DISTOSIA BAHU
OLEH
KELOMPOK 1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur seraya dilimpahkan kehadirat-Nya yakni Allah SWT. Sehinga saya
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “DETEKSI DINI LETAK SUNGSANG DAN
DISTOSIA BAHU
”. Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Adapun tugas ini disusun guna memenuhi tugas yang diberikan oleh kepala ruangan
klinik bersalin puskesmas padang pasir.
Penulis menyadari makalah ini msaih sangat jauh dari sempurna.Untuk itu semua
saran dan kritik yang sifatnya membangun, penulis terima dengan tangan terbuka.
Besar harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi semua untuk menambah ilmu pengetahuan.
Aamiin ya rabb
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………2
Daftar Isi……………………………………………………………………………3
Bab I Pendahuluan………………………………………………………………….
Latar Belakang………………………………………………………….4
Rumusan masalah .....................................................................................5
Bab II Pembahasan……………………………………………………………………
Letak sungsang
Terhadap janin bisa terjadi gangguan peredaran darah plasenta setelah bokong
lahir dan juga setelah perut lahir karena tali pusat terjepit antara kepala panggul dan
anak bisa menderita asfiksia. Yang mana pengaruh tersebut merupakan salah satu
penyebab angka morbiditas dan mortalitas maternal dan neonatal.
Distosia bahu
Distosia bahu merupakan presentasi kepala, kepala telah lahir tetapi bahu tidak
dapat dilahirkan dengan cara-cara biasa (Oxorn, 2003).
Salah satu penyebab tingginya kematian ibu dan bayi adalah distosia bahu saat
proses persalinan. Distosia bahu adalah suatu keadaan diperlukannya manuver
obstetrik oleh karena dengan tarikan ke arah belakang kepala bayi tidak berhasil
untuk melahirkan kepala bayi. Pada persalinan dengan presentasi kepala, setelah
kepala lahir bahu tidak dapat dilahirkan dengan cara pertolongan biasa dan tidak
didapatkan sebab lain dari kesulitan tersebut. Insidensi distosia bahu sebesar
0,2-0,3% dari seluruh persalinan vaginal presentasi kepala (Prawirohardjo, 2009).
Angka kematian ibu bersalin dan angka kematian perinatal umumya dapat digunakan
sebagai petunjuk untuk menilai kemampuan penyelenggaraan pelayanan kesehatan
suatu bangsa. Selain itu, angka kematian ibu dan bayi di suatu negara mencerminkan
tingginya resiko kehamilan dan persalinan. Berdasarkan Survey Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, AKI di Indonesia mencapai 228/100.000
kelahiran hidup dan angka kematian bayi sebesar 34/1000 kelahiran hidup umumnya
kematian terjadi pada saat melahirkan. Namun hasil SDKI 2012 tercatat, angka
kematian ibu melahirkan sudah mulai turun perlahan bahwa tercatat sebesar 102
per seratus ribu kelahiran hidup dan angka kematian bayi sebesar 23 per seribu
kelahiran hidup.
Komplikasi yang bisa terjadi , yaitu tingginya angka kematian ibu dan besarnnya
resiko akibat distosia bahu pada saat persalinan maka fokus utama asuhan
persalinan normal adalah mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan suatu
pergeseran paradigma dari sikap menunggu dan menangani komplikasi, menjadi
mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. Pencegahan komplikasi selama
persalinan dan setelah bayi lahir akan mengurangi kesakitan dan kematian ibu serta
bayi baru lahir (Depkes, 2004).
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui Defenisi Distosia Bahu
2. Mengetahui Etiologi
3. Mengetahui Patofisiologi
4. Mengetahui Tanda dan gejala terjadinya distosia bahu
5. Mengetahui Komplikasi
6. Mengetahui Faktor Resiko
7. Mengetahui Pencegahan
8. Mengetahui Diagnosis Distosia Bahu
9. Mengetahui Penanganan Distosia Bahu
10. Mengetahui Penatalaksanaan distosia bahu menurut Varney (2007)
1.4 MANFAAT
· Bagi Penulis
Makalah ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan yang didapat selama
perkuliahan serta dapat mengaplikasikan dalam penanganan kasus persalinan
dengan letak sungsang distosia bahu.
· Bagi Institusi
Makalah ini diharapkan mampu menjadikan acuan dan berguna untuk memberikan
informasi, pengetahuan dan ilmu baru bagi kemajuan di bidang kesehatan sebagai
bahan referensi guna pengembangan ilmu pengetahuan.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Letak sungsang adalah keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di
fundus uteri dan bokong berada di bawah kavum uteri
(Ilmu Kebidanan, Sarwono)
Klasifikasi
2.3 PATOFISIOLOGI
Bayi letak sungsang disebabkan :
1. Hidramnion : anak mudah bergerak karena mobilisasi
2. Plasenta Previda : Menghalangi kepala turun ke panggul
3. Panggul Sempit : Kepala susah menyesuaikan ke jalan lahir
2.4TANDA DAN GEJALA
1. Pergerakan anak terasa oleh ibu dibagian perut bawah dibawah pusat dan ibu
sering merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga.
2. Pada palpasi teraba bagian keras, bundar dan melenting pada fundus uteri.
3. Punggung anak dapat teraba pada salat satu sisi perut dan bagian-bagian kecil
pada pihak yang berlawanan. Diatas sympisis teraba bagian yang kurang budar dan
lunak.
4. Bunyi jantung janin terdengar pada punggung anak setinggi pusat
a. Komplikasi ibu
Perdarahan
Trauma jalan lahir
Infeksi
b. Komplikasi anak
1) Sufokasi / aspirasi :
Bila sebagian besar tubuh janin sudah lahir, terjadi pengecilan rongga uterus yang
menyebabkan gangguan sirkulasi dan menimbulkan anoksia. Keadaan ini
merangsang janin untuk bernafas dalam jalan lahir sehingga menyebabkan
terjadinya aspirasi.
2) Asfiksia :
Selain hal diatas, anoksia juga disebabkan oleh terjepitnya talipusat pada fase cepat
3) Trauma intrakranial:
Terjadi sebagai akibat :
· Panggul sempit
· Dilatasi servik belum maksimal (after coming head)
· Persalinan kepala terlalu cepat (fase lambat kedua terlalu cepat)
4) Fraktura / dislokasi:
Terjadi akibat persalinan sungsang secara operatif
· Fraktura tulang kepala
· Fraktura humerus
· Fraktura klavikula
· Fraktura femur
· Dislokasi bahu
5) Paralisa nervus brachialis yang menyebabkan paralisa lengan terjadi akibat
tekanan pada pleksus brachialis oleh jari-jari penolong saat melakukan traksi dan
juga akibat regangan pada leher saat membebaskan lengan.
2.8 Pencegahan
Sikap sewaktu hamil
Karena kita tahu bahwa prognosa bagi anak tidak begitu baik, maka usahakan
merubah letak janin dengan versi luar.
Tujuannya :
Untuk merubah letak menjadi letak kepala hal ini dilakukan pada primi
dengankehamilan 34 minggu, mulai dengan usia kehamilan 36 minggu dan tidak ada
panggul sempit, gemili atau plasenta previa.
Teknik :
Lebih dahulu bokong dilepaskan dari PAP dan ibu berada dalam posisi Trendelm Burg
Tangan kiri letakkan dikepala dan tangan kanan pada bokong
Putar ke arah muka atau perut janin
Lalu putar tangan kiri diletakkan dibokong dan tangan kanan dikepala
Setelah berhasil pasang gurita, observasi TTV, DDJ serta keluhan
2.9. Diagnosis.
a. Palpasi: pemeriksaan Leopold di bagian bawah teraba bagian yang kurang keras
dan kurang bundar (bokong), sementara di fundus teraba bagian yang keras, bundar
dan melenting (kepala), dan punggung teraba dikiri atau kanan.
b. Auskultasi: DJJ (denyut jantung janin) paling jelas terdengar pada tempat yang
lebih tinggi dari pusat.
c. Pemeriksaan foto rontgen, USG, dan Foto Sinar -X : bayangan kepala di fundus
d. Pemeriksaan dalam: Dapat diraba os sakrum, tuber ischii, dan anus, kadang –
kadang kaki (pada letak kaki). Bedakan antara :
· Lubang kecil – Mengisap
· Tulang (-) - Rahang Mulut
· Isap (-) Anus – Lidah
· Mekoneum (+)
· Tumit - Jari panjang
· Sudut 90 derajat Kaki - Tidak rata Tangan siku
· Rata jari – jari - Patella (-)
· Patella Lutut
· Poplitea
2.10 PENANGANAN
TEHNIK PERTOLONGAN PERSALINAN SUNGSANG
PENATALAKSANAAN PERSALINAN
Selama proses persalinan, resiko ibu dan anak jauh lebih besar dibandingkan
persalinan pervaginam pada presentasi belakang kepala.
Pada saat masuk kamar bersalin perlu dilakukan penilaian secara cepat dan cermat
mengenai : keadaan selaput ketuban, fase persalinan, kondisi janin serta keadaan
umum ibu.
Dilakukan pengamatan cermat pada DJJ dan kualitas his dan kemajuan persalinan.
Persiapan tenaga penolong persalinan – asisten penolong persalinan - dokter anak
dan ahli anaesthesi.
DISTOSIA BAHU
3.1. Defenisi Distosia Bahu
Distosia bahu adalah kegagalan persalinan bahu setelah kepala lahir, dengan
mencoba salah satu metoda persalinan bahu ( Manuaba, 2001).
Distosia bahu adalah suatu keadaan diperlukannya tambahan manuver obstetrik
oleh karena dengan tarikan biasa ke arah belakang pada kepala bayi tidak berhasil
untuk melahirkan bayi ( Prawirohardjo, 2009).
Distosia bahu merupakan kegawatdaruratan obstetri karena terbatasnya waktu
persalinan, terjadi trauma janin, dan komplikasi pada ibunya. Kejadiannya sulit
diperkirakan setelah kepala lahir, kepala seperti kura-kura, dan persalinan bahu
mengalami kesulitan (Manuaba, 2001).
3.2 Etiologi
1. Ibu mengalami diabetes mellitus. Kemungkinan terjadi makrosomia pada janin.
Makrosomia adalah berat badan janin lebih besar dari 4000 gram.
2. Adanya janin gemuk pada riwayat persalinan terdahulu
3. Riwayat kesehatan keluarga ibu kandung ada riwayat diabetes mellitus
4. Ibu mengalami obesitas sehingga ruang gerak janin ketika melewati jalan lahir
lebih sempit karena ada jaringan berlebih pada jalan lahir dibnding ibu yang tidak
mengalami obesitas.
5. Riwayat janin tumbuh terus dan bertambah besar setelah kelahiran.
6. Hasil USG mengindikasikan adanya makrosomia/janin besar. Dengan
ditemukannya diameter biakromial pada bahu lebih besar daripada diameter kepala.
7. Adanya kesulitan pada riwayat persalinan yang terdahulu
8. Terjadi Cephalo Pelvic Dispropotion (CPD) yaitu ketidak sesuaian antara kepala
dan panggul yang diakibatkan karena :
a. Diameter anteroposterior panggul dibawah ukuran normal
b. Abnormalitas panggul sebagai akibat dari infeksi tulang panggul (rakhitis) dan
kecelakaan.
9. Fase aktif yang lebih panjang dari keadaan normal. Fase aktif yang memanjang
menandakan adanya CPD.
10. Penurunan kepala sangat lambat atau sama sekali tidak terjadi penurunan
kepala.
11. Mekanisme persalinan tidak terjadi rotasi dalam (putar paksi dalam) sehingga
memerlukan tindakan forcep atau vakum. Hal ini menunjukkan adanya CPD dan
mengindikasikan pertimbangan dilaksanakan seksiosesarea. (Hakimi, 2003).
3.3. Patofisiologi
Pada mekanisme persalinan normal, ketika kepala dilahirkan, maka bahu memasuki
panggul dalam posisi oblik. Bahu posterior memasuki panggul lebih dahulu sebelum
bahu anterior. Ketika kepala melakukan paksi luar, bahu posterior berada di
cekungan tulang sakrum atu disekitar spina ischiadika, dan memberikan ruang yang
cukup bagi bahu anterior untuk memasuki panggul melalui belakang tulang pubis
atau berotasi dari foramen obturator. Apabila bahu berada dalam posisi
antero-posterior ketika hendak memasuki pintu atas panggul, maka bahu posterior
dapat tertahan promontorium dan bahu anterior tertahan tulang pubis. Dalam
keadaan demikian kepala yang sudah dilahirkan akan tidak dapat melakukan putaran
paksi luar, dan tertahan akibat adanya tarikan yang terjadi antara bahu posterior
dengan kepala (disebut dengan turtle sign) (Prawirohardjo, 2009).
3.5. Komplikasi
1. Komplikasi Maternal
a. Perdarahan pasca persalinan
b. Fistula Rectovaginal
c. Simfisiolisis atau diathesis, dengan atau tanpa “transient femoral
neuropathy”
d. Robekan perineum derajat III atau IV
e. Rupture Uteri
f. Robekan perineum dan vagina yang luas
2. Komplikasi Fetal
a. Brachial plexus palsy
b. Fraktura Clavicle
c. Kematian janin
d. Hipoksia janin dengan atau tanpa kerusakan neurololgis permanen
e. Fraktura humerus
g. Paralisis plexus brachialis (Hakimi, 2003).
3.6. Pencegahan
Upaya pencegahan distosia bahu dan cedera yang dapat ditimbulkannya dapat
dilakukan dengan cara :
1. Tawarkan untuk dilakukan bedah sesar pada persalinan vaginal beresiko tinggi:
janin luar biasa besar (>5 kg), janin sangat besar (>4,5 kg) dengan ibu diabetes, janin
besar (>4 kg) dengan riwayat distosia bahu pada persalinan sebelumnya, kala II yang
memanjang dengan janin besar.
2. Identifikasi dan obati diabetes pada ibu.
3. Selalu bersiap bila sewaktu-waktu terjadi.
4. Kenali adanya distosia bahu seawal mungkin. Upaya mengejan, menekan
suprapubis atau fundus, dan traksi berpotensi meningkatkan resiko cedera pada
janin.
5. Perhatikan waktu dan segera minta pertolongan begitu distosia diketahui.
Bantuan diperlukan untuk membuat posisi McRoberts, pertolongan persalinan,
resusitasi bayi, dan tindakan anestesia (bila perlu).
3.9 Diagnosis
Hentikan traksi pada kepala, segera memanggil bantuan
Manuver McRobert
(Posisi McRobert, episiotomi bila perlu, tekanan suprapubik, tarikan kepala)
Manuver Rubin
(Posisi tetap McRobert, rotasikan bahu, tekanan suprapubik, tarikan kepala)
Lahirkan bahu posterior, atau posisi merangkak, atau Manuver Wood
g. Cek posisi bahu. Ibu diminta tidak mengejan. Putar bahu menjadi diameter
oblik dari pelvis atau anteroposterior bila melintang. Kelima jari satu tangan
diletakkan pada dada janin, sedangkan kelima jari tangan satunya pada punggung
janin sebelah kiri. Perlu tindakan secara hati-hati karena tindakan ini dapat
menyebabkan kerusakan pleksus syaraf brakhialis.
h. Meminta pendamping persalinan untuk menekan daerah supra pubik untuk
menekan kepala ke arah bawah dan luar. Hati-hati dalam melaksanakan tarikan ke
bawah karena dapat menimbulkan kerusakan pleksus syaraf brakhialis. Cara
menekan daerah supra pubik dengan cara kedua tangan saling menumpuk
diletakkan di atas simpisis. Selanjutnya ditekan ke arah luar bawah perut.
i. Bila persalinan belum menunjukkan kemajuan, kosongkan kandung kemih
karena dapat menganggu turunnya bahu, melakukan episiotomy, melakukan
pemeriksaan dalam untuk mencari kemungkinan adanya penyebab lain distosia
bahu. Tangan diusahakan memeriksa kemungkinan :
1. Tali pusat pendek.
2. Bertambah besarnya janin pada daerah thorak dan abdomen oleh karena
tumor.
3. Lingkaran bandl yang mengindikasikan akan terjadi ruptur uteri.
4. Mencoba kembali melahirkan bahu. Bila distosia bahu ringan, janin akan dapat
dilahirkan.
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Letak Sungsang merupakan suatu letak dimana bokong bayi merupakan bagian
rendah dengan atau tanpa kaki (keadaan dimana janin terletak memanjang dengan
kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri).
Pada presentasi bokong akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki terangkat ke
atas sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin. Dengan demikian
pada pemeriksaan dalam hanya dapat diraba bokong
Pada presentasi bokong kaki sempurna disamping bokong dapat diraba kaki
Pada presentasi bokong kaki tidak sempurna hanya terdapat satu kaki di samping
bokong, sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas. Pada presentasi kaki bagian
paling rendah adalah satu atau dua kaki.
1. Persalinan pervaginam
1) Persalinan spontan
2) Manual aid (partial breech extraction)
1. Penganut absolut
Semua bentuk letak sungsang harus dilakukan secsio sesarea, tanpa kecuali.
Secsio sesarea menjamin keberhasilan yang ingin dicapai, yaitu well born
baby dan well health mother
Distosia bahu adalah tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelah
kepala janin dilahirkan. Tanda dan gejala terjadinya distosia bahu yaitu : pada proses
persalinan normal kepala lahir melalui gerakan ekstensi. Pada distosia bahu kepala
akan tertarik ke dalam dan tidak dapat mengalami putaran paksi luar yang normal.
Ukuran kepala dan bentuk pipi menunjukkan bahwa bayi gemuk dan besar. Begitu
pula dengan postur tubuh parturien yang biasanya juga obesitas. Usaha untuk
melakukan putaran paksi luar, fleksi lateral dan traksi tidak berhasil melahirkan
bahu. Untuk penatalaksanaannya dengan melakukan episiotomi secukupnya dan
Manuver McRobert karena Manuver McRobert sebgai pilihan utama adalah sangat
beralasan. Karena manuver ini cukup sederhana, aman, dan dapat mengatasi
sebagian besar distosia bahu derajat ringan sampai sedang.
B. Saran
1. Ibu Hamil
Diharapkan kepada ibu selama dalam masa kehamilan agar melakukan kunjungan /
pemeriksaan kehamilan, untuk mengetahui perubahan berat badan pada ibu dan
bayi bertambah atau tidak sesuai dengan usia kehamilan ataupun ibu yang
mengalami riwayat penyakit sistematik. Agar nantinya bisa didiagnosa apakah ibu
bisa bersalin dengan normal atau tidak.
2. Petugas Kesehatan
Diharapkan kepada tenaga kesehatan khususnya bidan agar mampu menekan
AKI/AKB dengan cara mengurangi komplikasi-komplikasi yang terjadi pada ibu hamil
3. Penulis
Agar dapat meningkatkan pengetahuan maupun wawasan pembelajaran serta
pengalaman dalam praktek asuhan kebidanan. Khususnya mengenai asuhan
kebidanan ibu bersalin dengan komplikasi seperti distosia bahu.
4. Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menjadi bahan kajian maupun referensi dalam menambah
khazanah perpustakaan.
DAFTAR PUSTAKA
Defkes RI, 2004, Asuhan persalinan normal, jaringan Nasional Pelatihan klinik
Kesehatan Reproduksi : Jakarta
Saifudin Abdul B, 2002, Buku Panduan Praktis pelayanan Kesehatan Maternal dan
neonatal, Yayasan Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo : Jakarta