Oleh:
SRI WIDOWATI PRIHATININGSIH
NIM: 1377424520112
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memiliki anak yang tumbuh dan berkembang secara normal
merupakan idaman setiap orang tua, tetapi pada kenyataannya tidak
jarang dijumpai anak-anak yang mengalami gangguan perkembangan
yang mengakibatkan alur tumbuh kembangnya tidak mengikuti alur
perkembangan yang normal. Hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh
bawaan (faktor biologis), faktor lingkungan (nurture), maupun
kombinasi di antara keduanya. Salah satu faktor biologis yang dapat
menghambat tumbuh kembang anak adalah adanya abnormalitas
fungsi tiroid seperti hipotiroid (Yusuf dan Zulkarnain, 2017).
Hipotiroid kongenital adalah keadaan menurun atau tidak
berfungsinya kelenjar tiroid yang didapat sejak lahir. Hal ini terjadi
karena kelainan anatomi atau gangguan metabolisme pembentukan
hormon tiroid atau defisiensi iodium. Hormon Tiroid yaitu Tiroksin
yang terdiri dari Tri- iodotironin (T3) dan Tetra-iodotironin (T4),
merupakan hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid (kelenjar
gondok). Pembentukannya memerlukan mikronutrien iodium.
Hormon ini berfungsi untuk mengatur produksi panas tubuh,
metabolisme, pertumbuhan tulang, kerja jantung, syaraf, serta
pertumbuhan dan perkembangan otak. Dengan demikian hormon ini
sangat penting peranannya pada bayi dan anak yang sedang tumbuh.
Kekurangan hormon tiroid pada bayi dan masa awal kehidupan, bisa
mengakibatkan hambatan pertumbuhan (cebol/stunted) dan retardasi
mental (keterbelakangan mental), Hipotoroid kongenital perlu di
deteksi sedini mungkin untuk mencegah gangguan pertumbuhan
dan mencegah anak mengalami gangguan intelektual di
kemudian hari, terutama pada ibu hamil yang tinggal didaerah
endemik kekurangan iodium, dan pada ibu yang kurang asupan
yodium. ( Pedoman SHK, Kemenkes RI , 2014).
Secara garis besar dampak Hipotiroid Kongenital disebutkan
dalam Permenkes Nomor 78 tahun 2014 dalam lampiran yang intinya
menyatakan jika dampak terhadap anak dapat mengalami kecacatan
dan gangguan pertumbuhan fisik secara keseluruhan dan bagi
keluarga menjadi beban psikologis maupun ekonomi merawat anak
dengan retradasi mental, kemudian berdampak juga pada negara yang
akan menambah beban negara untuk menanngung pendidikan dengan
anak yang berkebutuhan khusus dan generasi bangsa menjadi tidak
berkualitas. Hipotiroid kongenital masih merupakan salah satu
penyebab tersering retardasi mental yang dapat dicegah.
Kelainan ini disebabkan oleh kurang atau tidak adanya hormon
tiroid sejak dalam kandungan. Hormon tiroid sudah diproduksi
dan diperlukan oleh janin sejak usia kehamilan 12 minggu.
Hormon tiroid mempengaruhi metabolisme sel diseluruh tubuh
sehingga berperan penting pada pertumbuhan dan
perkembangan anak (IDAI, 2010: 205)
Berdasarkan informasi yang di dapat dari IDAI, pada saat ini
lebih dari 1,7 juta orang di Indonesia berpotensi mengalami
gangguan tiroid. Hal tersebut akibat tingkat kesadaran dan
pemahaman masyarakat tentang gangguan tiroid ini masih
sangat rendah. Data yang dikumpulkan dari Unit Koordinasi Kerja
Endokrinologi Anak oleh Kemenkes RI dari tahun 2000‐2013,
Indonesia mempunyai kasus positif gangguan tiroid pada bayi yang
baru lahir sebanyak 1:2.736. Jumlah ini lebih tinggi jika
dibandingkan dengan berdasarkan rasio global yaitu 1:3000
kelahiran. ( IDAI, 2015. Bayi baru lahir harus skrining hipotiroid
kongenital ) Pada saat ini, data Hipertiroid Kongenital di Indonesia
baru dapat diperoleh dari RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta
dan RS Hasan Sadikin Bandung menyebutkan bahwa kejadian
Hipotiroid Kongenital tahun 2000 sampai dengan september 2014,
dari 213.669 bayi baru lahir yang dilakukan Skrinning Hipotiroid
Kongenital, didapatkan hasil positif berjumlah 85 bayi atau 1 : 2513
kelahiran (lebih tinggi dari rasio global 1: 3000 kelahiran). Jika angka
kelahiran sebanyak 5 juta bayi per tahun, dengan kejadian 1 : 3000
kelahiran maka terdapat lebih dari 1600 bayi dengan Hipotiroid
Kongenital per tahun yang akan terakumulasi tiap tahunnya.
( Infodatin (Yg ditulis nama pengarangnya) (pusat data informasi
Kemenkes RI), 2015, situasi dan analisis penyakit hipotiroid. Hlm 6)
Tanpa upaya deteksi dan terapi dini (Skrining) maka secara
kumulatif keadaan ini akan menurunkan kualitas sumber daya
manusia Indonesia di kemudian hari dan akan menjadi masalah
kesehatan masyarakat yang besar pada masa mendatang. Tujuan
Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) pada bayi baru lahir (Neonatus
) adalah menghilangkan atau menurunkan mortalitas, morbiditas dan
kecacatan akibat penyakit hipotiroid kongenital (Kementrian
Kesehatan RI, 2010). Insidens hipotiroid di Indonesia
diperkirakan jauh lebih tinggi lagi sebesar 1:1.500 kelahiran
hidup (IDAI 2010).Upaya ini diharapkan dapat menjamin bahwa
bayi yang menderita Hipotiroid Kongenital secepatnya didiagnosis
dan mendapatkan pengobatan yang optimal. Pengobatan optimal bisa
tercapai antara lain dengan kerjasama orang tua /keluarga. Setelah
konfirmasi diagnosis, harus secepatnya diberikan pengobatan
dengan L-T4. Sodium levotiroksin (Na-L tiroksin) merupakan
obat yang terbaik. Orang tua pasien harus diberikan penjelasan
mengenai kemungkinan penyebab hipotiroid, pentingnya
kepatuhan minum obat dan prognosisnya baik jika terapi
diberikan secara dini. Untuk neonatus yang terdeteksi pada
minggu-minggu awal kehidupan direkomendasikan untuk
memberikan dosis inisial seperti sebesar 10-15 µg/kg/hari karena
lebih cepat dalam normalisasi kadar T4 dan TSH.
Penjelasan kepada orang tua tentang skrining pada bayi baru
lahir dan keuntungan skrining ini bagi masa depan bayi akan
mendorong orang tua untuk mau melakukan skrining bagi bayinya.
Makin dini para orang tua mendapatkan penjelasan dan termotivasi,
makin besar kemungkinan skrining BBL dapat dilaksanakan
(Kementrian Kesehatan RI, 2014). Tingkat pemahaman orang tua
tentang pentingnya skrining ini perlu ditingkatkan, sebab perilaku
yang tidak tepat dan kurangnya pengetahuan berkontribusi terhadap
morbiditas dan mortalitas anak (Unicef, 2012). Kekurangan hormon
yang dialami bayi sejak lahir ini dapat mengakibatkan gangguan
pertumbuhan, perkembangan dan keterbelakangan mental.
Gangguan tumbuh kembang ini akan berakibat peningkatan
morbiditas , mortalitas, disabilitas, beban psikososial dan
kerugian ekonomi. Bila tidak dilakukan intervensi, diperkirakan
pada 16-26 tahun mendatang sekitar 24.000-39.000 penduduk
Indonesia berpotensi menyandang keterbelakangan mental.
Kerugian yang harus di tanggung Negara diperkirakan mencapai
5.000-8.000 triliyun rupiah, dengan asumsi bahwa setiap
tahunnya Negara merugi sebesar 309 triliyun.
Menurut data hasil laporan Kesehatan Ibu dan Anak di
wilayah di Puskesmas Susukan 1 , Kabupaten Banjarnegara tahun
2019 terdapat ibu bersalin sebanyak 724 , kelahiran hidup sebanyak
722 dan 2 lahir mati. Untuk Neonatus yang di lakukan skrining
Hipotiroid Kongenital sebanyak 141 Neonatus atau baru sebanyak
19% . Hal ini disebabkan karena masih rendahnya pengetahuan
orangtua tentang pentingnya skrining Hipotiroid Kongenital, sehingga
ada neonatus yang tidak di ijinkan dilakukan skrining karena orangtua
merasa kasihan bayinya diambil darahnya.
Meskipun upaya untuk meningkatkan pengetahuan orangtua
tentang pentingnya skrining Hipotiroid Kongenital sudah dilakukan,
baik penyuluhan kesehatan dengan menggunakan leaflet maupun
penyuluhan kelompok, tetapi hal ini belum membuahkan hasil
yang maksimal, cakupan bayi yang dilakukan Skrining
Hipotiroid Kongenital masih rendah. Hal ini dimungkinkan
media penyuluhan yang digunakan kurang efektif sehingga ibu
belum memahami Skrining Hipotiroid Kongenital, sehingga
media lain seperti video bisa digunakan untuk penyuluhan
Skrining Hipotiroid Kongenital
Berdasarkan hal di atas, maka penulis tertarik mengadakan
penelitian tentang Efektifitas Penyuluhan Kesehatan Dengan Media
Video Untuk Meningkatkan Pengetahuan Ibu Nifas tentang Skrining
Hipotiroid Kongenital (SHK) Pada Neonatus. Penelitian ini baru
pertama kali dilakukan di Puskesmas Susukan 1.
B. Rumusan Masalah
Meskipun upaya untuk meningkatkan pengetahuan
orangtua tentang pentingnya skrining Hipotiroid Kongenital
sudah dilakukan, baik melalui konseling menggunakan leaflet
maupun penyuluhan kelompok, tetapi cakupan bayi yang
dilakukan Skrining Hipotirod masih sangat rendah. Untuk
Tahun 2019, di Puskesmas Susukan 1 dari 722 kelahiran hidup,
baru 144 (19%) bayi yang dilakukan Skrining Hipotiroid
Kongnital.
Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, maka rumusan
masalah yang ingin diangkat oleh penulis yaitu
“Bagaimana Efektifitas Penyuluhan Kesehatan Dengan Media
Video Untuk Meningkatkan Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Skrining
Hipotiroid Kongenital (SHK) Pada Neonatus”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mendeskripsikan “Efektifitas Penyuluhan Kesehatan
Dengan Media Video Untuk Meningkatkan Pengetahuan Ibu nifas
tentang Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) Pada Neonatus “
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mendeskripsikan Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas
tentang Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) Pada Neonatus “
b. Untuk mendeskripsikan pengetahuan ibu Nifas tentang
Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) Pada Neonatus sebelum
diberikan penyuluhan kesehatan dengan video, dibandingkan
dengan media leaflet
c. Untuk menganalisa efektifitas penyuluhan kesehatan tentang
Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) Pada Neonatus dengan
media video.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat ilmiah
Hasil penelitian ini selain diharapkan menjadi referensi serta
bahan acuan bagi peneliti selanjutnya, dan manfaat yang lebih besar
diharapkan adalah dengan Skrining Hipotiroid kongenital akan
membantu menurunkan resiko morbiditas , mortalitas,
disabilitas, beban psikososial dan kerugian ekonomi
2. Manfaat praktis
a. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman
dan wawasan peneliti serta sebagai media untuk menerapkan ilmu
yang telah didapatkan selama di bangku perkuliahan.
b. Bagi Institusi Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai tambahan informasi
yang nantinya dapat dijadikan pertimbangan dalam pembuatan
kebijakan khususnya yang berkaitan dengan Skrining Hipotiroid
Kongenital (SHK) Pada Neonatus.
3. Manfaat Komunitas
N Judul dan
Metode Penelitian Hasil
o Pengarang
1 Gambaran Penelitian deskriptif Dari hasil penelitian
Pengetahuan Ibu dengan pendekatan didapatkan bahwa
Menyusui tentang studi kasus pada 21 pengetahuan responden
Skrining Hipotiroid partisipan ibu nifas tentang keuntungan
pemeriksaan skrining
Kongenital di
hipotiroid kongenital
RSUP dr. Wahidin terhadap tumbuh
Sudirohusodo kembang anak dengan
Makassar tahun kriteria baik adalah 13
2014 (65%), dan kurang baik
Pengarang, sebanyak 7 (35%),
Nurfadillah dimana jumlah
keseluruhan responden
yaitu 20 (100%).
2 Peran Puskesmas Penelitian ini Dalam hal
Dalam Pelaksanaan bersifat deskriptif, Kebijakan
Skrinning penelitian ini pada pemerintah
Hipotiroid umumnya Kabupaten OKU
Timur mengenai
Kongenital Untuk bertujuan untuk
program Skrinning
Menjamin mendeskripsikan Hipotiroid
Kesehatan Anak Di secara sistematis, Kongenital SHK
Puskesmas faktual dan akurat ini pemerintah
Kabupaten Oku terhadap suatu memiliki Kebijakan
Timur populasi atau untuk mendukung
Pengarang, daerah programSkrinning
Charunia tertentu.Dalam Hipotiroid
Anggraini; Y.Budi penelitian ini yaitu Kongenital tersebut
Sarwo dan Hadi tentang Peran dengan menerbit
Sulistyanto kan Peraturan
Puskesmas dalam
daerah yang diatur
pelaksanaan
dalam Peraturan
Skrinning Daerah OKU Timur
Hipotiroid No. 6 tahun 2016
Kongenital. tentang
pembentukan dan
susunan perangkat
daerah Kabupaten
OKU Timur. Dalam
dalam Kebijakan
nya daerah OKU
Timur membagi
kedudukan dan
tugas oraganisasi
daerah baik tugas
dan fungsinya
N Judul dan
Metode Penelitian Hasil
o Pengarang
dalam Peraturan
Bupati Kabupaten
OKU Timur No. 33
tahun 2016 tentang
kedudukan, susunan
organisasi, tugas
dan fungsi, serta
tata kerja dinas‐
dinas daerah.
3 Perbedaan Penelitian ini Hasil penelitian ada
Pengetahuan Ibu menggunakan perbedaan
Hamil Tentang metode penelitian pengetahuan sebelum
Skrining Hipotiroid yaitu Pra- dan sesudah
Kongenital Sebelum Eksperimen dengan diberikan
dan Sesudah pendekatan one penyuluhan yang
Diberikan group pre test-post menunjukkan bahwa
Penyuluhan Di test design. Dimana adanya peningkatan
Puskesmas Tanah penelitian ini nilai mean pre test
Tinggi Kota dilakukan dengan dengan mean post
Tangerang Tahun cara memberikan test dari 65,774
2019 pre test ter lebih menjadi 82,843.
Pengarang dahulu sebelum Sedangkan nilai
YennyAulya, diberikan standar deviasi pre
Suprihatin, intervensi, setelah test dengan standar
Dianoviani itu diberikan deviasi post test dari
intervensi, 17,3733 menjadi
kemudian dilakukan 6,8429. Dapat
post test . Teknik dilihat bahwa
pengambilan jumlah responden
sampel yang menjawab
menggunakan benar pada seluruh
purposive sampling, kelompok pertanyaan
yaitu suatu metode menjadi meningkat.
pengambilan Hasil penelitian
sampel yang menunjukkan bahwa
didasarkan pada ada nya peningkatan
suatu pertimbangan pengetahuan ibu
tertentu yang hamil tentang
dibuatoleh peneliti Skrining Hipotiroid
sendiri, Kongenital sebelum
berdasarkan ciri dan sesudah diberikan
atau sifat-sifat penyuluhan.
populasi yang
sudah diketahui
sebelumnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di
luar sekolah (baik formal maupun non formal), berlangsung
seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin
tinggi pendidikan seseorang, makin mudah orang tersebut untuk
menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi, maka seseorang
akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang
lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang
masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang
kesehatan.
1. Hipotiroid Kongenital
a. Definisi
Hipotiroid Kongenital adalah keadaan menurun
atau tidak berfungsinya kelenjar tiroid yang didapat sejak lahir.
Hal ini terjadi karena kelainan anatomi atau gangguan
metabolisme pembentukan hormon tiroid atau defisiensi iodium.
(Buku Pedoman SHK, Kemenkes RI, 2014)
Hormon Tiroid yaitu Tiroksin yang terdiri dari Tri-
iodotironin (T3) dan Tetra-iodotironin (T4), merupakan hormon
yang diproduksi oleh kelenjar tiroid (kelenjar gondok).
Pembentukannya memerlukan mikronutrien iodium. Hormon ini
berfungsi untuk mengatur produksi panas tubuh, metabolisme,
pertumbuhan tulang, kerja jantung, syaraf, serta pertumbuhan
dan perkembangan otak. Dengan demikian hormon ini sangat
penting peranannya pada bayi dan anak yang sedang tumbuh.
Kekurangan hormon tiroid pada bayi dan masa awal kehidupan,
bisa mengakibatkan hambatan – hambatan pertumbuhan
(cebol/stunted) dan retardasi mental (keterbelakangan mental).
Perjalanan hormon tiroid dalam kandungan dapat
dijelaskan sebagai berikut. Selama kehamilan, plasenta berperan
sebagai media transportasi elemen-elemen penting untuk
perkembangan janin. Thyroid releasing hormone (TRH) dan
iodium yang berguna untuk membantu pembentukan hormon
tiroid (HT) janin bisa bebas melewati plasenta. Demikian juga
hormon tiroksin (T4). Namun disamping itu, elemen yang
merugikan tiroid janin seperti antibodi (TSH receptor antibody)
dan obat anti tiroid yang dimakan ibu, juga dapat melewati
plasenta. Sementara TSH, yang mempunyai peranan penting
dalam pembentukan dan produksi HT, justru tidak bisa melewati
plasenta.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keadaan
hormon tiroid dan obat- obatan yang sedang dikonsumsi ibu
sangat berpengaruh terhadap kondisi hormon tiroid janinnya.
Bayi Hipotioid Kongenital yang baru lahir dari ibu bukan
penderita kekurangan iodium, tidak menunjukkan gejala yang
khas sehingga sering tidak terdiagnosis. Hal ini terjadi karena
bayi masih dilindungi hormon tiroid ibu melalui plasenta. Di
daerah endemik kekurangan iodium (daerah GAKI), ibu rentan
menderita kekurangan iodium dan hormon tiroid sehingga tidak
bisa melindungi bayinya. Bayi akan menunjukkan gejala lebih
berat yaitu kretin endemik. Oleh karena itu, dianjurkan untuk
dilakukan skrining terhadap ibu hamil di daerah GAKI
menggunakan spesimen urin untuk mengetahui kekurangan
iodium. Lebih dari 95% bayi dengan Hipotiroid Kongenital
biasanya tidak memperlihatkan gejala saat dilahirkan. Kalaupun
ada sangat samar dan tidak khas. Tanpa pengobatan, gejala akan
semakin tampak dengan bertambahnya usia. Skining yang telah
dilakukan untuk mendeteksi resiko hipotiroid kongenital
adalah dengan menggunakan form NHI (Neonatal
Hipotiroid Index). Program skrining hipotiroid kongenital baik
melalui NHI maupun SHK, secara program sudah diintegrasikan
dalam Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM). Dalam MTBM,
salah satu tata laksana yang wajib dilakukan adalah deteksi dini
hipotiroid kongenital melalui form NHI saat bidan melakukan
kunjungan neonatal. (Kementerian Kesehatan RI. Pedoman
Deteksi Dini Kretin bagi Petugas Kesehatan. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI; 2014).
Tabel 2.1
NO GEJALA KLINIS SKOR
1 Gangguan Makan 1
2 Konstipasi 1
3 Tidak Aktif 1
4 Hipotoni 1
5 Hernia umbilikalis (>0.5cm) 1
6 Makroglosi 1
7 Kutis marmorata 1
8 Kulit kering 1,5
9 Ubun-ubun besar lebar (>0.5cm) 1,5
10 Faeses khas 3
TOTAL 13
5. Media
a. Definisi Media
Media berasal dari kata mediu yang berarti tengah,
pengantar, perantara. Media juga diartikan sebagai wahana
penyalur pesan. Media menurut Heinich (2012) mengemukakan
bahwa mendia adalah perantara yang mengantar informasi antara
sumber kepada penerima.
2) Media elektronik
Media ini merupakan media yang bergerak dan
dinamis, dapat dilihat dan didengar dan penyampainnya
melalui alat bantu elektronika. Yang termasuk dalam media
ini yaitu televisi, radio, video, slide dan film strip. Kelebihan
media ini yaitu sudah dikenal masyarakat, mengikutkan
panca indera dan lebih menarik. Kekurangan dari media ini
yaitu perlu persiapan matang, biaya tinggi, sedikit rumit dan
perlu keterampilan penyimpanan. ( Notoatmodjo, Soekidjo.
2014)
Bab 2)
Faktor Predisposisi
- Tingkat Pengetahuan
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Media Leaflet
Media Video Pengetahuan Ibu
B. Hipotesa Penelitian
Hipotesis berasal dari kata hupo dan thesis, hupo artinya sementara
kebenarannya dan thesis artinya pernyataan atau teori. Jadi hipotesis adalah
pernyataan sementara yang akan diuji kebenarannya. Hipotesis ini merupakan
jawaban sementara berdasarkan pada teori yang belum dibuktikan dengan
data atau fakta. Pembuktian dilakukan dengan pengujian hipotesis melalui uji
statistik. Hipotesa adalah kunci jawaban sementara dari penelitian dengan
atau dalil sementara yang kebenaranya akan dibuktikan dalam penelitian
tersebut (Notoatmodjo, 2014).
Parameter
N Alat Skala
Variabel Definisi Operasional dan
o Ukur Pengukuran
Kategori
1 Penyuluha Kegiatan penyuluhan - - -
n kesehatan kepada ibu
Kesehatan nifas dengan media
Melalui video tentang Skrining
Video Hipotiroid Kongenital
meliputi:
- Pengertian HK
- Pengertian SHK
- Manfaat SHK
- Dampak bila
diagnosis HK
ditegakkan sedini
mungkin
SKAL
No VARIABEL KATEGORI SKOR Cara Ukur
A
Nop 2020 Des 2020 Jan 2021 Feb 2021 Mar 2021
N KEGIATAN
O 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan
1 proposal dan
konsultasi
Seminar
3
proposal
Revisi
4
proposal
Pelaksanaan
5
penelitian
Penyusunan
6 laporan
penelitian
Ujian hasil
7
penelitian
Revisi dan
8
penjilidan