakit periodontal juga dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur, namun data
mengenai hal tersebut masih inkonsisten.

Faktor kesehatan ibu, di antaranya:

o Preeklamsia.
o Penyakit yang bersifat kronis, seperti penyakit ginjal atau jantung.
o Penyakit infeksi, seperti infeksi saluran kemih, infeksi cairan ketuban, dan infeksi
vagina.
o Kelainan bentuk rahim.
o Ketidakmampuan serviks menutup selama masa kehamilan.
o Stres.
o Kebiasaan merokok sebelum dan selama masa kehamilan.
o Penyalahgunaan NAPZA.
o Pernah mengalami kelahiran prematur sebelumnya.
o Faktor kehamilan, seperti:
o Kelainan atau menurunnya fungsi ari-ari.
o Kelainan posisi ari-ari.
o Ari-ari yang lepas sebelum waktunya.
o Terlalu banyak cairan ketuban.
o Ketuban pecah lebih awal.
 Faktor yang melibatkan janin, yaitu:
o Kehamilan kembar.
o Kelainan darah pada janin.

Tanda dan gejala

1. Sering kontraksi
Tanda-tanda melahirkan prematur yang umum adalah merasakan kontraksi rahim yang
sering. Kontraksi rahim bisa terjadi minimal 5 kali dalam satu jam. Bahkan bisa jadi
setiap 10 menit atau lebih sering.
2. Sakit punggung
Sakit punggung juga bisa menjadi tanda-tanda melahirkan prematur. Sakit punggung
biasanya akan berada di punggung bagian bawah. Sakit punggung bisa terjadi secara
konstan atau bisa hilang dan muncul lagi tiba-tiba. Sakit punggung sebagai tanda-tanda
melahirkan prematur tidak akan mereda bahkan jika Anda mengubah posisi atau
melakukan sesuatu yang lain untuk kenyamanan.

3. Kram
Kram yang dialami saat sedang hamil juga bisa menjadi tanda-tanda melahirkan prematur.
Kram ini seperti menstruasi dan terasa di perut bagian bawah yang bisa datang dan pergi
atau konstan. Kram perut pada kasus ini bisa terjadi dengan atau tanpa diare.

4. Keputihan berlebih
Jangan anggap remeh dengan keputihan yang berlebih walau hal itu normal terjadi ketika
sedang hamil. Namun, peningkatan keputihan juga bisa menjadi tanda-tanda melahirkan
prematur.

5. Pendarahan vagina
Tanda-tanda melahirkan prematur bisa juga ditandai dengan adanya pendarahan vagina.
Pendarahan vagina yang terjadi biasanya berupa pendarahan vagina tingkat ringan.

6. Peningkatan tekanan di pelvis atau vagina


Apabila Anda merasakan tekanan di area panggul atau vagina Anda meningkat maka bisa
jadi hal itu termasuk tanda-tanda melahirkan prematur. Tekanan yang terasa seperti
tekanan yang datang dari bayi Anda.

C. Patofisiologi
Secara umum, penyebab persalinan prematur dapat dikelompokan dalam 4 golongan yaitu :
1) Aktivasi prematur dari pencetus terjadinya persalinan
2) Inflamasi/infeksi
3) Perdarahan plasenta
4) Peregangan yang berlebihan pada uterus
Mekanisme pertama ditandai dengan stres dan anxietas yang biasa terjadi pada primipara muda
yang mempunyai predisposisi genetik. Adanya stres fisik maupun psikologi menyebabkan aktivasi
prematur dari aksis Hypothalamus-Pituitary-Adrenal (HPA) ibu dan menyebabkan terjadinya
persalinan prematur. Aksis HPA ini menyebabkan timbulnya insufisiensi uteroplasenta dan
mengakibatkan kondisi stres pada janin. Stres pada ibu maupun janin akan mengakibatkan
peningkatan pelepasan hormon Corticotropin Releasing Hormone (CRH), perubahan pada
Adrenocorticotropic Hormone (ACTH), prostaglandin, reseptor oksitosin, matrix metaloproteinase
(MMP), interleukin-8, cyclooksigenase-2, 9 dehydroepiandrosteron sulfate (DHEAS), estrogen
plasenta dan pembesaran kelenjar adrenal.
Mekanisme kedua adalah decidua-chorio-amnionitis, yaitu infeksi bakteri yang menyebar ke uterus
dan cairan amnion. Keadaan ini merupakan penyebab potensial terjadinya persalinan prematur.13
Infeksi intraamnion akan terjadi pelepasan mediator inflamasi seperti pro-inflamatory sitokin (IL-1β,
IL-6, IL-8, dan TNF-α ). Sitokin akan merangsang pelepasan CRH, yang akan merangsang aksis HPA
janin dan menghasilkan kortisol dan DHEAS. Hormon-hormon ini bertanggung jawab untuk sintesis
uterotonin (prostaglandin dan endotelin) yang akan menimbulkan kontraksi. Sitokin juga berperan
dalam meningkatkan pelepasan protease (MMP) yang mengakibatkan perubahan pada serviks dan
pecahnya kulit ketuban.
Mekanisme ketiga yaitu mekanisme yang berhubungan dengan perdarahan plasenta dengan
ditemukannya peningkatan hemosistein yang akan mengakibatkan kontraksi miometrium.
Perdarahan pada plasenta dan desidua menyebabkan aktivasi dari faktor pembekuan Xa
(protombinase). Protombinase akan mengubah protrombin menjadi trombin dan pada beberapa
penelitian trombin mampu menstimulasi kontraksi miometrium.
Mekanisme keempat adalah peregangan berlebihan dari uterus yang bisa disebabkan oleh
kehamilan kembar, 10 polyhydramnion atau distensi berlebih yang disebabkan oleh kelainan uterus
atau proses operasi pada serviks. Mekanisme ini dipengaruhi oleh IL-8, prostaglandin, dan COX-2

D. Klasifikasi

Klasifikasi premature terdiri dari beberapa macam menurut para ahli. Menurut usia
kehamilannya maka prematur dbedakan menjadi beberapa, yaitu:

1. Usia kehamilan 32-36 minggu disebut persalinan prematur (peterm)


2. Usia kehamilan 28-32 minggu disebut persalinan sangat premature (very peterm)
3. Usia kehamilan 20-27 minggu disebut persalinan ekstrim premature
Menurut berat badan lahir, bayi prematur dibagi dalam kelompok:

1. Berat badan bayi 1500-2500 gram disebut bayi dengan berat badan lahir rendah
2. Berat badan bayi 1000-1500 gram disebut bayi dengan bert badan lahir sangat rendah
3. Berat badan bayi <1000 gram disebut bayi dengan berat badan lahir ekstrim rendah

E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan bayi prematur sangat bergantung pada kondisi bayi saat lahir. Perlu diingat bahwa
tidak semua bayi prematur merupakan bayi sakit dan memerlukan seluruh komponen tata laksana.
Tata laksana antara satu bayi dan yang lain juga dapat berbeda-beda. Meskipun demikian, tujuan
utama tata laksana pada seluruh bayi prematur baru lahir adalah mengurangi mortalitas bayi

Rujukan
Perawatan dengan fasilitas tertentu, seperti ruang perawatan intensif dan dokter spesialis
umumnya dibutuhkan pada kelahiran prematur baik untuk maternal ataupun neonatus,
khususnya bila kelahiran prematur dicetuskan oleh kondisi maternal tertentu, seperti
eklamsia/preeklamsia atau korioamnionitis. Bayi prematur umumnya membutuhkan
perawatan di ruang NICU (neonatal intensive care unit). [8,9,15,29]
Rujukan ke fasilitas yang memadai dapat dipertimbangkan sejak masa prenatal dengan
mempertimbangkan kondisi klinis ibu dan bayi. Beberapa kondisi pasca bayi lahir yang
membutuhkan rujukan ke NICU antara lain adalah:

 Bayi prematur <28 minggu dan/atau berat <1000 gram

 Bayi ketergantungan tinggi dan tidak stabil, terdapat tanda-tanda infeksi atau sepsis, respiratory
distress, ikterus neonatorum
 Membutuhkan alat bantu makan atau napas

 Membutuhkan intervensi lebih lanjut untuk kondisi yang dialami, misalnya pembedahan, terapi
untuk retinopati prematuritas, atau pemeriksaan lebih lanjut

Apabila terdapat tanda-tanda tersebut pemindahan neonatus harus dilakukan oleh dokter
dan perawat yang berkompetensi. [8,9,15,29]

Stabilisasi dan Resusitasi


Stabilisasi dan resusitasi neonatus kurang bulan meliputi pencegahan dan penanganan
hipotermia dan tata laksana respiratorik. Bayi prematur memiliki risiko lebih tinggi
mengalami hipotermia dan gangguan respiratorik sehingga membutuhkan perhatian lebih.

Termoregulasi

Hipotermia terjadi karena kehilangan panas akibat mekanisme termogenesis


seperti shivering belum sempurna, luas kepala lebih besar dari luas tubuh, perkembangan
kulit belum sempurna, dan proporsi air tubuh lebih banyak. Kehilangan panas dapat
terjadi melalui 4 mekanisme, yaitu:
 Evaporasi: kehilangan panas akibat cairan dalam tubuh menguap melalui kulit, seperti penguapan
cairan amnion segera ketika lahir, berkeringat, ataupun melalui pernapasan

 Konduksi: kehilangan panas akibat benda dingin menempel langsung pada kulit, seperti kain basah,
peralatan medis yang dingin, timbangan bayi

 Radiasi: kehilangan panas akibat adanya benda dilingkungan sekitar bayi yang tidak menempel
secara langsung pada kulit, misalnya dinding dingin, lemari

 Konveksi: kehilangan panas akibat aliran udara, misalnya dari jendela terbuka atau kipas.[7-11]

Tanda-tanda hipotermia pada bayi prematur baru lahir antara lain adalah:

 Suhu tubuh < 36 Celcius


 Mottled skin
 Akral sianosis dan dingin

 Letargik, hipotonik

 Hipoglikemia atau hiperglikemia transien

 [7-11]

Hipotermia dapat menyebabkan perdarahan intraventrikel, sepsis awitan lambat,


hipoglikemia, risiko skor APGAR <7, dan gangguan pernapasan pada bayi prematur
sehingga termoregulasi sangat penting. Hipotermia dapat dicegah secara rutin dengan:

 Menjaga suhu ruangan paling tidak 26 derajat Celcius

 Mengeringkan bayi segera setelah lahir

 Menggunakan kain kering yang dihangatkan saat resusitasi

 Segera mengganti kain basah

 Menggunakan penghangat/infant warmer saat resusitasi


Intervensi untuk mencegah hipotermia lebih lanjut, seperti kangaroo mother care (KMC),
perawatan kulit, dan penggunaan plastik juga dapat dilakukan. Target suhu tubuh pada bayi
prematur baru lahir adalah 36.5 – 37.5 Celcius. [7-11]
Kangaroo Mother Care (KMC) atau perawatan metode kanguru direkomendasikan untuk
dilakukan secara kontinu pada bayi prematur dengan berat < 2000 gram dan dimulai segera
setelah bayi stabil. Apabila tidak memungkinkan dilakukan secara kontinu, maka KMC
intermiten dapat dilakukan. Bayi yang tidak stabil dan bila KMC tidak mungkin untuk
dilakukan, maka termoregulasi diberikan melalui inkubator atau penghangat. [7-11]
Plastik dapat digunakan untuk mencegah kehilangan panas / heat loss pada bayi berat lahir
amat sangat rendah. Penggunaan plastik umumnya dilakukan saat transpor bayi atau saat
resusitasi bila diperlukan. Selain plastik, pemakaian topi, sarung tangan, dan matras hangat
juga dapat dilakukan. [7-11]
Perawatan kulit juga sangat penting untuk mencegah kehilangan panas. Pemberian salep
emolien dapat dilakukan. Bayi dimandikan dengan air hangat tanpa sabun, dapat diberikan
pembersih kulit dengan pH netral. Apabila menggunakan povidon iodin atau alkohol untuk
prosedur tertentu, harus segera dibersihkan dari kulit bayi setelah prosedur selesai
dilakukan. [7-11]

Manajemen Respiratorik
Oksigenasi dengan pemberian ventilasi tekanan positif (VTP) melalui sungkup, CPAP
(continuous positive airway pressure), atau intubasi harus sesuai dengan indikasi dan target
saturasi oksigen:
 2 menit pasca lahir = 55-75%

 3 menit pasca lahir = 65-80%

 4 menit pasca lahir = 70-85%

 5 menit pasca lahir = 80-90%

 10 menit pasca lahir = 85-95%

Kompresi dada dilakukan apabila nadi < 60x/menit dengan ventilasi adekuat. Monitor
saturasi oksigen dan nadi harus terpasang. [7-11]

Oksigenasi dengan CPAP lebih direkomendasikan pada bayi prematur <30 minggu


dengan respiratory distress. Masker laring direkomendasikan pada bayi prematur <34
minggu. Oksigen yang direkomendasikan adalah 30% oksigen dengan blender pada bayi
prematur <32 minggu. Kadar oksigen lebih tinggi dapat diberikan bila nadi <60 kali per
menit setelah 30 detik ventilasi adekuat. Terapi dimulai segera setelah
diagnosis respiratory distress ditegakkan. Pemberian 100% oksigen tidak
direkomendasikan. [7-11]
Terapi dengan surfaktan dapat dipertimbangkan pada bayi prematur dengan respiratory
distress yang membutuhkan intubasi atau ventilator. Pemberian surfaktan sebaiknya
dilakukan setelah ada gejala respiratorik dan sebelum terjadi pemburukan, umumnya dalam
2 jam pasca lahir. Pemberian surfaktan sebelum terjadi gejala respiratory distress tidak
dianjurkan pada bayi prematur.

Terapi Nutrisi dan Cairan


Bayi prematur <35 minggu belum memiliki refleks menelan yang sempurna. Motilitas usus
pada bayi prematur juga sering kali menurun. Bayi-bayi prematur juga rentan mengalami
hipoglikemia. Hal ini menjadikan tata laksana nutrisi, cairan, dan elektrolit sangat penting
karena akan sangat mempengaruhi pertumbuhan neonatus. Bayi-bayi prematur umumnya
memerlukan cairan dan nutrisi intravena tambahan. [7,8,10]

Cairan dan Elektrolit

Balans cairan dan elektrolit pada neonatus prematur juga sangat penting. Kebutuhan cairan
dan elektrolit bayi prematur dapat berbeda-beda tergantung dari usia gestasi dan kondisi
klinis yang menyertai. Secara umum, tata laksana cairan yang dapat diberikan adalah
glukosa dan kristaloid dengan dosis:

 Cairan 60-80 ml/kg/hari pada neonatus yang cukup matang, sedangkan pada neonatus yang lebih
prematur kebutuhan cairan dapat mencapai 100-150 ml/kg/hari.

 Pemberian glukosa diberikan dengan laju infus glukosa / glucose infusion rate (GIR) 4-6
mg/kg/menit dapat dinaikkan secara gradual hingga 12 mg/kg/menit dengan target gula darah 50-
110 mg/dl. Bolus intravena tambahan dapat diberikan bila terdapat hipoglikemia simtomatik atau
gula darah <25 mg/dl. Pilihan glukosa yang diberikan adalah D10% atau D5% pada bayi BBLASR.
 Koreksi elektrolit dilakukan bila terdapat imbalans pasca 24 jam setelah lahir dan urine
output Kebutuhan elektrolit harian adalah natrium 2-3 mEq/kg/hari, kalium 1-2 mEq/kg/hari, dan
kalsium 600 mg/kg/hari.
 Ekspansi volume dapat dilakukan dengan cairan kristaloid atau darah bila terdapat hipotensi dan
bradikardia dengan dosis 10 ml/kg.

Pemantauan berat badan dilakukan setiap 24 jam dan pemantauan elektrolit dilakukan
setiap 12-24 jam. [7,8,10]

Tata Laksana Hipoglikemia

Bayi prematur dengan hipoglikemia simtomatik atau glukosa darah <25 mg/dl dapat
diberikan tambahan dekstrosa 10% bolus intravena 2mg/kg diikuti dosis rumatan dengan
GIR 8 mg/kg/menit. Tanda-tanda hipoglikemia simtomatik antara lain:

 Episode sianosis

 Apnea intermiten atau takipnea

 Iritabilitas

 Stupor atau apatis

 Tremor atau konvulsi

 Menangis tinggi / high-pitched cry


 Letargis dan lemas

 Mata mendelik

Pemeriksaan gula darah diulangi setiap 20 menit kemudian setiap 60 menit hingga gula
darah stabil dan gejala klinis membaik. Target gula darah adalah 50-110 mg/dl. [7,8,10]
Pemberian Nutrisi

Nutrisi pada bayi prematur dapat berbeda-beda tergantung dari kondisi klinis pasien.
Kebutuhan kalori per hari bayi prematur umumnya 120-150/kg/hari. Apabila terdapat
infeksi atau kondisi lain, kebutuhan kalori dapat lebih tinggi. Air susu ibu (ASI) tetap
direkomendasikan sebagai sumber nutrisi utama pada bayi prematur.[7-9]
Tambahan susu formula dapat diberikan apabila ASI tidak mencukupi kebutuhan bayi,
terutama pada bayi BBLASR. Pemberian nutrisi dengan ASI saja sering kali tidak adekuat
untuk mempertahankan pertumbuhan bayi-bayi BBLASR.[7-9]

Formula yang dapat diberikan adalah formula khusus bayi prematur dengan kandungan
glukosa mudah termetabolisme (50% karbohidrat) dan rantai trigliserida sedang. Berat
badan bayi harus diukur setiap 24 jam.[7-9]

Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis umumnya jarang diperlukan dan hanya diberikan jika ada indikasi.
Tata laksana yang sering kali diperlukan adalah obat inotropik atau epinefrin untuk
bradikardia dengan cara:

 Epinefrin 1:10.000 intravena dengan dosis 0.01-0.03 mg/kg atau 0.05-0.1mg/kg bila dilakukan
percobaan pemasangan tuba endotrakeal

Meskipun demikian, bradikardia pada bayi prematur umumnya terjadi akibat hipoksemia
dan inflasi paru yang tidak adekuat. Ventilasi dan oksigenasi yang cukup umumnya dapat
memperbaiki bradikardia.[8,10]

Perawatan Pasca Stabilisasi


Transpor neonatus intra rumah sakit ataupun ke fasilitas kesehatan lain harus dilakukan
pasca stabilisasi. Kriteria neonatus yang telah stabil adalah:

 Sugar and Safe: gula darah stabil, bayi hangat, dan warna kulit bayi kemerahan (pink)
 Temperatur: suhu 37 C per rektal atau 36.5-37 C per aksila

 Airway: jalan napas terbuka, ventilasi adekuat, saturasi baik


 Blood pressure: tekanan darah stabil, nadi 120-160x/menit
 Laboratorium: gangguan metabolik teratasi

 Emosional: dukungan emosional cukup


Perawatan dan skrining lebih lanjut untuk morbiditas akibat prematuritas
dapat dilakukan pasca stabilisasi dengan dokter spesialis terkait dan
dilakukan sesuai indikasi. Bayi dapat dipulangkan apabila:

 Orang tua atau pengasuh mampu merawat

 Asupan kalori pasien cukup

 Bayi tetap hangat tanpa bantuan infant warmer


 Tidak apnea

 Tidak bradikardia

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Kasus
B. Pembahasan kasus
C. Asuhan keperawatan
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Persalinan preterm atau partus prematur adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan
kurang dari 37 minggu ( antara 20 – 37 minggu ) atau dengan berat janin kurang dari 2500
gram ( Manuaba, 1998 : 221).Penyebab persalinan prematur belum diketahui,adapun
Kondisi yang di duga menimbulkan partus preterm antara lain: Hipertensi,Perkembangan
janin terhambat,solusio Plasenta,plasenta Previa,kelainan Rhesus,diabetes.Sedangkan
kondisi yang menimbulkan kontraksi yaitu Kelainan bawaan uterus ,Ketuban pecah dini
,Serviks Inkompeten ,Kehamilan ganda. Adapun penanganan persalinan prematus:
Penanganan Umum :1. Lakukan evaluasi cepat keadaan ibu.2.Upayakan melakukan
konfirmasi umur kehamilan bayi.Sedangkan Prinsip Penanganannya:.1. Coba hentikan
kontraksi uterus atau penundaan persalinan atau.2. Persalinan berjalan terus dan siapkan
penanganan selanjutnya
B. SARAN
Dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi penyempurnaan karta tulis ilmiah ini.Dan penulis berharap
semoga karya ini dapat bermanfaat sesuai yang di harapkan kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.alomedika.com/penyakit/kesehatan-anak/bayi-prematur/penatalaksanaan
hhtps://www.alodokter.com/kelahiran-prematur

Anda mungkin juga menyukai