DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
1. Rani Purnama Sari ( 30220018)
2. Dwi Annisa ( 3022000 )
DOSEN PEMBIMBING:
Popy Apriyanti, S.St., M.keb
1
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................3
1.3 Tujuan.................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................4
2.1 Letak Lintang.....................................................................................................4
A. Definisi Letak Lintang.....................................................................................4
A. Etiologi Letak Lintang...................................................................................5
B. Diagnosa Letak Lintang.................................................................................6
C. Klasifikasi Letak Lintang..............................................................................7
D. Mekanisme Persalinan...................................................................................8
E. Komplikasi.....................................................................................................9
F. Prognosa Letak lintang..................................................................................9
H. Penanganan Letak Lintang..............................................................................9
2.2 Letak Sungsang............................................................................................11
A. Definisi Letak Sungsang..............................................................................11
B. Klasifikasi letak sungsang...........................................................................11
C. Komplikasi persalinan letak sungsang...........................................................12
D. Etiologi........................................................................................................13
E. Penegakan diagnosa.....................................................................................15
F..........................................................................................................................16
G. Peran bidan dalam persalinan sungsang......................................................26
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................28
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehamilan merupakan hal yang fisiologis tetapi bisa saja terjadi komplikasi.
Salah satunya adalah letak lintang yaitu jika letak anak di dalam rahim sedemikian
rupa hingga paksi tubuh anak melintang terhadap paksi rahim.Gangguan
pertumbuhan janin ada 2 yaitu makrosomia dan IUGR (PJT). Kejadian PJT
bervariasi, berkisar 4-8% pada negara maju dan 6-30% pada negara berkembang.
Hal ini perlu menjadi perhatian karena besarnya kecacatan dan kematian yang terjadi
akibat PJT. Pada kasus-kasus PJT yang sangat parah dapat berakibat janin lahir mati
(stillbirth) atau jika bertahan hidup dapat memiliki efek buruk jangka panjang dalam
masa kanak-kanak nantinya. Kasus-kasus PJT dapat muncul, sekalipun sang ibu
dalam kondisi sehat, meskipun, faktor-faktor kekurangan nutrisi dan perokok adalah
yang paling sering. Menghindari cara hidup berisiko tinggi, makan makanan bergizi,
dan lakukan kontrol kehamilan (prenatal care) secara teratur dapat menekan risiko
munculnya PJT Kehamilan dengan letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin
melintang di dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong
berada pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi dan
pada kepala janin sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul. Hal ini termasuk
salah satu masaiah kesehatan yang dapat mengakibatkan morbiditas dan mortalitas
terhadap ibu dan janinnya (Wiknjosastro H. 2007).
3
Sesungguhnya letak lintang sejati (paksi tubuh anak tegak lurus pada paksi rahim
dan menjadikan sudut 90) jarang sekali ditemukan sekitar 3-4% dari seluruh
persalinan tunggal.Tujuan utama setiap kehamilan dan persalinan agar berakhir
dengan lahirnya bayi yang sehat dan ibu yang sehat. Tetapi dalam kenyataannya
tidak selalu berlangsung normal. Seringkali ditemukan kelainan atau penyakit serta
komplikasi yang dapat menyertai selama kehamilan.
Melihat tingginya kasus letak lintang dan sungsang tersebut merupakan salah
satu masalah yang cukup penting mengingat resikonya pada saat persalinan cukup
besar dan dapat mengakibatkan kematian baik pada bayi maupun kematian ibunya.
Sehubungan dengan hal tersebut maka penulis akan membahas lebih lanjut mengenai
letak lintang dan sungsang dalam penulisan ini.
4
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan letak sungsang dan letak lintang pada janin?
2. Apa saja klasifikasi letak sungsang dan letak lintang?
3. Apa saja faktor penyebab letak sungsang dan letak lintang pada janin?
4. Apa saja dampak dari adanya letak sungsang dan letak lintang?
5. Bagaimana penatalaksanaan letak sungsang dan letak lintang pada Ibu hamil?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi letak sungsang dan letak lintang pada janin.
2. Untuk mengetahui klasifikasi letak sungsang dan letak lintang.
3. Untuk mengetahui faktor penyebab letak sungsang dan letak lintang pada
janin.
4. Untuk mengetahui dampak dari adanya letak sungsang dan letak lintang.
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan letak sungsang dan letak lintang pada Ibu
hamil.
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Letak Lintang
Menurut Saifuddin (2009), kelainan letak terdiri dari kelainan posisi dan
persentasi janin. Kelainan posisi (Malposisi) adalah posisi abnormal dari vertex
kepala janin (dengan ubun- ubun kecil sebagai penanda) terhadap panggul ibu.
Sedangkan kelainan pesentasi (malpresentasi) adalah semua presentasi lain dari janin
selain presentasi vertex.
Letak lintang adalah keadaan dimana sumbu panjang anak tegak lurus atau
hampir tegak lurus pada sumbu panjang ibu (Sastrawinata, 2004). Letak lintang
adalah suatu keadaan dimana janin melintang didalam uterus dengan kepala pada sisi
yang satu, sedangkan bokong berada pada sisi yang lain (Wiknjosastro, 2011). 23
Jadi pengertian letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang didalam
uterus dengan sumbu panjang anak tegak lurus atau hampir tegak lurus pada sumbu
panjang ibu. Pada letak lintang, bisaanya bahu berada di atas pintu atas panggul
sedangkan kepala terletak di salah satu fosa iliaka dan bokong pada fosa iliaka yang
lain. Keadaan seperti ini disebut sebagai presentasi bahu atau presentasi akromion.
Arah akromion menghadap sisi tubuh ibu menentukan jenis letaknya yaitu letak
akromion kiri atau kanan. Lebih lanjut, karena pada kedua posisi tersebut punggung
dapat mengarah ke anterior atau posterior, ke superior atau ke inferior, bisaanya jenis
letak lintang ini dapat dibedakan lagi menjadi letak lintang dorsoanterior dan
dorsoposterior. (Cunningham, 1995).
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus
dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong pada sisi yang lain. Pada
umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu
berada pada pintu atas panggul. Punggung janin dapat berada di depan
(dorsoanterior), di belakang (dorsoposterior), di atas (dorsosuperior), di bawah
(dorsoinferior). Pada latak lintang sumbu panjang anak tegak lurus atau hamper
tegak lurus pada sumbu panjang ibu. Pada letak lintang bahu menjadi bagian
terendah, maka juga disebut presentasi bahu atau presentasi acromion. Letak lintang
6
(transverse lie) adalah bila sumbu memanjang janin menyilang sumbu memanjang
ibu secara tegak lurus atau mendekati 900 . jika sudut yang dibentuk kedua sumbu
ini tajam disebut oblique lie, yang terdiri dari deviated head presentation (letak
kepala mengolak) dan deviated breech presentation (letak bokong mengolak).
Karena bisaanya yang paling rendah adalah bahu, maka dalam hal ini disebut juga
shoulder presentation. (Mochtar, 1998)
Letak lintang adalah keadaan sumbu memanjang janin kira-kira tegak lurus
dengan sumbu memanjang tubuh ibu. Pada letak lintang dengan ukuran panggul
normal dan janin cukup bulan, tidak dapat terjadi persalinan spontan. Bila persalinan
dibiarkan tanpa pertolongan, akan menyebabkan kematian janin dan ruptura uteri.
Bahu masuk ke dalam panggul, sehingga rongga panggul seluruhnya terisi bahu dan
bagian-bagian tubuh lainnya.
7
c. Plasenta previa atau tumor pada jalan lahir. Dengan adanya plasenta atau
tumor di jalan lahir, maka sumbu panjang janin menjauhi sumbu jalan lahir.
d. Abnormalitas uterus. Bentuk dari uterus yang tidak normal menyebabkan
janin tidak dapat engagement sehingga sumbu panjang janin menjauhi sumbu
jalan lahir.
e. Panggul sempit. Bentuk panggul yang sempit mengakibatkan bagian
presentasi tidak dapat masuk ke dalam panggul (engagement) sehingga dapat
mengakibatkan sumbu panjang janin menjauhi sumbu jalan lahir (Sumarah,
2008).
1) Inspeksi
Pada saat melakukan pemeriksaan inspeksi letak lintang dapat diduga
hanya pemeriksaan inspeksi, fundus tampak lebih melebar dan fundus
uteri lebih rendah tidak sesuai dengan umur kehamilannya.
2) Palpasi
Pada saat dilakukan pemeriksaan palpasi hasilnya adalah fundus uteri
kosong, bagian yang bulat, keras, dan melenting berada di samping dan di
atas simfisis juga kosong, kecuali jika bahu sudah turun ke dalam panggul
atau sudah masuk ke dalam pintu atas panggul (PAP), kepala teraba di
kanan atau di kiri.
3) Auskultasi
Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan auskultasi adalah denyut
jantung janin di temukan di sekitar umbilicus atau setinggi pusat.
4) Pemeriksaan Dalam
Hasil yang di peroleh dari pemeriksaan dalam adalah akan teraba
tulang iga, scapula, dan kalau tangan menumbung teraba tangan, teraba
bahu dan ketiak yang bisa menutup ke kanan atau ke kiri, bila kepala di
kiri ketiak menutup di kiri, letak punggung di tentukan dengan adanya
scapula, letak dada, klavikula, pemeriksaan dalam agar sukar dilakukan
bila 21 pembukaan kecil dan ketuban intak, namun pada letak lintang
biasanya ketuban cepat pecah.
8
5) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan melakukan
pemeriksaan ultrasonografi (USG) atau foto rontgen dengan diperoleh
hasil kepala janin berada di samping.
9
D. Mekanisme Persalinan
Mekanisme persalinan Menurut Wiknjosastro (2007: 625) pada letak lintang
dengan ukuran panggul normal dan janin cukup bulan, tidak dapat terjadi persalinan
spontan. Bila persalinan dibiarkan tanpa pertolongan, akan menyebabkan kematian
janin dan rupture uteri. Bahu masuk ke dalam panggul sehingga rongga panggul
seluruhnya terisi bahu dan bagian – bagian tubuh lainnya. Disebut persalinan dengan
kelainan letak lintang kasep karena janin tidak dapat turun lebih lanjut dan terjepit
dalam usaha untuk mengeluarkan janin, segmen atas uterus terus berkontraksi dan
beretraksi sedangkan segmen bawah uterus melebar serta menipis, sehingga batas
antara dua bagian itu makin lama makin tinggi dan terjadi lingkaran retraksi
patologik.
Menurut Wiknjosastro (2007: 625) beberapa cara janin letak lintang lahir
spontan yaitu:
1. Evolutio Spontanea Variasi Mekanisme lahirnya janin dengan letak
lintang akibat fleksi lateral yang maksimal dari tubuh janin ada dua cara
yaitu :
a) Menurut DENMAN Bahu tertahan pada simfisis dan dengan fleksi
kuat di bagian bawah tulang belakang, badan bagian bawah, bokong
dan kaki turun di rongga panggul dan lahir, kemudian disusul badan
bagian atas dan kepala.
b) Menurut DOUGLAS Bahu masuk ke dalam rongga panggul
kemudian di lewati oleh bokong dan kaki, sehingga bahu, bokong dan
kaki lahir, selanjutnya disusul oleh lahirnya kepala.
2. Conduplicatio Corpore 23 Kepala tertekan ke dalam perut anak dan
seterusnya anak lahir dalam keadaan terlipat. Yang paling dulu tampak
dalam vulva ialah daerah dada dibawah bahu, kepala, toraks melalui
rongga panggul bersamaan.
10
E. Komplikasi
Oleh karena bagian terendah tidak menutup PAP, ketuban cenderung pecah
dan dapat disertai menumbungnya tangan janin atau tali pusat. Keduanya merupakan
komplikasi gawat dan memerlukan tindakan segera.
2. Sewaktu Partus
Pada permulaan persalinan masih diusahakan mengubah letak lintang
janin menjadi presentasi kepala asalkan pembukaan masih kurang dari 4 cm
dan ketuban belum pecah atau utuh, umur kehamilan 36 sampai 38 minggu,
11
bagian terendah belum masuk atau masih dapat dikeluarkan dari PAP, dan
bayi dapat lahir pervagina. Pada seseorang primigravida bila versi luar tidak
berhasil, sebaiknya segera dilakukan seksio sesaria. Sikap ini berdasarkan
pertimbangan – pertimbangan sebagai berikut : bahu tidak dapat melakukan
dilatasi pada serviks dengan baik, sehingga pada seorang 25 primgravida kala
I menjadi lama dan pembukaan serviks sukar menjadi lengkap, tidak ada
bagian janin yang menahan tekanan intra – uteri pada waktu his, maka lebih
sering terjadi pecah ketuban sebelum pembukaan serviks sempurna dan dapat
mengakibatkan terjadinya prolapsus funikuli, dan pada primigravida versi
ekstraksi sukar dilakukan.
Pertolongan persalinan letak lintang pada multipara bergantung
kepada beberapa faktor. Apabila riwayat obstetrik wanita yang bersangkutan
baik, tidak didapatkan kesempitan panggul, dan janin tidak seberapa besar,
dapat ditunggu dan di awasi sampai pembukaan serviks lengkap untuk
kemudian melakukan versi ekstraksi. Selama menunggu harus diusahakan
supaya ketuban tetap utuh dan melarang wanita tersebut bangun dan
meneran.
Apabila ketuban pecah sebelum pembukaan lengkap dan terdapat
prolapsus funikuli, harus segera dilakukan seksio sesarea. Jika ketuban pecah,
tetapi tidak ada prolapsus funikuli, maka bergantung kepada tekanan, dapat
ditunggu sampai pembukaan lengkap kemudian dilakukan versi ekstraksi
atau mengakhiri persalinan dengan seksio sesarea. Dalam hal ini persalinan
dapat diawasi untuk beberapa waktu guna mengetahui apakah pembukaan
berlangsung dengan lancer atau tidak.
Versi ekstraksi dapat dilakukan pula pada kehamilan kembar apabila
setelah bayi 26 pertama lahir, ditemukan bayi kedua berada dalam letak
lintang. Pada letak lintang kasep, versi ekstraksi akan mengakibatkan rupture
uteri, sehingga bila janin masih hidup, hendaknya dilakukan seksio sesarea
dengan segera, sedangkan pada janin yang sudah mati dilahirkan per vaginam
dengan dekapitasi atau embriotomi.
12
Gambar 3. Vase Ekstraksi
13
Bagian kaki dari janin mengalami fleksi total di bagian bokong dan ekstensi total
di bagian lutut. Telapak kaki berada paling dekat dengan kepala dan bokong
menempati segmen bawah uterus.
Frank Breech sangat membantu saat proses dilatasi serviks tetapi posisi frank
breech sulit untuk dilakukan External Cephalic Version (ECV) yang bertujuan untuk
mengembalikan posisi janin ke posisi yang seharusnya yaitu kepala janin yang
berada pada kavum dibawah uterus. Pada posisi ini sangat jarang terjadi prolaps tali
pusat serta janin jarang terjebak di serviks.
Yaitu letak sungsang, dimana kedua kaki dan tangan menyilang sempurna
dan di samping bokong dapat diraba kedua kaki.
14
Yaitu letak sungsang, dimana hanya satu kaki di samping bokong, sedangkan
kaki yang lain terangkat ke atas. (Kasdu, 2005.)
15
- Manipulasi dengan pemeriksaan dalam
D. Etiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan didalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air
ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa.
Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak
sungsang, ataupun letak lintang. Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh
dengan cepat dan jumlah air ketuban relative berkurang. Karena bokong dengan
kedua tungkai yang terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa
menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada dalam
ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat
dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang
lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan
dalam presentasi kepala.
16
Rahim arkuatus
Septum pada Rahim
Uterus dupleks
Mioma bersama kehamilan
2) Keadaan plasenta
Plasenta letak rendah
Plasenta previa
3) Keadaan jalan lahir
Kesempitan panggul
Deformitas tulang panggul
Terdapat tumor menjalani jalan lahir dan perputaran ke posisi kepala
2. Sudut Janin
Pada janin tedapat berbagai keadaan yang menyebabkan letak sungsang :
1) Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat
2) Hedrosefalus atau anesefalus
3) Kehamilan kembar
4) Hidroamnion atau aligohidromion
5) Prematuritas
E. Penegakan diagnosa
1. Palpasi
Saat pemeriksaan leopold bagian bawah teraba lunak bulat dan tidak melenting
(bokong), sementara di fundus teraba bagian bulat, keras, melenting (kepala) dan
punggung teraba di kanan atau kiri (Hanretty, 2014).
2. Aukultasi
Denyut jantung janin paling jelas terdengar di atas umbilicus, punctum
maximum denyut jantung janin terdengar di 13 kuadran atas perut ibu (Mochtar,
2013).
3. Pemeriksaan dalam
Bokong teraba lunak dan tidak teratur dengan tidak adanya sutura yang
terpalpasi, walaupun terkadang sacrum dapat disalahartikan sebagai kepala yang
17
keras, dan bokong dapat diartikan sebagai caput succadeum. Anus dapat teraba dan
mekonium segar pada jari pemeriksa biasanya merupakan diagnosis Jika tungkai
terekstensi, genital ekternal sangat jelas,teraba tetapi,harus diingat bahwa genitalia
eksterna tersebut mengalami edema. Vulva yang mengalami edema dapat disalah
artikan dengan skrotum. Jika kaki teraba, bidan harus membedakannya dengan
tangan. jari-jari kaki semuanya sama panjang, jari-jari kaki lebih pendek daripada
jari jari tangan dan ibu jari kaki tidak dapat direntangkan dan jari kaki lainnya. Kaki
berada pada sudut 90 derajat dari tungkai, dan tumit tidak memiliki kesaamaan
dengan tangan.
4. Pemeriksaan penunjang
Peranan USG sangat penting dalam diagnosis dan penilaian resiko pada
presentasi bokong. Taksiran berat janin, penilaian volume air ketuban, konfirmasi
letak plasenta, jenis presentasi bokong, keadaan hiperekstensi kepala, kelainan
congenital, dan kesejahteraan janin dapat diperiksa menggunakan ultrasonografi
(Saifuddin, 2011). Pemeriksaan USG juga digunakan untuk memastikan perkiraan
klinis presentasi bokong, bila mungkin untuk mengidentifikasi adanya anomali
janin. USG pada usia kehamilan 32-34 minggu untuk menegakkan diagnosis,
memperkirakan ukuran dan konfigurasi panggul ibu. Pemeriksaan USG dilakukan
untuk konfirmasi tipe dari presentasi bokong, memperkirakan berat janin dan
mengidentifikasi adanya kelainan janin atau plasenta.
18
c) Jika diketahui janin letak sungsang pada usia kehamilan kurang dari 34
minggu tidak perlu dilakukan intervensi apapun, karena janin masih cukup
kecil dan cairan amnion masih cukup banyak sehingga kemungkinan besar
janin masih dapat memutar dengan sendirinya.
1. Persalinan pervaginam
Persalinan letak sungsang dengan pervaginam mempunyai syarat yang harus
dipenuhi yaitu pembukaan benar-benar lengkap, kulit ketuban sudah pecah, his
adekuat dan tafsiran berat badan janin < 3600 gram. Terdapat situasi-situasi
tertentu yang membuat persalinan pervaginam tidak dapat dihindarkan yaitu ibu
memilih persalinan pervaginam, direncanakan bedah sesar tetapi terjadi proses
persalinan yang sedemikian cepat, persalinan terjadi di fasilitas yang tidak
memungkinkan dilakukan bedah sesar, presentasi bokong yang tidak terdiagnosis
hingga kala II dan kelahiran janin kedua pada kehamilan kembar. Persalinan
pervaginam tidak dilakukan apabila didapatkan kontra indikasi persalinan
pervaginam bagi ibu dan janin, presentasi kaki, hiperekstensi kepala janin dan berat
bayi > 3600 gram, tidak adanya informed consent, dan tidak adanya petugas yang
berpengalaman dalam melakukan pertolongan persalinan (Prawirohardjo, 2008).
Syarat persalinan pervaginam pada letak sungsang: bokong
sempurna (complete) atau bokong murni (frank breech), pelvimetri, klinis yang
adekuat, janin tidak terlalu besar, tidak ada riwayat seksio sesaria dengan indikasi
CPD, kepala fleksi.
1) Pemeriksaan abdomen yang hati-hati atau jika perlu USG untuk menentukan
jenis presentasi bokong dan menyingkirkan kecurigaan terjadinya hiperekstensi
kepala, hidrosefalus, atau bokong-kaki, atau bokong-lutut.
2) Dilatasi serviks lengkap.
3) Kosongkan kandung kemih ibu.
4) Persiapan episiotomi jika memang diperlukan.
19
5) Kaji efektifitas upaya mengejan pada ibu.
6) Persiapan untuk upaya resusitasi bayi baru lahir.
7) Posisikan pasien dalam posisi litotomi dengan penyangga kaki untuk
memberikan ruang yang adekuat di bawah panggul ibu yang dibutuhkan untuk
persalinan.
8) Dokter tempat berkonsultasi seharusnya telah diberi tahu dan sebaiknya juga
hadir atau segera datang jika dibutuhkan.
9) Lakukan pemasangan infus intravena (Cuningham, 2014 dan Endozien, 2013).
20
presentasinya bokong murni , kaki kaki janin bekerja sebagai bidai
pemanjang dan dengan mengurangi flexi lateral dan keluwesannya maka
kaki kaki ini dapat menghambat penurunan bokong.
3) Putaran Paksi dalam : Panggul depan mendapat tahana dari dasar panggul
dan berputar 45 derajat obliqa kanan panggul ke anteroposterior . sacrum
berputar menjauhi garis tengah dari kuadran depan ke kanan lintang.
Bokong lahir dengan flexi ke lateral Panggul depan terbentur dibawah
symphisis pubis, terjadi flexi ke lateral, dan panggung belaknag keluar dan
dilahirkan diatas pernineum. Kemudian bokong jatuh kearah anus dan
panggul depan tergelncir keluar dari bawah symphisis
3. Kepala
1) Penurunan dan masuk panggul : Pada saat bahu ada di PBP, kepala mencapai
panggul. Ia mencapai panggul dengan sutura sagitalis pada diameter oblique
kiri. UUK ada dikuadran kanan depan panggul.
2) Flexi : Flexi kepala terjadi seperti pada presentasi lain, penting bahwa flexi
ini dipertahankan
3) Putaran Paksi dalam : Kepala sampai disasar panggul dan mengadakan
putaran paksi dalam sehingga ia mencapai pintu bawah panggul dengan
sutura sagitalis pada diameter anteroposterior, sudah pada lengkung sakrum
dan UUK dibawah sympisis. Sakrum berputar kearah pubis sehingga
punggung didepan.
21
4) Kepala lahir dengan flexi : Diameter – diameternya sama dengan kedudukan
UUK depan tetapi dalam arah yang sebaliknya. Tengkuk menjadi titik putar
dibawah symphisis dan dagu, mulut, hidung, dahi, bregma, dan UUK
dilahirkan diatas perineum dengan gerakan flexi.
1. Tahap pertama : fase lambat, yaitu mulai melahirkan bokong sampai pusat
(skapula depan). Disebut fase lambat oleh karena tahapan ini tidak perlu
ditangani secara tergesa-gesa mengingat tidak ada bahaya pada ibu dan anak
yang mungkin terjadi.
2. Tahap kedua: fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusat sampai lahirnya mulut.
Pada fase ini, kepala janin masuk panggul sehingga terjadi oklusi pembuluh
darah tali pusat antara kepala dengan tulang panggul sehingga sirkulasi
uteroplasenta terganggu. Disebut fase cepat oleh karena tahapan ini harus
terselesaikan dalam 1 – 2 kali kontraksi uterus (sekitar 8 menit).
3. Tahap ketiga: fase lambat, yaitu mulai lahirnya mulut sampai seluruh kepala
lahir. Fase ini disebut fase lambat oleh karena tahapan ini tidak boleh
dilakukan secara tergesa-gesa untuk menghidari dekompresi kepala yang
terlampau cepat yang dapat menyebabkan perdarahan intracranial
22
(a) Biarkan persalinan berlangsung dengan sendirinya (tanpa intervensi apapun)
hingga bokong tampak di vulva.
(b) Pastikan bahwa pembukaan sudah lengkap sebelum memperkenankan ibu
mengejan.
(c) Perhatikan hingga bokong membuka vulva.
(d) Lakukan episiotomi bila perlu (pada perineum yang cukup elastis dengan
introitus yang sudah lebar, episiotomi mungkin tidak diperlukan). Gunakan
anastesi lokal sebelumnya.
(e) Biarkan bokong lahir, bila tali pusat sudah tampak dikendorkan. Perhatikan
hingga tampak tulang belikat (scapula) janin mulai tampak di vulva. Awas :
jangan melakukan tarikan atau tindakan apa pun pada tahap ini.
(f) Dengan lembut peganglah bokong dengan kedua ibu jari penolong sejajar sumbu
panggul, sedang jari-jari yang lain memegang belakang pinggul janin.
(g) Tanpa melakukan tarikan, angkatlah kaki, bokong, dan badan janin dengan kedua
tangan penolong disesuaikan dengan sumbu panggul ibu sehingga berturut-turut
lahir perut, dada, bahu dan lengan, dagu, mulut dan seluruh kepala (Saifuddin,
2011).
23
Pegang bokong dengan telunjuk pada spina ischiadika anterior superior dan
ibu jari menekan sacrum, kemudian tarik curam kebawah sampai skapula
tampak, lalu transi kearah atas untuk melahirkan bahu dan lengan belakang,
kemudian lengan depan.
Cara Mueller
Tidak jauh berbeda dari cara klasik, perbedaaanya adalah lengan depan
dilahirkan lebih dulu kemudian lengan belakang. Caranya tarik janin vertikal ke
bawah lalu dilahirkan bahu dan lengan depan. Cara melahirkan bahu lengan
depan bisa spontan atau diikat dengan satu jari menyapu muka. Lahirkan bahu
belakang dengan menarik kaki ke atas lalu bahu dan lengan belakang diikat
menyapu kepala.
24
Cara lovset
Bahu janin diputar 900 disertai tarikan sehingga dengan putaran tersebut bahu
dapat dilahirkan.
Perasat Mauriceau-Smellie-Veit
Posisinya sama dengan perasat Wigand-Martin, dengan satu jari dimulut dan
dua jari pada maxilla. Perbedaannya penolong meletakkan tangannya yang lain
mengangkang diatas bahu bayi dan dengan cara ini melakukan traksi. Efisiensi
prosedur ini meningkat dengan dorongan suprapubik pada kepala oleh asisten
25
ketika penolong mengerjakan perasat Mauriceau. After coming head adalah
kesulitan saat melahirkan kepala. Setelah umbilicus lahir, kepala anak mulai
masuk ke rongga panggul sehingga tali pusat tertekan antara kepala dan dinding
panggul (Martaadisoebrata, 2013). Bayi akan mengalami asfiksia apabila
umbilicus telah lahir dan tidak ada kemajuan, untuk mengantisipasinya penolong
tidak boleh menunggu terlalu lama dan melakukan pertolongan secara manual
aid agar kelahiran dari umbilikus sampai janin lahir seluruhnya berlangsung < 8
menit (Mochtar, 2013).
Dilakukan bila oksiput dibelakang (dekat dengan sacrum) dan muka janin
menghadap simfisis. Satu tangan mencekap leher dari sebelah belakang dan
punggung anak diletakkan diatas telapak tangan tersebut. Tangan penolong
lain memegang pergelangan kaki dan kemudian di elevasi keatas sambil
26
melakukan traksi pada bahu janin sedemikian rupa sehingga perut anak
mendekati perut ibu. Dengan larynx sebagai hypomochlion kepala anak
dilahirkan.
27
belakang dan secara serentak melakukan traksi lebih lanjut untuk
melahirkan bokong (gambar 20)
- Setelah bokong lahir, bokong dipegang dengan pegangan
“femuropelvik” dan janin dilahirkan dengan cara yang sudah
dijelaskan pada ekstraksi bokong parsialis.
28
b) Ekstraksi Kaki
Dilakukan dengan teknik :
- Setelah persiapan selesai, tangan penolong yang sesuai dengan bagian
kecil anak dimasukkan secara obstetris kedalam jalan lahir, sedangkan
tangan lain membuka labia.
- Tangan yang didalam mencari kaki dengan menyelusuri bokong –
pangkal paha sampai belakang lutut (fosa poplitea) dan kemudian
melakukan fleksi dan abduksi paha janin sehingga sendi lutut menjadi
fleksi
- Tangan yang diluar (dekat dibagian fundus uteri) mendekatkan kaki janin
untuk mempermudah tindakan mencari kaki janin tersebut diatas.
- Setelah lutut fleksi, pergelangan kaki anak dipegang diantara jari ke II
dan III dan dituntun keluar dari vagina.
29
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Letak sungsang adalah janin letak memanjang dengan bagian terendahnya
bokong, kaki, atau kombinasi keduanya. Letak sungsang merupakan kondisi dimana
presentasi janin dalam uterus terutama bokong janin lebih dulu memasuki rongga
panggul, terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di
bawah kavum uteri.
Kelainan pada letak sungsang dapat dibagi dalam beberapa tipe, yaitu :
Frank Breech ( Presentasi bokong murni)
Complete Breech ( Presentasi bokong sempurna)
Incomplete Breech ( Presentasi bokong tidak sempurna)
Kemudian pertolongan pada persalinan dengan letak sungsang dapat ditolong
melalui jalan lahir (per vaginam) dan sectio caesarian (per abdomen). Baik
keduanya memiliki risikonya masing-masing apabila diterapkan, baik risiko untuk
ibu maupun janin.
3.2 Saran
Seorang bidan memang tidak memiliki wewenang untuk menolong persalinan
sungsang dan lintang kecuali, dalam kondisi-kondisi tertentu. Oleh karna itu sebagai
calon tenaga kesehatan yang bergerak dalam pelayanan kebidanan, alangkah baiknya
sebagai seorang mahasiswi bidan untuk mempelajari dan memahami semua hal yang
berkaitan dengan persalinan sungsang.
30
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Bari Saifuddin. 2010. Ilmu Kebidanan, edisi.4. Jakarta: Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Fraser, Cooper (Alih bahasa: Rahayu, et.al.). 2009. Myles. Buku Ajar
Bidan. edisi 14. Jakarta: EGC
Oxorn. 2013. Oxorn-Foote Human Labor and Birth. London : Appleton &
Lange Publishers.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/57214/Chapter
%20II.pdf;jsessionid=807476DC449C1AA496EECD9C0969DA2F?sequence=4
diakses 09 februari 2022 pukul 20:22
http://abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/R0313008_bab2.pdf
diakses 09 februari 2022 pukul 20:22
31
1. Apa yang dimaksud dengan letak lintang?
2. Apa saja klasifikasi dari letak sungsang?
3. Bagaimana penatalaksanaan letak sungsang saat ANC?
4. Apa saja Teknik persalinan pada letak sungsang?
5. Bagaimana diagnose letak lintang?
32