Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kesehatan kerja adalah merupakan bagian dari kesehatan


masyarakat atau aplikasi kesehatan masyarakat didalam suatu masyarakat
pekerja dan masyarakat lingkungannya. Kesehatan kerja bertujuan untuk
memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, mental, dan
sosial bagi masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungan perusahaan
tersebut, melalui usaha-usaha preventif, promotif dan kuratif terhadap
penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan akibat kerja atau
lingkungan kerja. Kesehatan kerja ini merupakan terjemahan dari
“Occupational Health” yang cenderung diartikan sebagai lapangan
kesehatan yang mengurusi masalah-masalah kesehatan secara menyeluruh
bagi masyarakat pekerja. Menyeluruh dalam arti usaha-usaha preventif,
promotif, kuratif, dan rehabilitatif, higine, penyesuaian faktor manusia
terhadap pekerjaannya dan sebagainya.

B. Rumusan masalah
dari latar belakang di atas maka dapat di ambil rumusan masalah:
1. Apa yang dimaksud dengan keselamatan dan kesehatan kerja?
2. Apa yang dimaksud dengan instalasi laundry?
3. Bagaimana sistem manajemen K3 di instalasi laundry RS?
4. Apa saja bahaya/ancaman di instalasi laundry RS?
5. Bagaimana form identifikasi hazard di ruang laundry?
C. Tujuan dan manfaat
a. Tujuan
1. Untuk memahammi dan mengerti apa itu kaeselamatan dan
kesehatan kerja
2. Untuk mengetahui apa itu instalasi laundry
3. Untuk mengetahui manajemen K3 di instalasi laundri RS

1
4. Untuk mengetahui ancaman dan bahaya yang ada di instalasi
laundry RS
5. Untuk mengetahuin hazard di ruang laundry
b. Manfaat
a. Bagi institusi pendidikan, hasil makalah ini dapat di jadikan
sebagai bahan bacaan di bidang kesehatan sebagai bahan
informasi.
b. Bagi pembaca dapat mengetahui dan memahami mengenai
materi k3 di instalasi laundry

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja adalah merupakan bagian dari kesehatan


masyarakat atau aplikasi kesehatan masyarakat didalam suatu masyarakat
pekerja dan masyarakat lingkungannya.
Keselamatan kesehatan kerja adalah merupakan multidisplin ilmu
yang terfokus pada penerapan prinsip alamiah dalam memahami adanya
risiko yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan manusia dalam
lingkungan industri ataupun lingkungan diluar industri, selain itu
keselamatan dan kesehatan kerja merupakan profesionalisme dari berbagai
disiplin ilmu yaitu fisika, kimia, biologi dan ilmu perilaku yang
diaplikasikan dalam manufaktur, transportasi, penyimpanan dan
penanganan bahan berbahaya.
Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antar pekerja
dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya baik fisik maupun psikis dalam
hal cara/metode kerja, proses kerja dan kondisi yang bertujuan untuk :
1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat
pekerja di semua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental
maupun kesejahteraan sosialnya.
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja
yang diakibatkan oleh keadaan/kondisi lingkungan kerjanya
3. Memberi pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di dalam
pekerjaannya dan kemungkina bahaya yang disebabkan oleh faktor-
faktor yang membahayakan kesehatan.
4. Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkunga pekerjaan
yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.

3
B. Instalasi laundri

Laundry rumah sakit adalah tempat pencucian linen yang


dilengkapi dengan sarana penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan
disinfektan, mesin uap (steam boiler), pengering, meja dan meja setrika.
1. Urutan kegiatan petugas laundry
a. Pengambilan linen kotor
Linen kotor diambil dari masing-masing ruangan perawatan,
Poli rawat jalan, ruang operasi dan UGD
b. Pemisahan Linen bedasarkan jenis nodanya
c. Proses Pencucian
d. Proses pengeringan menggunakan mesin pengering pakaian
(mesintumbler).
e. Proses finishing
f. Proses Pendistribusian
2. Proses pencucian
a. Prewash/Flush/Break/Pencucian awal
Linen dimasukkan dalam mesin cuci, lalu petugas
menambahkan kimia laundry detergen dan alkali dan
memberikan emulsi apabila terdapat noda darah atau
minyak/lemak. Zat kimia ini ditambahkan menggunakan sendok
takaran.
b. Mainwash/Suds wash/Pencucian.
Pada proses ini mesin cuci bekerja secara otomatis
bedasarkan program yang diinginkan.
c. Rinse/Fill/Pembilasan.
Pembilasan adalah untuk menghilngkan kimia laundry dari
permukaan dan dalam serat-serat kain sehingga kain akan
terbebas dari pengaruh kimia laundry yang dapat membuat serat
kain menjadi kaku/keras.

4
d. Souring/Penetralan.
Souring/penetralan dapat dilakukan bersamaan saat
pembilasan atau dapat dilakukan sendiri setelah pembilasan
selesai.
e. Softening/Pelembutan.
Softener adalah kimia laundry yang difungsikan untuk
melembutkan kain dan memberikan aroma pada hasil pencucian.
3. Proses pengeringan menggunakan mesin pengering pakaian (mesin
tumbler)
a. linen yang masih belum begitu kering (lembab) dikeluarkan dari
mesin cuci dengan tangan ke dalam troli
b. didorong ke mesin pengeringan. Setelah sampai di mesin
pengering, linen yang ada di troli dimasukkan lagi ke dalam.
c. Setelah mesin tumbler bekerja sesuai waktu yang ditentukan,
d. petugas mengecek apakah linen sudah benar-benar kering atau
belum.
e. Pada saat ini tangan petugas terpapar dengan panas kain dan
udara di dalam mesin.

C. Sistem Manajemen K3 di Instalasi Loundry Rumah Sakit

Standar Pelayanan Keselamatan dan kesehatan di rumah sakit


(K3RS). Adapun bentuk pelayanan kesehatan kerja yang perlu dilakuan,
sebagai berikut;
1. Melakukan Pemeriksaan Kesehatan sebelum kerja bagi pekerja
2. Melaksanakan pendidikan dan Penyuluhan/pelatihan tentang
kesehatan kerja dan memberikan bantuan kepada pekerja di Rumah
Sakit dalam penyesuaian diri baik fisik maupun mental terhadap
pekerjaannya.
3. Melakukan pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus sesuai
dengan pajanan di rumah sakit.

5
4. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan
kemampuan fisik pekerja
5. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi
pekerja yang menderita sakit.
6. Melakukan pemeriksaan kesehatan khusus pada pekerja Rumah
Sakit yang akan pensiun atau pindah kerja
7. Melakukan koordinasi dengan tim panitia pencegahan dan
pengendalian infeksi mengenai penularan infeksi terhadap pekerja
dan pasien
8. Melakukan kegiatan surveilans kesehatan kerja
9. Melaksanakan Pemantauan lingkungan kerja dan ergonomi yang
berkaitan dengan kesehatan kerja (pemantauan/pengukuran terhadap
faktor fisik, kimia, biologi, psikososial dan ergonomi)
10. Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan kesehatan
kerja yang disampaikan kepada direktur rumah sakit dan unit teknis
di wilayah kerja rumah sakit
Langkah manajemen sistem K3 di rumah sakit di instalasi loundry :
a. Komitmen dan Kebijakan
Komitmen diwujudkan dalam bentuk kebijakan (policy) tertulis,
jelas dan mudah dimengerti serta diketahui oleh seluruh karyawan RS.
Manajemen RS mengidentifikasi dan menyediakan semua sumber daya
esensial seperti pendanaan, tenaga K3 dan sarana untuk terlaksananya
program K3 di RS. Kebijakan K3 di RS diwujudkan dalam bentuk
wadah K3 RS dalam struktur organisasi RS. Untuk melaksanakan
komitmen dan kebijakan K3 RS, perlu disusun strategi antara lain :
1. Advokasi sosialisasi program K3 RS.
2. Menetapkan tujuan yang jelas.
3. Organisasi dan penugasan yang jelas.
4. Meningkatkan SDM profesional di bidang K3 RS pada setiap unit
kerja di lingkungan RS.
5. Sumberdaya yang harus didukung oleh manajemen puncak
6. Kajian risiko (risk assessment) secara kualitatif dan kuantitatif

6
7. Membuat program kerja K3 RS yang mengutamakan upaya
peningkatan dan pencegahan.
8. Monitoring dan evaluasi secara internal dan eksternal secara
berkala.
b. Perencanaan

RS harus membuat perencanaan yang efektif agar tercapai


keberhasilan penerapan sistem manajemen K3 dengan sasaran yang
jelas dan dapat diukur. Perencanaan meliputi:

1. Identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian faktor


risiko.
Identifikasi sumber bahaya yang ada di RS berguna untuk
menentukan tingkat risiko yang merupakan tolok ukur
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan PAK (penyakit akibat
kerja). Sedangkan penilaian faktor risiko merupakan proses untuk
menentukan ada tidaknya risiko dengan jalan melakukan penilaian
bahaya potensial yang menimbulkan risiko kesehatan dan
keselamatan.
Pengendalian faktor risiko di RS dilaksanakan melalui 4
tingkatan yakni menghilangkan bahaya, menggantikan sumber
risiko dengan sarana atau peralatan lain yang tingkat risikonya
lebih rendah bahkan tidak ada risiko sama sekali, administrasi, dan
alat pelindung pribadi (APP).
2. Membuat peraturan.
Peraturan yang dibuat tersebut merupakan Standar
Operasional Prosedur yang harus dilaksanakan, dievaluasi,
diperbaharui, serta harus dikomunikasikan dan disosialisasikan
kepada karyawan dan pihak yang terkait.
3. Menentukan tujuan (sasaran dan jangka waktu pencapaian)
4. Indikator kinerja yang harus diukur sebagai dasar penilaian kinerja
K3 dan sekaligus merupakan informasi mengenai keberhasilan
pencapaian SMK3 RS.

7
5. Program K3 ditetapkan, dilaksanakan, dimonitoring, dievaluasi dan
dicatat serta dilaporkan.
c. Pengorganisasian

Pelaksanaan K3 di RS sangat tergantung dari rasa tanggung jawab


manajemen dan petugas, terhadap tugas dan kewajiban masing-masing
serta kerja sama dalam pelaksanaan K3. Tanggung jawab ini harus
ditanamkan melalui adanya aturan yang jelas. Pola pembagian
tanggung jawab, penyuluhan kepada semua petugas, bimbingan dan
latihan serta penegakkan disiplin.

1. Tugas pokok unit pelaksanaan K3 RS meliputi:


a. Memberi rekomendasi dan pertimbangan kepada direktur RS
mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan K3.
b. Merumuskan kebijakan, peraturan, pedoman, petunjuk
pelaksanaan dan prosedur. Membuat program K3 RS.
c. Membuat program K3 RS
2. Fungsi unit pelaksana K3 RS
a. Mengumpulkan dan mengolah seluruh data dan informasi serta
permasalahan yang berhubungan dengan K3.
b. Membantu direktur RS mengadakan dan meningkatkan upaya
promosi K3, pelatihan dan penelitian K3 di RS.
c. Pengawasan terhadap pelaksanaan program K3.
d. Memberikan saran dan pertimbangan berkaitan dengan tindakan
korektif.
e. Koordinasi dengan unit-unit lain yang menjadi anggota K3RS.
f. Memberi nasehat tentang manajemen k3 di tempat kerja,
kontrol bahaya, mengeluarkan peraturan dan inisiatif
pencegahan.
g. Investigasi dan melaporkan kecelakaan, dan merekomendasikan
sesuai kegiatannya.

8
D. Bahaya/ancaman di instalasi laundry RS

1. Bahaya biologi (debu dari serat linen yang mengandung virus).


2. Bahaya fisik (kebisingan mesin cuci, suhu panas faktor risiko).
3. Bahaya kimia (detergen, desinfektan dan pewangi).
4. Bahaya ergonomic (posisi kerja berdiri selama proses kerja sampai
selesai).
E. Form identifikasi hazard di ruang instalasi laundry

N Identifikasi accident Risiko yang Upaya pe-


O hazard di ngendalian
timbulakan yang telah
dilakukan
1 Fisik: alat-alat  kebisingan  sakit  Memakai
laundri  tertimpa telinga penutup
Sebutkan: timba  memar telinga
mesin cuci,  Saling
timba. bekerja
sama
2 Kimia: bahan terhirup Hidung Memakai
kimia alat perih masker
laundri
Sebutkan:
Deterjen
3 Biologi: terinfeski Gatal gatal Memakai
bakteri sarung tangan
Sebutkan:
linen kotor
4 Ergonomic:po kesemutan Susah untuk Menentukan
berjalan
sisi kerja posisi
Sebutkan: senyaman
Posisi kerja mungkin
terlalu lama

9
berdiri selama
proses kerja
sampai selesai
5 Psikologis: stress Sakit kepala Tidak
banyak menumpuk
fikiran cucian
Sebutkan:
Cemas,
bingung
karena cucian
menumpuk

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesehatan kerja adalah merupakan bagian dari kesehatan


masyarakat atau aplikasi kesehatan masyarakat didalam suatu masyarakat
pekerja dan masyarakat lingkungannya. Keselamatan kesehatan kerja
adalah merupakan multidisplin ilmu yang terfokus pada penerapan prinsip
alamiah dalam memahami adanya risiko yang mempengaruhi kesehatan
dan keselamatan manusia dalam lingkungan industri ataupun lingkungan
diluar industri, selain itu keselamatan dan kesehatan kerja merupakan
profesionalisme dari berbagai disiplin ilmu yaitu fisika, kimia, biologi dan
ilmu perilaku yang diaplikasikan dalam manufaktur, transportasi,
penyimpanan dan penanganan bahan berbahaya.

Laundry rumah sakit adalah tempat pencucian linen yang


dilengkapi dengan sarana penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan
disinfektan, mesin uap (steam boiler), pengering, meja dan meja setrika.
Instalasi laundry merupakan bagian dari rumah sakit yang mempunyai
resiko penularan penyakit infeksi dan juga terdapat beberapa resiko bahaya
yang mempengaruhi situasi dan kondisi di rumah sakit khususnya di
bagian laundry.Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya
untuk mengendalikan dan meminimalisirkan dan bila mungkin
meniadakannya.

Tujuan Manajemen K3 di Instalasi Laundry adalah melindungi


petugas RS khususnya bagaian instalasi laundry dari risiko Penyakit
Akibat Kerja serta dapat meningkatkan produktivitas dan citra RS, Baik di
mata konsumen maupun pemerintah.

11
B. Saran
Dengan disusunnya makalah ini, kami mengharapkan kepada
semua pembaca agar dapat mengetahui dan memahami arti identifikasi
bahaya (Hazard) serta dapat memberikan kritik dan saran nya agar
makalah ini dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya. Demikian saran
yang dapat penulis sampaikan semoga dapat memberi manfaat bagi semua
pembaca.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ishaq. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja (SMK3)


(Permenaker No.05/MEN/1996. Jakarta

Fendi, ahmad. 2011. Identifikasi bahaya keselamatan dam kesehatan dan


keselamatan kerja dengan metode job safety analysis pada Rumah sakit
X Tahun 2011. Skripsi. Semarang : unerversitas diponogoro

Ramli, Soehatman. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


OHSAS 18001. Dian Rakyat : Jakarta

13

Anda mungkin juga menyukai