Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH Progressive Muscle Relaxation (PMR) TERHADAP KECEMASAN

PADA PASIEN KANKER YANG MENJALANI KEMOTERAPI


DI RSU MARTHA FRISKA BRAYAN MEDAN

Poniyah Simanullang, SKM, M.Kes


(Dosen Tetap Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Darma Agung)

ABSTRAK
Kemoterapi adalah salah satu terapi pilihan untuk pasien kanker, walaupun kemoterapi
memiliki banyak efek samping yang sering membuat pasien cemas. Salah satu terapi
perilaku yang digunakan untuk mengatasi kecemasan pada pasien yang menjalani
kemoterapi akibat kanker adalah Progressive Muscle Relaxation (PMR). Tujuan penelitian
ini adalah untuk menganalisis Pengaruh PMR Terhadap Kecemasan Pada Pasien Kanker
Yang Menjalani Kemoterapi di RSU Martha Friska Brayan Medan. Penelitian ini
menggunakan rancangan quasi experiment pre and post test design. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua pasien kanker yang menjalani kemoterapi yaitu 50 orang.
Sampel sebanyak 50 orang responden dengan teknik accidental sampling. Kuesioner
penelitian menggunakan Kuesioner Kecemasan yang diadopsi dari HADS. Data akan
dianalisis menggunakan analisis bivariat dengan t-test. Hasil penelitian didapatkan
kecemasan sebelum dilakukan PMR mayoritas memiliki tingkat kecemasan sedang dan
kecemasan sesudah PMR mayoritas memiliki tingkat kecemasan ringan. Ada perbedaan
nilai rata-rata tingkat kecemasan responden sebelum dan sesudah melaksanakan PMR
yaitu dari 2.24 menjadi 1.50. dengan nilai ρ value 0.000 (ρ < 0.005). Kesimpulan penelitian
ini adalah ada pengaruh PMR dalam menurunkan kecemasan pada pasien kanker yang
menjalani kemoterapi. Diharapkan kepada manajemen rumah sakit terutama bidang
keperawatan agar mempertimbangkan PMR sebagai salah satu tindakan mandiri
keperawatan dalam menurunkan kecemasan pada pasien kanker yang menjalani
kemoterapi.

Kata Kunci : Kecemasan, Kemoterapi, PMR

I. PENDAHULUAN perempuan sebagai jenis penyakit


Kanker adalah suatu penyakit tertinggi di Indonesia.
pertumbuhan sel akibat adanya onkogen Kanker banyak menyebabkan
yang menyebabkan sel normal menjadi kematian dan dapat terjadi pada manusia
sel kanker (Karsono, 2006). Kanker dari semua kelompok usia dan ras
merupakan salah satu penyakit yang (Lemon & Burke, 2008). Setiap tahun
sangat kompleks, dengan manifestasi jumlah pasien kanker di dunia
tergantung dimana kanker tersebut bertambah sekitar 6,25 juta orang per
tumbuh dan tipe dari sel kanker tersebut. tahun. Setiap tahun tercatat 100 pasien
Berdasarkan data WHO (2014) kanker dari setiap 100.000 penduduk
menyebutkan angka kematian yang di dan terdapat sekitar enam juta pasien
sebabkan oleh kanker di Indonesia kanker baru pertahun. Dua per tiga dari
prevalensi kematian nya tinggi pada laki- pasien kanker di dunia berada di negara-
laki dibanding pada perempuan. data negara yang sedang berkembang
WHO menempatkan kanker paru pada termasuk Indonesia. Jumlah pasien
laki-laki dan kanker payudara pada kanker di Indonesia mencapai enam
persen dari populasi. Angka tersebut

JURNAL DARMA AGUNG HUSADA, Volume V, Nomor 1, April 2019: 1-8 1


hampir sama dengan data di negara digunakan secara luas. Menurut
berkembang lainnya (Depkes, 2006). (Richmond, 2007) PMR merupakan
Kemoterapi merupakan salah satu suatu prosedur untuk mendapatkan
penatalaksanaan pengobatan kanker relaksasi pada otot melalui dua langkah.
yang sering dipilih terutama untuk Langkah pertama adalah dengan
mengatasi kanker stadium lanjut lokal memberikan tegangan pada suatu
maupun dengan metastasis. Kemoterapi kelompok otot, dan kedua dengan
sangat penting dan dirasakan besar menghentikan tegangan otot tersebut
manfaatnya karena bersifat sistemik kemudian memusatkan perhatian
mematikan sel sel kanker, dan sering terhadap bagaimana otot tersebut
menjadi pilihan metode efektif dalam menjadi relaks, merasakan sensasi relaks
mengatasi kanker terutama kanker secara fisik dan tegangannya
stadium lanjut lokal (Desen, 2008). menghilang.
Kemoterapi sering menimbulkan Relaksasi PMR merupakan relaksasi
kecemasan bagi pasien yang yang mudah untuk diajarkan kepada
menjalaninya. Kecemasan pada pasien pasien dalam rangka meningkatkan
kanker dapat timbul akibat adanya kemandirian pasien dalam mengatasi
perasaan ketidakpastian tentang masalah kesehatannya dalam hal ini
penyakit, pengobatan, dan prognosa untuk mengatasi kecemasannya setelah
(Shaha, 2008). Kecemasan dapat kemoterapi secara non farmakologik.
menimbulkan rangsangan pada kortek Perawat sangat berperan dalam
serebri yang selanjutnya akan memfasilitasi kemandirian pasien. Hal ini
menstimuli pusat muntah, sehingga sesuai dengan konsep yang dikemukakan
memungkinkan terjadinya peningkatan oleh Orem tentang Self Care dimana
keluhan mual dan muntah setelah pasien dipandang sebagai individu yang
kemoterapi. Kecemasan dapat memiliki potensi positif untuk merawat
memperberat keluhan mual dan muntah, dirinya sendiri untuk memenuhi
dan mual dan muntah itu sendiri dapat kebutuhan hidup, memelihara kesehatan,
menimbulkan kecemasan. Sehingga dan mencapai kesejahteraan. Pasien
merupakan lingkaran setan yang harus dapat mencapai sejahtera/kesehatan
diputuskan melalui berbagai upaya. yang optimal apabila mengetahui
Desen (2006) mengemukakan bahwa perawatan yang tepat dan sesuai dengan
penyakit kanker yang diderita, dan kondisi dirinya sendiri. Oleh karena itu
kemoterapi yang harus dijalani oleh perawat menurut teori self care
pasien dengan kanker sering berperan sebagai pendukung/pendidik
menimbulkan kecemasan sebagai efek bagi pasien (Tomey & Alligood, 2006).
psikologi pada pasien tersebut. Untuk Berdasarkan penelitian yang
mengatasi efek psikologi pada pasien dilakukan oleh Sinaga (2016) hasil
dengan kanker diberikan psikoterapi penelitian menunjukan tingkat
yang salah satunya adalah dengan kecemasan sebelum diberikan perlakuan
memberikan terapi perilaku. Salah satu tindakan teknik relaksasi otot
bentuk terapi perilaku adalah terapi progressive pada pasien yang menjalanin
relaksasi. Terapi relaksasi yaitu suatu kemoterapi di RSU HAM dengan hasil
metode terapi melalui prosedur relaksasi tidak ada cemas 1 orang(8%),
otot, agar pasien secara sadar kecemasan ringan 5 orang (41,7%),
mengendalikan aktivitas faal dan psikis, kecemasan sedang 6 orang (50%)
memperbaiki disfungsi faal psikis, sedangkan sesudah mendapatkan
sehingga berhasil menstabilkan emosi perlakukan intervensi relaksasi otot
dan mengatasi gejala penyakitnya. progressive tidak ada cemas 3 orang
Progressive muscle relaxation (PMR) (25%), kecemasan ringan 7 orang(
adalah salah satu teknik relaksasi yang 58,3%), kecemasan sedang 2
paling mudah dan sederhana yang sudah orang(16,7%).

2 Pengaruh Progressive Muscle Relaxation (PMR) Terhadap Kecemasan Pada Pasien Kanker
Yang Menjalani Kemoterapi di RSU Martha Friska Brayan Medan
(Poniyah Simanullang, SKM, M.Kes)
Dalam jurnal yang berjudul Bagi Tempat Penelitian
Monochord sounds and progressive Diharapkan kepada manajemen Rumah
muscle relaxation reduce anxiety and Sakit terutama di bidang keperawatan
improve relaxation during agar mempertimbangkan PMR sebagai
chemotherapy: A pilot EEG study (Lee, salah satu tindakan mandiri
J.E, 2012) didapatkan hasil bahwa keperawatan dalam upaya menurunkan
relaksasi otot progresif dapat kecemasan pada pasien kanker yang
memberikan efek relaksasi, mengurangi menjalani kemoterapi.
kecemasan, dan meningkatkan status Bagi peneliti
fisik ataupun psikologis klien dengan Sebagai referensi bagi peneliti lain
kanker ginekologi yang menjalani
kemoterapi METODE PENELITIAN
Berdasarkan survey pendahuluan Jenis penelitian ini adalah
yang dilakukan di RSU Martha Friska penelitian kuantitatif dengan
Brayan Medan dari 6 orang pasien menggunakan rancangan metode
kanker yang mendapat perlakuan PMR 4 penelitian quasi experiment. Pendekatan
orang mengatakan cemas berkurang desain penelitian dengan one group
tidak mengalami mual dan muntah, 2 pretest - posstest desaign, yaitu suatu
orang mengatakan cemas, gelisah, mual rancangan yang berupaya
dan muntah setelah mendapat PMR. mengungkapkan hubungan sebab akibat
Berdasarkan hal tersebut maka peneliti dengan cara melibatkan suatu kelompok
tertarik untuk melakukan penelitian subjek yaitu kelompok intervensi tanpa
tentang pengaruh teknik relaksasi otot kelompok kontrol. Kelompok subjek di
PMR terhadap penurunan kecemasan observasi sebelum dilakukan intervensi
pada pasien kanker yang menjalani kemudian diobservasi lagi setelah
kemoterapi di Rumah Sakit Martha dilakukan intervensi ( Nursalam, 2008).
Friska Brayan. Penelitian ini dilakukan di RSU Martha
Rumusan masalah dalam penelitian Friska Brayan Medan pada bulan Juli-
ini adalah : “Bagaimana pengaruh PMR Agustus 2018. Populasi dalam penelitian
terhadap penurunan kecemasan pada adalah seluruh pasien kanker yang
pasien kanker yang menjalani menjalani kemoterapi di Rumah Sakit
kemoterapi di RSU Martha Friska Brayan Martha Friska Brayan Medan yaitu 50
Medan 2018?” orang. Sampel dalam penelitiaan ini
Tujuan Penelitian ini adalah untuk seluruh pasien kanker yang menjalanin
menganalisis pengaruh PMR Terhadap kemoterapi diambil dengan teknik
Penurunan Kecemasan Pada Pasien accidental sampling yaitu sebanyak 50
Kanker Yang Menjalani Kemoterapi di orang. Jenis data yang digunakan dalam
RSU Martha Friska Brayan Medan. penelitian ini adalah data primer dimana
Hipotesa dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh oleh peneliti didapat
terdapat pengaruh PMR terhadap dari responden (sasaran). Data sekunder
kecemasan pada Pasien Kanker yang yaitu: teknik pengumpulan data yang
Menjalani Kemoterapi di RSU Martha dilakukan melalui studi bahan bahan
Friska Brayan Medan kepustakaan yang perlu untuk
mendukung data primer. Pengumpulan
Manfaat Penelitian data sekunder dilakukan dengan
Bagi Responden instrumen penelitian/kuesioner.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat Pengolahan data yang dilakukan adalah
bermanfaat bagi pasien kanker yang menurut Notoatmodjo (2010) yaitu
menjalani kemoterapi khususnya mampu sebagai berikut : Kegiatan untuk
mengatasi kecemasan setelah melakukan pengecekan isian formulir
kemoterapi secara mandiri. dan kuesioner, Coding: Kegiatan
merubah data berbentuk kalimat dan

JURNAL DARMA AGUNG HUSADA, Volume V, Nomor 1, April 2019: 1-8 3


huruf menjadi data berbentuk angka atau Laki-Laki
bilangan. Misalnya jenis kelamin: 1= laki- 2 Perempu 45 90.0
laki, 2= perempuan, Tabulating: an
memasukkan data dalam tabel master Total 50 100.0
yang selanjutnya kedalam table Tingkat
distribusi frekuensi.Entry data Proses 1 Pendidi 6 12.0
memasukkan data ke dalam kategori kan
tertentu untuk dilakukan analisis, Entry SD
data: Proses memasukkan data ke dalam 2 SMP 13 26.0
kategori tertentu untuk dilakukan 3 SMA 23 46.0
analisis data dengan menggunakan 4 PT 8 16.0
bantuan komputer program SPSS, Total 50 100.0
Cleaning: Mengecek kembali data yang Siklus
sudah dientry apakah ada kesalahan atau 1 Kemoter 19 38.0
tidak. api
Analisa Data Siklus 1-
Analisis Univariat: Analisis univarat 2
digunakan untuk menyajikan distribusi 2 Siklus 3- 18 36.0
frekuensi data-data demografi. Analisa 4
bivariate digunakan untuk menguji 3 Siklus 5- 9 18.0
pengaruh teknik PMR terhadap 6
penurunan kecemasan pada pasien 4 > Siklus 4 8.0
kanker yang menjalani kemoterapi. 6
Analisa bivariate dalam penelitian ini Total 50 100.0
meliputi uji homogenitas yang dilakukan Jenis
untuk melihat homogenitas sampel. Pada 1 Kanker 43 86.0
penelitian ini data terdistibusi Ca
normal,sehingga dapat dilakukan uji Mamae
beda dua mean dengan uji T. 2 Ca Colon 3 6.0
3 NPC 4 8.0
II. HASIL PENELITIAN Total 50 100.0
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan tabel 4.1. diatas dapat
Karakteristik Responden Pasien dilihat bahwa jumlah responden/ pasien
Kanker Yang Menjalani Kemoterapi di kanker yang menjalani kemoterapi di
RSU Martha Friska Brayan Medan RSU Martha Friska Brayan Medan Tahun
Tahun 2018 2018 Mayoritas berusia 46-55 tahun
(38.0%). Jenis kelamin mayoritas adalah
No Umur Frekuensi Persentas perempuan yaitu sebanyak 45 orang
(f) e (%) (90.0%). Pendidikan responden adalah
1 25-35 7 14.0 SMA yaitu sebanyak 23 orang (46.0%).
Tahun Siklus kemoterapi mayoritas adalah
2 36-45 12 24.0 siklus 1-2 yaitu sebanyak 19 orang
Tahun (38.0%) Jenis kanker ca mamae
3 46-55 19 38.0 sebanyak 43 orang (86.0%).
Tahun
4 > 55 12 24.0 Tabel 4.2 Kecemasan Pasien Kanker
Tahun Yang Menjalani Kemoterapi Sebelum
Total 50 100.0 PMR di RSU Martha Friska Brayan
Jenis Medan Tahun 2018
1 Kelamin 5 10.0

4 Pengaruh Progressive Muscle Relaxation (PMR) Terhadap Kecemasan Pada Pasien Kanker
Yang Menjalani Kemoterapi di RSU Martha Friska Brayan Medan
(Poniyah Simanullang, SKM, M.Kes)
No Kecemas Frek Persenta Berdasarkan tabel 4.3 diatas
an Pre uens se (%) dapat dilihat bahwa kecemasan pasien
PMR i (f) kanker yang menjalani kemoterapi
1 Ringan 2 4 setelah melaksanakan PMR di RSU
0 Martha Friska Brayan Medan Tahun
2 Sedang 3 6 2018 mayoritas memiliki tingkat
4 8 kecemasan ringan yaitu sebanyak 26
. orang (52.0%).
0 Analisis Bivariat
3 Berat 1 Analisa yang dilakukan untuk
42 mengetahui perbedaan tingkat
8 kecemasan pasien kanker yang menjalani
0 kemoterapi sebelum dan sesudah
Total 5 1 melaksanakan PMR di RSU Martha Friska
0 0 Brayan Medan Tahun 2018. Uji statistik
0 yang dilakukan adalah paired t-test
. dengan tingkat kepercayaan 95% (α
0 0.005). Hasil uji yang diperoleh dapat
Berdasarkan tabel 4.2 diatas dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini.
dapat dilihat bahwa mayoritas pasien Tabel 4.4 Perbedaan tingkat
kanker yang menjalani kemoterapi kecemasan sebelum dan sesudah
sebelum melaksanakan PMR di RSU melaksanakan PMR di RSU Martha
Martha Friska Brayan Medan Tahun Friska Brayan Medan Tahun 2018
2018 mayoritas memiliki tingkat
kecemasan sedang yaitu sebanyak 34 Kecemasa Mea SD S P
orang (68.0%). n n E Value
2.2 .51 .
Kecemas
Kecemasan Pasien Sesudah 4 7 0 .000
an pre
Melaksanakan PMR 7
PMR
Tabel 4.3 Kecemasan Pasien Kanker 3
Yang Menjalani Kemoterapi sesudah 1.5 .54 .
Kecemas
melaksanakan PMR di RSU Martha 0 4 0
an post
Friska Brayan Medan Tahun 2018 7
PMR
Kecema 7
san Post Frekuen Persentas
No Dari tabel 4.4 diatas dapat
PMR si (f) e (%)
diketahui bahwa terdapat perbedaan
1 Ringan 2 2 nilai rata-rata tingkat kecemasan
6 5 responden sebelum dan sesudah
2 Sedang 2 4 melaksanakan Progressive Muscle
3 6 Relaxation (PMR) yaitu dari 2.24 menjadi
. 1.50. Hasil uji paired t-test diperoleh nilai
0 ρ value = 0.000(ρ< 0.005) yang secara
3 Berat 1 2 statistik menunjukkan perbedaan yang
. signifikan tingkat kecemasan sebelum
0 dan sesudah melaksanakan PMR..
Total 5 1
0 0 III. PEMBAHASAN
0 4.1.Kecemasan pada pasien kanker
. yang menjalani kemoterapi di RSU
0

JURNAL DARMA AGUNG HUSADA, Volume V, Nomor 1, April 2019: 1-8 5


Martha Friska Brayan Medan Tahun dan sulit tidur. Kemudian munculnya
2018 sebelum melaksanakan PMR pikiran-pikiran negatif seperti tidak ada
Pasien kanker yang menjalani gunanya pengobatan yang dijalankan,
kemoterapi sebelum melaksanakan PMR ketakutan akan kematian karena hingga
di RSU Martha Friska Brayan Medan kemoterapi yang ketiga dijalankan belum
Tahun 2018 memiliki tingkat kecemasan ada perbaikan yang signifikan. Semuanya
sedang yaitu sebanyak 34 orang (68.0%) itu akan berkontribusi untuk
Hasil penelitian ini sejalan memunculkan masalah kecemasan pada
dengan penelitian yang dilakukan oleh pasien. Kecemasan mencetuskan
Lumban Tobing, Duma (2012) beberapa sensasi dan perubahan fisik,
Universitas Indonesia. Depok. tentang meliputi peningkatan aliran darah
pengaruh PMR terhadap perubahan menuju otot, ketegangan otot,
ansietas,kemampuan relaksasi dan mempercepat atau memperlambat
kemampuan memaknai hidup klien pernapasan, meningkatkan denyut
kanker yang menunjukkan kecemasan jantung dan menurunkan fungsi digestif.
pada pasien kanker sebelum PMR adalah suatu bentuk terapi relaksasi
mendapatkan PMR berada pada kategori yang dapat diberikan kepada pasien
kecemasan sedang (59.4%), setelah kanker untuk mengurangi kecemasan
diberikan terapi PMR terdapat dimana PMR dapat membantu
penurunan kecemasan (44.76%) namun menurunkan ketegangan otot sebagai
masih dalam kategori kecemasan sedang. salah satu gejala ketidakseimbangan fisik
Hal ini menunjukkan bahwa terapi PMR pasien kanker.
berpengaruh dalam menurunkan
kecemasan pasien kanker. 4.2. Kecemasan pada pasien kanker
Hal ini sesuai dengan penelitian yang menjalani kemoterapi di RSU
yang dilakukan Jadoon, dkk (2010) yang Martha Friska Brayan Medan Tahun
melaporkan bahwa kecemasan adalah 2018 sesudah PMR
masalah yang paling banyak terjadi pada
pasien. Kecemasan dapat dialami oleh Pasien kanker yang menjalani
pasien kanker sepanjang masa sakitnya kemoterapi sesudah melaksanakan PMR
seperti sebelum dan sesudah diagnosis di RSU Martha Friska Brayan Medan
ditegakkan dan saat menjalani Tahun 2018 memiliki tingkat kecemasan
pengobatan. Hal ini berkaitan dengan ringan yaitu sebanyak 26 orang (52.0%)
adanya ketidakpastian (uncertainty) Hal ini sejalan dengan penelitian
akan prognosis penyakit, efektivitas yang dilakukan oleh Praptini, K.D &
pengobatan terhadap pemulihan kondisi Suamata, I.K (2015) Universitas
yang sering ditemukan pada pasien- Indonesia Jakarta, tentang pengaruh
pasien kanker, terutama stadium lanjut. relaksasi otot progresif terhadap tingkat
Hal diatas juga didukung oleh Baradero, kecemasan pasien kemoterapi
Dayrit dan Siswadi (2007) menyatakan menunjukan sebelum diberikan latihan
ada tiga hal yang dapat memunculkan relaksasi otot progresif dari 22
reaksi psikologis yaitu ancaman dari responden sebagian besar responden
penyakit kanker itu sendiri, hilangnya mengalami kecemasan berat yaitu
bagian tubuh atau ancaman akan sebanyak 6 responden (55%) dan setelah
hilangnya bagian tubuh dan frustasi diberikan latihan relaksasi otot progresif
dalam memenuhi kebutuhan biologis sebagian besar responden mengalami
karena ketidakmampuan yang kecemasan ringan yaitu sebanyak 7
diakibatkan penyakit kanker atau efek- responden (64%).
efek dari pengobatan. Teknik relaksasi otot progresif
Pada saat kemoterapi pasien merupakan suatu terapi relaksasi yang
melaporkan keluhan yang dirasakan diberikan kepada klien dengan
berupa rasa cemas, mual, rambut rontok menegangkan otot-otot tertentu dan

6 Pengaruh Progressive Muscle Relaxation (PMR) Terhadap Kecemasan Pada Pasien Kanker
Yang Menjalani Kemoterapi di RSU Martha Friska Brayan Medan
(Poniyah Simanullang, SKM, M.Kes)
kemudian direlaksasikan. Relaksasi relaksasi otot progresif pada kelompok
progresif adalah salah satu cara dari intervensi dengan menggunakan uji
teknik relaksasi mengombinasikan paired sample t-test diperoleh p<0.05.
latihan napas dalam dan serangkaian seri Hal ini berarti tingkat kecemasan
kontraksi dan relaksasi otot tertentu berkurang setelah dilakukan relaksasi
(Kustanti dan Widodo, 2008). otot progresif. Artinya relaksasi otot
Kecemasan dapat di kurangi progresif efektif dalam menurunkan
dengan beberapa terapi penurunan tingkat kecemasan.
kecemasan yaitu terapi farmakologis dan Kecemasan merupakan reaksi
non farmakologis.Salah satu terapi non fisik, mental, kimiawi dari tubuh
farmakologis yang dapat mengurangi terhadap situasi yang menakutkan,
kecemasan dapat diatasi dengan mengejutkan, membingungkan,
menggunakan teknik relaksasi otot membahayakan dan merisaukan
progresife,karena dapat menekan saraf seseorang (Yosep, 2007).
simpatis dan parasimpatis yang bekerja Lestari dan Yuswiyanti (2015)
sambil timbal balik menekan rasa juga membuktikan bahwa ada pengaruh
teggang yang dialami oleh individu relaksasi otot progresif terhadap
sehingga dapat mencapai keadaan penurunan tingkat kecemasan pada
tenang.(Conrad dan Roth,2007). pasien preoperasi. Hal ini sesuai dengan
pendapat Casey & Benson (2006) yang
4.3. Pengaruh PMR Terhadap mengungkapkan bahwa pada pasien
Penurunan Tingkat Kecemasan. preoperasi dengan kecemasan
Tingkat kecemasan responden mengakibatkan beberapa otot akan
sebelum dan sesudah melaksanakan mengalami ketegangan sehingga
PMR yaitu dari 2.24 menjadi 1.50. Hasil mengaktifkan saraf simpatis. Relaksasi
uji paired t-test diperoleh nilai ρ value mempunyai efek sensasi menenangkan
0.000 ( ρ < 0.005) yang secara statistik anggota tubuh, ringan dan merasa
menunjukkan perbedaan yang signifikan kehangatan yang menyebar ke seluruh
tingkat kecemasan sebelum dan sesudah tubuh. Perubahan-perubahan yang
melaksanakan PMR. terjadi selama maupun setelah relaksasi
Hasil penelitan ini sejalan dengan mempengaruhi kerja saraf otonom.
hasil penelitian yang dilakukan oleh Respon emosi dan efek menenangkan
Syarif, Hilman & Ardia Putra (2014) yang ditimbulkan oleh relaksasi ini
tentang Pengaruh PMR terhadap mengubah fisiologi dominan simpatis
penurunan kecemasan pada pasien menjadi dominan sistem parasimpatis.
kanker yang menjalani kemoterapi
menunjukkan bahwa rata-rata skor 5. KESIMPULAN DAN SARAN
kecemasan dari 30 responden yang 5.1. Kesimpulan
dibagi menjadi 2 kelompok didapatkan Berdasarkan hasil analisa dan
pada pengukuran kedua pada kelompok pembahasan tentang pengaruh PMR
intervensi sebesar 42,27 dengan standar terhadap kecemasan pada pasien kanker
deviasi 7,41 sementara pada kelompok yang menjalani kemoterapi di RSU
kontrol sebesar 50,80 dengan standar Martha Friska Brayan Medan Tahun
deviasi 6,7. Hasil analisis lanjutan 2018 dapat disimpulkan bahwa
menunjukkan bahwa ada perbedaan kecemasan pasien kanker sebelum
yang signifikan skor kecemasan pada diberikan terapi PMR mayoritas
pengukuran kedua antara kelompok mengalami kecemasan sedang, setelah
intervensi dan kontrol (p value = 0,003). diberikan terapi PMR mayoritas
Hasil analisa uji statistik mengalami kecemasan ringan, serta
menunjukkan terdapat perbedaan terdapat perbedaan secara bermakna
tingkat kecemasan bermakna antara dalam pemberiaan terapi PMR dalam
sebelum dan sesudah melakukan

JURNAL DARMA AGUNG HUSADA, Volume V, Nomor 1, April 2019: 1-8 7


kecemasan dengan niai ρ value 0.000 Hasan Sadikin Bandung
(ρ< 0.005). (Tesis). Magister Ilmu
KeperawatanKekhususan
5.2. Saran Keperawatan Medikal
Bagi Pasien, Terapi PMR dapat BedahProgram Pasca Sarjana
dimanfaatkan oleh pasien kanker yang Fakultas Ilmu
menjalani kemoterapi khususnya untuk KeperawatanUniversitas
menurunkan dan mengatasi kecemasan Indonesia. Depok.
secara mandiri.
Bagi Rumah Sakit, Terafi PMR Perry, A. G., & Potter, P.A. (2006) Clinical
disarankan untuk dipertimbangkan nursing skill techniques (6th
sebagai salah satu terapi komplementer Ed.). St. Louis:Mosby.
di rumah sakit dalam mengatasi
kecemasan pasien yang menjalani Ramdhani, N., & Putra, A.A. (2008).
kemoterapi secara non farmakologik Pengembangan multi media
yang dibuat sebagai standar prosedur relaksasi.Laporan Penelitian.
dalam intervensi keperawatan. Yogyakarta: Fakultas Psikologi
UGM.
DAFTAR PUSTAKA
Richmond, R.L. (2007). A Guide to
Desen, W. (2008). Buku ajar onkologi Psychology and its Practice.
klinis. Jakarta: Balai Penerbit Diunduh
FKUI. darihttp://www.guidetopsycholo
gy.com/pmr.htm tanggal 21
Duma Lumban Tobing, dkk. 2014. Januari 2009.
Pengaruh Progressive Muscle
Relaxation dan Logoterapi Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. (2008).
terhadap Kecemasan, Depresi, Brunner & Suddarth’s: Texbook
dan Kemampuan of medicalsurgical nursing.
Relaksasi(Jurnal). Fakultas Ilmu Philadelphia: Lippincott.
Keperawatan Universitas
Indonesia. Jakarta. Stuart, G.W., & Laraia, M.T. (2005).
Principles and practice of
Lumban Tobing, Duma. 2012. Pengaruh psychiatric nursing. 8thEdition, St.
Progressive Muscle Relaxation Louis, Missouri: Elsevier Mosby.
dan Logoterapi Terhadap
Perubahan Anxietas, Depresi, Syarif, Hilman, Ardia Putra. 2014.
Kemampuan Relaksasi Dan Pengaruh Progressive Muscle
Kemampuan Memaknai Hidup Relaxation Terhadap
Klien Kanker di RS Kanker Penurunan Kecemasan Pada
Dharmais Jakarta (Tesis). Pasca Pasien Kanker Yang Menjalani
Sarjana Fakultas Ilmu Kemoterapi; A Randomized
Keperawatan Kekhususan Clinical Trial (Jurnal). Fakultas
Keperawatan Jiwa Universitas Keperawatan Universitas Syiah
Indonesia. Depok. Kuala. Banda Aceh.

Maryani, Ani. 2009. Pengaruh


Progressive Muscle Relaxation
Terhadap Kecemasan, Mual
Dan Muntah Setelah
Kemoterapi Pada Pasien
Kanker Payudara di Rs Dr

8 Pengaruh Progressive Muscle Relaxation (PMR) Terhadap Kecemasan Pada Pasien Kanker
Yang Menjalani Kemoterapi di RSU Martha Friska Brayan Medan
(Poniyah Simanullang, SKM, M.Kes)

Anda mungkin juga menyukai