Anda di halaman 1dari 6

Nama : Mutiara Tri Handayani Rizaldi

NIM : I1031181035
KONSEP DAN ASKEP PERDARAHAN MATERNAL
RESUME MOLA HIDATIDOSA/HAMIL ANGGUR

Mola hidatisode atau yang lebih dikenal dengan hamil anggur merupakan kelainan
pertumbuhan pada ari-ari atau jaringan dalam Rahim. Secara makroskopis, hamil anggur terlihat
seperti gelembung-gelembung, transparan, dan seperti cairan jerning yang ukurannya bervariasi
Hamil anggur terjadi karena adanya kesalahan saat pembuahan sel telur dan sel sperma.
Namun, penyebab utama dari hamil anggur ini adalah Kelainan genetic: satu sel telut kosong
dibuahi 1 atau 2 sperma
Gejala yang tampak pada ibu hamil dengan hamil anggur adalah :
a. Perdarahan yang terjadi pada usia kehamilan kurang dari 14 hari dengan kriteria
coklat kehitaman.kemerahan dan sedikit/spotting
b. Keluarnya jaringan berbentuk kista yang mirip seperti buah anggur
c. Terjadinya kontraksi
d. Nyeri perut bagian bawah
e. Mual dan muntah yang lebih berat dibandingkan hamil biasa
f. Terkadang disertai dengan gejala hipertiroid seperti berdebar-debar
Adapun faktor risiko dari hamil anggur ini adalah usi ibu yaitu kurang dari 20 tahun
ataupun diatas 40 tahun. Selain itu, riwayat obsetri keguguran lebih dari 2x dan riwat hami
anggur sebelumnya meningkatkan risiko tinggi pada ibu.
Klasifikasi dari hamil anggur adalah
a. Komplit : tidak ditemukan janin, hanya sekumpulan jaringan abnormal yang sebut
mola yang dapat memenuhi Rahim jika dipertahankan terus
b. Parsial : ditemukan jika 1 ovum dibuahi oleh 2 sperma sehingga jaringan plasenta
berkembang abnormal menjadi mola
Adapun penanganan yang dapat diberikan untuk menangani hamil anggur atau mola
hidatidosa adalah operasi pengangkatan jaringan abnormal pada mola hidatidosa. Selain itu,
dapat pula dilakukan tindakan seperti kuret dan histerektomi.
Daftar Pustaka :
Ula, Zumrotul. 2019. Mola Hidatidosa (Hamil angggur). Stikkes Surabaya.
https://stikessurabaya.ac.id/2019/04/05/mola-hidatidosa-hamil-anggur/. Diakses 19 September
2020
Nama : Mutiara Tri Handayani Rizaldi
NIM : I1031181035
KONSEP DAN ASKEP PERDARAHAN MATERNAL
RESUME OBRUPTIO PLASENTA

Obruptio plasenta merupakan suatu kondisi dimana plasenta terlepas dari tempat
implantasinya sebelum janin lahir pada usia kehamilan 22 minggu atau berat janin diatas 0,5 kg.
Penyebabnya adalah trauma pada perut akibat jatuh atau benturan hingga luka jarum
suntik,merokok saat hamil atau memakai narkoba saat hamil, perdarahan dan hematoma yang
dapat menyebabkan kurangnya O2 dan nutrisi pada bayi dan perdarahan hebat pada ibu. Plasenta
yang lepas seluruhnya disebut solusio plasenta totalis, sedangkan plasenta yang lepas hanya
sebagian kecil pinggir plasenta disebut rupture sunis maginalis.
Tanda dan gejala yang terjadi pada pasien dengan obruptio plasenta adalah :
a. Terjadi perdarahan
b. Adanya kontraksi yang tidak normal yang menyebabkan nyeri
c. Terjadi gawat janin
d. Tampak lemas, hipotermi, nadi cepar, nyeri pada perut dan pinggang
Terdapat beberapa faktor risiko dari obruptio plasenta, yaitu :
a. Memiliki Riwayat keluarga dengan penyakit yang sama
b. Pasien dengan hipertensi
c. Pasien dengan trauma perut
d. Penyalahgunaan obat
e. Ketuban pecah
f. Kelainan bekuan darah
g. Usia lebih dari 40 tahun
Klasifikasi dari obruptio plasenta adalah sebagai berikut :
a. Stadium I : Perdarahan ringan pada vagina, kontraksi ringan pada rahim, TTV pasien
stabil, DJJ tetap, waktu pembekuan darah normal
b. Stadium II : perdarahan sedang, kontraksi tak normal, hipotensi, gawat janin dan
kelainan dalam pembekuan darah
c. Stadium III : stadium paling berat dengan gejala berupa perdarahan dan kontraksi
hebat, hipotensi, kematian janin dan darah sulit membeku
Tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani obruptio plasenta ini tergantung pada
kondisi janin da ibu hamil, usia kehamilan dan keparahan solusio plasenta. Plasenta yang sudah
terlepas dari Rahim tidak dapat menempal kembali sehingga fokus penanganan hanya kepada
bagaimana menyelamatkan ibu dan janin, dalam kondisi yang cukup berat bisa saja dilakukan
operasi Caesar ataupun transfuse darah.

Daftar Pustaka :
Syaiful, Yuanita., Fatmawati, Lilia. 2019. Asuhan Keperawatan Kehamilan. Surabaya: CV Jakad
Publishing. ISBN 978-623-7033-29-5
Mayo Clinic.2018.What is Placental Abruption
Nama : Mutiara Tri Handayani Rizaldi
NIM : I1031181035
KONSEP DAN ASKEP PERDARAHAN MATERNAL
RESUME PERDARAHAN POSTPARTUM

Perdarahan postpartum atau yang lebih umum dikenal dengan istilah perdarahan pasca
kehamilan merupakan kondisi dimana ibu kehilangan 500 ml attau lebih darah setelah
melakukan persalinan dengan cara alamiah melalui jalan lahir bayi dan keluar lewat vagina atau
kehilangan darah 1000 ml atau lebih setelah melakukan persalinan dengan operasi sesar.
Klasifikasi perdarahan postpartum terbagi menjadi :
a. Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage) : perdarahan yang
terjadi dalam 24 jam pertama
b. Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage) : perdarahan yang
terjadi setelah 24 jam pasca persalinan
Adapun penyebab atau etiologi dari perdarahan post partum adalah :
a. Atonia uteri : uterus tak mampu berkontraksi seperti biasanya setelah plasenta lahir
b. Retensio plasenta : plasenta belum lahir lebih dari 30 menit setelah bayi lahir
c. Laserasi jalan lahir : robekan yang terdapat pada jalan Rahim yang biasa terjadi pada
persalinan pervaginam
d. Koagulopati,: adanya kelainan pada proses pembekuan darah
Faktor risiko dari perdarahan postpartum adalah :
a. Persalinan lama
b. Bayi yang lebih dari 1
c. Memiliki riwayar perdarahan
d. Episiotomy
e. Berat bayi lebih dari 4kg
f. Mengalami anemia saat hamil
g. Hamil saat usia lebih dari 38 tahun
Gejala yang biasa dialami oleh ibu dengan perdarahan postpartum adalah :
a. Darah berwarna merah segar
b. Ibu mengalami nyeri pada daerah perut bagian bawah
c. Hipertermi
d. Pernafasan cepat
e. Keringan dingin
f. Hingga penurunan kesadaran
Adapun cara yang dapat dilakukan untuk menghentikan perdarahan post partum adalah :
a. Lakukan pijat dan infus oksitosin
b. Mengembangkan balon kateter Foley yang dimasukkan kedalam Rahim untuk
memberikan tekanan pada pembuluh darah yang terbuka
c. Lakukan kuret
d. Memberikan pasien obat untuk merangsang kontraksi Rahim
e. Memberikan transfuse darah

Daftar Pustaka :
Astutik, Reni Yuli., Ertiana, Dwi. 2018. Anemia dalam Kehamilan. Jember : CV Pustaka Abadi
Smith, J. Medscape. 2018. Postpartum Hemorrhage

Anda mungkin juga menyukai