DOSEN PEMBIMBING :
DISUSUN OLEH :
KALIMANTAN TIMUR
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi menurut Word Health Organization (WHO)
adalah suau kecacatan fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya
bebas dari penyakit kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan
dengan system reproduksi, fungsi serta prosesnya. Atau suatu keadaan
dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu
menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman
(WHO, 2008) dalam Rudiansyah (2015).
Kista bartholini merupakan benjolan berbentuk kantong yang telah
mengandung cairan. Bekas abses bartholini yang telah sembuh nanahnya
dinitralisasi menjadi suatu cairan sepertilendir, tertimbun dalam lumen
karena salurannya buntu, sudah tidak sakit (dolor tidak ada), tidak berubah
warna (kolor sama dengankulit), dan sudah dapat dipergunakan untuk
jalan atau hubungan seksual (Manuaba, 2008) dalam Windaningsih
(2015).
Kista bartholini bisa tumbuh dari ukuran seperti kacang polong
menjadi besar dengan ukuran seperti telur. Kista bartholini ini tidak
menular secara seksual, meskipun penyakit menular seksual seperti gonore
adalah penyebab paling umum terjadinya infeksi pada kelenjar bartholini
yang berujung pada terbentuknya kista dan abses, sifilis ataupun infeksi
bakter lainnya yang juga dianggap menjadi penyebab terjadinya infeksi
pada kelenjar ini.
Penyebab kista bartholini dikarenakan tersumbat dan tertimbunnya
cairan dalam kelenjar tersebut. Penyumbatan ini disebabkan oleh infeksi
atau cedera. Jika infeksi terjadi dan terus berlanjut, maka cairan akan
berubah menjadi nanah (abses). Jenis bakteri yang sering menyebabkan
infeksi pada kelenjar ini antara lain: Eschericia coli (E. coli) dan penyakit
menular seksual seperti klamidia.
Kista bartholini tidak selalu menyebabkan keluhan, akan tetapi
kadang-kadang dirasakan sebagai benda berat dan menimbulkan kesulitan
pada saat coitus. Jika kistanya tidak besar dan tidak menimbulkan
gangguan, tidak perlu dilakukan tindakan apa-apa. Dalam hal ini perlu
dilakukan tindakan pembedahan, tindakan itu terdiri atas ekstirpasi, akan
tetapi tindakan ini bisa menyebabkan perdarahan. Akhir-akhir ini
dianjurkan marsupialisasi sebagai tindakan tanpa resiko dan dengan hasil
yang memuaskan. Pada tindakan ini setelah diadakan sayatan dan isi kista
dikeluarkan, dinding kista yang terbuka dijahit pada kulit yang terbuka
pada sayatan (Prawirohardjo, 2010).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk meningkatkan kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman
dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada gangguan system
reproduksi dengan kista Bartholini.
2. Tujuan Khusus
1) Melakukan pengumpulan data dan interpretasi dasar pada
gangguan system reproduksi dengan kista bartholini.
2) Menentukan diagnosa potensial pada gangguan system
reproduksi dengan kista bartholini.
3) Merencanakan antisipasi dan tindakan pada gangguan system
reproduksi
4) Melakukan pelaksanaan tindakan pada gangguan system
reprosuksi dengan kista bartholini.
5) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan pada gangguan system
reproduksi dengan kista bartholini.
KONSEP DASAR MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA
WANITA DENGAN KISTA KELENJAR BARTHOLINI
I. PENGKAJIAN
A. DATA SUBJEKTIF
Data subjektif diperoleh dengan cara melakukan anamnesa.
Anamnesa adalah pengkajian dalam rangka mendapatkan data pasien
dengan cara mengajukan pernyataan-pernyataan, baik secara langsung
maupun kepada keluarga pasien (Purwoastuti, 2014).
1. Identitas
Nama :
Umur :
Agama :
Suku/Bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Pola Keterangan
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran :
Tanda Vital :
Tekanan Darah :
Antropometri
Tinggi badan :
Berat badan :
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Ekstremitas :
Palpasi
Auskultasi
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pap smear
Untuk mengetahui kemungkinan adanya kanker / kista (mast,
2010)
2) Hitung darah lengkap
Penurunan Hb (Hemaglobin) dapat menunjukkan anemia kronis
sementara penurunan Ht (Hematokrit) menduga kehilangan
darah aktif, peningkatan SDP (Sel darah putih) dapat
mengindikasikan proses inflamasi / infeksi (salim, 2009).
b. Pemeriksaan Ginekologi
IV. INTERVENSI
V. IMPLEMENTASI
yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan
atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.
VII.EVALUASI
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kista bartholini adalah tumor paling lazim ini muncul sebagai suatu
pembengkakan dibagian posterolateal pada intritus biasanya secara unilateral
kista berdiameter 2 cm tetapi dapat menjadi 8 cm kista mengandung lendir
steril bila ditusuk, kecuali mengalami pembesaran ini biasanya asimptomatik
B. Saran
Untuk mencapai tujuan asuhan kebidanan yang diinginkan, perlu
menyediakan tenaga bidan yang berpotensi dan profesional untuk menunjang
pelaksanaan tugas yang akan datang
DAFTAR PUSTAKA