Diajukan sebagai salah satu syarat mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan
Disusun Oleh :
NIM 06.13.11.844
BANJARBARU
2016
HALAMAN PERSETUJUAN
Disusun Oleh:
Nuni Puspita Sari
NIM 06.13.11.844
Telah memenuhi persyaratan dan disetujui untuk uji karya tulis ilmiah
Akademi kebidanan banua bina husada banjarbaru
Pembimbing,
Rusmadi, M.Kes
NIP
HALAMAN PENGESAHAN
HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN KETUBAN
PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANJARBARU
KABUPATEN BANJAR TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
Disusun Oleh:
Nuni Puspita Sari
NIM 06.13.11.844
Telah memenuhi persyaratan dan disetujui untuk uji karya tulis ilmiah
Akademi kebidanan banua bina husada banjarbaru
NIK……………… ……………..
Mengetahui,
Direktur Akademi Kebidanan Banua Bina Husada
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam karya tulis ilmiah ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademik disuatu
Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Assalamu’alaikum Wr . Wb
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul “Hubungan Usia dan Paritas Ibu dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di
Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru Kabupaten Banjar Tahun 2015”, guna
melengkapi persyaratan untuk mendapat gelar DIII Kebidanan pada Akademi
Kebidanan Banua Bina Husada Banjarbaru.
Karya Tulis Ilmiah ini dapat terwujud atas bantuan, bimbingan serta
dorongan dari perbagai pihak. Pada kesempatan ini peneliti dengan segala
kerendahan hati mengucapkan banyak terimakasih kepada:
Banjarbaru, 2016
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
(Nugroho, 2012).
Air ketuban adalah cairan yang mengisi ruangan yang dilapisi oleh
selaput janin (amnion dan korion). Selaput amnion adalah suatu membran
yang kuat dan ulet, tetapi lentur. Selaput ini merupakan jaringan yang
2013).
akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu
peningkatan. Hal ini dapat menyebabkan kematian pada ibu dan janin
sehingga akan terjadi peningkatan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
kehamilan secara rutin untuk mendeteksi sedini mungkin tanda dan gejala
ditangani secara cepat dan tepat guna mengurangi komplikasi dari ketuban
secara langsung pada selaput ketuban atau asenderen dari vagina atau
2010).
(2013) didapatkan hasil bahwa usia (82,1%) dan paritas (66,3%) dapat
Pada tahun 2007 Angka Kematian Ibu (AKI) 228 per 100.000
signifikan yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih jauh
orang per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKI)
Banjarmasin pada tahun 2012 sebanyak 127 orang (8,62%) dari 1.472
orang (5,17%), dari 1.682 persalinan, dan meningkat pada tahun 2014
Banjarbaru pada tahun 2013 jumlah total persalinan sebanyak 920 orang,
53 orang (5,77%), dan ketuban pecah dini sebanyak 125 orang (13,59%).
Pada tahun 2014 jumlah total persalinan sebanyak 1.308 orang, dengan
sebanyak 20 orang (1,37%), dan ketuban pecah dini sebanyak 168 orang
(11,45%).
Sakit Umum Daerah Banjarbaru pada tahun 2013 sebanyak 125 orang
jumlah menjadi sebanyak 168 orang (11,45%), namun bila dilihat dari
prosentasi dalam persen terjadi penurunan, akan tetapi masih cukup tinggi.
disebabkan oleh kelainan letak, infeksi, kelainan serviks, gameli, usia dan
paritas. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih
lanjut tentang “Hubungan Usia Ibu dan Paritas dengan Kejadian Ketuban
penelitian ini adalah ”Apakah Ada Hubungan Usia Ibu dan Paritas dengan
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Tahun 2015
Tahun 2015
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Akademis
menambah pengetahuan yang telah ada tentang usia dan paritas dengan
2. Secara Praktis
a. Bagi Peneliti
Banjarbaru.
Banjarbaru.
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup materi dalam penelitian ini adalah hubungan usia ibu
dan paritas ibu bersalin dengan kejadian ketuban pecah dini di Ruang
Banjarbaru.
F. Keaslian Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Pengertian
ibu melalui jalan lahir atau jalan lain, yang kemudian janin dapat hidup
letak belakang kepala atau ubun - ubun kecil, tanpa memakai alat
(Anggraeni, 2012).
konsepsi yang dapat hidup diluar uterus melalui vagina ke dunia luar
(Sondakh, 2013).
keluarnya cairan dari jalan lahir atau vagina sebelum proses persalinan
(Fadlun, 2011)
kemungkinan, yaitu:
peregangan.
b. Teori Keregangan
serviks.
bertambah.
2) Pengeluaran Lendir dengan Darah
pecah
3) Pengeluaran Cairan
24 jam.
a) Perlunakan serviks
b) Pendataran serviks
c) Pembukaan serviks
3. Jenis-Jenis Persalinan
a. Persalinan Spontan
tenaga sendiri
b. Persalinan Buatan
lain
c. Persalinan Anjuran
(Sondakh, 2013)
a. Penumpang (Passenger)
Jalan lahir terbagi atas dua yaitu jalan lahir keras dan jalan lahir
lunak. Hal - hal yang perlu diperhatikan dari jalan lahir adalah
introitus vagina.
c. Kekuatan (Power) (Sondakh, 2013)
turun.
berikut:
panggul
(Mochtar, 2011)
persalinan
proses persalinan
c) Saudara kandung bayi selama proses persalinan
1) Fase Laten
2) Fase Aktif
a) Fase akselerasi
3 cm menjadi 4 cm
c) Fase deselerasi
menjadi lengkap.
b. Kala II (Kala Pengeluaran Janin)
bahu belakang
b) Setelah kedua bahu lahir, ketiak dikait untuk melahirkan
ini:
bawah rahim
Kala ini dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama
2) Perdarahan
3) Kandung kemih
4) Luka
Ada luka jahitan atau tidak, periksa jahitan dalam kondisi baik
atau tidak, dan periksa ada perdarahan pada luka atau tidak
5) Plasenta
6) Keadaan Umum
dan suhu
7) Bayi
(Sondakh, 2013)
6. Komplikasi Dalam Persalinan (Fadlun, 2011)
a. Preeklamsia
dengan penambahan berat badan ibu yang cepat akibat tubuh ibu
b. Persalinan prematur
(kokain)
2009).
c. Postmatur
sebagai berikut:
progesteron
dan pleksus
5) Herediter
d. Polihidramnion
e. Kelainan Letak
berikut:
berikut:
paha janin ekstensi dan satu atau kedua lutut atau kaki
2) Letak lintang
f. Kehamilan Ganda
(Rohani, 2010)
g. Persalinan lama
1) Kelainan His
2) Kelainan Janin
h. Distosia Bahu
pada bayi dengan berat lahir yang lebih besar, meski demikian
5) Multiparitas
melalui talai pusat dan plasenta. Putusnya tali pusat sering terjadi
pada janin kecil, prematur, atau bayi berada pada posisi breech.
Putusnya tali pusat juga dapat terjadi jika ketuban sudah pecah
a. Definisi
adalah suatu membran yang kuat dan ulet, tetapi lentur. Selaput ini
bahwa air ketuban ini berasal dari lapisan amnion, terutama dari
sebagai berikut:
(1) Jumlah volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan kira -
kira 1000-1500 cc
(3) Reaksinya agak alkali atau netral, dengan berat jenis 1,008
(4) Komposisinya terdiri atas 98% air, sisanya albumin, urea, asam
janin
(6) Peredaran air ketuban dengan darah ibu cukup lancar dan
akibat benturan
(12) Pada saat kantong amnion pecah, air ketuban yang keluar
(3) Steril
ketuban. Sel - sel epitel ketuban mensekresi kolagen tipe III dan IV
a. Definisi
Rahmawati, 2012).
b. Etiologi
dini, yaitu:
semakin tinggi
dengan berat badan lebih dari atau sama dengan 500 gram yang
kali
tahun, ini karena ibu sudah hamil atau uterus sudah pernah
2008).
Kurniawati, 2012).
warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena
a) Devaskularisasi
berkurang
1) Terhadap Janin
morbiditas perinatal
2) Terhadap ibu
e. Diagnosa
e) Gejala chorioamnionitis
amnion:
amnion 7,0-7,5
a) Anamnesa
cairan tersebut, his belum teratur atau belum ada, tidak ada
pengeluaran darah
b) Inspeksi
anterior
c) Pemeriksaan dalam
Tanda dan Gejala Selalu Tanda dan Gejala Kadang Ada Diagnosis
Ada Kemungkinan
f. Komplikasi
dalam 1 minggu.
2) Infeksi
4) Deformitas Janin
1) Konservatif
intrauterine)
2) Aktif
persalinan diakhiri.
h. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Penyebab Terjadinya Ketuban
Pecah Dini
1. Usia
lebih dari atau sama dengan 500 gram yang pernah dilahirkan
kalinya
kali
dari 5 kali
atau lebih
dini terutama usia lebih dari 35 tahun, ini karena ibu sudah
kerangka teori yang baku, maka kita bisa mengadopsi kerangka teori
dibuat dari pohon masalah (pathway) penyakit tertentu sesuai dengan area
diatas maka kerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Kala 1 persalinan Klien mengaku sudah Kesiapan proses
merencanakan kehamilan persalinan
sejak lama
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
1. Jenis Penelitian
2010).
2015
B. Kerangka Konsep
Kerangka konsep memuat teori, dalil atau konsep - konsep yanga akan
Berdasarkan teori diatas untuk lebih jelas dapat dilihat bagan kerangka
Umur
Ketuban Pecah Dini
Paritas
Kelainan Letak
Infeksi
Serviks Inkompeten
Gameli
Gambar 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan:
C. Variabel Penelitian
variabel yan dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel
ini adalah ibu yang mengalami ketuban pecah dini pada tahun 2015.
D. Hipotesis
1. Ada Hubungan Antara Usia Ibu dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini
E. Definisi Operasional
2. Lama hidup
responden 1. Tidak aman
Umur terhitung Dokumentasi Buku Nominal (< 20 dan >
mulai saat Register 35 tahun)
dilahirkan 2. Aman (20 -
35 tahun)
3. Jumlah anak
yang 1. Tidak aman
Paritas dilahirkan ibu Dokumentasi Buku Nominal (1 dan > 3)
baik hidup Register 2. Aman (2 - 3)
atau mati
Sedangkan, variabel pada terikat yaitu ibu yang mengalami ketuban pecah
1. Populasi
2. Sampel
data sekunder berupa data yang diperoleh dari Rumah Sakit (RS)
Banjarbaru. Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain,
I. Jalannya Penelitian
1. Persiapan
penelitian.
2. Pelaksanaan
3. Penyelesaian
J. Analisis Data
bebas dan variabel terikat. Analisis data yang dilakukan untuk melihat
hubungan antar kedua variabel ini yakni menggunakan uji Chi Square
(menggunakan SPSS versi 16) dengan tingkat kepercayaan 95% dari nilai
α 0,05 jadi apabila nilai p (probabilitas) > 0,05 maka H0 diterima yang
berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel independen dan
x2 : Nilai Chi-kuadrat
Prinsip dasar uji chi square adalah membandingkan frekuensi yang terjadi
observasi dengan nilai frekuensi harapan sama, maka dikatakan tidak ada
hubungan yang bermakna. Syarat uji chi square adalah sebagai berikut:
(Hastomo, 2007)
1. Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan kurang dari 5 lebih
2. Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai observasi kurang dari 1.
yaitu apabila nilai p < 0.05 maka hipotesis diterima (H0 diterima) dan
3. Tidak ada cell dengan nilai frekuensi kenyataan atau disebut juga
ada sel yang mempunyai nilai harapan kurang dari 5 maka rumus
A. Hasil Penelitian
8.213 m2, dengan luas bangunan 5.049 m2, dan memiliki tempat tidur
sebanyak 137 buah. Berikut ini merupakan fasilitas dan sarana yang
spesialis syaraf, poli umum, poli spesialis gizi, poli spesialis gizi
dan mulut)
b. Pelayanan gawat darurat (24 jam)
perinatal)
Tabel 4.1
Keadaan Ketenagaan RSUD Banjarbaru Tahun 2015
2015.
Pecah Dini
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Berdasar Ibu Bersalin Yang Mengalami
Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru
Tahun 2015
orang (11.45%)
b. Distribusi Frekuensi Berdasar Kelompok Umur Ibu
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Berdasar Kelompok Umur Ibu Bersalin Yang
Mengalami Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Umum Daerah
Banjarbaru
Tahun 2015
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Paritas Ibu Bersalin yang
Mengalami Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Umum Daerah
Banjarbaru
Tahun 2015
Tabel 4.5
Hubungan Usia Ibu dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Di
Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru
Tahun 2015
Ibu Bersalin
bersalin dengan umur tidak aman (< 20 tahun dan > 35 tahun)
besar juga tidak mengalami ketuban pecah dini sebanyak 865 orang
ada hubungan usia ibu dengan kejadian ketuban pecah dini. Nilai
Tabel 4.6
Hubungan Paritas dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di Rumah
Sakit Umum Daerah Banjarbaru
Tahun 2015
Ibu Bersalin
Paritas Mengalami Tidak Total P
KPD Mengalami Value
KPD OR
n % N % n %
Tidak Aman (1 dan > 3
anak) 97 14.6 567 85.4 664 100
Aman (2 – 3 anak) 0.001
1.764 (1.274 –
71 8.8 732 91.2 803 100 2.442)
Total 168 11.5 1.299 88.5 1.467 100
bersalin dengan paritas tidak aman (1 dan > 3 anak) sebanyak 664
besar juga tidak mengalami ketuban pecah dini sebanyak 732 orang
B. PEMBAHASAN
tidak mengalami ketuban pecah dini dan sebanyak 168 orang (11.45%)
letak.
merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak
seperti bau amniak, kemungkinan cairan tersebut masih merembes atau
menetes, dengan cairan ciri picat dan bergaris warna darah. Cairan ini
kelahiran. Tetapi bila ibu duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah
Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin
ibu seperti terjadi infeksi, peritonitis, septicemia, serta dry labour, ibu
menjadi mudah lelah, partus menjadi lama, suhu badan meningkat, dan
nadi cepat (Ani, 2013). Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah
diagnosa ketuban pecah dini tidak sukar dibuat anamnesa pada klien
masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi, bila usia
letak lintang dilakukan seksio secarea. Bila ada tanda infeksi, berikan
yang mengalami ketuban pecah dini dengan umur tidak aman sebanyak
orang (45.83%).
kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk keahamilan dan
kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 29
tahun. Kematian meningkat kembali setelah usia 30 - 35 tahun (Ani,
2013).
orang (42.26%).
atau sama dengan 500 gram yang pernah dilahirkan hidup maupun
mati. Bila berat badan tidak diketahui maka dipakai umur kehamilan,
kali
tahun, ini karena ibu sudah hamil atau uterus sudah pernah besar
bersalin dengan umur tidak aman (< 20 tahun dan > 35 tahun)
besar juga tidak mengalami ketuban pecah dini sebanyak 865 orang
dapat dilihat ada hubungan yang bermakna antara usia ibu bersalin
Hasil nilai odd ratio (RO) menunjukan bahwa ibu yang memiliki umur
dini 2.355 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang memiliki
usia tidak aman ( < 20 – > 35 tahun). Usia ibu bersalin yang tidak
aman ( > 35 tahun ) sebanyak 52 orang (57.14%) dan usia ibu tidak
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Faradila
antara usia (p=0,649) dengan kejadian ketuban pecah dinidi RSUD dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2011. Namun, hal ini sejalan
janin. Jika seseorang hamil pada usia kurang dari 20 tahun dianggap
bersalin dengan paritas tidak aman (1 dan > 3 anak) sebanyak 664
ketuban pecah dini di RSUD Banjarbaru Tahun 2015. Hasil nilai odd
anak) berpeluang untuk tidak mengalami ketuban pecah dini 1.764 kali
lebih besar dibandingkan dengan ibu yang memiliki paritas tidak aman
( 1 – > 3 anak). Paritas ibu bersalin yang tidak aman ( > 3 anak )
selaput ketuban dengan baik (Varney, 2008). Hal ini juga sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Vaisatun di RSUD Pambalah
terjadi pada ibu bersalin primipara. Paritas adalah jumlah janin dengan
berat badan lebih dari atau sama dengan 500 gram yang pernah
dilahirkan hidup maupun mati. Bila berat badan tidak diketahui maka
sudah hamil anttara lain seperti nulipara adalah wanita yang belim
yang pernah satu kali melahirkan bayi mencapai tahap mampu hidup,
multipara adalah wanita yang telah melahirkan dua janin atau lebih
grande multipara adalah wanita yang telah melahirkan lima anak atau
lebih.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sebagian besar ibu bersalin dari 1.467 sebanyak 1.299 orang (88.55%)
tidak mengalami ketuban pecah dini dan sebagian kecil sebanyak 168
4. Ada hubungan usia ibu dengan kejadian ketuban pecah dini dengan
5. Ada hubungan paritas ibu dengan kejadian ketuban pecah dini dengan
1. Bagi Peneliti
Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta : EGC
Rohani, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan. Jakarta : Salemba
Medika
Sondakh, Jenny. 2013. Asuhan Kebidanan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta :
Erlangga
Wawan dan Dewi. 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Manusia Dilengkapi dengan Contoh Kuisioner. Jakarta: Mutia
Medika
Cunningham. (2006). Paritas dan kerangka teori KPD
http://midwivery2.blogspot.co.id/2013/10/karakteristik.html?m=1
(diakses pada tanggal 10 Mei 2016 Pkl. 16.15 WITA).
varney. (2008). Konsep Dasar Paritas
http://dr-suparyanto.blogspot.co.id/2011/02/konsep-dasar-paritas.html?m=1
(diakses pada tanggal 10 Mei 2016 Pkl 16.30 WITA).
SDKI. (2012). AKI & AKB
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2012.pdf
(diakses pada tanggal 10 Mei 2016 Pkl 16.40 WITA).
DEPKES RI. (2013). Kejadian Ketuban Pecah Dini
http://www.google.co.id/search?hl=id=ISO-8859
1&q=kejadian+kpd+menurut+Depkes+2013.
(diakses pada tanggal 10 Mei 2016 Pkl 16.45 WITA).
Anggraeni. (2012) Pengertian Persalinan Normal
http://midwevery2.blogspot.co.id/2013/10/peresalinan.html?m=1
Eni nur rahmawati. (2012) Pengertian KPD
http://sulfianasiraj.blogspot.co.id/2014/09/proposal-ketuban-pecah-dini.html?m=1
(diakses pada tanggal 10 Mei 2016 Pkl 16.50 WITA).
Ade kurniawati (2012) Ketuban Pecah Dini
http://adekurniawati906.blogspot.com/
(diakses pada tanggal 10 Mei 2016 Pkl 16.55 WITA).
Winkjosastro (2008) Paritas
http://uliltegar.blogspot.com.co.id/2014/03/tinjauan-teori-hubungan-paritas-
pre.html?m=1
(diakses pada tanggal 10 Mei 2016 Pkl 19.00 WITA).
ani. (2013). Pengaruh KPD Pada Ibu
http://ejurnal.akbidpantiliwasa.ac.id/index.php/kebidanan/article
(diakses pada tanggal 10 Mei 2016 Pkl 19.10 WITA).
Eni Kurniawati. (2011). Paritas
http://www.academia.edu/19666034/KETUBAN_PECAH_DINI_OBSTET
(diakses pada tanggal 10 Mei 2016 Pkl 20.00 WITA).
Faradila 2012. Hubungan Paritas Dan Usia Ibu Dengan Ketuban Pecah Dini Di
RSUD Dr Zainoel Abiding Banda Aceh
http://etd.unsyiah.ac.id/baca/index/.php?id=10129&page=1
(diakses pada tanggal 12 Mei 2016 Pkl 15.00 WITA).
Ruth dkk (2014). Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di
RSUD Ambarawa
http://ejournalnwu.ac.id/article/view1443665476
(diakses pada tanggal 12 Mei 2016 Pkl 16.00 WITA).
https://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24515/2
http://repository.unhas.ac.id:4001/digilib/files/disk1/86/--muslihamus-4257-1-
thesis-i.pdf
http://www.scribd.com/mobile/doc/294557942/9-Ketuban-Pecah-Dini-Pada-
Prematuritas-Dr-M-Alamsyah
http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-913-223502724-bab%20i-
lampiran.pdf
http://media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_k_1253.pdf
Laurensia dkk. (2015). Hubungan BBLR dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini
http://akbidsarimulia.ac.id/ejurnal/downlod.php?file=B%20Laren,%20B%20Faiza
h%2015-25.pdf
Ardy. (2011). Analisis tentang Paritas Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini
Pada Ibu Bersalin Di RSUD Sidoarjo
http://www.e-jurnal.com/2013/11/analisis-tentang-paritas-dengan.html?m=1
Hubungan Usia Ibu dan Paritas dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini
Di RSUD Banjarbaru
IBU BERSALIN
MENGALAMI TIDAK
KPD MENGALAMI KPD Total
% within IBU
42.3% 56.4% 54.7%
BERSALIN
% within IBU
57.7% 43.6% 45.3%
BERSALIN
% within IBU
100.0% 100.0% 100.0%
BERSALIN
Linear-by-Linear
11.911 1 .001
Association
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 76.04.
Estimate 1.764
ln(Estimate) .567
Di RSUD Banjarbaru
IBU BERSALIN
MENGALAMI TIDAK
KPD MENGALAMI KPD Total
% within IBU
45.8% 66.6% 64.2%
BERSALIN
% within IBU
54.2% 33.4% 35.8%
BERSALIN
% within IBU
100.0% 100.0% 100.0%
BERSALIN
Linear-by-Linear
27.870 1 .000
Association
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 60.12.
Estimate 2.355
ln(Estimate) .857
PARTUS NORMAL
1 18.60.20 G1P0A0 H 38MG 22 FEBRIS
2 20.63.40 G1P0A0 H 41MG 19 KALA II
3 20.56.14 G4P3A0 H 39MG 36 PLACENTA PREVIRIA
4 20.65.11 G3P1A1 H ATERM 32 PLACENTA PREVIRIA
5 20.70.58 G4P2A1 H 40MG 43 KALA I FASE LATEN
6 20.64.21 G1P0A0 H ATERM 19 KALA I FASE AKTIF, KPD, HT
7 30.64.11 G2P1A0 H ATERM 27 KALA I FASE AKTIF, KPD
8 20.69.35 G4P3A0 H ATERM 38 KALA I MEMANJANG
9 20.65.57 G1P0A0 H 24MG 22 KALA II PRES BOKONG
10 20.62.88 G2P1A0 H 38MG 25 KALA I FASE AKTIF, FEBRIS
11 20.62.21 G3P2A0 H ATERM 29 INPARTU KALA II
12 20.66.43 G5P4A0 H 41MG 39 KALA I FASE LATEN, KPD
13 20.68.02 G1P0A0 H 41MG 20 INPARTU KALA II
14 20.61.37 G3P2A0 H 41MG 28 KALA I FASE AKTIF, PEB
15 19.21.59 G2P1A0 H 41MG 36 KALA I FASE LATEN, KPD
16 20.73.49 G1P0A0 H 35MG 21 KALA I FASE LATEN,MANUAL PLACENTA
17 10.90.73 G4P1A2 H 40MG 35 KALA I FASE AKTIF
18 19.90.16 G2P1A0 H 40MG 29 INPARTU KALA II
19 13.84.78 G3P2A0 H 40MG 37 KALA I FASE LAATEN, KPD
20 20.01.89 G1P0A0 H 39MG 23 KAL I FASE LATEN
KALA I FASE LATEN, ASMA, RUPTUR
21 20.72.25 G1P0A0 H 38MG 25 PERINEUM
22 20.62.47 G2P1A0 H ATERM 26 KALA I FASE AKTIF
23 20.74.37 G5P4A0 H 36MG 40 KALA I FASE LATEN, KPD
24 20.61.28 G1P0A0 H 41MG 21 INPARTU KALA II
25 20.72.86 G2P1A0 H 38MG 23 KALA I FASE AKTIF
26 13.99.65 G3P1A1 H 40MG 34 KALA I FASE LATEN
27 19.61.42 G3P2A0 H 38MG 37 KALA I FASE AKTIF, PEB
28 20.76.07 G1P0A0 H 38MG 19 KALA II, SUNGSANG
29 16.25.15 G1P0A0 H 38MG 21 KALA I FASE LATEN
30 19.84.21 G1P0A0 H 32MG 21
31 20.69.02 G2P1A0 H 41MG 25 KALA II FASE LATEN
32 20.72.47 G2P1A0 H 41MG 31 KALA I FASE LATEN
33 20.63.89 G1P0A0 H 39MG 21 KALA I FASE LATEN
34 18.00.03 G1P0A0 H 41MG 19
35 20.64.20 G1P0A0 H 36MG 23 KALA I FASE LATEN
36 20.05.47 G3P2A0 H 39MG 36 KALA I FASE AKTIF, HT
37 20.65.33 G1P0A0 H 40MG 37
38 20.66.41 G2P1A0 H 40MG 26 KALA I FASE LATEN, KPD
39 20.68.46 G2P1A0 H 39MG 22 KALA I FASE AKTIF
40 20.69.38 G4P2A1 H 40MG 36 KALA I FASE AKTIF
41 17.94.61 G2P1A0 H 40MG 21 KALA I FASE AKTIF
42 15.28.01 G2P1A0 H 41MG 26 PRO INDUKSI PERSALINAN
43 20.63.69 G2P1A0 H 39MG 28 KALA I FASE AKTIF
44 18.02.39 G3P2A1 H 40MG 36 KALA I FASE LATEN, KPD
45 20.72.65 G5P4A0 H 40MG 40 KALA I FASE LATEN
46 19.47.57 G2P0A1 H 36MG 32 PEB
47 20.76.04 G2P1A0 H 38MG 22 KALA I FASE AKTIF
48 20.72.67 G1P0A0 H 36MG 21 PER
49 20.73.54 G2P1A0 H 39MG 26 KALA I FASE AKTIF, HT
50 20.71.86 G1P0A0 H 38MG 18 KPD, KALA I FASE LATEN
51 20.74.93 G2P1A0 H ATERM 25 KALA II
52 20.72.18 G1P0A0 H 38MG 19 KALA I FASE LATEN
53 17.46.17 G2P1A0 H 43MG 24 KPD, KALA I FASE LATEN
54 20.45.70 G1P0A0 H 41MG 20 KALA I FASE AKTIF
55 20.54.61 G3P2A0 H ATERM 28 KALA I FASE LATEN
56 20.64.16 G1P0A0 H 34MG 21 KPD
57 20.67.33 G4P3A0 H 39MG 36
58 10.39.95 G4P3A0 H ATERM 39 KALA I FASE AKTIF
59 20.65.00 G3P2A0 H 39MG 33 OLIGOHIDROMNION
60 20.75.53 G1P0A0 H ATERM 21 KALA II
PARTUS SC
61 17.86.78 G3P1A1 H 38MG 32 PLACENTA PREVIRIA, LETAK LINTANG
62 20.62.09 G2P1A0 H 28MG 30 PRO SC, BSC 8 TH LL
63 20.69.29 G3P1A1 H ATERM 34 CPD,PRO SC
64 20.69.14 G2P1A0 H 40MG 24 GAGAL INDUKSI, HT
65 20.61.35 G2P1A0 H 39MG 25 CPD, PRO SC
66 20.68.64 G4P3A0 H 38MG 37 CPD
67 20.61.30 G2P1A0 H 38MG 23 KALA I FASE LATEN, CPD
68 20.69.06 G2P1A0 H ATERM 28 PLACENTA PREVIRIA, LETAK LINTANG
69 20.64.29 G2P1A0 H ATERM 25 CPD, PRO ELEKTIF
70 20.65.64 G5P3A1 H 34MG 45 LETSU, PLACENTA PREVIRIA
71 20.62.54 G1P0A0 H 42MG 19 KALA I FASE AKTIF, KPD, GAGAL INDUKSI
72 20.70.80 G4P2A1 H 37MG 36 HT, KPD
73 18.62.92 G2P0A1 H ATERM 24 KALA I FASE LATEN, CPD
74 20.62.90 G1P0A0 H 45 MG 24 KALA I FASE LATEN, CPD
75 15.33.35 G2P1A0 H 40MG 27 CPD, PRO SC
76 20.72.01 G2P1A0 H 38MG 23 PER, BSC 7,5TH, CPD
77 20.63.57 G1P0A0 H ATERM 22 KALA I FASE LATEN
78 20.59.33 G2P1A0 H 41MG 28 PRO SC, BSC 5 TH LALU, CPD
79 20.67.69 G2P1A0 H 37MG 28 CPD, PRO SC, HEPATITIS B
80 19.88.64 G3P2A0 H 39MG 32 PRO SC, MOW, CPD
81 20.71.28 G1P0A0 H 40MG 35 CPD,SC ELEKTIF
82 20.71.64 G5P3A1 H 40MG 45 KALA I FASE LATEN, CPD
83 20.72.84 G3P1A1 H 39MG 41 PRO SC, CPD
84 20.67.51 G1P0A0 H 38MG 18 CPD, PEB, PRO SC
85 20.73.28 G4P3A0 H ATERM 44 CPD, MOW, PEB
86 20.73.69 G2P1A0 H 38MG 26 OLIGOHIDROMNION, PEB
87 20.63.30 G1P0A0 H ATERM 22 CPD, PRO SC ELEKTIF
88 20.66.68 G4P2A1 H ATERM 38 PRO SC, GAGAL INDUKSI
89 20.69.15 G1P0A0 H 40MG 23 KALA II LAMA
90 20.75.87 G3P1A1 H 38MG 33 CPD, FETAL DISTRESS, PRO SC
91 20.74.33 G1P0A0 H 41MG 29 KALA I FASE AKTIF, CPD
92 20.73.56 G1P0A0 H 28MG 21 HAP
93 20.74.96 G2P1A0 H 32MG 24 CPD, PEB, BSC 3 TH LL
94 20.73.48 G3P2A0 H 36MG 29 PEB
95 15.68.80 G3P1A1 H 38MG 31 CPD, BSC I TH LL
96 15.85.63 G2P1A0 H 40MG 22 BSC 3 TH LL
97 20.63.35 G1P0A0 H 43MG 26 LEWAT BULAN
98 20.61.95 G1P0A0 H 41MG 24 KALA I FASE LATEN, CPD
99 20.65.73 G3P1A1 H 41MG 29 BSC 4 TH LL, CPD
100 20.63.45 G2P1A0 H ATERM 28 BSC 6 TH LL
101 11.06.68 G4P3A0 H 41MG 35 LETSU
102 20.73.51 G2P1A0 H 39MG 33 OLIGOHIDROMNION, PEB
103 20.72.30 G1P0A0 H 35MG 26 PEB
104 20.71.82 G2P1A0 H 40MG 25 CPD, KALA I FASE AKTIF
105 20.70.74 G1P0A0 H 40MG 19 OLD PRIMI, KALA I FASE AKTIF, CPD
106 20.71.88 G3P2A0 H 41MG 32 LETSU, KALA I FASE LATEN
107 20.68.54 G1P0A0 H 40MG 19 PRO SC, CPD
108 20.71.17 G1P0A0 H 36MG 23 INPENDING EKLAMSI
109 20.67.91 G3P1A1 H 38MG 37 KPD
SC ELEKTIF, PENGAPURAN PLACENTA,
110 20.64.13 G3P1A1 H ATERM 29 ASMA
111 12.67.95 G1P0A0 H 37MG 22 ANAK MAHAL
112 20.63.49 G1P0A0 H 40MG 24 KALA I FASE LATEN
113 20.68.39 G3P1A1 H ATERM 35 LETAK L;INTANG
114 20.63.64 G1P0A0 H ATERM 26 CPD
KALA I FASE LATEN, KPD, GAGAL
115 20.71.33 G2P1A0 H 41MG 25 INDUKSI
116 20.65.32 G2P0A1 H 38MG 26 GAGAL INDUKSI,FETAL DISTRESS, FEBRIS
117 18.24.00 G2P1A0 H ATERM 28 PRO SC, SC ELEKTIF, CPD
PARTUS VE
118 20.65.70 G1P0A0 H 39MG 36 KALA I FASE AKTIF, KPD
119 20.61.80 G2P1A0 H 42MG 25 KALA I FASE LATEN
120 20.72.04 G12P1A0 H 41MG 19 KALA I FASE AKTIF
121 20.68.01 G2P1A0 H 39MG 26 KALA I FASE LATEN
PARTUS NORMAL
122 20.76.65 G2P1A0 H 39MG 29 KALA I FASE LATEN
123 20.77.51 G1P0A0 H 37MG 19 KALA I FASE AKTIF
124 20.78.16 G2P1A0 H ATERM 24 PEB,INKALA I FASE LATEN
125 20.67.45 G3P2A0 H 39MG 29 KALA I FASE AKTIF, BSC 5 TH LL
126 20.49.52 G4P3A0 H 41MG 38 KALA II
127 20.79.69 G2P1A0 H 40MG 32 KALA I FASE LATEN
KPD, PEB, KALA I FASE AKTIF, MANUAL
128 20.48.54 G3P1A0 H 37MG 38 PLACENTA
129 20.80.13 G5P3A1 H 36MG 47 KALA I FASE AKTIF
130 07.93.76 G3P2A0 H 38MG 37 LETAK SUNGSANG, KPD
131 20.79.20 G1P0A0 H 38MG 23 KALA I FASE LATEN, LETAK SUNGSANG
132 20.80.29 G7P5A1 H 38MG KALA I FASE AKTIF
133 20.81.52 G2P1A0 H 37MG 32 KPD, KALA I FASE LATEN
134 19.74.85 G2P1A0 H 38MG 28 KALA I FASE AKTIF
135 20.76.70 G1P0A0 H 30MG 19 KALA II LETSU
136 20.61.78 G5P4A0 H 37MG 37 KALA I FASE LATEN, VARICES VAGINA
137 20.77.48 G3P2A0 H ATERM 32 HT
138 20.76.61 G1P0A0 H 22MG 20 KPD, OLIGOHIDROMNION
139 19.94.54 G3P2A0 H ATERM 30 KALA I FASE LATEN
140 20.78.18 G1P0A0 H ATERM 19 KALA II
141 20.83.92 G1P0A0 H 39MG 22 KALA I FASE LATEN
142 14.42.51 G5P2A2 H 40MG 37 KALA I FASE LATEN
143 20.83.83 G2P2A0 H 38MG 25 KALA I FASE AKTIF
144 15.83.31 G2 P1A0 H 39MG 25 KALA I FASE LATEN
145 20.86.06 G3P2A0 H 40MG 31 KALA I FASE AKTIF
146 20.82.20 G3P2A0 H 40MG 39 KALA I FASE LATEN, KPD
147 16.76.33 G1P0A0 H 32MG 19 KPD
148 16.16.29 G1P0A0 H 39MG 20 KALA I FASE LATEN
149 20.86.99 G3P2A1 H 38MG 33 KALA I FASE AKTIF
150 17.21.87 G4P2A1 H 38MG 43 KALA I FASE LATEN, KPD
151 20.85.94 G1P0A0 H 40MG 26 KALA I FASE AKTIF
152 20.85.28 G5P3A1 H 39MG 40 KALA I FASE LATEN
153 20.85.29 G1P1A0 H ATERM 21 OLIGOHIDROMNION
154 11.51.77 G5P4A0 H 38MG 36 KALA I FASE LATEN
155 20.84.66 G4P3A0 H 27MG 38 KALA I FASE LATEN
156 20.88.33 G3P1A1 H 39MG 36 KPD, KALA I FASE LATEN
157 08.99.63 G5P3A1 H 38MG 40 KALA II
158 07.73.89 G5P1A3 H 40MG 40 INDUKSI ERSALINAN
159 20.87.52 G1P0A0 H ATERM 19 KALA I FASE LATEN
160 20.87.64 G2P1A0 H ATERM 22 KALA I FASE AKTIF
161 20.87.73 G1P0A0 H 41MG 22 KALA II LAMA, KPD
162 20.83.74 G2P1A0 H ATERM 24 KALA I FASE LATEN
163 20.71.57 G4P2A1 H ATERM 36 KALA II
164 11.63.02 G3P2A0 H ATERM 35 KALA I FASE AKTIF
165 20.71.04 G1P0A0 H ATERM 22 KALA II
166 20.89.10 G1P0A0 H 39MG 23 KALA I FASE LATEN
167 19.83.21 G2P1A0 H ATERM 25 KALA II
168 20.90.19 G2P1A0 H ATERM 26 KALA I FASE LATEN
169 20.87.62 G6P4A1 H ATERM 40 KALA I FASE AKTIF, IUFD
170 19.78.71 G4P3(+1)A0 H 38MG 36 KALA I FASE AKTIF, BSC 8 TH LL
171 20.87.16 G2P1A0 H 41MG 35 KALA I FASE LATEN
172 20.90.56 G1P0A0 H 28MG 21 KALA I FASE AKTIF
173 14.94.05 G2P1A0 H 34MG 24 KALA I FASE AKTIF
174 20.87.77 G1P0A0 H ATERM 25 KALA I FASE LATEN
175 20.82.78 G1P0A0 H 24MG 25 KALA II
176 20.89.01 G3P2A0 H 44MG 29 KALA I FASE AKTIF
177 20.89.01 G3P2A0 H 43MG 31 KALA I FASE AKTIF
178 19.03.10 G2P1A0 H ATERM 25 KALA II
179 20.72.35 G3P2A0 H 32MG 34 KALA I FASE AKTIF, PEB, SCHIZOFERNIA
180 16.08.54 G2P1A0 H 39MG 22 RUPTUR PERINIEUM
181 20.82.17 G1P0A0 H 43MG 21 PEB, KALA I FASE LATEN
PARTUS SC
182 20.75.61 G4P0A3 H 39MG 36 LETSU, PRO SC
183 15.14.80 G3P1A1 H ATERM 33 SC ELEKTIF, BSC 2,5 TH LL, CPD
184 11.50.97 G2P1A0 H 40MG 26 INPARTU, CPD
185 20.67.49 G1P0A0 H ATERM 21 KALA I FASE LATEN, CPD
186 20.08.75 G2P1A0 H 41MG 27 LETSU, KALA I FASE AKTIF
187 20.64.19 G1P0A0 H 37MG 24 LETSU
188 13.63.73 G4P2A1 H 38MG 35 SC ELEKTIF, LILITAN TALI PUSAR
189 18.50.29 G2P1A0 H 37MG 33 KALA I FASE LATEN, BSC 16 TH LL
190 20.78.69 G2P1A0 H 29MG 27 CPD
191 20.75.24 G1P0A0 H ATERM 19 CPD
192 20.77.60 G2P1A0 H 40MG 24
193 20.77.75 G2P1A0 H 38MG 25 GAGAL INDUKSI
194 19.85.57 G3P2A0 H 41MG 29 GAGAL INDUKSI
195 20.79.28 G1P0A0 H 40MG 32 KALA I FASE LATEN, GAGAL INDUKSI
196 12.63.02 G2P1A0 H 40MG 31 CPD, SC ELECTIF
197 20.79.99 G1P0A0 H 40MG 21 CPD, KALA I FASE LATEN
198 20.81.83 G1P0A0 H 44MG 24 CPD
199 13.29.92 G3P2A0 H 38MG 29 CPD, BSC 5 TH LL
200 12.12.16 G4P3A0 H 38MG 36 PRO SC, MOW
201 20.60.23 G3P1A1 H 39MG 35 KALA I FASE LATEN, CPD
202 20.83.01 G1P0A0 H 41MG 18 CPD
203 17.72.86 G3P1A1 H 37MG 25 BSC 2 TH LALU,CPD
204 20.80.27 G2P1A0 H 40MG 28 BSC 3 TH LL, CPD
205 17.06.69 G2P1A0 H 38MG 23 PEB, PRO SC
206 20.65.90 G3P2A0 H 35MG 26 PLACENTA PREVIRIA
207 19.36.51 G6P5A0 H ATERM 35 CPD
KALA I FASE LATEN, GAGAL INDUKSI,
208 20.78.91 G1P0A0 H ATERM 22 CPD
209 11.62.29 G2P1A0 H 39MG 23 SC ELEKTIF, BSC 5 TH LL
210 20.77.54 G2P1A0 H 39MG 22 KALA I FASE LATEN
211 20.82.34 G1P0A0 H 42MG 21 PRO INDUKSI
212 20.47.28 G3P2A0 H ATERM 29 KPD, KALA
213 20.48.55 G4P3A0 H 36MG 35 PPI,MOW
214 20.80.25 G4P3A0 H ATERM 34
215 20.83.58 G4P3A0 H 38MG 37 CPD, MOW, KALA I FASE LATEN
216 20.83.72 G3P2A0 H 40MG 39 BSC 7 TH LL, CPD
217 20.83.81 G3P2A0 H 38MG 23 PLACENTA PREVIRIA
218 20.85.49 G3P2A0 H 39MG 34 CPD
219 20.83.71 G3P2A0 H 38MG 31 VOMITUS, KPD, DIARE
220 20.18.33 G3P2A0 H 39MG 23 KALA I FASE LATEN, CPD
221 20.83.10 G1P0A0 H 41MG 25 INDUKSI PERSALINAN
222 20.85.89 G1P0A0 H 42MG 26 CPD, SEROTINUS
223 15.25.47 G2P0A1 H 41MG 40 CPD, PRO INDUKSI
224 20.73.05 G3P2A0 H 41MG 36 CPD, INDUKSI PERSALINAN
225 20.78.17 G1P0A0 H 38MG 35 BIPOLAR DISODER
226 20.87.58 G1P0A0 H 41MG 21 KPD, HT, OLDPREMI
227 20.86.51 G1P0A0 H 41MG 24 GAGAL INDUKSI, CPD
228 20.87.59 G8P2A5 H 33MG 25 RIWAYAT MCDONALD
229 20.50.96 G2P1A0 H 40MG 25 KALA I FASE LATEN, PEB
230 20.86.50 G2P0A1 H 40MG 29 KPD
231 20.87.67 G1P0A0 H 38MG 31 KPD, KALA I FASE LATEN
232 20.89.45 G3P2AA0 H 37MG 25 PEB, PRO SC
233 20.88.93 G2P0A1 H 37MG 21 LETAK LINTANG, PRO INDUKSI, KALA II
234 20.87.84 G1P0A0 H 37MG 17 KPD, PRO INDUKSI
235 20.88.03 G1P0A0 H 41MG 17 PRO INDUKSI, KL I MEMANJANG, KPD
236 20.83.76 G1P0A0 H 38MG 22 PLACENTA PREVIRIA
237 20.89.81 G2P1A0 H ATERM 23 KALA I FASE AKTIF, LETSU
238 20.87.13 G1P0A0 H 41MG 21 INDUKSI PERSALINAN, CPD
239 12.93.38 G4P2A1 H 35MG 43 KPD
240 20.89.78 G1P0A0 H 33MG 23 KPD
241 20.83.90 G1P0A0 H 40MG 25 KALA I FASE LATEN, PEB
242 20.87.69 G4P2A1 H 41MG 41 KALA I FASE LATEN, KPD
243 20.90.66 G1P0A0 H 41MG 23 KALA I FASE LATEN
PARTUS SC
244 19.66.23 G1P0A0 H 40MG 22 KALA I FASE AKTIF, CPD
245 15.35.07 G7P5(+1)A1 H 36MG 35 KALA I FASE LATEN, LETSU, PRO SC
246 20.57.99 G2P1A0 H 41MG 32 PRO SC, BSC 7 TH LL
247 15.03.31 G2P1A0 H ATERM 30 PRO SC, BSC 8 TH LL, CPD
248 20.91.71 G1P0A0 H ATERM 20 PRO SC, SUP CPD
249 20.91.52 G1P0A0 H 34MG 20 HAP,IUFD,PLACENTA PREFIRIA
250 19.03.68 G2P1A0 H ATERM 23 CPD
251 20.88.99 G2P1A0 H 35MG 27 CPD
252 20.92.57 G1P0A0 H 37MG 20 KONDILOMA AKUMINANTA
253 20.91.49 G3P2A0 H 38MG 25 CPD, SC ELEKTIF
254 20.93.09 G2P1A0 H 38MG 23 KALA I FASE LATEN,CPD,BSC 5 TH LALU
255 20.93.45 G1P0A0 H 39MG 19 KALA I FASE LATEN, CPD
256 17.73.51 G4P2(+1)A1 H 41MG 36 CPD, PRO INDUKSI
257 20.96.26 G1P0A0 H 40MG 29 CPD
258 20.95.63 G1P0A0 H ATERM 36 KALA I FASE
KALA I FASE LATEN, CPD, FETAL
259 20.95.63 G1P0A0 H ATERM 35 DISTRESS
260 20.95.70 G3P3A0 H ATERM 18 LETSU, MOW, RIWAYAT SC
261 20.96.35 G1P0A0 H 42MG 25 KALA I FASE AKTIF, KPD, CPD
262 20.97.40 G4P2(+)A1 H 38MG 28 PRO SC, LETSU
263 20.34.45 G4P3A0 H 38MG 23 CPD
INDUKSI PERSALINAN,KALA I FASE
264 20.98.38 G1P0A0 H 42MG 26 LATEN
265 20.99.30 G2P1A0 H 40MG 35 PRO SC, CPD
266 20.99.52 G2P0A1 H 40MG 22 CPD, PEB
267 20.98.96 G1P0A0 H 40MG 23 CPD, INDUKSI PERSALINAN
268 20.77.28 G4P3A0 H 39MG 22 PRO SC, MOW
269 21.00.73 G1P0A0 H 40MG 21 KALA I FASE AKTIF, KALA II LAMA
270 20.98.86 G1P2A0 H ATERM 29 KALA I FASE AKTIF
271 19.98.97 G2P0A1 H 39MG 35 ANAK MAHAL, CPD
272 21.04.21 G1P0A0 H 39MG 19 KPD,CPD
273 21.01.79 G1P0A0 H 38MG 37 CPD, KALA I FASE LATEN
274 20.89.78 G1P0A0 H 38MG 25 FEBRIS
G2P2(GEMILI)A0 H
275 21.04.41 ATERM 25 CPD
276 20.98.51 G2P1A0 H 39MG 29 PEB, CPD
277 21.02.79 G1P0A0 H ATERM 31 LETSU, PRO SC
278 20.85.40 G4P3A0 H 38MG 37 INPENDING EKLAMSIA, LETSU
279 21.01.54 G3P1A1 H 40MG 33 SC ELEKTIF, BSC 6 TH LL, CPD
280 21.00.69 G1P0A0 H 38MG 19 OLD PRIMI, KALA I FASE LATEN
281 21.00.58 G5P3A1 H ATERM 44 LETSU, PRO SC, MOW
282 21.00.06 G1P0A0 H 40MG 24 KPD,CPD
283 21.00.75 G1P0A0 H ATERM 21 PRO SC, BY BESAR, CPD
284 20.99.32 G1P0A0 H 39MG 21 PRO SC, CPD, GAGAL INDUKSI
285 21.00.24 G2P0A1 H 40MG 22 PRO SC
286 20.96.61 G1P0A0 H 42MG 27 KALA II
287 21.00.70 G2P1A0 H 40MG 23 BAYI BESAR
288 21.05.67 G2P1A0 H ATERM 27 LETSU, PRO SC, KPD
289 21.06.39 G1P0A0 H 42MG 26 PRO SC
290 21.04.79 G2P1A0 H ATERM 29 BSC 2X, KALA I FASE LATEN
KALA I FASE LATENT, PRO INDUKSI
291 20.30.95 G1P0A0 H 41MG 19 PERSALINAN
292 20.65.48 G2P1A0 H 39MG 25 CPD
PARTUS NORMAL
293 20.91.45 G3P2A0 H 39MG 23 KALA I FASE AKTIF
294 20.92.14 G3P1A1 H 38MG 25 KALA I FASE LATEN
295 20.90.70 G2P1A0 H ATERM 41 KALA I FASE LATEN
296 20.94.32 G3P2A0 H 39MG 23 KALA I FASE AKTIF
297 20.94.36 G4P2A1 H 39MG KALA I FASE AKTIF
298 20.92.45 G3P2A0 H 39MG 22 INDUKSI PERSALINAN
299 20.92.20 G1P0A0 H 39MG 35
300 20.91.43 G3P1A1 H 38MG 35 FEBRIS, KONTRAKSI, ROJ
301 20.77.02 G2P1A0 H 39MG 27 KPD, KALA I FASE LATEN
302 20.94.21 G1P0A0 H 31MG 19 KALA I FASE LATEN
303 20.94.38 G2P1A0 H 38MG 25 KALA I FASE LATEN, KPD
304 20.97.91 G1P0A0 H 38MG 35 KALA II
305 20.96.32 G1P0A0 H 40MG 18 KALA I FASE AKTIF
306 11.86.87 G4P2A1 H 28MG 25 RIWAYAT PENYAKIT JANTUNG
307 20.95.60 G3P2A0 H 38MG 28 HT
308 20.83.25 G3P1A1 H 40MG 23 KALA I FASE LATEN
309 20.83.37 G1P0A0 H 40MG 26 KALA I FASE LATEN
310 20.96.37 G2P1A0 H ATERM 35 PRB, KALA I FASE AKTIF
311 20.97.05 G2P1A0 H 44MG 22 PRO INDUKSI
312 20.97.00 G2P1A0 H 40MG 23 HT, KALA I FASE AKTIF
313 20.96.31 G2P1A0 H 40MG 22 KALA I FASE AKTIF
314 18.99.77 G3P2A0 H ATERM 21 KALA I FASE AKTIF, LETSU
315 20.95.59 G2P1A0 H ATERM 29 KALA I FASE LATEN
316 18.90.49 G3P2A0 H 38MG 35 SESAK
317 20.98.54 G3P2A0 H 36MG 29
318 20.98.56 G3P2A0 H 40MG 28 KALA I FASE AKTIF
319 20.16.16 G2P1A0 H 40MG 22 KALA I FASE LATEN
320 21.00.02 G2P1A0 H ATERM 23 KPD
321 20.92.00 G3P2A0 H 41MG 29 INDUKSI PERSALINAN
322 20.94.17 G3P2A0 H 25MG 39 KPD
323 20.58.89 G1P0A0 H 41MG 25 KALA I FASE AKTIF
324 21.01.34 G1P0A0 H 38MG 19 KPD
325 20.96.82 G2P0A1 H 41MG 24 INDUKSI PERSALINAN
326 20.94.20 G4P3(+2)A0 H 34MG 36 KALA I GFASE AKTIF, PEB
327 20.96.77 G2P0A1 H 41MG 33 KALA I FASE LATEN, RUPTUR
328 17.96.51 G2P1A0 H 39MG 31 INDUKSI PERSALINAN
329 21.04.26 G3P2A0 H 40MG 30 INDUKSI PERSALINAN
INDUKSI PERSALINAN, KALA I FASE
330 15.67.50 G2P1A0 H 38MG 25 LATEN
331 20.14.13 G1P0A0 H 40MG 21 KALA I FASE LATEN
332 21.04.94 G2P1A0 H 31MG 23 LETSU, KALA II
333 21.04.85 G1P0A0 H 40MG 19 KALA I FASE AKTIF
334 21.02.11 G2P0A1 H 40MG 29 KALA I FASE LATEN, KPD
335 16.01.50 G3P1A1 H 39MG 33 HT, KALA I FASE AKTIF
336 21.05.02 G6P4A1 H ATERM 39 KALA I FASE LATEN, GAGAL INDUKSI
337 00.04.13 G1P0A0 H 40MG 23 PEB
338 21.01.24 G5P3A1 H 38MG 41 KPD, KALA I FASE LATEN
339 12.69.95 G1P0A0 H 41MG 25 KALA I FASE LATEN
340 20.98.81 G1P0A0 H 41MG 22 INDUKSI PERSALINAN