Anda di halaman 1dari 148

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN KETUBAN

PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANJARBARU


KABUPATEN BANJAR TAHUN 2015

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan

Disusun Oleh :

Nuni Puspita Sari

NIM 06.13.11.844

AKADEM KEBIDANAN BANUA BINA HUSADA

BANJARBARU

2016
HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN KETUBAN


PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANJARBARU
KABUPATEN BANJAR TAHUN 2015

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun Oleh:
Nuni Puspita Sari
NIM 06.13.11.844

Telah memenuhi persyaratan dan disetujui untuk uji karya tulis ilmiah
Akademi kebidanan banua bina husada banjarbaru

Tanggal : 13 Juni 2016

Pembimbing,

Rusmadi, M.Kes

NIP
HALAMAN PENGESAHAN
HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN KETUBAN
PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANJARBARU
KABUPATEN BANJAR TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
Disusun Oleh:
Nuni Puspita Sari
NIM 06.13.11.844

Telah memenuhi persyaratan dan disetujui untuk uji karya tulis ilmiah
Akademi kebidanan banua bina husada banjarbaru

Tanggal : 22 Juni 2016


Menyetujui :

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal


Penguji I Ika Lestiani, S.SiT

NIK……………… ……………..

Penguji II Rusmadi, M.Kes


NIK…………... . ..…………….

Mengetahui,
Direktur Akademi Kebidanan Banua Bina Husada

(Sabarina Br. Tarigan, M.Kes)


NIP
HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam karya tulis ilmiah ini tidak

terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademik disuatu

Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara

tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Banjarbaru, Juni 2016

( Nuni Puspita Sari )


MOTTO
“Dialah ladang hati, yang kau taburi
dengan kasih dan kau subur dengan
penuh rasa terima kasih dan Dia
pulalah naungan dan pendiangamu.
Kerana kau menghampiri-Nya saat
hati lupa dan mencari-Nya saat jiwa
memerlukan kedamaian”
“Hidup bukan soal memegang kartu –
kartu terbagus, namun bagaimana
memainkan kartu yang ada ditangan
dengan baik”.
(Kahlil Gibran)
Persembahan

Assalamu’alaikum Wr . Wb

Dengan mengucap puji dan syukur kepada Allah SWT


karena sampai hari ini saya masih diberikan kekuatan dan
kesehatan. Perjuangan dan pengorbanan yang membuat saya
sampai saat ini masih bisa berdiri, sehingga saya dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang sangat sederhana ini.
Namun, saya berharap semua ilmu yang telah saya dapatkan
akan bermanfaat untuk diri saya kedepannya dan untuk seluruh
pihak.

Karya yang sederhana ini saya persembahkan kepada orang


tua, keluarga, kakak (Ridwan Sidiq) dan mas Alip yang selalu
mendukung dan bekerja keras untuk menyelesaikan akademik saya,
melantunkan do’a disetiap ibadah untuk saya. Ayah, lihatlah
anakmu ini dari kejauhan sekarang anakmu sudah menyelesaikan
study seperti yang ayah inginkan, walaupun ayah telah tiada saya
akan selalu mengingat semua nasihat yang pernah ayah berikan.

Kepada ibu Puspita Sari Pribadi, S.SiT selaku dosen


pembimbing praktik yang tak lepas dari apa yang saya capai saat
ini, saya ucapkan terimakasih atas semua waktu dan ilmu yang
ibu berikan.

Kepada Ibu Ika Lestiani, S.SiT selaku pembimbing


KTI, saya ucapkan terimakasih atas semua waktu, ilmu, kritik
dan saran yang Bapak berikan
Kepada Bapak Rusmadi, M.Kes selaku pembimbing
KTI, saya ucapkan terimakasih atas semua waktu, ilmu, kritik
dan saran yang Bapak berikan

Kepada para sahabat dan adik di kamar mawar terimakasih


atas kebersamaan selama ini. Suka dan duka bersama kalian
adalah graffiti indah dalam hidup saya yang akan selalu terpatri
dihati.

Kepada lela, Diana kenti dan idiot – idiot (Hikmah,


Frisda, Ilin) terimakasih untuk semuanya kalian bukan hanya
teman, sahabat, ataupun saudara. Kalian adalah sebagian dari
saya.

Kepada kelas C terimakasih atas kebersamaan selama ini,


dari yang dibilang troublemaker sampai dengan menctak prestasi
bersama, guyon bersama, usil bersama dan sedih bersama.

Angkatan 6 Akademi Kebidanan Banua Bina Husada


Banjarbaru yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, semoga
kedepannya kita tetap bisa menjalin silaturahmi kekeluargaan ini
dengan baik, semoga perjuangan kita menjadi kesuksesan untuk
kita semua, aamiin yaa Rabb
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul “Hubungan Usia dan Paritas Ibu dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di
Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru Kabupaten Banjar Tahun 2015”, guna
melengkapi persyaratan untuk mendapat gelar DIII Kebidanan pada Akademi
Kebidanan Banua Bina Husada Banjarbaru.

Karya Tulis Ilmiah ini dapat terwujud atas bantuan, bimbingan serta
dorongan dari perbagai pihak. Pada kesempatan ini peneliti dengan segala
kerendahan hati mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. H. Sempurna Tarigan, S.Pd, M.Kes, selaku Pembina Yayasasn Akademi


Kebidanan Banua Bina Husada Banjarbaru
2. Hary Angga Tarigan, SH, selaku Kepala Yayasan Akademi Kebidanan
Banua Bina Husada Banjarbaru
3. Sabarina Br Tarigan, M.Kes selaku Direktur Akademi Kebidanan Banua
Bina Husada Banjarbaru
4. Ika Lestiani, S.ST selaku Penguji I yang dengan kesungguhan hati
memberikan bimbingan dan arahan dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah
ini
5. Rusmadi, M.Kes selaku Pembimbing & Penguji II yang dengan
kesungguhan hati memberikan bimbingan dan arahan dalam pembuatan
Karya Tulis Ilmiah ini
6. Dr. Hj. Endah Labati Silapurna, M.Kes selaku Kepala Rumah Sakit Umum
Daerah Banjarbaru yang telah memberikan izindalam pengumpulan data
serta melakukan penelitian sehingga dapat terselesainya Karya Tulis
Ilmiah ini
7. Risa Paula, SKM, selaku Bidan Koordinator ruang VK Rumah Sakit
Umum Daerah banjarbaru beserta staf yang tidak bisa saya sebutkan satu
per satu.
8. Orang tua serta keluarga yang selalu memberi dukungan tanpa henti dan
senantiasa berdoa untuk penulis
9. Seluruh responden yang telah memberikan kesempatan sehingga dapat
terlaksananya penelitian
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala yang berlipat ganda atas
segala partisipasi yang diberikan.
Peneliti menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam pembuatan
Karya Tulis Ilmiah ini, oleh sebab itu peneliti sangat mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun.

Banjarbaru, 2016

Nuni Puspita Sari


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN


HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
INTISARI......................................................................................................... xv
ABSTRAK ....................................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 7
E. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................. 8
F. Keaslian Penelitian ......................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 11
A. Tinjauan Teori ................................................................................ 11
B. Kerangka Teori............................................................................... 48
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 50
A. Desain Penelitian............................................................................ 50
B. Kerangka Konsep ........................................................................... 50
C. Variabel Penelitian ........................................................................ 51
D. Hipotesis......................................................................................... 52
E. Definisi Operasional ...................................................................... 52
F. Hubungan Antar Variabel .............................................................. 53
G. Populasi dan Sampel ...................................................................... 54
H. Alat dan Metode Pengumpulan Data ............................................. 54
I. Jalannya Penelitian ......................................................................... 55
J. Analisis Data .................................................................................. 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 58
A. Hasil Penelitian .............................................................................. 58
B. Pembahasan .................................................................................... 66
BAB V PENUTUP......................................................................................... 74
A. Kesimpulan .................................................................................... 74
B. Saran............................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
LAMPIRAN .....................................................................................................
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Diagnosis Cairan Vagina ................................................................. 42


Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................................ 53
Tabel 4.1 Keadaan Ketenagaan RSUD Banjarbaru 2015 ................................ 60
Tabel 4.2 Distribusi Ketuban Pecah Dini......................................................... 61
Tabel 4.3 Distribusi Ketuban Pecah Dini Berdasarkan Umur ......................... 62
Tabel 4.4 Distribusi Ketuban Pecah Dini Berdasarkan Paritas ........................ 63
Tabel 4.5 Hubungan Usia Ibu dengan Ketuban Pecah Dini ............................ 64
Tabel 4.6 Hubungan Paritas Ibu dengan Ketuban Pecah Dini ......................... 65
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori............................................................................. 49


Gambar 3.1 Kerangka Konsep ........................................................................ 51
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Studi Pendahuluan ke RSUD Banjarbaru


Lampiran 2 Surat Balasan Izin Studi Pendahuluan ke RSUD Banjarbaru
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian ke RSUD Banjarbaru
Lampiran 4 Surat Balasan Izin Penelitian ke RSUD Banjarbaru
Lampiran 5 Time Schedule Penelitian
Lampiran 6 Hasil Uji Statistik dengan Menggunakan SPSS
Lampiran 7 Rekapitulasi Ibu Bersalin Tahun 2015
Lampiran 8 Lembar Konsultasi Penyusunan Karya Tulis Ilmiah
HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU DENGAN KEJADIAN KETUBAN
PECAH DINI DI RSUD BANJARBARU KABUPATEN BANJAR TAHUN
20151
Nuni Puspita Sari2, Rusmadi3
INTISARI
Kejadian ketuban pecah dini di RSUD Banjarbaru dari tahun 2013 sampai
2015 mengalami peningkatan dari 125 menjadi 168 orang. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui hubungan usia ibu dan paritas dengan kejadian ketuban
pecah dini pada ibu bersalin di RSUD Banjarbaru
Penelitian ini menggunakan rancangan analitik dengan pendekatan waktu
secara cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin
yang mengalami ketuban pecah dini di RSUD Banjarbaru yang didapatkan dari
buku register. Teknik pengambilan sampel dengan total sampel dengan jumlah
1.467 responden. Pengolahan data dengan menggunakan uji chi-square.
Hasil analisis bivariat menggunakan uji chi square diperoleh nilai p =
0.000 (α = 0.05) yang berarti ada hubungan yang antara usia ibu dengan kejadian
ketuban pecah dini dan variabel paritas ibu dengan nilai p = 0.001 (α = 0.05)
yang berarti ada hubungan antara paritas dengan kejadian ketuban pecah dini di
RSUD Banjarbaru. Untuk tenaga kesehatan diharapkan dapat lebih aktif
melakukan promosi kesehatan tentang ketuban pecah dini

Kata kunci : Ibu bersalin, ketuban pecah dini


Kepustakaan : 14 buku, 16 website, 4 jurnal (Referensi 2006 – 2014)
Jumlah halaman : xii, 73 halaman, 8 tabel, 8 lampiran, 2 gambar
1
Judul Karya Tulis Ilmiah
2
Mahasiswa Prodi DIII Kebidanan AKBID Banua Bina Husada Banjarbaru
3
Dosen Pembimbing AKBID Banua Bina Husada Banjarbaru
MATERNAL AGE AND PARITY RELATIONSHIP WITH INCIDENCE
OF PRELABOUR RUPTURE OF THE MEMBRANE IN RSUD
BANJARBARU KABUPATEN BANJAR YEAR 20151
Nuni Puspita Sari2, Rusmadi3
ABSTRACT
Incidence prelabour rupture of the membrane in RSUD Banjarbaru since
2013 until 2015 having an increase of 125 be 168 persons. The purpose of The
research was to maternal age and parity related to the incidence of prelabour
rupture of the membrane in RSUD Banjarbaru
The research used analytic method with cross sectional time approach. The
populations of thr research was all maternities with prelabour rupture of the
membrane in RSUD Banjarbaru got from the book medical record. The sample
was taken by using total sampling technique ror 1.467 respondents. The data were
analyzed using by chi square test.
The result of the bivariate analysis using chi square test obtained by value
p = 0.000 (α = 0.05) the research result indicates that maternal age related to
prelabour rupture of the membrane and variable of parity status is p = 0.001 (α =
0.05) the research result indicates that parity related to prelabour rupture of the
membrane in RSUD Banjarbaru. So the midwifery must go statement suggest for
the prelabour rupture of the membrane

Keywords : maternal, prelabour rupture of the membrane


Reference : 14 books, 16 website, 4 journals (References 2006 – 2014)
Number Of Page : xii, 73 pages, 8 table, 8 appendices, 2 figures
1
There is Title
2
School Of midwifery Student of Banua Bina Husada Academy Banjarbaru
3
Lecturer of Banua Bina Husada Academy Banjarbaru
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktu

melahirkan yang terjadi pada saat akhir kehamilan maupun jauh

sebelumnya (Nugroho, 2012).

Ketuban Pecah Dini (KPD) atau Prelabour Rupture Of The

Membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu pada usia

kehamlan kurang dari 37 minggu, atau disebut juga Preterm Premature

Rupture Of Membrane (PPROM). (Eni Nur Rahmawati, 2012)

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya

melahirkan atau sebelum inpartu, pada pembukaan ≤ 4 cm (fase laten).

(Nugroho, 2012).

Air ketuban adalah cairan yang mengisi ruangan yang dilapisi oleh

selaput janin (amnion dan korion). Selaput amnion adalah suatu membran

yang kuat dan ulet, tetapi lentur. Selaput ini merupakan jaringan yang

menentukan hampir semua kekuatan regangan membran janin (Sondakh,

2013).

Sebagian besar ketuban pecah dini yang terjadi pada kehamilan

diatas 37 minggu, sedangkan pada umur kehamilan kurang dari 36 minggu

tidak terlalu banyak. Ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversial

obstetrik dalam kaitanya dengan penyebabnya. Pecahnya selaput ketuban

sebelum waktunya menyebabkan kemungkinan infeksi dalam rahim,


persalinan prematuritas yang akan meningkatkan kesakitan dan kematian

ibu maupun janinnya (Manuaba, 2010)

Insidensi ketuban pecah dini berkisar antara 8-10% dari semua

kehamilan. Pada kehamilan aterm insidensinya bervariasi antara 6-19%.

Sedangkan pada kehamilan preterm insidensinya 2% dari semua

kehamilan. Hampir semua ketuban pedah dini pada kehamilan preterm

akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu

setelah selaput ketuban pecah (Sualman, 2009).

Ketuban pecah dini dari tahun ke tahun selalu mengalami

peningkatan. Hal ini dapat menyebabkan kematian pada ibu dan janin

sehingga akan terjadi peningkatan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka

Kematian Bayi (AKB). Upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan

kejadian ketuban pecah dini yaitu dengan cara melakukan pemeriksaan

kehamilan secara rutin untuk mendeteksi sedini mungkin tanda dan gejala

yang dapat menyebabkan kejadian ketuban pecah dini, sehingga dapat

ditangani secara cepat dan tepat guna mengurangi komplikasi dari ketuban

pecah dini seperti infeksi, persalinan prematur dan lain sebagainya.

Penyebab ketuban pecah dini belum diketahui secara pasti, namun

kemungkinan yang menjadi faktor predisposisi adalah infeksi yang terjadi

secara langsung pada selaput ketuban atau asenderen dari vagina atau

serviks. Selain itu fisiologi selaput ketuban yang abnormal, serviks

inkompetensia, kelainan letak janin, usia, faktor golongan darah, paritas,

merokok, keadaan sosial ekonomi, perdarahan antepartum, riwayat


abortus, riwayat ketuban pecah dini, ketegangan rahim yang berlebihan,

kesempitan panggul, kelelahan ibu bekerja, trauma yang di dapat misalnya

hubungan seksual, pemeriksaan dalam dan amnionitis (Prawiroharjo,

2010).

Penelitian yang dilakukan oleh Fitri (2011) didapatkan hasil bahwa

infeksi genetalia (70,2%) dan paritas (63,8%) dapat mempengaruhi

terjadinya ketuban pecah dini. Penelitian yang dilakukan oleh Vaisatun

(2013) didapatkan hasil bahwa usia (82,1%) dan paritas (66,3%) dapat

mempengaruhi terjadinya ketuban pecah dini.

Pada tahun 2007 Angka Kematian Ibu (AKI) 228 per 100.000

kelahiran hidup, namun pada tahun 2012 mengalami peningkatan yang

signifikan yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih jauh

dari target tujuan pembangunan millennium (Millenum Development

Goals/MDGs, yakni 102 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan Angka

Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sebanyak 34 per 1.000 kelahiran

hidup. Angka Kematian Ibu (AKI) di Kalimantan Selatan sebanyak 183

orang per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKI)

sebanyak 44 per 1.000 kelahiran hidup (SDKI, 2012).

Pada tahun 2013 - 2015 di Banjarbaru Angka Kematian Ibu (AKI)

berturut - turut sebanyak 6 orang (133,1/100.000), kemudian meningkat

pada tahun 2014 sebanyak 13 orang (279,8/100.000) dan menurun pada

tahun 2015 menjadi 5 orang (100,32/100.000). Sedangkan Angka

Kematian Bayi di Banjarbaru berturu – turut sebanyak 34 orang


(7,5/1.000) tidak mengalami kenaikan ataupun penurunan pada tahun 2014

tetap berjumlah 34 orang (7,3/1.000) dan kemudian pada tahun 2015

terjadi penurunan menjadi 28 orang (5,62/1.000)

Menurut WHO (2013) Angka kejadian ketuban pecah dini di

Dunia tahun 2013 sebanyak 50-60%. Sedangkan di Indonesia angka

kejadian ketuban pecah dini sebanyak 35% (Depkes RI, 2013).

Penelitian yang dilakukan Laurensia dkk (2015) didapatkan hasil

kejadian ketuban pecah dini di RSUD dr. H. Moch Ansari Saleh

Banjarmasin pada tahun 2012 sebanyak 127 orang (8,62%) dari 1.472

persalinan, kejadian tersebut menurun pada tahun 2013 yaitu sebanyak 87

orang (5,17%), dari 1.682 persalinan, dan meningkat pada tahun 2014

yaitu sebanyak 200 orang (9,22%) dari 2.168 persalinan.

Berdasarkan laporan tahunan di Rumah Sakit Umum Daerah

Banjarbaru pada tahun 2013 jumlah total persalinan sebanyak 920 orang,

dengan prosentase persalinan normal sebanyak 395 orang (42,93%), SC

sebanyak 472 orang (51,30%), persalinan dengan vakum ekstrasi sebanyak

53 orang (5,77%), dan ketuban pecah dini sebanyak 125 orang (13,59%).

Pada tahun 2014 jumlah total persalinan sebanyak 1.308 orang, dengan

prosentase persalian normal sebanyak 584 orang (44,64%), SC sebanyak

672 orang (51,38%), persalinan dengan vakum ekstrasi sebanyak 52 orang,

(3,98%) dan ketuban pecah dini sebanyak 166 orang (12,70%).

Sedangkan, pada tahun 2015 jumlah total persalinan sebanyak 1.467

orang, dengan prosentase persalian normal sebanyak 772 orang (52,62%),


SC sebanyak 675 orang (46,01), persalinan dengan vakum ekstrasi

sebanyak 20 orang (1,37%), dan ketuban pecah dini sebanyak 168 orang

(11,45%).

Berdasarkan uraian diatas kejadian ketuban pecah dini di Rumah

Sakit Umum Daerah Banjarbaru pada tahun 2013 sebanyak 125 orang

(13,59%) mengalami peningkatan pada tahun 2014 menjadi sebanyak 166

orang (12,70%) kemudian pada tahun 2015 terjadi peningkatan dalam

jumlah menjadi sebanyak 168 orang (11,45%), namun bila dilihat dari

prosentasi dalam persen terjadi penurunan, akan tetapi masih cukup tinggi.

Sehingga dapat disimpulkan bahwasannya kejadian ketuban pecah dini di

RSUD Banjarbaru masih cukup tinggi, diantaranya ketuban pecah dini

disebabkan oleh kelainan letak, infeksi, kelainan serviks, gameli, usia dan

paritas. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih

lanjut tentang “Hubungan Usia Ibu dan Paritas dengan Kejadian Ketuban

Pecah Dini di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru”.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah ”Apakah Ada Hubungan Usia Ibu dan Paritas dengan

Kejadian Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru

Ruang Bersalin Tahun 2015?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan usia ibu dan paritas dengan kejadian ketuban

pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru Tahun 2015

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi kejadian ketuban pecah dini di Rumah Sakit

Umum Daerah Banjarbaru Ruang Bersalin Tahun 2015

b. Mengidentifikasi umur ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah

Banjarbaru Ruang Bersalin Tahun 2015

c. Mengidentifikasi paritas ibu bersalin di Rumah Sakit Umum

Daerah Banjarbaru Ruang Bersalin Tahun 2015

d. Mengetahui hubungan umur ibu dengan kejadian ketuban pecah

dini di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru Ruang Bersalin

Tahun 2015

e. Mengetahui hubungan paritas ibu dengan kejadian ketuban pecah

dini di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru Ruang Bersalin

Tahun 2015
D. Manfaat Penelitian

1. Secara Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk mengembangkan dan

menambah pengetahuan yang telah ada tentang usia dan paritas dengan

terjadinya ketuban pecah dini, serta dapat dijadikan sebagai dasar

untuk penelitian selanjutnya.

2. Secara Praktis

a. Bagi Peneliti

Dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman, untuk

selanjutnya bisa digunakan sebagai bahan acuan penelitian lebih

lanjut yang berhubungan dengan kejadian ketuban pecah dini

dengan variabel yang berbeda.

b. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru

Dapat digunakan sebagai bahan masukan dan informasi yang lebih

rinci bagi rumah sakit dan petugas kesehatan dalam meningkatkan

pelayanan terutama dalam hal pencegahan dan penanganan

Ketuban Pecah Dini (KPD) di Rumah Sakit Umum Daerah

Banjarbaru.

c. Bagi Institusi Akademi Kebidanan Banua Bina Husada

Dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang berkaitan

dengan ilmu kebidanan khususnya dalam mata kuliah patologi

kebidanan, dan sekaligus sebagai bahan referensi bagi mahasiswa

yang akan mengadakan penelitian tentang ibu bersalin dengan


ketuban pecah dini di Akademi Kebidanan Banua Bina Husada

Banjarbaru.

E. Ruang Lingkup

1. Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi dalam penelitian ini adalah hubungan usia ibu

dan paritas ibu bersalin dengan kejadian ketuban pecah dini di Ruang

Bersalin Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru Tahun 2015

2. Ruang Lingkup Subjek

Subjek penelitian adalah ibu yang mengalami ketuban pecah dini di

Ruang Bersalin Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru Tahun 2015.

3. Ruang Lingkup Waktu

Ruang lingkup waktu penelitian ini adalah periode 2016

4. Ruang Lingkup Tempat

Ruang lingkup tempat penelitian adalah Rumah Sakit Umum Daerah

Banjarbaru.
F. Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan yang sudah dilakukan oleh

peneliti, terdapat penelitian yang mirip dan dilakukan oleh:

No Peneliti Judul Penelitian Uraian


1. Nurul Faktor - faktor yang Metode Penelitian: observasional
Huda mempengaruhi dengan pendekatan analitik
Ketuban Pecah Dini di Variabel independen: umur,
PKU Muhammadiyah pendidikan, paritas, preeklamsi,
Surakarta Tahun 2013 anemia, gamely, hidramnion
Variabel dependen: Ketuban Pecah
Dini
Populasi: Semua ibu bersalin yang
mengalami ketuban pecah dini di RS
PKU Muhamadiyah Surakarta tahun
2012 sebanyak 242 ibu bersalin
Sampel: purposive sampling
sebanyak 125 ibu bersalin.
Hasil: peneliti menyimpulkan ada
hubungan yang bermakna antara
umur, pendidikan, paritas,
preeklamsi, anemia, gamely,
hidramnion memiliki hubungan
yang bermakna dengan kejadian
ketuban pecah dini
2. Vaisatun Faktor-Faktor Metode penelitian: Deskriftif.
Penyebab Terjadinya Variabel independen: umur,
Ketuban Pecah Dini di paritas, penyakit yang menyertai
RSUD Pambalah Populasi: semua ibu bersalin di
Batung Amuntai RSUD Pambalah Batung Amuntai
tahun 2013 sebanyak 245 ibu
bersalin
Sampel: purposive sampling
sebanyak 128 orang.
Hasil: sebanyak 69,6 % ketuban
pecah dini terjadi pada ibu bersalin
primipara dan tidak ada hubungan
antara umur dengan kejadian
ketuban pecah dini.
3. Ruth dkk Hubungan Umur Ibu Metode penelitian: ini adalah
dengan Kejadian deskriftif korelatif dengan
Ketuban Pecah Dini di pendekatan cross sectional.
RSUD Ambarawa Variabel independen: Usia dan
paritas
Variabel dependen: Ketuban Pecah
Dini.
Populasi: semua ibu bersalin di
RSUD Ambarawa tahun 2013
sebanyak 388 ibu bersalin
Sampel: semua ibu bersalin yang
mengalami ketuban pecah dini
sebanyak 388 ibu bersalin.
Hasil: Sebanyak 140 ibu (70.7%)
ibu mengalami kpd sejumlah 233
ibu (60.1%). Uji chi square p value
= 0.000 (α 0.05) yang berarti
terdapat hubungan yang bermakna
antara usia dengan ketuban pecah
dini.
4. Ardy Al- Analisis tentang Metode penelitian: deskriftif
Maqassary
paritas dengan dengan pendekatan cross sectional.
kejadian ketuban Variabel independen: umur dan
pecah dini pada ibu paritas
bersalin di RSUD Variabel dependen: ketuban pecah
Sidoarjo dini
Populasi: semua ibu bersalin yang
mengalami Ketuban Pecah Dini di
RSUD Sidoarjo Tahun 2011
sebanyak 183 ibu bersalin.
Sampel: Random sebanyak 138 ibu
bersalin.
Hasil: 138 ibu (75.41%) tidak
mengalami ketuban pecah dini dan
sebanyak 45 ibu (24.59%)
mengalami ketuban pecah dini. Dari
71 primipara, 55 (77.46%) tidak
mengalami ketuban pecah dini dan
16 ibu (22.54%) mengalami ketuban
pecah dini. Dari 101 ibu multipara,
76 ibu (75.24) tidak mengalami
ketuban pecah dini, 25 ibu (24.76)
mengalami ketuban pecah dini. Dan
dari 11 ibu grandemultipara 7
ibu(63.64) tidak mengalami ketuban
pecah dini dan 4 ibu (36.36)
mengalami ketuban pecah dini.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Pengertian

Persalinan adalah suatu pengeluaran hasil konsepsi dari rahim

ibu melalui jalan lahir atau jalan lain, yang kemudian janin dapat hidup

ke dunia luar. Persalinan dimulai sejak uterus berkontraksi, sehingga

menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan

berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap (Rohani, 2010).

Persalinan normal adalah bayi lahir melalui vagina dengan

letak belakang kepala atau ubun - ubun kecil, tanpa memakai alat

bantu serta tidak melukai ibu maupun bayi (kecuali episiotomi)

(Anggraeni, 2012).

Persalinan adalah proses pengeluaran (kelahiran) hasil

konsepsi yang dapat hidup diluar uterus melalui vagina ke dunia luar

(Sondakh, 2013).

Ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW) atau Ketuban

Pecah Dini (KPD) atau Ketuban Pecah Prematur (KPP) adalah

keluarnya cairan dari jalan lahir atau vagina sebelum proses persalinan

(Fadlun, 2011)

Ketuban pecah prematur yaitu pecahnya khorio - amniotik

sebelum onset persalinan atau disebut juga Premature Rupture of

Membrane (PROM) (Fadlun, 2011).


Secara umum persalinan berlangsung alamiah, tetapi tetap

diperlukan pemantauan karena ibu memiliki kondisi kesehatan yang

berbeda - beda, sehingga dapat mengurangi resiko kematian ibu dan

janin saat persalinan. Selain itu, selama kehamilan atau persalinan

dapat terjadi komplikasi yang mungkin terjadi karena kesalahan

penolong dalam persalinan, baik tenaga non kesehatan ataupun tenaga

kesehatan khususnya bidan.

2. Tanda Mulainya Persalinan (Sondakh, 2013)

a. Teori Penurunan Progesteron

Kadar hormon progesteron akan mulai pada kira - kira 1 - 2

minggu sebelum persalinan dimulai. Terjadinya kontraksi oto polos

uterus pada persalinan akan menyebabkan rasa nyeri yang hebat

yang belum diketahui secara pasti penyebabnya, tetapi terdapat

kemungkinan, yaitu:

1) Hipoksia pada miometrium yang sedang berkontraksi

2) Adanya penekanan ganglia saraf di serviks dan uterus

bagian bawah otot-ototyang saling bertautan

3) Peregangan serviks pada saat dilatasi atau pendataran

serviks, yaitu pendekatan saluran serviks dari panjang

sekitar 2 cm menjadi hanya berupa muara melingkar

dengan tepi hampir setipis kertas.

4) Peritoneum yang berada diatas fundus mengalami

peregangan.
b. Teori Keregangan

Ukuran uterus yang semakin membesar dan mengalami

penegangan akan mengakibatkan otot - otot uterus mengalami

iskemia sehingga mungkin menjadi faktor yang dapat mengganggu

sirkulasi uteroplasenta yang pada akhirnya membuat plasenta

menjadi degenerasi. Ketika uterus berkontraksi dan menimbulkan

tekanan hidrostatik kantong amnion akan melebarkan saluran

serviks.

c. Teori Oksitosin Interna

Hipofisis posterior menghasilkan hormon oksitosin. Adanya

perubahan keseimbangan antara estrogen dan progesterone dapat

mengubah sensitivitas otot rahim dan akan mengakibatkan

kontraksi uterus yang disebut braxton hicks. Penurunan kadar

progesteron karena usia kehamilan yang sudah tua akan

mengakibatkan aktifitas oksitosin meningkat. Beberapa tanda -

tanda dimulainya proses persalinan adalah sebagai berikut:

1) Terjadinya His Persalinan

Sifat His persalinan adalah sebagai berikut:

a) Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan

b) Sifatnya teratur, interval makin pendek, dan

kekuatan makin besar.

c) Makin beraktifitas (janin), kekuatan akan makin

bertambah.
2) Pengeluaran Lendir dengan Darah

Terjadi His persalinan mengakibatkan terjadinya perubahan

pada serviks yang akan menimbulkan:

a) Pendataran dan pembukaan

b) Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada

kanalis servikalis lepas

c) Terjadi perdarahan karena pembuluh darah kapiler

pecah

3) Pengeluaran Cairan

Pada beberapa kasus persalianan akan terjadi pecah

ketuban. Sebagian besar, keadaan ini terjadi menjelang

pembukaan lengkap. Setelah adanya pecah ketuban,

diharapkan proses persalinan akan berlangsung kurang dari

24 jam.

4) Hasil-Hasil yang Didapatkan pada Pemeriksaan Dalam

a) Perlunakan serviks

b) Pendataran serviks

c) Pembukaan serviks

3. Jenis-Jenis Persalinan

a. Persalinan Spontan

Persalinan spontan adalah bila persalinan berlangsung dengan

tenaga sendiri
b. Persalinan Buatan

Persalinan buatan adalah bila persalinan dengan bantuan tenaga

lain

c. Persalinan Anjuran

Persalinan anjuran adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk

persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jalannya Proses Persalinan

(Sondakh, 2013)

a. Penumpang (Passenger)

Penumpang dalam persalinan adalah janin dan plasenta. Hal-hal

yang perlu diperhatikan mengenai janin adalah ukuran kepala

janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Sedangkan yang

perlu diperhatikan pada plasenta adalah letak, besar dan luasnya.

b. Jalan Lahir (Passage)

Jalan lahir terbagi atas dua yaitu jalan lahir keras dan jalan lahir

lunak. Hal - hal yang perlu diperhatikan dari jalan lahir adalah

ukuran dan bentuk tulang panggul. Sedangkan yang perlu

diperhatikan pada jalan lahir lunak adalah segmen bawah uterus

yang dapat meregang, serviks, otot dasar panggul vagina, dan

introitus vagina.
c. Kekuatan (Power) (Sondakh, 2013)

Faktor kekuatan dalam persalinan dibagi menjadi dua, yaitu:

1) Kekuatan Primer (Kekuatan His dan Meneran)

Kontraksi berasal dari segmen atas uterus yang menebal

dan dihantarkan ke uterus bawah dalam bentuk gelombang.

Istilah yang yang digunakan untuk menggambarkan

kontraksi involunter ini antara lain frekuensi, durasi dan

intensitas kontraksi. Kekuatan primer ini mengakibatkan

serviks menipis (effecement) dan berdilatasi sehingga janin

turun.

2) Kekuatan Sekunder (Kontraksi Otot Rahim)

Pada kekuatan ini, otot-otot diafragma dan abdomen ibu

berkontraksi dan pendorong keluar isi ke jalan lahir

sehingga menimbulkan tekanan intra abdomen. Tekanan ini

menekan uterus pada semua sisi dan menambah kekuatan

dalam mendorong keluar. Kekuatan sekunder tidak

mempengaruhi dilatasi serviks, tetap setelah dilatasi serviks

lengkap, kekuatan ini cukup penting dalam usaha untuk

mendorong keluar dari uterus dan vagina

3) Posisi Ibu (Positioning)

Posisi ibu dapat mempengaruhi adaptasi dan fisiologi

persalinan. Perubahan posisi yang diberikan kepada ibu


bertujuan untuk menghilangkan rasa letih, memberi rasa

nyaman, dan memperbaiki sirkulasi.

a) Posisi litotomi, adalah posisi yang paling umum.

Wanita berbaring terlentang dengan lutut ditekuk,

kedua paha diangkat ke samping kanan dan kiri

b) Posisi duduk (squatting position), sekarang posisi

bersalin duduk telah dikembangkan di Negara-negara

Amerika Latin. Untuk itu dibuat meja khusus agar

wanita dapat duduk sambil melahirkan

c) Cara berbaring terdapat beberapa pendapat sebagai

berikut:

(1) Menurut Walcher, ditepi tempat tidur

(2) Menurut Tjeenk-Willink, memakai bantal

(3) Menurut Jonges, untuk memperlebar pintu bawah

panggul

(4) Menurut posisi sims, dengan posisi miring.

(Mochtar, 2011)

4) Respon Psikologi (Physchology Response)

Respon psikologi ini dapat dipengaruhi oleh:

a) Dukungan ayah bayi atau pasangan selama proses

persalinan

b) Dukungan kakek dan nenek (kerabat dekat) selama

proses persalinan
c) Saudara kandung bayi selama proses persalinan

5. Tahap-Tahap Persalinan (Sondakh, 2013)

a. Kala I (Kala Pembukaan)

Kala I dimulai dari saat persalinan (pembukaan satu sampai

pembukaan lengkap), proses ini terbagi menjadi dua, yaitu:

1) Fase Laten

Fase laten dimulai sejak awal kontraksi sampai dengan

pembukaan 3 cm, membutuhkan waktu 8 jam

2) Fase Aktif

Dimulai dari pembukaan 4 cm sampai dengan pembukaan 10

cm, membutuhkan waktu 7 jam. Kontraksi lebih kuat dan

sering, dibagi menjadi 2 fase, yaitu:

a) Fase akselerasi

Fase akselerasi terjadi dalam waktu 2 jam, pada pembukaan

3 cm menjadi 4 cm

b) Fase dilatasi maksimal

Fase dilatasi maksimal terjadi dalam waktu 2 jam, pada

pembukaan 4 cm menjadi 9 cm biasa terjadi sangat cepat

c) Fase deselerasi

Fase deselerasi pembukaan menjadi sangat lambat biasa

terjadi dalam waktu 2 jam, pada pembukaan 9 cm sampai

menjadi lengkap.
b. Kala II (Kala Pengeluaran Janin)

Gejala kala II (kala pengeluaram janin) adalah sebagai berikut:

1) His semakin kuat, dengan interval 2 - 3 menit, dengan durasi

50 sampai dengan 100 detik.

2) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah ditandai dengan

pengeluaran cairan secara mendadak

3) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti

keinginan mengejan akibat terletaknya fleksus frankenhauser

4) Kedua keinginan his dan mengejan lebih mendorong kepala

bayi sehingga terjadi:

a) Kepala membuka pintu

b) Subocciput bertindak sebagai hipomoglion. Kemudian

secara berturut - turut lahir ubun - ubun besar, dahi, hidung

dan muka beserta kepala seluruhnya

5) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti putaran paksi luar, yaitu

penyesuaian kepala pada punggung

6) Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi

ditolong dengan cara:

a) Kepala dipegang pada os occiput dan dibawah dagu,

kemudian ditarik dengan menggunakan cunam ke bawah

untuk melahirkan bahu depan dan keatas untuk melahirkan

bahu belakang
b) Setelah kedua bahu lahir, ketiak dikait untuk melahirkan

sisa badan bayi

c) Bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban

7) Lamanya kala II untuk primigravida 1,5 - 2 jam dan

multigravida 0,5 - 1 jam

c. Kala III (Pelepasan Plasenta)

Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang

berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Proses pelepasan plasenta

dapat diperkirakan dengan mempertahankan tanda - tanda dibawah

ini:

1) Uterus berbentuk globuler

2) Uterus terdorong ke atas karena plasenta dilepas ke segmen

bawah rahim

3) Tali pusat memanjang

4) Terjadi semburan darah tiba - tiba

d. Kala IV (Kala Pengawasan / Observasi / Pemulihan)

Kala ini dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama

post partum. Jangan meninggalkan wanita bersalin alam 1 jam

setelah bayi dan plasenta lahir. Sebelum meninggalkan ibu yang

baru melahirkan, periksa ulang terlebih dahulu dan perhatikan 7

pokok penting berikut:


1) Kontraksi Rahim

Kontraksi rahim baik atau tidaknya diketahui dengan

pemeriksaan palpasi. Jika perlu lakukan massase dan berikan

uterotonika, seperti methergin, dan oksitosin

2) Perdarahan

Periksa adanya perdarahan atau tidak, banyak atau biasa

3) Kandung kemih

Kandung kemih harus kosong, jika penuh ibu dianjurkan

berkemih, bila tidak bisa lakukan pemasangan kateter

4) Luka

Ada luka jahitan atau tidak, periksa jahitan dalam kondisi baik

atau tidak, dan periksa ada perdarahan pada luka atau tidak

5) Plasenta

Plasenta dan selaput ketuban harus utuh

6) Keadaan Umum

Periksa keadaan umum ibu, tekanan darah, nadi, pernapasan

dan suhu

7) Bayi

Periksa keadaan umum bayi, nadi, pernapasan dan suhu

(Sondakh, 2013)
6. Komplikasi Dalam Persalinan (Fadlun, 2011)

a. Preeklamsia

Preeklamsia adalah peningkatan tekanan darah yang baru

timbul setelah usia kehamilan mencapai 20 minggu, disertai

dengan penambahan berat badan ibu yang cepat akibat tubuh ibu

membengkak dan pada pemeriksaan laboratorium dijumpai protein

di dalam urine. Kriteria minimal: tekanan darah ≥ 140/90 mmHg

setelah usia kehamilan 20 minggu, disertai proteinuria ≥ 300 mg/24

jamatau 1+ pada dipstick.

b. Persalinan prematur

Persalinan prematur adalah apabila janin dilahirkan < 37

minggu. Adapun sebab - sebab terjadinya persalinan prematur

adalah sebagai berikut:

1) Komplikasi medis maupun obstetrik, seperti: perdarahan

antepartum, hipertensi dalam kehamilan

2) Faktor gaya hidup, seperti: kebiasaan merokok, kenaikan berat

badan ibu selama hamil kurang, penggunaan obat - obatan

(kokain)

3) Ketuban pecah prematur pada kehamilan preterm, yaitu

ketuban pecah secara spontan sebelum kehamilan 37 minggu.

Adapun sebab - sebab terjadinya ketuban pecah prematur

adalah sebagai berikut:


a) Infeksi, dalam epidemiologi menunjukan hubungan antara

koloni saluran genital oleh Streptococcus group B,

Chlamidya trachomatis, Neisseria Gonorrhoeae, dan

mikroorganisme penyebab vaginosis bakteri akan

meningkatkan resiko ketuban pecah prematur

b) Hormon, akibat ekspresi gen relaksin meningkat sebelum

proses persalinan aterm pada selaput ketuban

c) Apoptosis, yaitu kematian sel terprogram

d) Regangan selaput ketuban berlebihan. (Wijayanegara,

2009).

c. Postmatur

Postmatur adalah kehamilan yang berlangsung sampai 42

minggu atau lebih. Adapun penyebab terjadinya postmatur adalah

sebagai berikut:

1) Pengaruh progesteron, akibat masih berlangsungnya pengaruh

progesteron

2) Teori oksitosin, akibat kurang pelepasan oksitosin dari

neurohipofisis pada kehamilan lanjut

3) Teori kortisol, akibat peningkatan secara tiba - tiba kadar

kortisol plasma janin

4) Syaraf uterus, akibat tidak ada tekanan pada ganglion servikalis

dan pleksus

5) Herediter
d. Polihidramnion

Polihidramnion adalah keadaan dimana air ketuban

melebihi 2.000 ml. adapun penyebab terjadinya polihidramnion

adalah sebagai berikut:

1) Produksi air ketuban bertambah, dilatasi tubulus ginjal dan

kandung kemih ukuran besar akan meningkatkan urine output

pada awal pertumbuhan fetus

2) Pengaliran air ketuban terganggu, akibat janin tidak bisa

menelan seperti pada atresia esophagus

e. Kelainan Letak

Salah satu komplikasi dalam persalinan adalah kelainan

letak. Adapun macam - macam kelainan letak adalah sebagai

berikut:

1) Presentasi bokong, yaitu suatu keadaan dimana tungkai atau

bokong janin sebagai bagian terendah. Faktor predisposisi

presentasi bokong seperti multipara, prematuritas, hidramnion,

plasenta previa, ansefalus, anomali rahim dan kehamilan

ganda. Terdapat tiga jenis presentasi bokong, yaitu sebagai

berikut:

a) Bokong murni (frank breech), kedua paha janin fleksi dan

kedua tungkai ekstensi pada lutut

b) Presentasi bokong kaki / lengkap (complete breech), kedua

paha janin fleksi dan satu atau kedua lutut difleksikan


c) Presentasi kaki/lutut (incomplete breech), satu atau kedua

paha janin ekstensi dan satu atau kedua lutut atau kaki

terletak di bawah panggul

Persalinan per vaginam pada persalinan sungsang dibagi

menjadi tiga yaitu sebagai berikut:

(1) Persalinan spontan, dengan kekuatan ibu sendiri biasa

disebut cara brach

(2) Manual aid, janin dilahirkan dengan kekuatan ibu dan

sebagian dibantu penolong (cara klasik, muller, lovset)

(3) Ekstarasi sungsang (total breech extraction), dilahirkan

dengan memakai tenaga penolong biasa disebut teknik

ekstraksi bokong dan ekstraksi kaki

2) Letak lintang

Dikatakan letak lintang bila sumbu memanjang, janin

menyilang, sumbu memanjang ibu secara tegak lurus atau

mendekati 90°. Adapun penyebab terjadinya letak lintang

akibat relaksasi berlebihan pada dinding abdomen, prematur,

plasenta previa, hidramnion, kehamilan ganda, panggul

sempit, dan kelainan bentuk rahim (Fadlun, 2011).

f. Kehamilan Ganda

Kehamilan ganda adalah kehamilan dengan dua janin atau

lebih. Berikut ini merupakan jenis-jenis kehamilan ganda:


1) Kehamilan ganda monozigotik, yaitu satu ovum yang dibuahi

dan membelah secara dini hingga membentuk dua embrio yang

sama (kembar identik)

2) Kehamilan ganda dizigotik, yaitu berasal dari dua atau lebih

ovumyang telah dibuahi disebut juga heterolog

3) Chimerism, adalah individu dimana sel - selnya berasal dari

satu ovum yang dibuahi. Biasanya ditemukan dua golongan

darah yang berbeda pada satu orang

4) Superfetasi dan superfekundas

(Rohani, 2010)

g. Persalinan lama

Persalinan lama adalah persalinan yang abnormal atau

sulit. Adapun sebab - sebab terjadinya persalinan lama dapat dibagi

menjadi 3 golongan sebagai berikut:

1) Kelainan His

His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya

menyebabkan kerentanan pada jalan lahir yang lazim terdapat

pada setiap persalinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan

mengalami hambatan atau kemacetan

2) Kelainan Janin

Persalinan dapat mengalami hambatan atau kemacetan karena

kelainan dalam letak atau dalam bentuk janin


3) Kelainan Jalan Lahir

Keadaan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir bisa

menghalangi kemajuan persalinan yang menyebabkan

kemacetan (Prawirohardjo, 2011).

h. Distosia Bahu

Distosia bahu adalah tersangkutnya bahu janin dan tidak

dapat dilahirkan setelah kepala janin lahir. Salah satu kriteria

diagnosa distosia bahu adalah bila dalam persalinan pervaginam

untuk melahirkan bahu harus dilakukan manuver khusus seperti

traksi cunam bawah dan episiotomi. Adapun faktor penyebab

terjadinya distosia bahu sebagai berikut:

1) Ibu dengan diabetes, 7% insiden distosia bahu terjadi pada ibu

dengan diabetes gestasional

2) Janin besar (makrosomia), distosia bahu lebih sering terjadi

pada bayi dengan berat lahir yang lebih besar, meski demikian

hampir setengah dari kelahiran distosia bahu memiliki berat

kurang dari 4000 gram.

3) Riwayat obstetrik dengan bayi besar

4) Ibu dengan obesitas

5) Multiparitas

6) Kehamilan posterm, menyebabkan distosia bahu karena janin

terus tumbuh setelah usia kehamilan 42 minggu


7) Riwayat obstetrik dengan persalinan lama, terdapat kasus

distosia bahu rekuren 12%

Ada beberapa langkah teknik penanganan pada distosia bahu,

yaitu menentukan diagnosis kemuadian hentikan traksi pada

kepala, segera panggil bantuan. Kemudian lakukan manuver

Mc Robert (Posisi Mc Robert, episiotomi jika perlu, tekanan

suprapubik, tarikan kepala). Apabila bayi masih belum dapat

lahir maka segera lakukan manuver Rubin (posisi tetap Mc

Robert, rotasikan bahu, tekanan suprapubik, tarikan kepala)

i. Putusnya tali pusat

Tali pusat merupakan sumber kehidupan bagi janin. Ibu

menyampaikan oksigen dan nutrisi dari tubuh ibu kepada bayi

melalui talai pusat dan plasenta. Putusnya tali pusat sering terjadi

pada janin kecil, prematur, atau bayi berada pada posisi breech.

Putusnya tali pusat juga dapat terjadi jika ketuban sudah pecah

sebelum bayi bergerak ke rongga panggul. Tali pusat bahkan dapat

keluar melaluui vagina dan merupakan situasi yang

membahayakan, karena aliran darah melalui tali pusat dapat

terhalang atau berhenti.

j. Ketuban Pecah Dini

Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan dari jalan

lahir / vagina sebelum proses persalinan


7. Air Ketuban dan Selaput Ketuban

a. Definisi

Air ketuban adalah cairan yang mengisi ruangan yang

dilapisi oleh selaout janin (amnion dan korion). Selaput amnion

adalah suatu membran yang kuat dan ulet, tetapi lentur. Selaput ini

merupakan jaringan yang menentukan hampir semua kekuatan

regangan membran janin (Sondakh, 2013).

Air ketuban (cairan amnion) diproduksi oleh sel endotel

yang mlapisi kantung dan permukaan plasenta, dan peresapan

cairan melewati membran kantung ketuban. Pada proposisi lebih

besar, air ketuban dihasilkan air kencing janin (Nugroho, 2012).

b. Asal Air Ketuban

Asal dari air ketuban belum diketahui dengan jelas, oleh

karena itu masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut. Beberapa teori

telah dikemukakan untuk menjelaskan hal tersebut, antara lain

bahwa air ketuban ini berasal dari lapisan amnion, terutama dari

bagian pada plasenta. Air ketuban dijelaskan memiliki peredaran

yang cukup baik, dalam 1 jam didapatkan perputaran ±500 cc.

beberapa perkiraan lainnya mengenai asal dari air ketuban adalah

sebagai berikut:

1) Urin janin (fetal urine)

2) Transudasi dari darah ibu

3) Sekresi dari epitel amnion


4) Asal campuran (mixed origin)

c. Ciri-Ciri Air Ketuban

Beberapa ciri air ketuban adlah sebagai berikut:

(1) Jumlah volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan kira -

kira 1000-1500 cc

(2) Air ketuban berwarna putih keruh, berbau amis

(3) Reaksinya agak alkali atau netral, dengan berat jenis 1,008

(4) Komposisinya terdiri atas 98% air, sisanya albumin, urea, asam

urat, kreatinin, sel-sel epitel, rambut lanugo, verniks kaseosa,

dan garam - garam organik

(5) Kadar protein kira-kira 2,6% gr per liter, terutama albumin

d. Fungsi Air Ketuban

Beberapa fungsi air ketuban adalah sebagai berikut:

(1) Mencegah perlekatan janin dengan amnion

(2) Agar janin dapat bergerak bebas

(3) Regulasi terhadap panas dan perubahan suhu

(4) Untuk menambah suplai cairan janin, dengan cara ditelan

atau diminum, yang kemudian dikeluarkan melalui BAK

janin

(5) Meratakan tekanan intra uterin dan membersihkan jalan lahir

bila ketuban pecah

(6) Peredaran air ketuban dengan darah ibu cukup lancar dan

perputarannya cepat ± 500 cc


(7) Sebagai pelindung yang akan menahan janin dari trauma

akibat benturan

(8) Melindungi dan mencegah tali pusat dari kekeringan, yang

dapat mengakibatkan tali pusat mengerut sehingga

menghambat penyaluran oksigen melalui darah ibu ke janin

(9) Menjadi inkubator yang sangat istimewa dalam menjaga

kehangatan disekitar janin

(10) Selaput ketuban dengan air ketuban didalamnya merupakan

penahan janin dan rahim dari kemungkinan infeksi

(11) Pada saat persalinan, air ketuban dapat meratakan tekanan

atau kontraksi di dalam rahim sehingga leher rahim membuka

(12) Pada saat kantong amnion pecah, air ketuban yang keluar

akan membersihkan jalan lahir

(13) Pada saat kehamilan, air ketuban dapat digunakan untuk

mendeteksi kelainan yang dialami janin, khususnya yang

berhubungan dengan kelainan kromosom

(14) Kandungan lemak dalam air ketuban dapat menjadi penanda

janin sudah matang atau akan lewat waktu

Seiring dengan usia kehamilan yang bertambah,

jumlah cairan ini terus meningkat. Pada keadaan normal,

jumlah air ketuban sekitar 50-250 ml. Pada usia kehamilan

10-20 minggu mencapai 500-1500 ml. Jika jumlahnya lebih

dari 2 liter dinamakan polihidramnion atau hidramnion dan


jika kurang dari 500 cc disebut oligohidramnion. Konsentrasi

otot rahim akan menekan sirkulasi plasenta dan

menimbulkan distress janin (Sondakh, 2013)

e. Keadaan Normal Cairan Amnion

Dibawah ini merupakan keadaan normal cairan amnion:

(1) Pada usia kehamlan cukup bulan, volume 1000-1500 cc

(2) Keadaan jernih agak keruh

(3) Steril

(4) Bau khas, agak manis dan amis

(5) Terdiri atas 98 - 99% air, 1 - 2% garam-garam anorganik dan

bahan organik (protein terutama albumin), runtuhan rambut

lanugo, verniks caseosa, dan sel - sel epitel

(6) Sirkulasi sekitar 500 cc / jam

f. Struktur Selaput Ketuban

Selaput ketuban tersusun atas lima lapisan yang terpisah,

rata - rata tebalnya 0,08-0,12 mm. tidak mengandung pembuluh

darah dan saraf, kebutuhan nutrisinya disuplai melalui cairan

ketuban. Lapisan paling dalam terdekat dengan janin adalah epitel

ketuban. Sel - sel epitel ketuban mensekresi kolagen tipe III dan IV

serta glikoprotein nonkolagenus (laminin, nidogen, dan

fibronektin) (Alamsyah, 2009).


8. Tinjauan Tentang Ketuban Pecah Dini

a. Definisi

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum

waktu melahirkan yang terjadi pada saat akhir kehamilan maupun

jauh sebelumnya (Nugroho, 2012).

Ketuban Pecah Dini (KPD) atau Prelabour Rupture Of The

Membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu

pada usia kehamlan kurang dari 37 minggu, atau disebut juga

Preterm Premature Rupture Of Membrane (PPROM) (Eni Nur

Rahmawati, 2012).

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum

waktunya melahirkan atau sebelum inpartu, pada pembukaan ≤ 4

cm (fase laten) (Nugroho, 2012).

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban

sebelum waktunya melahirkan pada pembukaan ≤ 4 cm dan setelah

6 jam tidak diikuti dengan terjadinya persalinan.

b. Etiologi

Penyebab ketuban pecah dini masih belum diketahui

secara jelas. Ada beberapa faktor yang membuat ketuban pecah

dini, yaitu:

1) Infeksi yang biasanya berawal dari kemaluan, lalu naik ke

mulut rahim dan dinding ketuban. Dinding ketuban paling


bawah merupakan bagian yang paling rentan karena mendapat

tekanan dari bobot janin, dan juga yang pertama mendapat

infeksi dari kemaluan

2) Gangguan pada leher rahim (cervix incompetence) sehingga

dinding ketuban paling bawah mendapatkan tekanan yang

semakin tinggi

3) Posisi plasenta dibawah, posisi plasenta yang baik adalah

disebelah atas agak kekiri atau kekanan sedikit

4) Tindakan invansif ke leher rahim, misalnya karena

pemeriksaan medis atau upaya pengguguran

5) Gangguan terhadap jaringan kolagen penyangga dinding

amnion, misalnya kebiasaan merokok dan meminum alkohol

6) Tekanan didalam rahim meningkat karena cairan ketuban

berlebihan, kehamilan kembar, janin yang besar, ataupun

adanya kelainan anatomis pada janin

7) Riwayat ketuban pecah dini sebelumnya

8) Trauma yang didapatkan misalnya hubungan seksual,

pemeriksaan dalam, maupun amnionitis

9) Kelainan letak, misalnya sungsang sehingga tidak ada bagian

terendah yang menutupi pintu atas panggul yang dapat

menghalangi tekanan terhadap membrane bagian bawah

10) Paritas, frekuensi melahirkan yang pernah dialami ibu

merupakan suatu keadaan yang dapat mengakibatkan


endometrium menjadi cacat dan sebagai akibatnya terjadi

komplikasi dalam kehamilan. Paritas adalah jumlah janin

dengan berat badan lebih dari atau sama dengan 500 gram yang

pernah dilahirkan hidup maupun mati. Bila berat badan tidak

diketahui maka dipakai umur kehamilan, yaitu 24 minggu.

Penggolongan paritas bagi ibu yang masih hamil berdasarkan

jumlahnya menurut WHO, yaitu:

a. Primigravida, adalah wanita yang hamil untuk pertama kalinya

b. Multigravida, adalah wanita yang pernah hamil beberapa kali

c. Grande multipara adalah wanita yang pernah hamil lebih dari 5

kali

Paritas primipara yang mengalami ketuban pecah dini berkaitan

dengan kondisi psikologis, mencakup sakit saat hamil,

gangguan fisiologis seperti emosional dan termasuk kecemasan

akan kehamilan (Cunninghan, 2006). Paritas multipara

mengalami seharusnya tidak terlau rentan uintuk mengalami

kejadian ketuban pecah dini. Karena kekuatan serviks masih

bagus. Selain itu 20 - 35 tahun secara organ reproduksi masih

bagus untuk hamil dan bersalin. Paritas grande multipara

mengalami ketuban pecah dini terutama usia lebih dari 35

tahun, ini karena ibu sudah hamil atau uterus sudah pernah

besar sebelumnya sehingga apabila ibu hamil kembali lahi

uterus akan semakin merenggang serta kekuatan jaringan ikat


dan vaskularisasi berkurang sehingga dapat menyebabkan pada

daerah tertentu inferiornya menjadi rapuh (Winkjosastro,

2008).

11) Umur, dianggap beresiko apabila umur saat hamil ≤ 20 tahun

dan ≥ 35 tahun. Umur merupakan faktor yang sangat

berpengaruh dengan dengan perkembangan alat - alat

reproduksi wanita dimana reproduksi sehat merupakan usia

yang paling aman bagi seorang wanita yang hamil dan

melahirkan yaitu 20 - 35 tahun. Tingginya angka kematian

ibu pada usia muda disebakan belum matangnya organ

reproduksi untuk hamil sehingga dapat merugikan kesehatan

ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin. Jika

seseorang hamil pada usia kurang dari 20 tahun dianggap

sebagai kehamilan berisiko tinggi karena alat reproduksi belum

siap untuk hamil sehingga mempengaruhi pembentukan selaput

ketuban menjadi normal. Sedangkan pada usia lebih dari 35

tahun terjadi penurunan kemampuan organ-organ reproduksi

yang berpengaruh pada proses embriogenesis sehingga selaput

ketuban lebih tipis yang memudahkan untuk pecah sebelum

waktunya (Ade Kurniawati, 2012).

12) Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya ketuban pecah dini

adalah sebagai berikut:


(a) Golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat

menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan

jaringan kulit ketuban

(b) Faktor disproporsisi antara kepala janin dan panggul ibu

(c) Defisiensi gizi dari tembaga atau asam aksorbat (Ade

Kurniawati, 2012).

c. Tanda dan Gejala

Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban

merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan

tidak seperti bau amoniak, kemungkinan cairan tersebut masih

merembes atau menetes, dengan cairan ciri pucat dan bergaris

warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena

terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila ibu duduk atau

berdiri, kepala janin yang sudah terletak dibawah biasanya

“mengganjal” kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina

yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat

merupakan tanda - tanda terjadi infeksi (Nugroho, 2012).

Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini adalah sebagai berikut:

1) Terjadinya pembukaan prematur serviks

2) Membran terkait dengan pembukaan terjadi:

a) Devaskularisasi

b) Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan


c) Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban semakin

berkurang

d) Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan

infeksi yang mengeluarkan enzim proteolotik dan enzim

kolagenase (Ade Kurniawati, 2012).

d. Pengaruh Ketuban Pecah Dini

1) Terhadap Janin

Walaupun ibu belum menunjukan tanda - tanda infeksi bayi

bisa saja sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterine

lebih dahulu terjadi (amnionitis) sebelum gejala pada ibu

dirasakan, sehingga akan meningkatkan mortalitas dan

morbiditas perinatal

2) Terhadap ibu

Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi. Selain

itu juga dijumpai infeksi puerpuralis, peritonitis, septicemia,

serta dry labour. Ibu menjadi mudah lelah, partus menjadi

lama, suhu badan meningkat, dan nadi cepat (Ani, 2013).

e. Diagnosa

Secara klinis diagnosa ketuban pecah dini tidak sukar

dibuat anamnesa pada klien dengan keluarnya air seperti kencing

dengan tanda - tanda khas yang sudah dapat dinilai mengarah ke

ketuban pecah dini. Untuk menegakkan diagnosa dapat dilakukan

dengan cara sebagai berikut:


a) Adanya cairan yang berisi mekonium, verniks caseosa, rambut

lanugo bila telah terinfeksi akan beraroma berbau

b) Pemeriksaan inspekulo, lihat dan perhatikan apakah air ketuban

keluar dan kanalis servikalis pada bagian yang sudah pecah,

atau terdapat cairan ketuban pada forniks posterior

c) USG, volume cairan amnion berkurang

d) Terdapat infeksi genital

e) Gejala chorioamnionitis

f) Pada maternal terjadi demam, takikardi, cairan amnion keruh,

leukositosis, leukosit esterase meningkat

g) Pada fetal terjadi takikardi, profilbiofisik dan kardiotokografi

h) Amnion, lakukan tes cairan amnion, diantaranya dengan kultur

stain, fetal fibronektin, dan sitokin. Jika terjadi

chorioamnionitis maka angka mortalitas 4 x lebih besar, angka

respiratory distress, neonatal sepsis dan perdarahan

intraventrikuler 3 x lebih besar. Dibawah ini merupakan tes

amnion:

a) Tes valsava dan fern

Normah pH cairan vagina 4,5-5,5 dan normal pH cairan

amnion 7,0-7,5

b) Uji kertas lakmus (nitrazin tes)

Air ketuban : berwarna biru (basa)

Air kencing : berwarna merah (asam)


(Eni Nur Rahmawati, 2012)

Menurut Nugroho (2012) diagnosa ketuban pecah dini dapat

ditegakkan dengan cara sebagai berikut:

a) Anamnesa

Penderia merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan

cairan yang banyak tiba - tiba dari jalan lahir. Cairan

berbau khas, dan pelu juga diperhatikan warna keluarnya

cairan tersebut, his belum teratur atau belum ada, tidak ada

pengeluaran darah

b) Inspeksi

Pemeriksaan dengan inspekulum pada ketuban pecah dini

akan tampak keluar cairan dari ostium uteri eksterna, bila

belum tampak fundus uteri ditekan, penderita diminta

untuk batuk, mengejan atau melakukan menuver valsava,

goyangkan bagian terendah, maka akan tampak keluar

cairan dari ostium uteri dan terkumpul pada forniks

anterior

c) Pemeriksaan dalam

Di dalam vagina didapati cairan dan selaput ketuban sudah

tidak teraba. Pemeriksaan dalam vagina hanya dilakukan

apabila ketuban pecah dini yang sudah dalam masa

persalinan atau yang dilakukan induksi persalinan dan

dibatasi sedikit mungkin


Tabel 2.1 Diagnosis Cairan Vagina

Tanda dan Gejala Selalu Tanda dan Gejala Kadang Ada Diagnosis
Ada Kemungkinan

Keluar cairan ketuban 1. Ketuban pecah tiba-tiba


2. Cairan tampak di introitus
vagina Ketuban pecah dini
3. Tidak ada his dalam 1 jam

Cairan vagina berbau 1. Uterus nyeri Amnionitis


Demam 2. Denyut jantung janin cepat
Nyeri perut 3. Riwayat keluarnya cairan

Cairan vagina berbau 1. Gatal vaginitis


Tidak ada riwayat 2. Keputihan
3. Nyeri perut
4. Dysuria

f. Komplikasi

Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini

bergantung pada usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal

ataupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi

tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden section secarea,

atau gagalnya persalinan normal (Prawirohardjo, 2009).

Komplikasi yang harus diantisipasi meliputi:


1) Persalinan prematur

Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan.

Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan

aterm 90% terjadi dalam 24 jam setekah ketuban pecah. Pada

kehamilan antara 28 - 34 minggu 50% persalinan dalam 24

jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi

dalam 1 minggu.

2) Infeksi

Resiko infeksi pada ibu dan anak meningkat pada ketuban

pecah dini. Pada ibu dapat terjadi korioamnionitis, dan pada

bayi dapat terjadi septicemia, pneumonia, dan omfalitis.

3) Hipoksia dan Asfiksia

Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang

menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia dan hipoksia

4) Deformitas Janin

Menurut Nugroho (2012), komplikasi paling sering terjadi pada

ketuban pecah dini sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah

Respiratory Distress Syndrom (RDS), yang terjadi pada 10 -

40% bayi baru lahir. Resiko kecacatan dan kematian janin

meningkat pada ketuban pecah dini preterm.


g. Penatalaksanaan (Nugroho, 2012).

1) Konservatif

a) Rawat dirumah sakit

b) Beri antibiotika, bila ketuban pecah ≥ 6 jam berikan

ampisilin 4 x 500 mg atau gentamycin 1 x 80 mg

c) Usia kehamilan ≤ 32 - 34 minggu, rawat selama air ketuban

masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi

d) Bila usia kehamilan 32 - 34 minggu masih keluar air

ketuban, maka usia kehamilan 35 minggu dipertimbangkan

untuk terminasi kehamilan

e) Nilai tanda gejala infeksi (suhu, leukosit, tanda infeksi

intrauterine)

f) Pada usia kehamilan 32 - 34 minggu, berikan steroid untuk

memacu kematangan paru-paru janin

2) Aktif

a) Kehamilan ≥ 35 minggu, induksi oksitosin. Apabila gagal

lakukan seksio secarea

b) Pada keadaan Cepalo Pelvic Disease (CPD), letak lintang

dilakukan seksio secarea

c) Bila ada tanda infeksi, berikan antibiotika tinggi dan

persalinan diakhiri.
h. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Penyebab Terjadinya Ketuban

Pecah Dini

1. Usia

Usia adalah lama waktu hidup sejak lahir. penyebab

kematian maternal dari faktor reproduksi diantaranya adalah

usia ibu, dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia

aman untuk keahamilan dan persalinan adalah usia 20 - 30

tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan

pada usia dibawah 20 tahun ternyata 2 sampai 5 kali lebih

tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 29

tahun. Kematian meningkat kembali setelah usia 30 - 35 tahun

(Ani, 2013). Tingginya angka kematian ibu pada usia muda

disebakan belum matangnya organ reproduksi untuk hamil

sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun

perkembangan dan pertumbuhan janin. Jika seseorang hamil

pada usia kurang dari 20 tahun dianggap sebagai kehamilan

berisiko tinggi karena alat reproduksi belum siap untuk hamil

sehingg amempengaruhi pembentukan selaput ketuban menjadi

normal. Sedangkan pada usia lebih dari 35 tahun terjadi

penurunan kemampuan organ - organ reproduksi yang

berpengaruh pada proses embriogenesis sehingga selaput

ketuban lebih tipis yang memudahkan untuk pecah sebelum

waktunya (Ade Kurniawati, 2012).


2. Paritas

Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan

lebih dari atau sama dengan 500 gram yang pernah dilahirkan

hidup maupun mati. Bila berat badan tidak diketahui maka

dipakai umur kehamilan, yaitu 24 minggu. Penggolongan

paritas bagi ibu yang masih hamil berdasarkan jumlahnya

menurut WHO, yaitu:

d. Primigravida, adalah wanita yang hamil untuk pertama

kalinya

e. Multigravida, adalah wanita yang pernah hamil beberapa

kali

f. Grande multipara adalah wanita yang pernah hamil lebih

dari 5 kali

Menurut Ade Kurniawati (2012), jenis paritas bagi ibu yang

sudah hamil adalah sebagai berikut:

1) Nulipara, adalah wanita yang belim pernah melahirkan bayi

yang mampu hidup

2) Primipara, adalah wanita yang pernah satu kali melahirkan

bayi mencapai tahap mampu hidup

3) Multipara, adalah wanita yang telah melahirkan dua janin

atau lebih

4) Grande multipara, adalah wanita yang telah melahirkan

lima anak atau lebih.


Multigravida atau paritas tinggi merupakan salah satu

dari penyebab ketuban pecah dini. Karena paritas 2 - 3

merupakan keadaan relatif aman untuk hamil dan melahirkan

pada masa reproduktif, karena pada keadaan tersebut dinding

uterus belum banyak mengalami perubahan, dan serviks belum

terlalu sering mengalami pembukaan sehingga dapat

menyanggah selaput ketuban dengan baik (Varney, 2008).

Paritas primipara yang mengalami ketuban pecah dini

berkaitan dengan kondisi psikologis, mencakup sakit saat

hamil, gangguan fisiologis seperti emosional dan termasuk

kecemasan akan kehamilan (Cunninghan, 2006).

Paritas multipara mengalami seharusnya tidak terlau

rentan uintuk mengalami kejadian ketuban pecah dini. Karena

kekuatan serviks masih bagus. Selain itu 20 - 35 tahun secara

organ reproduksi masih bagus untuk hamil dan bersalin.

Paritas grande multipara mengalami ketuban pecah

dini terutama usia lebih dari 35 tahun, ini karena ibu sudah

hamil atau uterus sudah pernah besar sebelumnya sehingga

apabila ibu hamil kembali lahi uterus akan semakin

merenggang serta kekuatan jaringan ikat dan vaskularisasi

berkurang sehingga dapat menyebabkan pada daerah tertentu

inferiornya menjadi rapuh (Winkjosastro, 2008).


B. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan rangkaian teori yang mendasari topik

penelitian. Rumusan kerangka teori paling mudah mengikuti kaedah input,

proses dan output. Apabila dalam sebuah penelitian, sudah terdapat

kerangka teori yang baku, maka kita bisa mengadopsi kerangka teori

tersebut dengan mencantumkan sumbernya. Kerangka teori juga bisa

dibuat dari pohon masalah (pathway) penyakit tertentu sesuai dengan area

penelitian. Hubungan variabel dalam kerangka teori harus jelas tergambar,

dengan berbagai variabel yang mempengaruhinya. Berdasarkan uraian

diatas maka kerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Kala 1 persalinan Klien mengaku sudah Kesiapan proses
merencanakan kehamilan persalinan
sejak lama

Gangguan Kala 1 Persalinan

umur Kanalis Kelainan letak Infeksi Serviks Gemeli hidramnion Paritas


servikalis janin Inkompeten
selalu terbuka (sungsang)
≤ 20 tahun akibat kelainan
Proses
belum biomekanik Di latasi Ketegangan uterus Primipara
serviks uteri
matangnya Tidak ada bakteri serviks berlebih berlebih berkaitan
organ bagian terendah mengeluarkan dengan
reproduksi yang menutupi enzim psikologis
Mudahan PAP yang protiolitik
pengeluaran air menghalangi Selaput Serviks tidak bisa
≥ 35 tahun Grande
ketuban tekanan ketuban menahan tekanan
terjadi multipara
terhadap Selaput menonjol dan intrauterus
penurunan uterus
membrane ketuban mudah mudah pecah
kemampua semakin
bagian bawah pecah
n organ merenggang
reproduksi dan
kekuatan
KETUBAN PECAH DINI jaringan ikat
berkurang
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat analitik yaitu penelitian yang

menggali hubungan usia ibu dan paritas dengan kejadian ketuban

pecah dini. Model pendekatan yang digunakan pada penelitian ini

adalah pendekatan secara cross sectional, dimana subjek penelitian

dikumpulkan dengan cara pengumpulan data sekaligus pada waktu

yang bersamaan pada satu saat (point time approach) (Notoadmojo,

2010).

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Ruang Bersalin Rumah Sakit

Umum Daerah Banjarbaru di Ruang Bersalin pada bulan Mei – Juni

2015

B. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan dasar pemikiran pada penelitian

yang dirumuskan dari fakta - fakta, observasi dan tinjauan pustaka.

Kerangka konsep memuat teori, dalil atau konsep - konsep yanga akan

dijadikan dasar dan pijakan untuk melakukan penelitian (Setiawan, 2011).

Berdasarkan teori diatas untuk lebih jelas dapat dilihat bagan kerangka

konsep berikut ini:


Variabel Independen Variabel Depeden

Umur
Ketuban Pecah Dini
Paritas

Kelainan Letak

Infeksi

Serviks Inkompeten

Gameli

Gambar 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan:

Cetak tebal : Variabel yang diteliti

Tidak Cetak tebal : Variabel tidak diteliti

C. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas (Independen)

Variabel bebas atau independen merupakan variabel yang

menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (terikat).

Sehingga variabel independen dapat dikatakan sebagai variabel yang

mempengaruhi. (Setiawan dkk, 2011).

Variabel bebas pada penelitian ini adalah usia dan paritas.


2. Variabel Terikat (Dependen)

Variabel terikat atau biasa disebut variabel dependen adalah

variabel yan dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel

independen (bebas) (Setiawan dkk, 2011) Variabel terikat pada penelitian

ini adalah ibu yang mengalami ketuban pecah dini pada tahun 2015.

D. Hipotesis

Menurut Asmoro dkk, (2002) yang dikutip dalam Budiman, (2011)

hipotesis adalah pernyataan sebagai jawaban sementara atas pernyataan

penelitian yang harus diuji validitasnya secara empiris. Hipotesis

penelitian ini adalah:

1. Ada Hubungan Antara Usia Ibu dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini

di Ruang Bersalin RSUD Banjarbaru Tahun 2015

2. Ada Hubungan Antara Paritas Ibu dengan Kejadian ketuban Pecah

Dini di Ruang Bersalin RSUD Banjarbaru Tahun 2015

E. Definisi Operasional

Definisi operasional yaitu untuk membatasi ruang lingkup atau

pengertian variabel - variabel yang diamati atau diteliti dan variabel -

variabel tersebut diberi batasan. Definisi operasional juga bermanfaat

untuk mengarahkan pada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel

- variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrument atau alat

ukur. (Notoatmojo, 2010)


Tabel 3.1
Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Skala Hasil Ukur


Operasional Ukur
Keluarnya
lendir secara
1. Ketuban per vaginam Dokumentasi Buku Nominal 1.Mengalami
Pecah Dini tanpa adanya Register KPD
tanda-tanda 2.Tidak
persalinan mengalami
KPD

2. Lama hidup
responden 1. Tidak aman
Umur terhitung Dokumentasi Buku Nominal (< 20 dan >
mulai saat Register 35 tahun)
dilahirkan 2. Aman (20 -
35 tahun)

3. Jumlah anak
yang 1. Tidak aman
Paritas dilahirkan ibu Dokumentasi Buku Nominal (1 dan > 3)
baik hidup Register 2. Aman (2 - 3)
atau mati

F. Hubungan Antar Variabel

Hubungan antara variabel bebas yaitu usia dan paritas.

Sedangkan, variabel pada terikat yaitu ibu yang mengalami ketuban pecah

dini pada tahun 2015


G. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek

atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Setiawan dkk, 2011).

Populasi dalam penelitian ini adalah seuruh ibu hamil yang

melahirkan di ruang bersalin Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru

pada Tahun 2015 sebanyak 1.467 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi (Setiawan dkk, 2011).

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang

melahirkan di ruang bersalin Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru

pada Tahun 2015 sebanyak 1.467 orang (Total Sampling).

H. Alat dan Metode Pengumpulan Data ( Validitas dan Reliabilitas)

1. Alat Pengumpulan Data

Alat ukur pada pengumpulan data pada penelitian ini adalah

data sekunder berupa data yang diperoleh dari Rumah Sakit (RS)

seperti data usia ibu dan paritas.


2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam hal ini digunakan teknik pengumpulan data dengan

menggunakan data sekunder yang diambil dari laporan perawatan dan

rekam medis pada ruang bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah

Banjarbaru. Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain,

tidak langsung diperoleh peneliti dari subyek penelitiannya. Biasanya

berupa data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia

(Setiawan dkk, 2011).

I. Jalannya Penelitian

1. Persiapan

Sebelum penelitian ini dilakukan, peneliti melalui berbagai

tahapan seperti melakukan studi pendahuluan, pengajuan judul kepada

dosen pembimbing, pencarian literatur, dan penyusunan instrument

penelitian.

2. Pelaksanaan

Pada tanggal 06 Mei 2016 peneliti mengajukan judul

penelitian kepada pembimbing, kemudian pada tanggal 10 Mei 2016

mengajukan surat permohonan untuk melakukan studi pendahuluan

setelah mendapatkan izin persetujuan institusi tempat penelitian ,

peneliti dapat melakukan studi pendahuluan. Pada tanggal 26 Mei

2016 peneliti mengajukan surat permohonan untuk mendapatkan izin

penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru. Setelah


mendapatkan izin persetujuan institusi tempat penelitian, peneliti dapat

melakukan penelitian yang sesuai dengan prinsip – prinsip etis

penelitian yaitu meminta persetujuan kepada pihak rekam medis dan

kepala ruangan bersalin kemudian menjelaskan maksud penelitian.

3. Penyelesaian

Setelah data terkumpul, peneliti melakukan tahapan

pengelolaan data dan analisis data untuk selanjutnya disajikan dalam

bentuk sebuah laporan karya tulis ilmiah.

J. Analisis Data

Analisis data dilakukan secara bertahap yaitu dengan analisis

univariat dan bivariat. Analisis univariat dimaksudkan untuk

menggambarkan masing – masing variabel bebas dan variabel terikat

dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi. Sedangkan analisis

bivariat dimaksud untuk melihat hubungan kedua variabel, yaitu variabel

bebas dan variabel terikat. Analisis data yang dilakukan untuk melihat

hubungan antar kedua variabel ini yakni menggunakan uji Chi Square

(menggunakan SPSS versi 16) dengan tingkat kepercayaan 95% dari nilai

α 0,05 jadi apabila nilai p (probabilitas) > 0,05 maka H0 diterima yang

berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel independen dan

variabel dependen. Apabila p < 0,05 maka H0 ditolak yang berarti

didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara kedua variabel di atas

dengan rumus sebagai berikut:


(𝑓0−𝑓𝑒)²
𝑥 2 =∑ keterangan:
𝑓𝑒

x2 : Nilai Chi-kuadrat

fe : frekuensi ang diharapkan

f0 : frekuensi yang diperoleh

Prinsip dasar uji chi square adalah membandingkan frekuensi yang terjadi

(observasi) dengan frekuensi harapan (ekspektasi). Bila nilai frekuensi

observasi dengan nilai frekuensi harapan sama, maka dikatakan tidak ada

hubungan yang bermakna (signifikan). Sebaiknya bila nilai frekuensi

observasi dengan nilai frekuensi harapan berbeda, maka dikatakan ada

hubungan yang bermakna. Syarat uji chi square adalah sebagai berikut:

(Hastomo, 2007)

1. Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan kurang dari 5 lebih

dari 20% dari total

2. Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai observasi kurang dari 1.

Pada analisis data ini peneliti menggunakan batas kemaknaan α = 0.05

yaitu apabila nilai p < 0.05 maka hipotesis diterima (H0 diterima) dan

bila p > 0.05 maka hipotesis ditolak (H0 ditolak)

3. Tidak ada cell dengan nilai frekuensi kenyataan atau disebut juga

Actual Count (F0) sebesar 0 (nol).

4. Apabila tabel kontingensi 2 x 2 tetapi tidak memenuhi syarat seperti

ada sel yang mempunyai nilai harapan kurang dari 5 maka rumus

diganti dengan “Fisher Exact Test”.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru merupakan rumah

sakit milik Pemerintah Kota Banjarbaru yang diserahkan

pengelolaannya oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan pada

tanggal 14 Agustus 2001. Berdasarkan Keputusan Walikota

Banjarbaru Nomor 366 Tahun 2011, RSUD Banjarbaru telah

ditetapkan menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), dengan

menerapkan fleksibilitas pengelolaan keuangan sesuai dengan yang

telah diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005

dan Peraaturan Kementrian Dalam Negeri No. 61 Tahun 2007.

Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru memiliki luas tanah

8.213 m2, dengan luas bangunan 5.049 m2, dan memiliki tempat tidur

sebanyak 137 buah. Berikut ini merupakan fasilitas dan sarana yang

terdapat di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru:

a. Pelayanan rawat jalan (poli spesialis anak, poli spesialis bedah,

poli spesialis bedah ortopedi, poli spesialis penyakit dalam, poli

spesiais kandungan, poli spesialis mata, poli spesialis kulit, poli

spesialis syaraf, poli umum, poli spesialis gizi, poli spesialis gizi

dan mulut)
b. Pelayanan gawat darurat (24 jam)

c. Pelayanan rawat inap

d. Pelayanan medik (pelayanan bedah sentral dan pelayanan

perinatal)

e. Pelayanan penunjang (Medis: laboratorium, radiologi, farmasi,

rehabilotas medik. Non medis: pelayanan gizi)

Jumlah kunjungan rawat inap Rumah sakit Umum Daerah Banjarbaru

Tahun 2015 mengalami kenaikan yaitu mencapai 12.588 kunjungan

dari tahun 2014 sebanyak 11.476 kunjungan.


2. Ketenagaan RSUD Banjarbaru

Tabel 4.1
Keadaan Ketenagaan RSUD Banjarbaru Tahun 2015

Dokter Jenis Tenaga


No JUMLAH
Spesialis PNS PTT KONTRAK
1. Dokter 16 - - 16
Spesialis
2. Dokter Gigi 1 - - 1
Spesialis
3. Dokter Umum 25 - - 25
4. Dokter Gigi 3 - - 3
5. Paramedis 133 7 21 161
Keperawatan
6. Paramedis 46 - - 53
Kebidanan
7. Paramedis 90 1 3 94
Penunjang
8. Non Medis 67 5 47 119
JUMLAH 381 13 71 472
Sumber: Laporan Tahunan Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru,

2015.

Berdasarkan Tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa ketenagaan

terbanyak di RSUD Banjarbaru adalah paramedis keperawatan

sebanyak 161 orang (34.11%) dan paling sedikit ketenagaan di RSUD

Banjarbaru adalah dokter gigi sebanyak 1 orang (0.21%)


3. Hasil Penelitian Univariat

a. Distribusi Frekuensi Ibu Bersalin Berdasarkan Kejadian Ketuban

Pecah Dini

Distribusi frekuensi responden berdasarkan kejadian

ketuban pecah dini di ruang bersalin RSUD Banjarbaru Tahun

2015 dibedakan atas dua kelompok yaitu ibu bersalin yang

mengalami ketuban pecah dini dan ibu bersalin yang tidak

mengalami ketuban pecah dini. Gambaran frekuensi umur ibu

bersalin dapat dilihat pada tabel 4.2

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Berdasar Ibu Bersalin Yang Mengalami
Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru
Tahun 2015

No Ibu Bersalin Total


Frekuensi (F) Presentasi (%)
1. Mengalami KPD 168 11.45
2. Tidak mengalami 1299 88.55
KPD
Jumlah 1.467 100
(Sumber: Rekam Medis, 2015)

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa ibu

yang tidak mengalami ketuban pecah dini sebanyak 1.299 orang

(88.55%) dan yang mengalami ketuban pecah dini sebanyak 168

orang (11.45%)
b. Distribusi Frekuensi Berdasar Kelompok Umur Ibu

Distribusi rekuensi berdasar kelompok umur ibu bersalin

yang mengalami ketuban pecah dini di ruang bersalin RSUD

Banjarbaru Tahun 2015 dibedakan atas dua kelompok yaitu ibu

bersalin dengan umur beresiko dan tidak beresiko. Gambaran

frekuensi umur ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah dini

dapat dilihat pada tabel 4.3

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Berdasar Kelompok Umur Ibu Bersalin Yang
Mengalami Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Umum Daerah
Banjarbaru
Tahun 2015

No Umur Ibu Total


Frekuensi (F) Presentasi (%)
1. Tidak aman (< 20 dan > 91 54.17
35 tahun)
2. Aman (20 – 35 tahun) 77 45.83
Jumlah 168 100
(Sumber: Rekam Medis, 2015)

Berdasarkan tabel 4.3. dapat dilihat bahwa umur ibu yang

tidak aman sebanyak 91 orang (54.17%) sedangkan umur ibu yang

aman sebanyak 77 orang (45.83%).


c. Distribusi Frekuensi Berdasar Paritas Ibu

Distribusi frekuensi berdasar paritas ibu bersalin yang

mengalami ketuban pecah dini di ruang bersalin RSUD Banjarbaru

Tahun 2015 dibedakan menjadi dua kelompok yaitu ibu bersalin

dengan paritas beresiko dan tidak beresiko. Gambaran frekuensi

paritas ibu dapat dilihat pada tabel 4.4

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Paritas Ibu Bersalin yang
Mengalami Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Umum Daerah
Banjarbaru
Tahun 2015

No Paritas Ibu Total


Frekuensi (F) Presentasi (%)
1. Tidak aman (1 dan > 97 57.73
3 anak)
2. Aman (2 – 3 anak) 71 42.63
Jumlah 168 100
(Sumber: Rekam Medis, 2015)

Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa paritas

ibu yang tidak aman sebanyak 97 orang (57.74%), sedangkan

paritas ibu yang aman sebanyak 71 orang (42.26%).


4. Hasil Penelitian Bivariat

d. Hubungan Usia dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini

Tabel 4.5
Hubungan Usia Ibu dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Di
Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru
Tahun 2015

Ibu Bersalin

Umur Ibu Mengalami Tidak Total P


KPD Mengalami Value
OR
KPD
n % N % N %
Tidak aman (< 20 dan
> 35 tahun) 91 17.3 434 82.7 525 100
Aman (20 – 35 tahun) 0.000 2.355
77 8.2 865 91.8 942 100 (1.702 – 3.259)

Total 168 11.5 1.299 88.5 1.467 100

Berdasarkan Tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa ibu

bersalin dengan umur tidak aman (< 20 tahun dan > 35 tahun)

sebanyak 525 orang sebagian besar tidak mengalami ketuban pecah

dini sebanyak 434 orang (82.7%), sedangkan ibu bersalin yang

memiliki umur aman (20 – 35 tahun) sebanyak 942 orang sebagian

besar juga tidak mengalami ketuban pecah dini sebanyak 865 orang

(91.8%). Hajil uji statistik dengan menggunakan uji chi square

didapatkan nilai p = 0.000 dan OR 2.355, dengan nilai p < 0.05.

maka dengan demikian hipotesis H0 dapat diterima yang artinya

ada hubungan usia ibu dengan kejadian ketuban pecah dini. Nilai

OR 2.355 menunjukan bahwa umur ibu yang tidak aman beresiko


terjadi ketuban pecah dini 2.355 kali lebih besar dibandingkan

umur ibu yang aman.

e. Hubungan Paritas dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini

Tabel 4.6
Hubungan Paritas dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di Rumah
Sakit Umum Daerah Banjarbaru
Tahun 2015

Ibu Bersalin
Paritas Mengalami Tidak Total P
KPD Mengalami Value
KPD OR

n % N % n %
Tidak Aman (1 dan > 3
anak) 97 14.6 567 85.4 664 100
Aman (2 – 3 anak) 0.001
1.764 (1.274 –
71 8.8 732 91.2 803 100 2.442)
Total 168 11.5 1.299 88.5 1.467 100

Berdasarkan Tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa ibu

bersalin dengan paritas tidak aman (1 dan > 3 anak) sebanyak 664

orang sebagian besar tidak mengalami ketuban pecah dini

sebanyak 567 orang (85.4%), sedangkan ibu bersalin yang

memiliki paritas aman (2 – 3 anak) sebanyak 803 orang sebagian

besar juga tidak mengalami ketuban pecah dini sebanyak 732 orang

(91.2%).Hajil uji statistik dengan menggunakan uji chi square

didapatkan nilai p = 0.001 dan OR 1.764, dengan nilai p < 0.05.

maka dengan demikian hipotesis H0 dapat diterima yang artinya

ada hubungan paritas ibu dengan kejadian ketuban pecah dini.

Nilai OR 1.764 menunjukan bahwa paritas ibu yang tidak aman


beresiko terjadi ketuban pecah dini 1.764 kali lebih besar

dibandingkan paritas ibu yang aman.

B. PEMBAHASAN

Penelitian yang dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah

Banjarbaru tentang Hubungan Usia Ibu dan Paritas dengan Kejadian

Ketuban Pecah Dini didapatkan hasil sebagai berikut:

1. Kejadian Ketuban Pecah Dini

Berdasarkan tabel 4.2 diatas bahwa ibu bersalin di RSUD

Banjarbaru sebanyak 1.467 orang, sebanyak 1.299 orang (88.55%)

tidak mengalami ketuban pecah dini dan sebanyak 168 orang (11.45%)

mengalami ketuban pecah dini.

Ketuban Pecah Dini (KPD) atau Prelabour Rupture Of The

Membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu pada

usia kehamlan kurang dari 37 minggu, atau disebut juga Preterm

Premature Rupture Of Membrane (PPROM). (Eni Nur Rahmawati,

2011). Penyebab ketuban pecah dini masih belum diketahui secara

jelas, sehingga usaha preventif tidak dapat dilakukan, beberapa faktor

yang membuat ketuban pecah dini seperti infeksi, usia, paritas,

gangguan leher Rahim, posisi plasenta di bawah, gameli, dan kelainan

letak.

Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban

merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak
seperti bau amniak, kemungkinan cairan tersebut masih merembes atau

menetes, dengan cairan ciri picat dan bergaris warna darah. Cairan ini

tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai

kelahiran. Tetapi bila ibu duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah

terletak dibawah biasanya “mengganjal” kebocoran untuk sementara.

Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin

bertambah cepat merupakan tanda-tanda terjadi infeksi (Taufan

Nugroho, 2012). Pengaruh Ketuban Pecah Dini (KPD) terhadap janin

seperti infeksi, karena infeksi intrauterine lebih dahulu terjadi

(amnionitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan, sehingga akan

meningkatkan mortalitas dan morbiditas perinatal, sedangkan terhadap

ibu seperti terjadi infeksi, peritonitis, septicemia, serta dry labour, ibu

menjadi mudah lelah, partus menjadi lama, suhu badan meningkat, dan

nadi cepat (Ani, 2013). Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah

dini bergantung pada usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal

ataupun neonatal, persalinan premature, hipoksia karena kompresi tali

pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden section secarea, atau

gagalnya persalinan normal (Prawirohardjo, 2009). Secara klinis

diagnosa ketuban pecah dini tidak sukar dibuat anamnesa pada klien

dengan keluarnya air seperti kencing dengan tanda-tanda khas yang

sudah dapat dinilai mengarah ke ketuban pecah dini.

Penatalaksanaan pada ketuban pecah dini, yaitu dengan cara

konservatif: awat dirumah sakit, beri antibiotika, bila ketuban pecah ≥


6 jam berikan ampisilin 4 x 500 mg atau gentamycin 1 x 80 mg,

apabila usia kehamilan ≤ 32-34 minggu, rawat selama air ketuban

masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi, bila usia

kehamilan 32-34 minggu masih keluar air ketuban, maka usia

kehamilan 35 minggu dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan,

nilai tanda gejala infeksi (suhu, leukosit, tanda infeksi intrauterine),

pada usia kehamilan 32-34 minggu, berikan steroid untuk memacu

kematangan paru-paru janin. Sedangkan penatalaksanaan secara aktif

meliputi: Kehamilan ≥ 35 minggu, induksi oksitosin. Apabila gagal

lakukan seksio secarea. Pada keadaan Cepalo Pelvic Disease (CPD),

letak lintang dilakukan seksio secarea. Bila ada tanda infeksi, berikan

antibiotika tinggi dan persalinan diakhiri (Taufan Nugroho, 2012).

2. Umur Ibu Bersalin yang Mengalami Ketuban Pecah Dini

Berdasarkan tabel 4.3. dapat dilihat bahwa umur ibu bersalin

yang mengalami ketuban pecah dini dengan umur tidak aman sebanyak

91 orang (54.17%) sedangkan ibu dengan umur aman sebanyak 77

orang (45.83%).

Usia adalah lama waktu hidup sejak lahir. penyebab kematian

maternal dari faktor reproduksi diantaranya adalah usia ibu, dalam

kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk keahamilan dan

persalinan adalah usia 20 - 30 tahun. Kematian maternal pada wanita

hamil dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahun ternyata 2 sampai 5

kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 29
tahun. Kematian meningkat kembali setelah usia 30 - 35 tahun (Ani,

2013).

3. Paritas Ibu Bersalin yang Mengalami Ketuban Pecah Dini

Berdasarkan tabel 4.4 diatas bahwa paritas ibu bersalin

yang mengalami ketuban pecah dini dengan paritas beresiko sebanyak

97 orang (57.74%), sedangkan ibu dengan paritas aman sebanyak 71

orang (42.26%).

Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari

atau sama dengan 500 gram yang pernah dilahirkan hidup maupun

mati. Bila berat badan tidak diketahui maka dipakai umur kehamilan,

yaitu 24 minggu. Penggolongan paritas bagi ibu yang masih hamil

berdasarkan jumlahnya menurut WHO, yaitu:

g. Primigravida, adalah wanita yang hamil untuk pertama kalinya

h. Multigravida, adalah wanita yang pernah hamil beberapa kali

i. Grande multipara adalah wanita yang pernah hamil lebih dari 5

kali

Paritas primipara yang mengalami ketuban pecah dini berkaitan

dengan kondisi psikologis, mencakup sakit saat hamil, gangguan

fisiologis seperti emosional dan termasuk kecemasan akan kehamilan

(Cunninghan, 2006). Paritas multipara mengalami seharusnya tidak

terlau rentan uintuk mengalami kejadian ketuban pecah dini. Karena

kekuatan serviks masih bagus. Selain itu 20 - 35 tahun secara organ


reproduksi masih bagus untuk hamil dan bersalin. Paritas grande

multipara mengalami ketuban pecah dini terutama usia lebih dari 35

tahun, ini karena ibu sudah hamil atau uterus sudah pernah besar

sebelumnya sehingga apabila ibu hamil kembali lahi uterus akan

semakin merenggang serta kekuatan jaringan ikat dan vaskularisasi

berkurang sehingga dapat menyebabkan pada daerah tertentu

inferiornya menjadi rapuh (Winkjosastro, 2008).

4. Hubungan Usia Ibu dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini

Berdasarkan Tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa ibu

bersalin dengan umur tidak aman (< 20 tahun dan > 35 tahun)

sebanyak 525 orang sebagian besar tidak mengalami ketuban pecah

dini sebanyak 434 orang (82.7%), sedangkan ibu bersalin yang

memiliki usia aman (20 – 35 tahun) sebanyak 942 orang sebagian

besar juga tidak mengalami ketuban pecah dini sebanyak 865 orang

(91.8%). Setelah dilakukan uji chi square dapat disimpulkan H0

diterima, dimana p value = 0.000 (α = 0.05), sehingga secara statistik

dapat dilihat ada hubungan yang bermakna antara usia ibu bersalin

dengan kejadian ketuban pecah dini di RSUD Banjarbaru Tahun 2015.

Hasil nilai odd ratio (RO) menunjukan bahwa ibu yang memiliki umur

aman (20 - 35 tahun) berpeluang untuk tidak mengalami ketuban pecah

dini 2.355 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang memiliki

usia tidak aman ( < 20 – > 35 tahun). Usia ibu bersalin yang tidak
aman ( > 35 tahun ) sebanyak 52 orang (57.14%) dan usia ibu tidak

aman ( < 20 tahun ) sebanyak 39 orang (42.86%).

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Faradila

(2012) yang menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan

antara usia (p=0,649) dengan kejadian ketuban pecah dinidi RSUD dr.

Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2011. Namun, hal ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh tahun 2013 di RSUD

Ambarawa dengan p value = 0.000 (α 0.05) yang berarti ada hubungan

usia dengan kejadian ketuban pecah dini.

Tingginya angka kematian ibu pada usia muda disebakan

belum matangnya organ reproduksi untuk hamil sehingga dapat

merugikan kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan

janin. Jika seseorang hamil pada usia kurang dari 20 tahun dianggap

sebagai kehamilan berisiko tinggi karena alat reproduksi belum siap

untuk hamil sehingga mempengaruhi pembentukan selaput ketuban

menjadi normal. Sedangkan pada usia lebih dari 35 tahun terjadi

penurunan kemampuan organ-organ reproduksi yang berpengaruh

pada proses embriogenesis sehingga selaput ketuban lebih tipis yang

memudahkan untuk pecah sebelum waktunya (Ade Kurniawati, 2012)

5. Hubungan Paritas Ibu dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini


Berdasarkan Tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa ibu

bersalin dengan paritas tidak aman (1 dan > 3 anak) sebanyak 664

orang sebagian besar tidak mengalami ketuban pecah dini sebanyak

567 orang (85.4%), sedangkan ibu bersalin yang memiliki paritas

aman (2 – 3 anak) sebanyak 803 orang sebagian besar juga tidak

mengalami ketuban pecah dini sebanyak 732 orang (91.2%). Setelah

dilakukan uji chi-square dapat disimpulkan H0 diterima, dimana p

value = 0.001 (α = 0.05), sehingga secara statistik dapat dilihat ada

hubungan yang bermakna antara usia ibu bersalin dengan kejadian

ketuban pecah dini di RSUD Banjarbaru Tahun 2015. Hasil nilai odd

ratio (RO) menunjukan bahwa ibu yang memiliki paritas aman (2 - 3

anak) berpeluang untuk tidak mengalami ketuban pecah dini 1.764 kali

lebih besar dibandingkan dengan ibu yang memiliki paritas tidak aman

( 1 – > 3 anak). Paritas ibu bersalin yang tidak aman ( > 3 anak )

sebanyak 34 orang (35.05%) dan paritas ibu tidak aman ( 1 anak )

sebanyak 63 orang (64.95%)

Hal ini sesuai dengan teori primipara dan multigravida

merupakan salah satu dari penyebab ketuban pecah dini. Karena

paritas 2-3 merupakan keadaan relatif aman untuk hamil dan

melahirkan pada masa reproduktif, karena pada keadaan tersebut

dinding uterus belum banyak mengalami perubahan, dan serviks belum

terlalu sering mengalami pembukaan sehingga dapat menyanggah

selaput ketuban dengan baik (Varney, 2008). Hal ini juga sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Vaisatun di RSUD Pambalah

Batung Amuntai (2013) bahwa sebanyak 69.6% ketuban pecah dini

terjadi pada ibu bersalin primipara. Paritas adalah jumlah janin dengan

berat badan lebih dari atau sama dengan 500 gram yang pernah

dilahirkan hidup maupun mati. Bila berat badan tidak diketahui maka

dipakai umur kehamilan, yaitu 24 minggu. Penggolongan paritas bagi

ibu yang masih hamil berdasarkan jumlahnya menurut WHO, yaitu:

primigravida adalah wanita yang hamil untuk pertama kalinya,

multigravida adalah wanita yang pernah hamil beberapa kali, grande

multipara adalah wanita yang pernah hamil lebih dari 5 kali.

Sedangkan menurut kurniawati (2012), jenis paritas bagi ibu yang

sudah hamil anttara lain seperti nulipara adalah wanita yang belim

pernah melahirkan bayi yang mampu hidup, primipara adalah wanita

yang pernah satu kali melahirkan bayi mencapai tahap mampu hidup,

multipara adalah wanita yang telah melahirkan dua janin atau lebih

grande multipara adalah wanita yang telah melahirkan lima anak atau

lebih.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Sebagian besar ibu bersalin dari 1.467 sebanyak 1.299 orang (88.55%)

tidak mengalami ketuban pecah dini dan sebagian kecil sebanyak 168

orang (11.45%) megalami ketuban pecah dini.

2. Sebagian besar ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah dini

dengan umur tidak aman sebanyak 91 orang (54.17%) sedangkan ibu

dengan umur aman sebanyak 77 orang (45.83%).

3. Sebagian besar paritas ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah

dini dengan paritas beresiko sebanyak 97 orang (57.74%), sedangkan

ibu dengan paritas aman sebanyak 71 orang (42.26%).

4. Ada hubungan usia ibu dengan kejadian ketuban pecah dini dengan

nilai p value = 0.000 (α = 0.05).

5. Ada hubungan paritas ibu dengan kejadian ketuban pecah dini dengan

nilai p value = 0.001 (α = 0.05)


B. SARAN

1. Bagi Peneliti

Dapat digunakan oleh peneliti selanjutnya sebagai acuan untuk

melakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketuban pecah dini baik

secara analitik maupun deskritif dengan variabel yang berbeda.

2. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru

Diharapkan untuk tenaga kesehatan lebih banyak memberikan

penyuluhan tentang Ketuban Pecah Dini (KPD) dalam upaya

pencegahan agar tidak terus mengalami peningkatan

3. Bagi Institusi Akademi Kebidanan Banua Bina Husada

Dapat meningkatkan wawasan, ilmu pengetahuan dan referensi bagi

mahasiswa Akademi Kebidanan Banua Bina Husada yang berkaitan

dengan ketuban pecah dini


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2016. Laporan Register Persalinan dengan Ketuban Pecah Dini di


Ruang Bersalin RSUD Banjarbaru. Tidak di publikasikan.

Anonim. 2016. Laporan Tahunan RSUD Banjarbaru. Tidak di publikasikan.

Effendi, dkk. 2009. Prematuritas. Bandung : PT Refika Aditama

Fadlun, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba Medika

Huda N. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketuban Pecah Dini di RS


PKU Muhammadiyah Surakarta: Suatu Model Disertasi yangtidak
dipublikasikan

Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta : EGC

Mochtar, Rustam. 2012. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta : EGC

Notoadmojo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta :


Nusa Medika

Nugroho, Taufan. 2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Nusa Medika

Prawirohardjo, S. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka

Rohani, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan. Jakarta : Salemba
Medika

Setiawan, Ari dan Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan. Yogyakarta


: Nusa Medika

Sondakh, Jenny. 2013. Asuhan Kebidanan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta :
Erlangga

Vaisatun. 2013. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Ketuban Pecah Dini di


RSUD Pambalah Batung Amuntai: Suatu Model Disertasi yang tidak
dipublikasikan

Wawan dan Dewi. 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Manusia Dilengkapi dengan Contoh Kuisioner. Jakarta: Mutia
Medika
Cunningham. (2006). Paritas dan kerangka teori KPD
http://midwivery2.blogspot.co.id/2013/10/karakteristik.html?m=1
(diakses pada tanggal 10 Mei 2016 Pkl. 16.15 WITA).
varney. (2008). Konsep Dasar Paritas
http://dr-suparyanto.blogspot.co.id/2011/02/konsep-dasar-paritas.html?m=1
(diakses pada tanggal 10 Mei 2016 Pkl 16.30 WITA).
SDKI. (2012). AKI & AKB
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2012.pdf
(diakses pada tanggal 10 Mei 2016 Pkl 16.40 WITA).
DEPKES RI. (2013). Kejadian Ketuban Pecah Dini
http://www.google.co.id/search?hl=id=ISO-8859
1&q=kejadian+kpd+menurut+Depkes+2013.
(diakses pada tanggal 10 Mei 2016 Pkl 16.45 WITA).
Anggraeni. (2012) Pengertian Persalinan Normal
http://midwevery2.blogspot.co.id/2013/10/peresalinan.html?m=1
Eni nur rahmawati. (2012) Pengertian KPD
http://sulfianasiraj.blogspot.co.id/2014/09/proposal-ketuban-pecah-dini.html?m=1
(diakses pada tanggal 10 Mei 2016 Pkl 16.50 WITA).
Ade kurniawati (2012) Ketuban Pecah Dini
http://adekurniawati906.blogspot.com/
(diakses pada tanggal 10 Mei 2016 Pkl 16.55 WITA).
Winkjosastro (2008) Paritas
http://uliltegar.blogspot.com.co.id/2014/03/tinjauan-teori-hubungan-paritas-
pre.html?m=1
(diakses pada tanggal 10 Mei 2016 Pkl 19.00 WITA).
ani. (2013). Pengaruh KPD Pada Ibu
http://ejurnal.akbidpantiliwasa.ac.id/index.php/kebidanan/article
(diakses pada tanggal 10 Mei 2016 Pkl 19.10 WITA).
Eni Kurniawati. (2011). Paritas
http://www.academia.edu/19666034/KETUBAN_PECAH_DINI_OBSTET
(diakses pada tanggal 10 Mei 2016 Pkl 20.00 WITA).
Faradila 2012. Hubungan Paritas Dan Usia Ibu Dengan Ketuban Pecah Dini Di
RSUD Dr Zainoel Abiding Banda Aceh
http://etd.unsyiah.ac.id/baca/index/.php?id=10129&page=1
(diakses pada tanggal 12 Mei 2016 Pkl 15.00 WITA).
Ruth dkk (2014). Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di
RSUD Ambarawa
http://ejournalnwu.ac.id/article/view1443665476
(diakses pada tanggal 12 Mei 2016 Pkl 16.00 WITA).

Sualman. (2009). Insidensi kejadian KPD

https://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24515/2

(diakses pada tanggal 13 Mei 2016 Pkl. 15.00 WITA)

Wijayanegara. (2009). Regangan Selaput Ketuban Berlebih

http://repository.unhas.ac.id:4001/digilib/files/disk1/86/--muslihamus-4257-1-
thesis-i.pdf

(diakses pada tanggal 13 Mei 2016 Pkl. 15.10 WITA)

Alamsyah, M. (2009). Struktur Selaput Ketuban

http://www.scribd.com/mobile/doc/294557942/9-Ketuban-Pecah-Dini-Pada-
Prematuritas-Dr-M-Alamsyah

(diakses pada tanggal 13 Mei 2016 Pkl. 15.30 WITA)

Hastomo. (2007). Syarat Uji Chi Square

http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-913-223502724-bab%20i-
lampiran.pdf

(diakses pada tanggal 13 Mei 2016 Pkl. 15.50 WITA)


Budiman. 2011. Pengertian Hipotesis

http://media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_k_1253.pdf

(diakses pada tanggal 13 Mei 2016 Pkl. 16.00 WITA)

Laurensia dkk. (2015). Hubungan BBLR dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini

http://akbidsarimulia.ac.id/ejurnal/downlod.php?file=B%20Laren,%20B%20Faiza
h%2015-25.pdf

(diakses pada tanggal 13 Mei 2016 Pkl. 16.10 WITA)

Ardy. (2011). Analisis tentang Paritas Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini
Pada Ibu Bersalin Di RSUD Sidoarjo

http://www.e-jurnal.com/2013/11/analisis-tentang-paritas-dengan.html?m=1

(diakses pada tanggal 13 Mei 2016 Pkl. 17.00 WITA)


LAMPIRAN
Time Schedule

Hubungan Usia Ibu dan Paritas dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini

Di Rumah Sakit Umum Daerah Banjarbaru Tahun 2015

No Jenis Kegiatan April Mei Juni


1. Pengajuan Judul
2. Studi Pendahuluan
3. Penyusunan BAB I
4. Penyusunan BAB II
5. Penyusunan BAB
III
6. Revisi BAB I, BAB II, BAB III
7. Penelitian
8. Penyusunan Laporan Skripsi

9. Ujian Hasil Skripsi


10. Revisi dan Penjilidan

11. Pengumupulan Skripsi yang Telah


Disahkan dewan Penguji
TahunAkademik 2015 / 1016
Hubungan Usi Ibu dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini

Di RSUD Banjarbaru

PARITAS * IBU BERSALIN Crosstabulation

IBU BERSALIN

MENGALAMI TIDAK
KPD MENGALAMI KPD Total

PARITAS AMAN Count 71 732 803

Expected Count 92.0 711.0 803.0

% within PARITAS 8.8% 91.2% 100.0%

% within IBU
42.3% 56.4% 54.7%
BERSALIN

% of Total 4.8% 49.9% 54.7%

TIDAK Count 97 567 664


AMAN
Expected Count 76.0 588.0 664.0

% within PARITAS 14.6% 85.4% 100.0%

% within IBU
57.7% 43.6% 45.3%
BERSALIN

% of Total 6.6% 38.7% 45.3%

Total Count 168 1299 1467

Expected Count 168.0 1299.0 1467.0

% within PARITAS 11.5% 88.5% 100.0%

% within IBU
100.0% 100.0% 100.0%
BERSALIN

% of Total 11.5% 88.5% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 11.919a 1 .001

Continuity Correctionb 11.357 1 .001

Likelihood Ratio 11.865 1 .001

Fisher's Exact Test .001 .000

Linear-by-Linear
11.911 1 .001
Association

N of Valid Casesb 1467

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 76.04.

b. Computed only for a 2x2 table

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate

Estimate 1.764
ln(Estimate) .567

Std. Error of ln(Estimate) .166

Asymp. Sig. (2-sided) .001

Asymp. 95% Common Odds Ratio Lower Bound 1.274


Confidence Interval
Upper Bound 2.442

ln(Common Odds Lower Bound .242


Ratio)
Upper Bound .893

The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally


distributed under the common odds ratio of 1.000 assumption. So is the natural log of
the estimate.
Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini

Di RSUD Banjarbaru

UMUR IBU * IBU BERSALIN Crosstabulation

IBU BERSALIN

MENGALAMI TIDAK
KPD MENGALAMI KPD Total

UMUR AMAN Count 77 865 942


IBU
Expected Count 107.9 834.1 942.0

% within UMUR IBU 8.2% 91.8% 100.0%

% within IBU
45.8% 66.6% 64.2%
BERSALIN

% of Total 5.2% 59.0% 64.2%

TIDAK Count 91 434 525


AMAN
Expected Count 60.1 464.9 525.0

% within UMUR IBU 17.3% 82.7% 100.0%

% within IBU
54.2% 33.4% 35.8%
BERSALIN

% of Total 6.2% 29.6% 35.8%

Total Count 168 1299 1467

Expected Count 168.0 1299.0 1467.0

% within UMUR IBU 11.5% 88.5% 100.0%

% within IBU
100.0% 100.0% 100.0%
BERSALIN

% of Total 11.5% 88.5% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 27.889a 1 .000

Continuity Correctionb 26.994 1 .000

Likelihood Ratio 26.734 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear
27.870 1 .000
Association

N of Valid Casesb 1467

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 60.12.

b. Computed only for a 2x2 table


Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate

Estimate 2.355

ln(Estimate) .857

Std. Error of ln(Estimate) .166

Asymp. Sig. (2-sided) .000

Asymp. 95% Common Odds Ratio Lower Bound 1.702


Confidence Interval
Upper Bound 3.259

ln(Common Odds Lower Bound .532


Ratio)
Upper Bound 1.181
REKAPITULASI DATA IBU BERSALIN
TAHUN 2015
NO N0 RM FARITAS UMUR KOMPLIKASI

PARTUS NORMAL
1 18.60.20 G1P0A0 H 38MG 22 FEBRIS
2 20.63.40 G1P0A0 H 41MG 19 KALA II
3 20.56.14 G4P3A0 H 39MG 36 PLACENTA PREVIRIA
4 20.65.11 G3P1A1 H ATERM 32 PLACENTA PREVIRIA
5 20.70.58 G4P2A1 H 40MG 43 KALA I FASE LATEN
6 20.64.21 G1P0A0 H ATERM 19 KALA I FASE AKTIF, KPD, HT
7 30.64.11 G2P1A0 H ATERM 27 KALA I FASE AKTIF, KPD
8 20.69.35 G4P3A0 H ATERM 38 KALA I MEMANJANG
9 20.65.57 G1P0A0 H 24MG 22 KALA II PRES BOKONG
10 20.62.88 G2P1A0 H 38MG 25 KALA I FASE AKTIF, FEBRIS
11 20.62.21 G3P2A0 H ATERM 29 INPARTU KALA II
12 20.66.43 G5P4A0 H 41MG 39 KALA I FASE LATEN, KPD
13 20.68.02 G1P0A0 H 41MG 20 INPARTU KALA II
14 20.61.37 G3P2A0 H 41MG 28 KALA I FASE AKTIF, PEB
15 19.21.59 G2P1A0 H 41MG 36 KALA I FASE LATEN, KPD
16 20.73.49 G1P0A0 H 35MG 21 KALA I FASE LATEN,MANUAL PLACENTA
17 10.90.73 G4P1A2 H 40MG 35 KALA I FASE AKTIF
18 19.90.16 G2P1A0 H 40MG 29 INPARTU KALA II
19 13.84.78 G3P2A0 H 40MG 37 KALA I FASE LAATEN, KPD
20 20.01.89 G1P0A0 H 39MG 23 KAL I FASE LATEN
KALA I FASE LATEN, ASMA, RUPTUR
21 20.72.25 G1P0A0 H 38MG 25 PERINEUM
22 20.62.47 G2P1A0 H ATERM 26 KALA I FASE AKTIF
23 20.74.37 G5P4A0 H 36MG 40 KALA I FASE LATEN, KPD
24 20.61.28 G1P0A0 H 41MG 21 INPARTU KALA II
25 20.72.86 G2P1A0 H 38MG 23 KALA I FASE AKTIF
26 13.99.65 G3P1A1 H 40MG 34 KALA I FASE LATEN
27 19.61.42 G3P2A0 H 38MG 37 KALA I FASE AKTIF, PEB
28 20.76.07 G1P0A0 H 38MG 19 KALA II, SUNGSANG
29 16.25.15 G1P0A0 H 38MG 21 KALA I FASE LATEN
30 19.84.21 G1P0A0 H 32MG 21
31 20.69.02 G2P1A0 H 41MG 25 KALA II FASE LATEN
32 20.72.47 G2P1A0 H 41MG 31 KALA I FASE LATEN
33 20.63.89 G1P0A0 H 39MG 21 KALA I FASE LATEN
34 18.00.03 G1P0A0 H 41MG 19
35 20.64.20 G1P0A0 H 36MG 23 KALA I FASE LATEN
36 20.05.47 G3P2A0 H 39MG 36 KALA I FASE AKTIF, HT
37 20.65.33 G1P0A0 H 40MG 37
38 20.66.41 G2P1A0 H 40MG 26 KALA I FASE LATEN, KPD
39 20.68.46 G2P1A0 H 39MG 22 KALA I FASE AKTIF
40 20.69.38 G4P2A1 H 40MG 36 KALA I FASE AKTIF
41 17.94.61 G2P1A0 H 40MG 21 KALA I FASE AKTIF
42 15.28.01 G2P1A0 H 41MG 26 PRO INDUKSI PERSALINAN
43 20.63.69 G2P1A0 H 39MG 28 KALA I FASE AKTIF
44 18.02.39 G3P2A1 H 40MG 36 KALA I FASE LATEN, KPD
45 20.72.65 G5P4A0 H 40MG 40 KALA I FASE LATEN
46 19.47.57 G2P0A1 H 36MG 32 PEB
47 20.76.04 G2P1A0 H 38MG 22 KALA I FASE AKTIF
48 20.72.67 G1P0A0 H 36MG 21 PER
49 20.73.54 G2P1A0 H 39MG 26 KALA I FASE AKTIF, HT
50 20.71.86 G1P0A0 H 38MG 18 KPD, KALA I FASE LATEN
51 20.74.93 G2P1A0 H ATERM 25 KALA II
52 20.72.18 G1P0A0 H 38MG 19 KALA I FASE LATEN
53 17.46.17 G2P1A0 H 43MG 24 KPD, KALA I FASE LATEN
54 20.45.70 G1P0A0 H 41MG 20 KALA I FASE AKTIF
55 20.54.61 G3P2A0 H ATERM 28 KALA I FASE LATEN
56 20.64.16 G1P0A0 H 34MG 21 KPD
57 20.67.33 G4P3A0 H 39MG 36
58 10.39.95 G4P3A0 H ATERM 39 KALA I FASE AKTIF
59 20.65.00 G3P2A0 H 39MG 33 OLIGOHIDROMNION
60 20.75.53 G1P0A0 H ATERM 21 KALA II
PARTUS SC
61 17.86.78 G3P1A1 H 38MG 32 PLACENTA PREVIRIA, LETAK LINTANG
62 20.62.09 G2P1A0 H 28MG 30 PRO SC, BSC 8 TH LL
63 20.69.29 G3P1A1 H ATERM 34 CPD,PRO SC
64 20.69.14 G2P1A0 H 40MG 24 GAGAL INDUKSI, HT
65 20.61.35 G2P1A0 H 39MG 25 CPD, PRO SC
66 20.68.64 G4P3A0 H 38MG 37 CPD
67 20.61.30 G2P1A0 H 38MG 23 KALA I FASE LATEN, CPD
68 20.69.06 G2P1A0 H ATERM 28 PLACENTA PREVIRIA, LETAK LINTANG
69 20.64.29 G2P1A0 H ATERM 25 CPD, PRO ELEKTIF
70 20.65.64 G5P3A1 H 34MG 45 LETSU, PLACENTA PREVIRIA
71 20.62.54 G1P0A0 H 42MG 19 KALA I FASE AKTIF, KPD, GAGAL INDUKSI
72 20.70.80 G4P2A1 H 37MG 36 HT, KPD
73 18.62.92 G2P0A1 H ATERM 24 KALA I FASE LATEN, CPD
74 20.62.90 G1P0A0 H 45 MG 24 KALA I FASE LATEN, CPD
75 15.33.35 G2P1A0 H 40MG 27 CPD, PRO SC
76 20.72.01 G2P1A0 H 38MG 23 PER, BSC 7,5TH, CPD
77 20.63.57 G1P0A0 H ATERM 22 KALA I FASE LATEN
78 20.59.33 G2P1A0 H 41MG 28 PRO SC, BSC 5 TH LALU, CPD
79 20.67.69 G2P1A0 H 37MG 28 CPD, PRO SC, HEPATITIS B
80 19.88.64 G3P2A0 H 39MG 32 PRO SC, MOW, CPD
81 20.71.28 G1P0A0 H 40MG 35 CPD,SC ELEKTIF
82 20.71.64 G5P3A1 H 40MG 45 KALA I FASE LATEN, CPD
83 20.72.84 G3P1A1 H 39MG 41 PRO SC, CPD
84 20.67.51 G1P0A0 H 38MG 18 CPD, PEB, PRO SC
85 20.73.28 G4P3A0 H ATERM 44 CPD, MOW, PEB
86 20.73.69 G2P1A0 H 38MG 26 OLIGOHIDROMNION, PEB
87 20.63.30 G1P0A0 H ATERM 22 CPD, PRO SC ELEKTIF
88 20.66.68 G4P2A1 H ATERM 38 PRO SC, GAGAL INDUKSI
89 20.69.15 G1P0A0 H 40MG 23 KALA II LAMA
90 20.75.87 G3P1A1 H 38MG 33 CPD, FETAL DISTRESS, PRO SC
91 20.74.33 G1P0A0 H 41MG 29 KALA I FASE AKTIF, CPD
92 20.73.56 G1P0A0 H 28MG 21 HAP
93 20.74.96 G2P1A0 H 32MG 24 CPD, PEB, BSC 3 TH LL
94 20.73.48 G3P2A0 H 36MG 29 PEB
95 15.68.80 G3P1A1 H 38MG 31 CPD, BSC I TH LL
96 15.85.63 G2P1A0 H 40MG 22 BSC 3 TH LL
97 20.63.35 G1P0A0 H 43MG 26 LEWAT BULAN
98 20.61.95 G1P0A0 H 41MG 24 KALA I FASE LATEN, CPD
99 20.65.73 G3P1A1 H 41MG 29 BSC 4 TH LL, CPD
100 20.63.45 G2P1A0 H ATERM 28 BSC 6 TH LL
101 11.06.68 G4P3A0 H 41MG 35 LETSU
102 20.73.51 G2P1A0 H 39MG 33 OLIGOHIDROMNION, PEB
103 20.72.30 G1P0A0 H 35MG 26 PEB
104 20.71.82 G2P1A0 H 40MG 25 CPD, KALA I FASE AKTIF
105 20.70.74 G1P0A0 H 40MG 19 OLD PRIMI, KALA I FASE AKTIF, CPD
106 20.71.88 G3P2A0 H 41MG 32 LETSU, KALA I FASE LATEN
107 20.68.54 G1P0A0 H 40MG 19 PRO SC, CPD
108 20.71.17 G1P0A0 H 36MG 23 INPENDING EKLAMSI
109 20.67.91 G3P1A1 H 38MG 37 KPD
SC ELEKTIF, PENGAPURAN PLACENTA,
110 20.64.13 G3P1A1 H ATERM 29 ASMA
111 12.67.95 G1P0A0 H 37MG 22 ANAK MAHAL
112 20.63.49 G1P0A0 H 40MG 24 KALA I FASE LATEN
113 20.68.39 G3P1A1 H ATERM 35 LETAK L;INTANG
114 20.63.64 G1P0A0 H ATERM 26 CPD
KALA I FASE LATEN, KPD, GAGAL
115 20.71.33 G2P1A0 H 41MG 25 INDUKSI
116 20.65.32 G2P0A1 H 38MG 26 GAGAL INDUKSI,FETAL DISTRESS, FEBRIS
117 18.24.00 G2P1A0 H ATERM 28 PRO SC, SC ELEKTIF, CPD
PARTUS VE
118 20.65.70 G1P0A0 H 39MG 36 KALA I FASE AKTIF, KPD
119 20.61.80 G2P1A0 H 42MG 25 KALA I FASE LATEN
120 20.72.04 G12P1A0 H 41MG 19 KALA I FASE AKTIF
121 20.68.01 G2P1A0 H 39MG 26 KALA I FASE LATEN
PARTUS NORMAL
122 20.76.65 G2P1A0 H 39MG 29 KALA I FASE LATEN
123 20.77.51 G1P0A0 H 37MG 19 KALA I FASE AKTIF
124 20.78.16 G2P1A0 H ATERM 24 PEB,INKALA I FASE LATEN
125 20.67.45 G3P2A0 H 39MG 29 KALA I FASE AKTIF, BSC 5 TH LL
126 20.49.52 G4P3A0 H 41MG 38 KALA II
127 20.79.69 G2P1A0 H 40MG 32 KALA I FASE LATEN
KPD, PEB, KALA I FASE AKTIF, MANUAL
128 20.48.54 G3P1A0 H 37MG 38 PLACENTA
129 20.80.13 G5P3A1 H 36MG 47 KALA I FASE AKTIF
130 07.93.76 G3P2A0 H 38MG 37 LETAK SUNGSANG, KPD
131 20.79.20 G1P0A0 H 38MG 23 KALA I FASE LATEN, LETAK SUNGSANG
132 20.80.29 G7P5A1 H 38MG KALA I FASE AKTIF
133 20.81.52 G2P1A0 H 37MG 32 KPD, KALA I FASE LATEN
134 19.74.85 G2P1A0 H 38MG 28 KALA I FASE AKTIF
135 20.76.70 G1P0A0 H 30MG 19 KALA II LETSU
136 20.61.78 G5P4A0 H 37MG 37 KALA I FASE LATEN, VARICES VAGINA
137 20.77.48 G3P2A0 H ATERM 32 HT
138 20.76.61 G1P0A0 H 22MG 20 KPD, OLIGOHIDROMNION
139 19.94.54 G3P2A0 H ATERM 30 KALA I FASE LATEN
140 20.78.18 G1P0A0 H ATERM 19 KALA II
141 20.83.92 G1P0A0 H 39MG 22 KALA I FASE LATEN
142 14.42.51 G5P2A2 H 40MG 37 KALA I FASE LATEN
143 20.83.83 G2P2A0 H 38MG 25 KALA I FASE AKTIF
144 15.83.31 G2 P1A0 H 39MG 25 KALA I FASE LATEN
145 20.86.06 G3P2A0 H 40MG 31 KALA I FASE AKTIF
146 20.82.20 G3P2A0 H 40MG 39 KALA I FASE LATEN, KPD
147 16.76.33 G1P0A0 H 32MG 19 KPD
148 16.16.29 G1P0A0 H 39MG 20 KALA I FASE LATEN
149 20.86.99 G3P2A1 H 38MG 33 KALA I FASE AKTIF
150 17.21.87 G4P2A1 H 38MG 43 KALA I FASE LATEN, KPD
151 20.85.94 G1P0A0 H 40MG 26 KALA I FASE AKTIF
152 20.85.28 G5P3A1 H 39MG 40 KALA I FASE LATEN
153 20.85.29 G1P1A0 H ATERM 21 OLIGOHIDROMNION
154 11.51.77 G5P4A0 H 38MG 36 KALA I FASE LATEN
155 20.84.66 G4P3A0 H 27MG 38 KALA I FASE LATEN
156 20.88.33 G3P1A1 H 39MG 36 KPD, KALA I FASE LATEN
157 08.99.63 G5P3A1 H 38MG 40 KALA II
158 07.73.89 G5P1A3 H 40MG 40 INDUKSI ERSALINAN
159 20.87.52 G1P0A0 H ATERM 19 KALA I FASE LATEN
160 20.87.64 G2P1A0 H ATERM 22 KALA I FASE AKTIF
161 20.87.73 G1P0A0 H 41MG 22 KALA II LAMA, KPD
162 20.83.74 G2P1A0 H ATERM 24 KALA I FASE LATEN
163 20.71.57 G4P2A1 H ATERM 36 KALA II
164 11.63.02 G3P2A0 H ATERM 35 KALA I FASE AKTIF
165 20.71.04 G1P0A0 H ATERM 22 KALA II
166 20.89.10 G1P0A0 H 39MG 23 KALA I FASE LATEN
167 19.83.21 G2P1A0 H ATERM 25 KALA II
168 20.90.19 G2P1A0 H ATERM 26 KALA I FASE LATEN
169 20.87.62 G6P4A1 H ATERM 40 KALA I FASE AKTIF, IUFD
170 19.78.71 G4P3(+1)A0 H 38MG 36 KALA I FASE AKTIF, BSC 8 TH LL
171 20.87.16 G2P1A0 H 41MG 35 KALA I FASE LATEN
172 20.90.56 G1P0A0 H 28MG 21 KALA I FASE AKTIF
173 14.94.05 G2P1A0 H 34MG 24 KALA I FASE AKTIF
174 20.87.77 G1P0A0 H ATERM 25 KALA I FASE LATEN
175 20.82.78 G1P0A0 H 24MG 25 KALA II
176 20.89.01 G3P2A0 H 44MG 29 KALA I FASE AKTIF
177 20.89.01 G3P2A0 H 43MG 31 KALA I FASE AKTIF
178 19.03.10 G2P1A0 H ATERM 25 KALA II
179 20.72.35 G3P2A0 H 32MG 34 KALA I FASE AKTIF, PEB, SCHIZOFERNIA
180 16.08.54 G2P1A0 H 39MG 22 RUPTUR PERINIEUM
181 20.82.17 G1P0A0 H 43MG 21 PEB, KALA I FASE LATEN
PARTUS SC
182 20.75.61 G4P0A3 H 39MG 36 LETSU, PRO SC
183 15.14.80 G3P1A1 H ATERM 33 SC ELEKTIF, BSC 2,5 TH LL, CPD
184 11.50.97 G2P1A0 H 40MG 26 INPARTU, CPD
185 20.67.49 G1P0A0 H ATERM 21 KALA I FASE LATEN, CPD
186 20.08.75 G2P1A0 H 41MG 27 LETSU, KALA I FASE AKTIF
187 20.64.19 G1P0A0 H 37MG 24 LETSU
188 13.63.73 G4P2A1 H 38MG 35 SC ELEKTIF, LILITAN TALI PUSAR
189 18.50.29 G2P1A0 H 37MG 33 KALA I FASE LATEN, BSC 16 TH LL
190 20.78.69 G2P1A0 H 29MG 27 CPD
191 20.75.24 G1P0A0 H ATERM 19 CPD
192 20.77.60 G2P1A0 H 40MG 24
193 20.77.75 G2P1A0 H 38MG 25 GAGAL INDUKSI
194 19.85.57 G3P2A0 H 41MG 29 GAGAL INDUKSI
195 20.79.28 G1P0A0 H 40MG 32 KALA I FASE LATEN, GAGAL INDUKSI
196 12.63.02 G2P1A0 H 40MG 31 CPD, SC ELECTIF
197 20.79.99 G1P0A0 H 40MG 21 CPD, KALA I FASE LATEN
198 20.81.83 G1P0A0 H 44MG 24 CPD
199 13.29.92 G3P2A0 H 38MG 29 CPD, BSC 5 TH LL
200 12.12.16 G4P3A0 H 38MG 36 PRO SC, MOW
201 20.60.23 G3P1A1 H 39MG 35 KALA I FASE LATEN, CPD
202 20.83.01 G1P0A0 H 41MG 18 CPD
203 17.72.86 G3P1A1 H 37MG 25 BSC 2 TH LALU,CPD
204 20.80.27 G2P1A0 H 40MG 28 BSC 3 TH LL, CPD
205 17.06.69 G2P1A0 H 38MG 23 PEB, PRO SC
206 20.65.90 G3P2A0 H 35MG 26 PLACENTA PREVIRIA
207 19.36.51 G6P5A0 H ATERM 35 CPD
KALA I FASE LATEN, GAGAL INDUKSI,
208 20.78.91 G1P0A0 H ATERM 22 CPD
209 11.62.29 G2P1A0 H 39MG 23 SC ELEKTIF, BSC 5 TH LL
210 20.77.54 G2P1A0 H 39MG 22 KALA I FASE LATEN
211 20.82.34 G1P0A0 H 42MG 21 PRO INDUKSI
212 20.47.28 G3P2A0 H ATERM 29 KPD, KALA
213 20.48.55 G4P3A0 H 36MG 35 PPI,MOW
214 20.80.25 G4P3A0 H ATERM 34
215 20.83.58 G4P3A0 H 38MG 37 CPD, MOW, KALA I FASE LATEN
216 20.83.72 G3P2A0 H 40MG 39 BSC 7 TH LL, CPD
217 20.83.81 G3P2A0 H 38MG 23 PLACENTA PREVIRIA
218 20.85.49 G3P2A0 H 39MG 34 CPD
219 20.83.71 G3P2A0 H 38MG 31 VOMITUS, KPD, DIARE
220 20.18.33 G3P2A0 H 39MG 23 KALA I FASE LATEN, CPD
221 20.83.10 G1P0A0 H 41MG 25 INDUKSI PERSALINAN
222 20.85.89 G1P0A0 H 42MG 26 CPD, SEROTINUS
223 15.25.47 G2P0A1 H 41MG 40 CPD, PRO INDUKSI
224 20.73.05 G3P2A0 H 41MG 36 CPD, INDUKSI PERSALINAN
225 20.78.17 G1P0A0 H 38MG 35 BIPOLAR DISODER
226 20.87.58 G1P0A0 H 41MG 21 KPD, HT, OLDPREMI
227 20.86.51 G1P0A0 H 41MG 24 GAGAL INDUKSI, CPD
228 20.87.59 G8P2A5 H 33MG 25 RIWAYAT MCDONALD
229 20.50.96 G2P1A0 H 40MG 25 KALA I FASE LATEN, PEB
230 20.86.50 G2P0A1 H 40MG 29 KPD
231 20.87.67 G1P0A0 H 38MG 31 KPD, KALA I FASE LATEN
232 20.89.45 G3P2AA0 H 37MG 25 PEB, PRO SC
233 20.88.93 G2P0A1 H 37MG 21 LETAK LINTANG, PRO INDUKSI, KALA II
234 20.87.84 G1P0A0 H 37MG 17 KPD, PRO INDUKSI
235 20.88.03 G1P0A0 H 41MG 17 PRO INDUKSI, KL I MEMANJANG, KPD
236 20.83.76 G1P0A0 H 38MG 22 PLACENTA PREVIRIA
237 20.89.81 G2P1A0 H ATERM 23 KALA I FASE AKTIF, LETSU
238 20.87.13 G1P0A0 H 41MG 21 INDUKSI PERSALINAN, CPD
239 12.93.38 G4P2A1 H 35MG 43 KPD
240 20.89.78 G1P0A0 H 33MG 23 KPD
241 20.83.90 G1P0A0 H 40MG 25 KALA I FASE LATEN, PEB
242 20.87.69 G4P2A1 H 41MG 41 KALA I FASE LATEN, KPD
243 20.90.66 G1P0A0 H 41MG 23 KALA I FASE LATEN
PARTUS SC
244 19.66.23 G1P0A0 H 40MG 22 KALA I FASE AKTIF, CPD
245 15.35.07 G7P5(+1)A1 H 36MG 35 KALA I FASE LATEN, LETSU, PRO SC
246 20.57.99 G2P1A0 H 41MG 32 PRO SC, BSC 7 TH LL
247 15.03.31 G2P1A0 H ATERM 30 PRO SC, BSC 8 TH LL, CPD
248 20.91.71 G1P0A0 H ATERM 20 PRO SC, SUP CPD
249 20.91.52 G1P0A0 H 34MG 20 HAP,IUFD,PLACENTA PREFIRIA
250 19.03.68 G2P1A0 H ATERM 23 CPD
251 20.88.99 G2P1A0 H 35MG 27 CPD
252 20.92.57 G1P0A0 H 37MG 20 KONDILOMA AKUMINANTA
253 20.91.49 G3P2A0 H 38MG 25 CPD, SC ELEKTIF
254 20.93.09 G2P1A0 H 38MG 23 KALA I FASE LATEN,CPD,BSC 5 TH LALU
255 20.93.45 G1P0A0 H 39MG 19 KALA I FASE LATEN, CPD
256 17.73.51 G4P2(+1)A1 H 41MG 36 CPD, PRO INDUKSI
257 20.96.26 G1P0A0 H 40MG 29 CPD
258 20.95.63 G1P0A0 H ATERM 36 KALA I FASE
KALA I FASE LATEN, CPD, FETAL
259 20.95.63 G1P0A0 H ATERM 35 DISTRESS
260 20.95.70 G3P3A0 H ATERM 18 LETSU, MOW, RIWAYAT SC
261 20.96.35 G1P0A0 H 42MG 25 KALA I FASE AKTIF, KPD, CPD
262 20.97.40 G4P2(+)A1 H 38MG 28 PRO SC, LETSU
263 20.34.45 G4P3A0 H 38MG 23 CPD
INDUKSI PERSALINAN,KALA I FASE
264 20.98.38 G1P0A0 H 42MG 26 LATEN
265 20.99.30 G2P1A0 H 40MG 35 PRO SC, CPD
266 20.99.52 G2P0A1 H 40MG 22 CPD, PEB
267 20.98.96 G1P0A0 H 40MG 23 CPD, INDUKSI PERSALINAN
268 20.77.28 G4P3A0 H 39MG 22 PRO SC, MOW
269 21.00.73 G1P0A0 H 40MG 21 KALA I FASE AKTIF, KALA II LAMA
270 20.98.86 G1P2A0 H ATERM 29 KALA I FASE AKTIF
271 19.98.97 G2P0A1 H 39MG 35 ANAK MAHAL, CPD
272 21.04.21 G1P0A0 H 39MG 19 KPD,CPD
273 21.01.79 G1P0A0 H 38MG 37 CPD, KALA I FASE LATEN
274 20.89.78 G1P0A0 H 38MG 25 FEBRIS
G2P2(GEMILI)A0 H
275 21.04.41 ATERM 25 CPD
276 20.98.51 G2P1A0 H 39MG 29 PEB, CPD
277 21.02.79 G1P0A0 H ATERM 31 LETSU, PRO SC
278 20.85.40 G4P3A0 H 38MG 37 INPENDING EKLAMSIA, LETSU
279 21.01.54 G3P1A1 H 40MG 33 SC ELEKTIF, BSC 6 TH LL, CPD
280 21.00.69 G1P0A0 H 38MG 19 OLD PRIMI, KALA I FASE LATEN
281 21.00.58 G5P3A1 H ATERM 44 LETSU, PRO SC, MOW
282 21.00.06 G1P0A0 H 40MG 24 KPD,CPD
283 21.00.75 G1P0A0 H ATERM 21 PRO SC, BY BESAR, CPD
284 20.99.32 G1P0A0 H 39MG 21 PRO SC, CPD, GAGAL INDUKSI
285 21.00.24 G2P0A1 H 40MG 22 PRO SC
286 20.96.61 G1P0A0 H 42MG 27 KALA II
287 21.00.70 G2P1A0 H 40MG 23 BAYI BESAR
288 21.05.67 G2P1A0 H ATERM 27 LETSU, PRO SC, KPD
289 21.06.39 G1P0A0 H 42MG 26 PRO SC
290 21.04.79 G2P1A0 H ATERM 29 BSC 2X, KALA I FASE LATEN
KALA I FASE LATENT, PRO INDUKSI
291 20.30.95 G1P0A0 H 41MG 19 PERSALINAN
292 20.65.48 G2P1A0 H 39MG 25 CPD
PARTUS NORMAL
293 20.91.45 G3P2A0 H 39MG 23 KALA I FASE AKTIF
294 20.92.14 G3P1A1 H 38MG 25 KALA I FASE LATEN
295 20.90.70 G2P1A0 H ATERM 41 KALA I FASE LATEN
296 20.94.32 G3P2A0 H 39MG 23 KALA I FASE AKTIF
297 20.94.36 G4P2A1 H 39MG KALA I FASE AKTIF
298 20.92.45 G3P2A0 H 39MG 22 INDUKSI PERSALINAN
299 20.92.20 G1P0A0 H 39MG 35
300 20.91.43 G3P1A1 H 38MG 35 FEBRIS, KONTRAKSI, ROJ
301 20.77.02 G2P1A0 H 39MG 27 KPD, KALA I FASE LATEN
302 20.94.21 G1P0A0 H 31MG 19 KALA I FASE LATEN
303 20.94.38 G2P1A0 H 38MG 25 KALA I FASE LATEN, KPD
304 20.97.91 G1P0A0 H 38MG 35 KALA II
305 20.96.32 G1P0A0 H 40MG 18 KALA I FASE AKTIF
306 11.86.87 G4P2A1 H 28MG 25 RIWAYAT PENYAKIT JANTUNG
307 20.95.60 G3P2A0 H 38MG 28 HT
308 20.83.25 G3P1A1 H 40MG 23 KALA I FASE LATEN
309 20.83.37 G1P0A0 H 40MG 26 KALA I FASE LATEN
310 20.96.37 G2P1A0 H ATERM 35 PRB, KALA I FASE AKTIF
311 20.97.05 G2P1A0 H 44MG 22 PRO INDUKSI
312 20.97.00 G2P1A0 H 40MG 23 HT, KALA I FASE AKTIF
313 20.96.31 G2P1A0 H 40MG 22 KALA I FASE AKTIF
314 18.99.77 G3P2A0 H ATERM 21 KALA I FASE AKTIF, LETSU
315 20.95.59 G2P1A0 H ATERM 29 KALA I FASE LATEN
316 18.90.49 G3P2A0 H 38MG 35 SESAK
317 20.98.54 G3P2A0 H 36MG 29
318 20.98.56 G3P2A0 H 40MG 28 KALA I FASE AKTIF
319 20.16.16 G2P1A0 H 40MG 22 KALA I FASE LATEN
320 21.00.02 G2P1A0 H ATERM 23 KPD
321 20.92.00 G3P2A0 H 41MG 29 INDUKSI PERSALINAN
322 20.94.17 G3P2A0 H 25MG 39 KPD
323 20.58.89 G1P0A0 H 41MG 25 KALA I FASE AKTIF
324 21.01.34 G1P0A0 H 38MG 19 KPD
325 20.96.82 G2P0A1 H 41MG 24 INDUKSI PERSALINAN
326 20.94.20 G4P3(+2)A0 H 34MG 36 KALA I GFASE AKTIF, PEB
327 20.96.77 G2P0A1 H 41MG 33 KALA I FASE LATEN, RUPTUR
328 17.96.51 G2P1A0 H 39MG 31 INDUKSI PERSALINAN
329 21.04.26 G3P2A0 H 40MG 30 INDUKSI PERSALINAN
INDUKSI PERSALINAN, KALA I FASE
330 15.67.50 G2P1A0 H 38MG 25 LATEN
331 20.14.13 G1P0A0 H 40MG 21 KALA I FASE LATEN
332 21.04.94 G2P1A0 H 31MG 23 LETSU, KALA II
333 21.04.85 G1P0A0 H 40MG 19 KALA I FASE AKTIF
334 21.02.11 G2P0A1 H 40MG 29 KALA I FASE LATEN, KPD
335 16.01.50 G3P1A1 H 39MG 33 HT, KALA I FASE AKTIF
336 21.05.02 G6P4A1 H ATERM 39 KALA I FASE LATEN, GAGAL INDUKSI
337 00.04.13 G1P0A0 H 40MG 23 PEB
338 21.01.24 G5P3A1 H 38MG 41 KPD, KALA I FASE LATEN
339 12.69.95 G1P0A0 H 41MG 25 KALA I FASE LATEN
340 20.98.81 G1P0A0 H 41MG 22 INDUKSI PERSALINAN

341 16.06.43 G1P0A0 H 38MG 25 KALA I FASE LATEN


342 21.03.33 G1P0A0 H 42MG 22 KALA I FASE LATEN, PEB
343 21.01.27 G1P0A0 H ATERM 24 KALA I FASE LATEN
344 17.59.63 G3P2A0 H 39MG 33 KALA I FASE AKTIF
345 21.01.09 G3P2A0 H 39MG 30 KALA I FASE LATEN
346 20.97.47 G2P1A0 H 38MG 26 KALA I FASE AKTIF
347 21.03.41 G4P3A0 H ATERM 30 KALA I FASE AKTIF
348 21.04.93 G2P1A0 H ATERM 34 KALA I FASE AKTIF
349 21.02.85 G2P0A1 H 38MG 33 KALA I FASE AKTIF, ASMA
350 20.98.55 G3P0A2 H 39MG 30 KALA I FASE AKTIF, PER
351 21.00.98 G1P0A0 H 41MG 30
PARTUS SC
352 18.91.45 G1P0A0 H 40MG 18 KALA I FASE LATEN, KPD, GEMILLY
353 21.07.71 G2P1A0 H 37MG 22 CPD
354 21.07.04 G2P1A0 H 37MG 24 HAP
355 13.27.82 G3P2A0 H ATERM 28 GEMILLY, CPD
356 21.09.07 G1P0A0 H 38MG 21 KPD, CPD
357 12.27.26 G2P1A0 H 39MG 29 BSC 4TH LL, CPD
358 21.05.72 G2P1A0 H ATERM 26 KALA II
359 21.07.02 G1P0A0 H ATERM 20 KALA I FASE AKTIF, CPD
360 21.11.84 G1P0A0 H 39MG 22 OLD PRIMI, CPD
361 11.75.53 G3P2A0 H 37MG 37 KPD, BSC
362 21.11.08 G2P1A0 H 40MG 23 OLIGOHIDROMNION
363 19.22.08 G4P1A2 H ATERM 36 KALA I FASE LATEN, INDUKSI, CPD
364 21.11.89 G3P0A2 H 38MG 36
365 21.10.71 G1P0A0 H 39MG 21 KALA I FASE LATEN
366 21.15.06 G3P2A0 H 39MG 29 CPD
367 21.16.24 G2P1A0 H ATERM 22 CPD
368 21.06.26 G1P0A0 H 41MG 21 CPD
369 16.97.82 G2P1A0 H ATERM 23 GAGAL INDUKSI
370 21.16.38 G1P0A0 H 40MG 22 GAGAL INDUKSI
371 21.13.24 G3P2A0 H 38MG 29 KPD, CPD
372 21.13.97 G1P0A0 H 38MG 25 PEB
373 21.14.55 G2P1A0 H 38MG 23 BSC 9 TH LL, CPD
374 16.74.64 G2P0A1 H ATERM 22 ROJ
375 20.31.55 G2P1A0 H 39MG 25 LETAK SUNGSANG, KPD
376 21.14.73 G1P0A0 H 41MG 19 GAGAL INDUKSI, KPD
377 16.92.61 G3P2A0 H 41MG 35 LKALA I FASE AKTIF
378 12.01.09 G3P1A1 H 41MG 33 CPD, 4,5 TH BSC
379 13.83.68 G2P1A0 H ATERM 32 LETSU, BSC 4 TH LL, CPD
380 12.63.65 G2P1A0 H 38MG 30 BSC 5 TH LL, CPD
381 21.13.69 G2P1A0 H 40MG 30 PRO SC
382 21.14.17 G4P3A0 H ATERM 38 PEB, PRO INDUKSI
383 21.10.35 G2P1A0 H ATERM 26 KPD, KALA I FASE AKTIF
384 21.13.52 G2P1A0 H 39MG 32 INDUKSI GAGAL
385 21.05.03 G1P0A0 H ATERM 36 KPD, KALA I FASE LATEN
386 21.19.47 G1P0A0 H 38MG 20 PEB, KALA I FASE LATEN
387 21.19.85 G3P2(1+)A0 H 39 MG 29 BSC 2 X, CPD
388 20.98.35 G1P0A0 H 41MG 19 KALA I FASE LATTEN, CPD
389 21.13.93 G2P1A0 H ATERM 22 BSC 3 TH LL, SC ELEKTIF
390 21.12.50 G4P3A0 H 37MG 39 LATSU, PP
391 11.26.97 G3P2A0 H ATERM 40 KPD, GEMILLY, PEB
392 21.21.59 G4P3A0 H 40MG 37 KALA I FASE LATEN
393 21.17.40 G2P0A1 H 42MG 20 KALA I FASE LATEN, PER
394 21.15.28 G2P1(+) 20 LETAK LINTANG
395 17.89.76 G4P3A0 H ATERM 37 KALA I FASE AKTF, MEMANJANG
396 21.17.50 G1P0A0 H 42MG 20 PEB, KALA I FASE AKTIF
397 21.08.33 G1P0A0 H 39MG 18 KPD, LETSU
PARTUS NORMAL
398 21.08.31 G2P1A0 H ATERM 22 MANUAL AID, KALA II
INDUKSI PERSALINAN,KALA I FASE
399 21.09.81 G1P0A0 H ATERM 21 LATEN
400 21.10.64 G1P0A0 H 40MG 20 PEB, KALA I FASE AKTIF
401 20.34.03 G2P1A0 H 40MG 28 KPD
402 21.06.41 G3P2(1)A0 H ATERM 34 KALA I FASE AKTIF
403 20.96.58 G3P2A0 H 35MG 30 LETSU, KALA II, PEB
404 21.09.65 G2P1A0 H 40MG 25
405 21.07.03 G2P1A0 H ATERM 25 KALA I FASE AKTIF
406 21.09.78 G1P0A0 H 38MG 19 KALA I FASE LATEN
407 21.12.47 G1P0A0 H 38MG 20 KALA I FASE AKTIF
408 16.62.90 G4P3(1+)A0 H 32MG 45 KPD, LETSU
409 20.38.50 G3P2A0 H ATERM 29 KALA I FASE LATEN, PEB
410 20.18.80 G1P0A0 H 36MG C THALASEMIA, KALA I FASE LATEN
411 16.91.08 G5P3A1 H 37MG 40 LETSU, KPD, KALA I FASE LATEN
412 21.09.79 G1P0A0 H 38MG 21 KALA I FASE LATEN
413 21.16.02 G1P0A0 H ATERM 28 INDUKSI PERSALINAN
414 21.10.62 G2P0A1 H 38MG 35 KALA I FASE LATEN
415 20.99.50 G1P0A0 H 39MG 35 KALA I FASE LATEN, IUFD
416 21.14.74 G2P0A1 H 38MG 24 IUFD
417 21.13.96 G5P3A1 H 24MG 43 KPD, PLACENTA PREVIRIA
418 21.13.88 G3P1A1 H 39MG 23 KALA I FASE AKTIF
419 19.98.95 G1P0A0 H 37MG 22 KPD
420 21.13.99 G4P2A1 H 39MG 40 KALA I FASE LATEN
421 21.16.04 G1P0A0 H 42MG 30 INDUKSI PERSALINAN
KALA I FASE LATEN, PRES BOKONG,
422 20.97.06 G3P1A1 H 40MG 38 LETSU
423 20.93.21 G3P1A1 H 34MG 28 KALA I FASE LATEN, KPD
424 21.15.99 G1P0A0 H ATERM 21 HT
425 21.12.34 G2P1A0 H 38MG 24 KALA I FASE LATEN
426 21.16.01 G1P0A0 H 40MG 22 KALA I FASE LATEN
427 21.08.22 G2P1A0 H ATERM 26 KALA I FASE LATEN
428 15.51.28 G5P3A1 H ATERM 35 KALA I FASE LATEN
429 21.15.14 G1P0A0 H 39MG 18 KPD
430 21.10.69 G4P3A0 H ATERM 37 KALA I FASE AKTIF, PEB, FEBRIS
KALA I FASE LATEN, RETENSIO
431 20.01.75 G3P2A0 H 41MG 32 PLACENTA
432 21.09.75 G3P2A0 H ATERM 32 KALA I FASE AKTIF
433 21.14.00 G4P3A0 H 41MG 40 KALA II, LETSU
434 21.16.95 G4P3A0 H ATERM 44 KALA II
435 21.15.03 G2P1A0 H 41MG 23 KALA I FASE AKTIF
436 21.09.08 G2P1A0 H ATERM 28 KALA I FASE AKTIF
437 21.08.16 G2P2A0 H 41MG 23 ANEMIA, HT, KALA I FASE AKTIF
438 18.87.26 G4P3(+1)A0 H 38MG 42 KALA I FASE AKTIF
439 21.19.23 G1P0A0 H 40MG 32 KALA I FASE AKTIF
440 21.10.32 G2P1A0 H 40MG 26 KALA I FASE LATEN
441 21.20.65 G1P0A0 H 39MG 22 KALA I FASE LATEN
442 21.20.67 G3P2A1 H 39MG 27 KALA I FASE AKTIF
443 21.20.14 G1P0A0 H 40MG 19 PRO INDUKSI
444 13.22.58 G2P1A0 H 39MG 22 KALA II
445 21.19.57 G4P3A0 H ATERM 33 INDUKSI PERSALINAN
446 21.19.48 G3P1A1 H 39MG 32 LETSU, KALA I FASE AKTIF
447 21.19.33 G2P1A0 H 35MG 30 KALA I FASE LATEN
448 17.34.20 G2P1A0 H 40 MG 30 INDUKSI PERSALINAN
449 21.16.09 G1P0A0 H 39MG 38
450 20.15.21 G2P0A1 H 39MG 26 KALA I FASE LATEN
451 07.43.08 G2P1A0 H 42MG 32 PEB, KALA I FASE AKTIF
452 14.08.69 G3P2A0 H 41MG 36 HT
453 20.63.06 G3P2A0 H 40MG 20 KALA I FASE LATEN
KALA I FASE LATEN, HT, IUFD, INDUKSI
454 21.21.80 G4P3A0 H ATERM 29 PERSALINAN
455 21.24.01 G1P0A0 H 39MG 19 KALA I FASE AKTIF, DIARE
456 21.21.76 G2P1A0 H ATERM 22 KALA I FASE AKTIF
457 21.21.22 G2P1A0 H ATERM 24 KALA II
458 21.19.38 G2P1A0 H ATERM 22 KALA I FASE AKTIF
459 21.21.73 G2P0A2 H 41MG 28 KALA I FASE AKTIF
460 21.20.10 G2P1A0 H 32MG 19 KPD,GEMILLY
461 21.20.13 G1P0A0 H ATERM 33 KALA I FASE LATEN
462 21.18.57 G2P1A0 H 42MG 32 KALA I FASE LATEN
463 21.08.38 G2P1A0 H 38MG 30 PER, KALA I FASE AKTIF
464 21.14.04 G2P1A0 H 39MG 30 KALA I FASE AKTIF
465 21.12.56 G2P1A0 H 42MG 38 INPARTU
PARTUS VE 26
466 21.13.54 G1P0A0 H 41MG 32 KALA I FASE LATEN
467 21.16.00 G5P3A1 H 37MG 36 KALA I FASE AKTIF
PARTUS SPONTAN 20
468 21.23.36 G1P0A0 H ATERM 29
469 21.26.18 G1P0A0 H 40MG 19 INDUKSI PERSALINAN
470 21.06.02 G2P1A0 H ATERM 22
KALA I FASE LATTEN, PLACENTA
471 10.84.36 G3P1A1 H 41MG 28 PREVIRIA
472 20.57.86 G4P3A0 H 39MG 23 KALA I FASE LATEN, PEB, PRO INDUKSI
473 21.25.65 G2P1A0 H ATERM 42 KALA I FASE AKTIF, PRESMULA
474 21.27.09 G6P4(+1)A1 H ATERM 32 PRO INDUKSI
475 21.30.24 G2P1A0 H 38MG 26 KALA I FASE AKTIF
476 21.22.48 G5P3A1 H 42MG 22 KALA I FASE LATEN, PEB, PRO INDUKSI
477 21.25.70 G3P2A0 H ATERM 27 KALA I FASE AKTIF
478 20.41.86 G1P0A0 H ATERM 19 KALA I FASE LATEN, PEB, PRO INDUKSI
479 16.83.41 G3P1A1 H 39MG 34 KALA I FASE LATEN
480 21.23.12 G1P0A0 H 39MG 23 KPD
481 21.29.59 G3P2A0 H ATERM 19 KALA I FASE KATIF
482 21.22.37 G2P1A0 H 40MG 20 KALA I FASE LATEN
483 19.19.32 G2P1A0 H 38MG 45 KALA I FASE LATEN
484 21.23.95 G4P3(1+)A0 H 40MG 29 PRO INDUKSI
485 14.20.83 G4P2A1 H 38MG 24
486 21.28.68 G3P1A1 H ATERM 40 KALA I FASE AKTIF
487 21.28.01 G3P2A0 H 41MG 21 KALA I FASE LATEN
488 21.28.57 G3P2A0 H ATERM 28 KALA I FASE LATEN
489 21.21.83 G3P2A0 H 40MG 35 KALA I FASE AKTIF
490 21.24.10 P2A0 H ATERM 35 LAHIR DIMOBIL
491 21.22.59 G1P0A0 H 37MG 24 KALA I FASE AKTIF
492 21.30.14 G3P2A0 H 39MG 43 KALA I FASE AKTIF, PEB
493 21.28.83 G1P0A0 H 38MG 23
494 21.29.77 G1P0A0 H ATERM 22 KALA I FASE AKTIF
495 21.30.91 G2P1A0 H ATERM 40 KALA I FASE AKTIF
496 21.28.58 G2P1A0 H 36MG 30 KALA II
497 21.25.27 G2P1A0 H 40MG 38 KALA I FASE AKTIF
498 21.31.24 G1P0A0 H 28MG 28 KALA II
499 21.29.56 G2P1A0 H 38MG 21 KALA I FASE LATEN
500 21.32.11 G7P6A0 H 42MG 24 KALA II
KALA I FASE AKTIF, KEK, BSC 7 TH LL,
501 21.28.61 G2P1A0 H 36MG 22 LETSU
502 21.34.37 G2P1A0 H 38MG 20 KALA I FASE AKTIF
503 20.62.58 G2P1A0 H ATERM 20 INPARTU KALA II
504 21.34.34 G3P2A0 H 40MG 26 KALA I FASE LATEN
505 14.21.32 G2P1A0 H 39MG 30 KALA I FASE AKTIF
506 21.27.96 G1P0A0 H 40MG 21 KALA I FASE LATEN
507 15.65.23 G2P1A0 H 41MG 22 KALA I FASE LATEN
508 20.42.49 G2P0A1 H ATERM 24 KALA I FASE AKTIF
509 21.32.19 G2P0A1 H 40MG 26 HAP,PER, PRO INDUKSI
510 20.31.79 G2P1A0 H 39MG 26 KALA I FASE LATEN
511 21.28.38 G2P1A0 H 38MG 24 KALA I FASE LATEN, BY BESAR
512 21.34.71 G2P1A0 H 39MG 23 KALA I FASE LATEN
513 21.35.62 G1P0A0 H 42MG 24 KPD
514 21.34.90 G2P1A0 H 40MG 21 KALA I FASE LATEN, PRO INDUKSI
515 13.29.73 G3P1A1 H ATERM 23 KALA I FASE LATEN
516 21.35.25 G2P1A0 H 40MG 23 KALA I FASE AKTIF
517 16.86.51 G1P0A0 H 38MG 25 KALA I FASE LATEN
518 21.30.94 G3P2A0 H ATERM 24 KALA I FASE LATEN
519 21.35.15 G1P0A0 H 41MG 21 KALA I FASE AKTIF
520 19.46.39 G1P0A0 H 40MG 23 KALA I FASE LATEN
521 21.35.21 G2P1A0 H 40MG 23 LETSU, KALA I FAS AKTIF
522 21.35.22 G3P2A0 H ATERM 25 KALA I FASE AKTIF
523 21.33.43 G4P3A1 H ATERM 37 GEMILLY, KALA II
524 21.26.85 G1P0A0 H 38MG 27 KALA I FASE LATEN, KPD
525 21.27.43 G2P0A1 H 38MG 45 KALA I FASE LATEN, HT
526 21.35.70 G3P2A0 H ATERM 29 KALA I FASE LATEN
527 21.33.66 G2P0A1 H37MG 20 KALA I FASE AKTIF
528 21.33.57 G2P1A0 H 41MG 40 KALA I FASE LATEN
529 21.32.15 G2P1A0 H 40MG 21 KALA II LETSU
530 21.32.79 G4P2-A1 H 40MG 28 KALA I FASE LATEN
531 21.33.72 G2P1A0 H ATERM 35 KALA II, CA CERVIK
532 21.35.42 G1P0A0 H 31MG 35 HAP,PER, PRO INDUKSI
PARTUS SC 24
533 21.24.05 G2P1A0 H 28MG 43 PLACENTA PREVIRIA
534 21.24.68 G2P1A0 H 41 MG 23 BSC 8 TH LL, CPD
535 21.22.19 G2P1A0 H 40MG 29 KPD, PRO SC
536 21.25.56 G1P0A0 H 40MG 30 CD
537 21.21.15 G4P3A0 H 40MG 38 LETSU, SC ELEKTIF
538 18.17.66 G2P1A0 H 38MG 26 KALA I FASE LATEN, BSC 2 TH LL, CPD
539 21.21.93 G2P0A1 H ATERM 32 PLACENTA PREVIRIA
540 20.38.96 G6P1A4 H 37MG 36 KALA I FASE LATEN, MC DONALD
541 21.21.89 G1P0A0 H ATERM 20 KALA I FASE AKTIF
542 17.70.11 G2P1A0 H 38MG 29 CPD, BSC 2,5 TH LL
543 11.90.76 G2P1A0 H ATERM 19 SC ELEKTIF, BSC 3, 5 TH LL
544 21.23.47 G2P1A0 H ATERM 22 BSC 4 TH LL, CPD
545 19.52.58 G2P0A1 H 40MG 24 LETSU, BY BESAR
546 21.25.79 G1P0A0 H 40MG 22 SC ELEKTIF, OLD PRIMI, ANAK MAHAL
547 21.21.91 G2P1A0 H ATERM 28 LETSU, BSC 4 TH LL
548 20.81.01 G4P2A1 H 40MG 37 PRO SC+MOW
549 18.06.55 G3P1A1 H ATERM 32 CPD, BSC 2,5 TH LL
550 21.05.01 G3P1A1 H 36MG 33 KALA I FASE LATEN
551 13.41.29 G5P2A2 H 40MG 41 LETSU, GRANDE MULTI
552 09.60.12 G1P0A0 H ATERM 32 LATAK LINTANG, KALA I FASE AKTIF
553 21.27.90 G1P0A0 H 40MG 21 PLACENTA LETAK RENDAH
554 20.93.28 G1P0A0 H ATERM 20 OLD PREMI
555 20.77.76 G2P1A0 H 32MG 31 KPD
556 21.21.96 G2P1A0 H ATERM 24 CPD, BSC 6 TH LL
557 21.25.96 G4P1A2 H 39MG 43 SC ELEKTIF
558 21.25.11 G1P0A0 H 39MG 23 OLD PRIMI, PRO INDUKSI
559 21.30.26 G3P2A0 H ATERM 29 CPD
560 16.88.78 G1P0A0 H 43MG 30 INDUKSI PERSALINAN
561 21.29.53 G4P2A1 H 37MG 38 KALA I FASE LATEN, LETSU
562 21.31.99 G1P0A0 H 37MG 26 PRO SC
563 21.32.08 G1P0A0 H ATERM 32 OLIGOHIDROMNION, PRO SC, CPD
564 21.28.29 G4P3A0 H 36MG 38 KPD, LETSU, KALA I FASE AKTIF, PER
KALA I FASE LATEN, RIWAYAT SC 3,5 TH
565 21.28.66 G3P2A0 H ATERM 20 LL, CPD
566 12.37.19 G2P1A0 H 37MG 29 PRO SC ELEKTIF, CPD
567 14.41.91 G2P1A0 H 40MG 19 LETSU, PRO SC
568 21.32.12 G3P1A1 H 40MG 22 KALA I DFASE LATEN, BSC 8 TH LL
569 21.30.54 G4P3A0 H 33MG 24 IMPENDNG EKLAMSI
570 21.23.32 G1P0A0 H 40MG 19 KALA I FASE LATEN
571 21.28.64 G2P0A1 H ATERM 23 PRO SC, GEMILLY
572 21.22.61 G2P1A0 H ATERM 20 KALA I FASE LATEN, BSC 4 TH LL
573 17.44.58 G1P0A0 H ATERM 20 CPD
574 16.45.71 G2P1A0 H ATERM 26 SC ELEKTIF, 8 TH LL
575 21.29.23 G2P1A0 H 41MG 26 KPD, BSC 6 TH LL
576 21.28.70 G2P0A1 H ATERM 25 KALA I FASE LATEN, INFERTIL 11 TH, CPD
KALA I FASE AKTIF, CPD(BY ADA
577 21.30.23 G1P0A0 H 37MG 26 KELAINAN)
578 20.67.78 G4P2A1 H ATERM 39 LETSU, KPD, PRO SC
579 21.22.34 G5P2A2 H 37MG 24 PEB, KALA I FASE LATEN, BSC 15 TH LL
580 21.30.95 G2P1A0 H ATERM 43 KALA I FASE LATEN, PRO SC, BSC 9 TH LL
581 21.27.36 G1P0A0 H ATERM 23 KALA I FASE LATEN, BAYI BESAR
582 11.27.56 G2P1A0 H 39MG 29 KALA I FASE LATEN
583 19.68.72 G1P0A0 H 41MG 30 CPD
584 21.25.12 G1P1A0 H ATERM 38 PRO SC
585 11.27.75 G3P2A0 H 37MG 26 HAP+MOW
586 21.26.30 G1P0A0 H ATERM 32 GAGAL INDUKSI
587 11.51.42 G3P2A0 H 38MG 36 PRO SC, MOW, BSC 2X
588 21.32.71 G3P1A1 H 36MG 20 BSC 15 TH LL, HAP
589 21.33.77 G1P0A0 H 41MG 22 KALA I FASE LATEN, KPD
590 21.33.78 G1P0A0 H 40MG 19 PEB
591 20.59.28 G4P2A1 H 38MG 22 PLACENTA PREVIRIA
592 21.33.14 G1P0A0 H 40MG 24 KALA I FASE LATEN
593 21.26.28 G2P1A0 H ATERM 21 CPD, PRO SC ELEKTIF
594 21.30.96 G2P1A0 H 37MG 23 KALA I FASE LATEN, PEB
595 21.30.01 G1P0A0 H ATERM 23 KALA II LAMA, KPD, CPD
596 21.39.91 G2P1A0 H 36MG 25 IUFD, SOLUSIO PLACENTA
597 11.45.80 G3P2A1 H ATERM 32 KALA I FASE LATEN, BSC 2 TH LL, CPD
598 21.25.17 G1P0A0 H 39MG 19 KPD
599 21.32.06 G4P3(2+)A0 H ATERM 38 PRO SC, ROJ
PARTUS VE
600 20.09.30 G1P0A0 H ATERM 24 KALA I FASE LATEN
601 21.30.84 G2P1A0 H 33MG 31 KALA I FASE AKTIF
602 18.83.71 G2P1A0 H ATERM 23 KALA I FASE AKTIF, RIWAYAT SC 6 TH LL
PARTUS SC 29
603 20.47.33 G4P3A0 H 39MG 37
604 20.42.56 G3P1A1 H 40MG 38
605 11.17.46 G3P2A0 H 39MG 26 CPD,BSC 2X
606 21.36.10 G1P0A0 H 39MG 32
607 21.41.68 G1P0A0 H ATERM 36 KPD
608 20.49.86 G1P0A0 H 36MG 20 GEMILLY, KPD, KALA I FASE LATEN
G2P2(GEMILY)A0 H
609 15.17.76 ATERM 29 CPD,BSC 2X
610 20.30.81 G3P2A0 H 40MG 19 CPD,GAGAL INDUKSI
611 20.85.46 G2P1A0 H 38MG 22 LETSU, KALA I FASE LATEN
612 20.47.64 G1P0A0 H 40MG 24 GAGAL INDUKSI
TRAUMA TULANG BELAKANG POST
613 21.43.58 G2P1A0 H ATERM 24 JATUH
614 21.43.90 G1P0A0 H 37MG 22 HSUB
615 21.39.24 G2P1A0 H 39MG 23 CPD, BSC 4 TH LL
KALA I FASE LATEN, BSC 8 TH LL,
616 20.33.81 G2P1A0 H 38MG 29 PANGGUL SEMPIT, RUI
617 21.38.12 G1P0A0 H 40MG 30 CPD
618 21.42.77 G1P0A0 H ATERM 30 OLD PRIMI, PEB, PRO SC
619 21.44.84 G3P1(+)A0 H 39MG 37 KALA I FASE AKTI
620 16.16.84 G4P3A0 H 37MG 40 BSC 3 TH LL, CPD, MOW
621 14.53.11 G5P3A1 H 38MG 36 BSC 3X, 1 LAPARATOMI, CPD
622 21.39.29 G4P2A1 H ATERM 20 SC ELKTIF, ROJ
623 21.46.64 G3P1A1 H 40MG 29 KALA I FASE LATEN, RIWAYAT SC
624 21.43.44 G3P2A0 H 38MG 19 KALA I FASE LATEN, PEB, PRO SC
625 21.39.19 G1P0A0 H 37MG 22 KALA I FASE AKTIF
626 21.44.82 G1P0A0 H 39MG 24 LETSU, PRO SC
627 21.44.32 G1P0A0 H 33MG 20 HAP, PLR, LETLINTANG
628 13.75.88 G2P1A0 H ATERM 22 CPD, BSC 4 TH LL
629 12.04.90 G2P1A0 H ATERM 21 OLIGOHIDROMNION, PRO SC
630 20.73.89 G2P1A0 H 30MG 24 HAP,PLACENTA PREVIRIA
631 21.45.44 G5P3A1 H 33MG 45 RUI, PRO SC
632 21.45.78 G2P1A0 H 42MG 25 KPD
633 19.73.83 G2P0A1 H 42MG 24 SC ELLEKTIF
634 21.38.14 G2P1A0 H 32MG 43 EKLAMSIA
635 21.44.92 G1P0A0 H ATERM 23 KALA I FASE LATEN
636 21.48.62 G2P0A1 H 39MG 29 KALA I FASE AKTIF, LETSU
637 21.48.31 G2P1A0 H 39MG 30 OLIGOHIDROMNION, INDUKSI
638 16.77.75 G4P3A0 H ATERM 38 SC ELEKTIF, BSC , KALA I FASE LATEN
639 21.48.48 G3P0A2 H 40MG 26 PEB, KALA I FASE LATEN
640 21.46.05 G1P0A0 H 38MG 32 BSC 2 TH LL
641 21.46.36 G3P2(+)A0 H 36MG 36 PLACENTA PREVIRIA
642 21.48.21 G2P1A0 H 38MG 20 BSC 4 TH LALU
643 20.51.56 G3P2A0 H ATERM 29 SC ELEKTIF, BSC 9 TH, CPD
644 21.41.36 G5P2A2 H ATERM 19 CPD, PRO SC
INDUKSI PERSALINAN, RIWAYAT OP
645 21.49.81 G1P0A0 H 41MG 22 GINJAL
646 21.49.44 G1P0A0 H 38MG 24 KPD, KALA I FASE LATEN
647 21.48.52 G1P0A0 H 39MG 19 KALA I FASE LATEN, CPD
648 21.46.62 G2P0A1 H ATERM 22 KALA I FASE LATEN
649 21.48.22 G2P1A0 H ATERM 23 SC ELEKTIF, BSC 4 TH LL
650 21.48.23 G1P0A0 H 38MG 23 HT, SC ELEKTIF, CPD
651 21.49.21 G1P0A0 H 42MG 20 KALA I FASE LATEN, CPD
652 21.49.33 G2P1A0 H 35MG 20 LETAK LINTANG, GEMILY
653 21.34.04 G1P0A0 H 44MG 20 CPD, KALA I FASE LAEN
654 15.42.17 G2P1A0 H ATERM 23 LETSU, BSC 3 TH LL
655 11.78.85 G1P0A0 H 36MG 22 PEB
656 16.59.91 G2P1A0 H ATERM 26 CPD, SC ELEKTIF, BSC 4 TH LL
657 12.38.46 G2P1A1 H 37MG 27 GEMILLY, RIWAYAT SC 1X
658 21.49.19 G3P2A0 H ? 32 KPD
659 21.49.52 G1P0A0 H 35MG 21 PEB
660 21.50.56 G2P0A1 H 40MG 36 KPD, LETLIN
661 21.36.63 G1P0A0 H 39MG 22 KALA I FASE AKTIF, LETSU
662 21.56.09 G2P0A1 H 40MG 26 KALA II LAMA
PARTUS NORMAL
663 21.30.02 G2P1A0 H 38MG 23
664 14.21.16 G8P5A1 H ATERM 44 INDUKSI PERSALINAN
665 21.36.33 G2P1A0 H 35MG 23
666 21.38.35 G2P1A0 H 39MG 20 KALA I FASE LATEN
667 17.92.69 G2P1(+1)AO H 36MG 25 PEB
668 20.88.05 G4P2A1 H 38MG 33 INDUKSI PERSALINAN
669 12.15.35 G2P1A0 H 38MG 33 KALA I FASE LATEN
670 13.91.82 G1P0A0 H 37MG 19 KALA I FASE LATEN, KPD
671 21.36.99 G1P0A0 H 40MG 24 INDUKSI PERSALINAN, KPD
672 21.36.43 G1P0A0 H ATERM 24 KALA II LAMA
673 21.36.29 G1P0A0 H 37MG 43 KALA II LAMA
674 21.42.24 G3P2A0 H 38MG 28 KALA I FASE AKTIF
675 21.39.94 G5P3A1 H 37MG 44 KALA I FASE AKTIF, HT
676 21.41.75 G2P1A0 H 3MG 30 KALA I FASE LATEN
677 21.42.58 G2P1A0 H 39MG 38 KALA I FASE AKTIF
678 11.33.12 G2P1A0 H 42MG 26 KALA I FASE LATEN
679 20.46.16 G4P3A0 H 33MG 36 HT
680 20.35.96 G2P1A0 H 38MG 30 GEMILLY, KALA I FASE LATEN
681 21.45.19 G2P1A0 H 41MG 20 KALA I FASE LATEN
682 21.38.47 G2P1A0 H 38MG 29 KALA I FASE LATEN
683 21.44.85 G2P1A0 H ATERM 19 KALA II
684 21.42.93 G2P1A0 H 37MG 22 KALA I FASE LATEN
685 20.72.94 G1O0A0 H 36MG 24 KALA I FASE LATEN
686 21.43.24 G1P0A0 H ATERM 23 KALA II
687 21.39.97 G2P1A0 H 41MG 22 KALA II
688 16.32.02 G3P0A2 H 39MG 28 KALA I FASE LATEN
689 21.40.63 G2P1A0 H 40MG 22 KALA II
690 14.70.78 G2P1A0 H 32MG 20 INDUKSI PERSALINAN, LETSU
691 21.39.86 G2P1A0 H 37MG 26 KPD, KALA I FASE LATEN
692 21.36.82 G4P3A0 H 42MG 34 KALA I FASE LATEN, PEB
693 13.09.88 G2P1A0 H ATERM 32 KALA I FASE I
694 21.38.54 G2P1A0 H 41MG 22 KALA I FASE LATEN
695 21.37.88 G2P1A0 H ATERM 35 KPD
696 21.38.58 G3P2A0 H ATERM 29 KALA I FASE AKTIF, PEB
697 21.37.85 G1P0A0 H 42MG 21 OLIGOHIDROMNION
698 21.41.23 G1P0A0 H 42MG 20 INDUKSI
699 21.39.85 G1P0A0 H 20MG 20 IUFD
700 21.42.60 G1P0A0 H ATERM 24 KALA I FASE AKTIF, LETSU
701 21.45.84 G4P3A0 H 36MG 37 KPD
702 12.88.06 G3P1A1 H ATERM 33 LAPARATOMI RIWAYAT 6 TH,KPD
703 21.46.93 G2P0A1 H 39MG 30 CPD
704 20.93.01 G2P1A0 H ATERM 22 KALA II
705 21.49.22 G2P1A0 H 41MG 23 KPD
706 21.48.94 G3P1A1 H ATERM 25 KALA I FASE LATEN
707 12.42.92 G2P1A0 H ATERM 25 KALA I FASE L;ATEN
708 21.48.69 G2P1A0 H 40MG 23 KALA I FASE LATEN
709 20.96.86 G1P0A0 H 41MG 21 KALA I FASE LATEN
710 08.36.99 G4P3A0 H 38MG 44
711 20.89.33 G2P1(+)A0 H 30MG 40 IUFD, PEB, INDUKSI PERSALINAN
712 21.29.88 G4P3A0 H 41MG 40 PEB, KALA I FASE LATEN
713 21.45.97 G2P1A0 H 36MG 27 KPD
714 21.45.05 G1P0A0 H 41MG 19 KALA I FASE LATEN
715 21.36.74 G2P1A0 H 40MG 23 KALA II
716 21.38.63 G1P0A0 H 34MG 27 KALA I FASE LATEN
717 21.38.66 G3P2A0 H ATERM 29 KALA I FASE AKTIF
718 21.45.88 G2P1A0 H ATERM 23 KALA I FASE LATEN
719 21.46.60 G1P0A0 H 39MG 22 KALA I FASE LATEN
720 21.47.19 G2P1A0 H ATERM 21 KALA I FASE AKTIF
721 21.49.94 G1P0A0 H 36MG 18 KPD, KALA I FASE LATEN
722 21.48.71 G1P0A0 H 38MG 20 KALA I FASE LATEN
723 21.36.48 G3P2A0 H ATERM 25 KALA I FASE LATEN
724 21.46.25 G2P1A0 H 40MG 23 KALA I FASE LATEN
725 00.17.15 G1P0A0 H 41MG 20 INDUKSI PERSALINAN
726 21.50.30 G2P1A0 H 41MG 20 KALA I FASE LATEN
727 21.18.46 G1P0A0 H 40MG 20 KALA I FASE LATEN
728 21.48.30 G2P1A0 H 39MG 25 KALA I FASE LATEN
729 21.50.55 G4P1A2 H ATERM 44 KALA I FASE LATEN, PEB
730 21.45.37 G1P0A0 H 36MG 23 LETSU, KALA I FASE AKTIF
731 21.39.31 G1P0A0 H 24MG 20 IUFD, HAP
732 21.45.12 G3P1A1 H 40MG 24 KALA II
733 21.38.64 G3P2A0 H 40MG 43 KALA I FASE AKTIF
734 21.48.73 G2P1A0 H 40MG 23 KALA I FASE LATEN
PARTUS NORMAL 29
735 21.50.94 G2P0A1 H ATERM 30 KALA I FASE AKTIF
736 20.40.36 G2P1A0 H ATERM 38 KALA I FASE LATEN
737 07.09.95 G3P2A0 H 42MG 26
738 21.52.19 G4P3A0 H 41MG 38 KALA I FASE AKTIF, HT
739 20.40.37 G5P3A1 H 42MG 36
740 19.03.73 G2P1A0 H ATERM 20 KALA I FASE AKTIF
741 21.51.77 G1P0A0 H 39MG 29 KALA II LAMA
742 12.85.47 G3P2A0 H 41MG 30 PRO INDUKSI
743 21.53.93 G3P1A1 H ATERM 22 KALA I FASE AKTIF
744 21.53.78 G2P1A0 H 41MG 24 KALA I FASE AKTIF
745 21.53.43 G2P0A1 H ATERM 38 KALA I FASE LATEN, KPD
746 21.52.95 G2P1A0 H 39MG 22 KALA I FASE LATEN
747 21.51.38 G4P3A0 H ATERM 40 KALA II
748 21.55.45 G2P1A0 H 42MG 23 KALA I FASE AKTIF
749 20.50.55 G2P1A0 H ATERM 25 KALA I FASE LATEN
750 15.57.69 G2P1A0 H 39MG 27
751 21.55.13 G2P1A0 H ATERM 26
752 21.54.42 G2P1A0 H 340MG 22 KALA I FASE LATEN
753 21.55.29 G3P2A0 H ATERM 28 KALA 1 FASE AKTIF
754 21.55.27 G3P2A0 H ATERM 31 KALA 1 FASE AKTIF, GEMILLY
755 21.55.23 G3P2+1A0 H 40MG 33 INPARTU
756 16.11.90 G1P0A0 H 41MG 30 KALA 1, FASE LATEN
757 21.53.88 G5P4A0 H 41MG 38 KALA 1, FASE LATEN
758 21.53.42 G3P1A1 H 39MG 37 KPD+PEB
759 21.58.15 G2P1A0 H 39MG 24 KALA I FASE LATEN. BSC 3 THN LL
760 21.60.29 G2P1A0 H 38 MG 43 KALA I FASE AKTIF
761 21.56.64 G1P0A0 H 38 MG 23 INPARTU
762 21.58.85 G2P1A0 H ATERM 29 KALA I FASE LATEN
763 21.57.50 G2P1A0 H ATERM 30 INPARTU KALA I FASE AKTIF
764 21.59.60 G2P1A0 H 41 MG 38 INPARTU KALA I FASE AKTIF
765 21.57.76 G1P0A0 H 40 MG 26 INPARTU KALA I FASE AKTIF
766 21.46.12 G3P2A0 H 41 MG 32 INPARTU KALA I FASE AKTIF
767 21.57.44 G2P1A0 H 37 MG 36 INPARTU KALA I FASE AKTIF
IBU MELAHIRKAN DI
768 21.57.90 RUMAH 20
769 20.62.86 G3P1A1 H 38 MG 29 INPARTU KALA I FASE AKTIF
770 21.60.99 G2P1A0 H ATERM 19 INPARTU KALA I FASE AKTIF + HT
771 21.46.81 G3P2A0 H ATERM 22 INPARTU KALA I FASE AKTIF + HT
772 20.64.00 G2P1A0 H ATERM 24 INPARTU KALA I FASE AKTIF
773 21.53.16 G2P1A0 H ATERM 23 PRO INDUKSI
774 21.57.24 G4P2A1 H 38 MG 38 KPD
775 21.61.44 G1P0A0 H ATERM 18 INPARTU + KPD
776 21.56.05 G1P0A0 H 33 MG 21 INPARTU KALA II
777 16.38.89 G3P10 H 40 MG 27 INDUKSI PERSALINAN
778 21.56.50 G4P4A0 H POST TERM 34 KETUBAN KUNING + LEWAT BULAN
779 20.96.54 G3P2A0 H 39 MG 29 INPARTU KALA I FASE LATEN
780 12.59.28 G1P0A0 H 41 MG 18 KPD
781 21.60.73 G1P0A0 H 41 MG 22 PRO INDUKSI
782 17.04.11 G1P0A0 H ATERM 22 INPARTU KALA I FASE LATEN + KPD
783 21.58.00 G4P3A0 H 31 MG 40 PPI
784 21.62.92 G4P3A0 H 40 MG 41 INPARTU
785 21.29.99 G3P2AO H 41 MG 37 INPARTU KALA I FASE LATEN
786 21.55.21 G2P0A1 H 39 MG 22 INPARTU KALA I FASE LATEN
787 21.60.86 G3P1A1 H 40 MG 28 PRO INDUKSI
788 18.18.52 G4P3A0 H ATERM 44 INPARTU KALA I FASE LATEN + PER
789 21.57.74 G1P0A0 H 41 MG 21 INPARTU KALA I FASE LATEN
790 19.68.43 G2P2A0 H ATERM 20 INPARTU KALA I FASE AKTIF
791 20.42.55 G3P2A0 H ATERM 29 INPARTU KALA I FASE LATEN + KPD
792 17.74.76
793 21.58.95 G3P2A0 H ATERM 23 KALA I FASE AKTIF, PEB, CPD
794 21.60.21 G1P0A0 H 32MG 22 PPI
795 17.74.76 G3P1A1 H 39MG 39 KPD
796 06.28.27 G4P3A0 H 41MG 42
797 21.62.35 G1P0A0 H 40 MG 43 PRO INDUKSI
798 21.62.91 G3P2A0 H 40MG 32 KALA I FASE LATEN
799 21.57.93 G2P1A0 H ATERM 29 KALA I FASE AKTIF, PEB
800 21.56.67 G2P1A0 H 40MG 30 KALA II, HT
801 21.25.51 G1P0A0 H 40MG 38 KALA I FASE AKTIF
802 21.54.06 G1P0A0 H ATERM 26 KALA I LAMA
803 21.53.37 G4P2A1 H 34MG 39 PLACENTA PREVIRIA, LETSU
804 21.55.43 G1P0A0 H 35MG 36 LETSU
805 21.62.23 G3P2A0 H 41MG 20 KALA I FASE LATEN
806 21.37.04 G2P1A0 H 42MG 29 KALA II
807 21.57.62 G1P0A0 H 37MG 19 KALA I FASE LATEN
PARTUS SC 22
808 21.51.02 G2P1A0 H 41MG 24 LETSU, PRO SC
809 21.51.56 G1P0A0 H 42MG 20 KALA I FASE LATEN
810 21.51.27 G3P1A1 H 40MG 24 KALA I FASE LATEN
811 21.51.42 G1P0A0 H 40MG 24 KALA I FASE LATEN, HT, CPD
812 21.51.55 G2P1A0 H ATERM 27 KALA I FASE LATEN, CPD
813 16.69.46 G3P1A1 H 37MG 29 KALA I FASE LATEN, OLOGOHIDROMNION
814 21.54.17 G2P0A1 H 36MG 35 GEMILLY, KPD
815 20.53.30 G3P1A1 H 38MG 31 SC ELEKTIF, BSC 8 TH LL
816 21.53.97 G2P1A0 H 40MG 30 SC ELWKTIF, BSC 11 TH LL, CPD
817 21.54.32 G2P1A0 H40 MG 32 KALA 1, CPD
818 21.53.30 G1P0A0 H 40 MG 19 KALA 1 FASE LATEN
819 21.53.87 G2P1A0 H41 MG 24 CPD
INFARTU KALA 1 FASELATIN LETSU
820 21.52.91 G3P2A0 H39MG 43 PROSC
821 21.56.79 G2P1A0 H 40 MG 23 INFARTU KALA 1 FASELATIN
822 21.56.76 G1P0A0 H 41 MG 29 INPARTU KALA I FASE LATEN + PEB
823 21.58.59 G3P2A0 H 40 MG 30 PRO SC ELEKTIF ( BSC 2X )
824 21.56.59 G4P2A1 H ATERM 38 PRO SC ELEKTIF BSC 12 THN YLL
825 21.58.35 G3P2A0 H 39 MG 29 KPD + BSC 2X + DM
G3P1 (1 PREMATUR)A0
826 15.51.42 H ATERM 32 PRO SC ELEKTIF (BSC 1X)
827 21.53.58 G4P3A0 H 37 MG 36 PRP SC ELEKTIF (BSC 3 YHN YLL)
828 21.54.62 G2P0A1 H ATERM 20 KALA I FASE LATEN
829 20.83.41 G4P3A1 H ATERM 40 KALA I FASE AKTIF
830 21.57.97 G3P2A0 H ATERM 19 CPD
831 21.58.71 G3P1A1 H ATERM 22 PEB, KALA I FASE LATEN
832 21.63.61 G3P1A1 H 41MG 24 PEB, KALA I FASE AKTIF
833 21.43.18 G1P0A0 H 38MG 20 KALA I FASE AKTIF, PER
834 21.63.93 G1P0A0 H 38MG 20 CONDILOMA, CPD
835 01.08.00 G2P0A1 H 39MG 22 KALA I FASE LATEN, PEB
836 21.31.73 G1P0A0 H 40MG 21 KALA I FASE AKTIF, PEB
837 21.58.97 G4P3A0 H 41MG 40 KALA II, BSC, CPD, KALA I AKTIF
838 21.31.50 G2P1A0 H ATERM 43 KALA I FASE LATEN, BSC 5 TH LL
839 13.68.52 G4P2A1 H ATERM 43 RIWAYAT SC 2X, CPD
RIWAYAT BSC 20 BLN YG LL, KALA I FASE
840 21.62.86 G3P2A0 H 39MG 29 AKTIF
841 21.62.87 G3P2A0 H ATERM 30
842 21.60.44 G1P0A0 H 32 MG 20 PEB
843 21.56.72 G2P1A0 H 39 MG 26 PRO SC ELEKTIF + BSC 2 THN LL
844 21.60.82 G2P1A0 H 36 MG 32 HAP
PARTUS NORMAL 36
845 21.64.56 G1P0A0 H 41MG 20
846 21.64.04 G2P1(+)A0 H 39MG 29 KALA I FASE AKTIF
847 20.18.06 G2P1(IUFD)A0 H 40MG 19 KALA I FASE LATEN
848 21.69.34 G1P0A0 H 28MG 22 KALA I FASE AKTIF
849 16.66.62 G2P1A0 H 41MG 24 KALA I FASE AKTIF
850 21.67.59 G1P0A0 H 38MG 20 KPD
851 11.58.72 G1P0A0 H 41MG KALA I FASE AKTIF
852 21.68.21 G2P1A0 H 39MG 23 KPD, KALA I FASE LATEN
853 21.70.01 G2P1A0 H ATERM 22 KALA I FASE LATEN
854 21.64.08 G1P0A0 H 41MG 21 KALA I FASE LATEN
855 15.48.31 G2P1A0 H ATERM 26 KPD
856 21.66.51 G2P1A0 H 40MG 25 KALA I FASE AKTIF
857 21.64.61 G3P2(+1)A0 H 39MG 29 KALA I FASE LATEN
KALA I FASE AKTIF, RIWAYAT
858 14.52.84 G1P0A0 H 39MG 24 LAPARATOMY
OLIGOHIDROMNION, INDUKSI
859 21.62.94 G2P1A0 H 38MG 23 PERSALINAN
860 16.76.88 G3P1A1 H 37MG 37 KPD
861 20.31.42 G1P0A0 H 40MG 20 KPD
862 61.67.61/01.67.61 G1P0A0 H 41MG 20 KALA I FASE LATEN
863 16.75.21 G1P0A0 H 39MG 20 KALA I FASE LATEN
864 21.69.87 G2P1A0 H 36MG 26 KALA I FASE AKTIF, GEMILLY, PEB
865 21.70.40 G3P1A1 H 41MG 31 KALA I FASE LATEN
866 2176.93 G2P1A0 H AERM 23 KALA I FASE LATEN
867 21.70.67 G3P2A0 H 40MG 29 INDUKSI PERSALINAN
868 21.77.77 G3P2A0 H ATERM 29 KALA I FASE LATEN
869 21.78.20 G4P3(+1)A1 H ATERM 36 LETSU, KALA I FASE LATEN
870 21.73.46 G2P1A0 H 40MG 23 REENSIO PLACENTA
871 21.71.60 G3P2A0 H 40MG 26 KALA I FASE AKTIF
872 11.30.32 G1P0A0 H 29MG 17 GEMILLY, KPD
873 21.68.03 G1P0A0 H 34MG 24 ANEMIA, KALA I FASE LATEN, IUFD
874 21.68.06 G1P0A0 H ATERM 43 KALA II, KALA I MEMANJANG
875 21.77.46 G2P1A0 H 39MG 23 KALA I FASE LATEN
876 20.50.18 G2P1A0 H ATERM 29 KALA I FASE LATEN
877 21.76.53 G1P0A0 H ATERM 30 INDUKSI PERSALINAN
878 21.75.32 G4P3(2+)A0 H 39MG 38 KALA I FASE LATEN
879 21.72.66 G1P0A0 H ? 26 KALA II, KALA I MEMANJANG
880 21.70.14 G1P0A0 H ATERM 32
881 21.31.45 G5P4A0 H 40MG 40 KALA I FASE LATEN, HT
882 21.75.55 G2P1A0 H 41MG 20 PRO INDUKSI
883 21.65.83 G1P0A0 H 42MG 29 KALA I FASE LATEN
884 21.70.85 G3P2+1)A0 H ATERM 29 KALA I FASE AKTIF, BSC 4 TH LALU
885 21.75.92 G2P1A0 H 39MG 22 KALA I FASE AKTIF
886 14.26.50 G2P1A0 H ATERM 24
G3P2(+IUFD1)A0 H
887 21.61.73 41MG 33 PRO INDUKSI
888 21.22.93 G3P1A1 H 40 MG 36 KALA I FASE AKTIF
889 21.22.93 G3P1A1 H 40MG 37 KALA I FASE AKTIF
890 21.71.35 G1P0A0 H 38MG 20 KALA I FASE AKTIF, LETAK LINTANG
891 21.74.21 G6P5(+1)A0 H 38MG 44 KPD
892 21.76.58 G1P0A0 H 32MG 20 KPD,OLIGOHIDROMNION
893 21.74.34 G1P0A0 H 42MG 22 KALA I FASE LATEN
894 20.79.12 G1P0A0 H 37MG 21 KALA II
895 17.09.86 G1P0A0 H 34MG 22 KALA II
896 21.64.62 G5P4A0 H 37MG 37 KALA I FASE LATEN
897 21.73.56 G3P2A0 H 40MG 33 KPD
898 21.64.74 G1P0A0 H 39MG 24 CPD, KALA I FASE LATEN
899 21.72.71 G1P0A0 H 38MG 20 KALA I FASE LATEN
900 21.77.94 G1P0A0 H 40MG 23 KALA I FASE AKTIF
901 21.70.45 G4P2A1 H 30MG 47 KALA I FASE AKTIF
902 20.04.40 G5P4(+1)A0 H 27MG 44 KALA II
903 PARTUS SC
904 21.66.39 G3P1A1 H 38MG 26
905 17.73.10 G2P1A0 H ATERM 32 BSC 1/2 TH LL
906 21.66.45 G1P0A0 H 41MG 36 CPD
907 21.66.42 G3P2A0 H 39MG 20 LETSU
908 17.98.36 G2P0A1 H ATERM 29 LETSU
909 21.58.11 G4P3(1+)A0 H ATERM 40 LATAK LINTANG
910 19.41.40 G2P0A1 H 39MG 22 CPD, LETSU,POST LAPARATOMI
911 21.36.46 G1P0A0 H 38MG 24 LETSU
912 21.64.73 G4P1A2 H 38MG 41 KALA I FASE LATEN, PLACENTA PREVIRIA
913 21.64.67 G3P2A0 H 43MG 43 BSC 5 TH LL, BY BESAR
914 11.99.74 G3P2(+1)A0 H ATERM 29 KALA I FASE LATEN, CPD
915 21.71.64 G2P1A0 H ATERM 29 KALA I FASE LATEN, CPD
916 16.40.66 G3P0A2 H 38MG 30 CPD, PRO SC
917 20.69.31 G3P2A0 H ATERM 38 CPD, SC ELEKTIF
918 21.76.75 G2P1A0 H 41MG 26 INDUKSI PERSALINAN
919 21.76.71 G3P2A0 H ATERM 32 KALA I FASE AKTIF
920 21.69.79 G2P1A0 H 41MG 36 OBLIGET, HT, KALA I FASE AKTIF
921 21.62.21 G3P2A1 H ATERM 20 KALA I FASE LATEN, BSC 4 TH LL
922 00.69.28 G4P1A2 H 39MG 42 BSC 4 TH LL, CPD
PRO INDUKSI, ASEPTOR KB, SECONDARI
923 20.10.45 G5P3A1 H ATERM 46 ARREST
924 21.76.60 G4P2A1 H 37MG 46 PEB, INDUKSI PERSALINAN
925 21.61.82 G1P0A0 H 41MG 24 CPD
926 21.67.42 G1P0A0 H 42MG 20 KALA I FASE AKTIF, CPD
927 21.69.33 G1P0A0 H ATERM 20 KALA I FASE LATEN, KPD
928 21.69.38 G2P1A0 H 38MG 26 PRO SC, MOW, PEB
929 21.67.61 G1P0A0 H 41MG 18 KPD, KALA I FASE LATEN
930 18.43.48 G2P1A0 H 39MG 24 CPD
931 21.69.93 G1P0A0 H 40MG 23 SC ELEKIF, CDPD
932 21.69.59 G4P2A1 H 39MG 45 PEB, BSC 3 TH LL
933 21.64.71 G3P2A0 H 38MG 29 LETSU
934 07.24.62 G2P1A0 H 39MG 30 KALA I FASE AKTIF
935 21.64.77 G3P2A0 H 40MG 38 HEMOROID, BSC
936 21.14.88 G3P2A0 H ATERM 26 BSC 3 TH LL, ATONIA UTERI, CPD
937 18.30.04 G2P1A0 H ATERM 32 CPD, BSC 3 TH LL
938 21.61.61 G1P0A0 H ATERM 36 LETSU, PRO SC
939 21.71.29 G2P1A0 H 40MG 20 CPD,KALA I FASE LATEN
940 20.79.32 G2P1A0 H 38MG 29 PANGGUL SEMPIT, BSC 12 TH
941 21.75.76 G3P1A1 H ATERM 30 CPD
942 21.75.35 G2P1A0 H 43MG 22 INPARTU
943 20.78.68 G2P1A0 H 34MG 24 GEMILLY, KALA I FASE AKTIF
944 21.65.52 G2P1A0 H ATERM 22 BSC 4 TH LL, CPD
945 21.64.06 G2P1A0 H 34MG 24 BSC 5 TH LL, IUFD
946 20.76.87 G2P1A0 H 40MG 21 KALA I FASE LATEN
947 21.72.88 G6P4A1 H 40MG 37 PRO SC, MOW, PEB
948 21.67.37 G2P1A0 H 37MG 23 BSC 2 TH LL
949 21.71.40 G2P1A0 H 41MG 24 BSC, KALA I FASE LATEN
950 14.57.15 G2P1A0 H ATERM 43 KALA I FASE LATEN, CPD
951 21.72.01 G2P1A0 H ATERM 23 PRO SC, BSC 8 TH LL
952 21.72.21 G1P0A0 H ATERM 29 PRO SC, MYOMA UTERI, OLD PREMI, CPD
953 21.78.02 G5P4A0 H 39MG 30 CPD, KALA I FASE AKTIF
954 21.77.55 G7P4A2 H ATERM 38 CPD
955 21.79.41 G1P0A0 H 40MG 26 KALA I FASE AKTIF MEMANJANG
956 21.71.30 G5P4A0 H 38MG 32 PEB, CPD,KALA I FASE LATEN
957 21.77.42 G2P1A0 H 38MG 36 CPD, FEBRIS
958 21.68.59 G4P3A0 H 42MG 20 PEB, KALA I FASE LATEN
959 21.65.33 G1P0A0 H 28MG 29 PER
960 21.53.37 G4P2A1 H ATERM 19 HAP
961 21.74.35 G2P0A1 H 39MG 26 KPD
PARTUS SC 24
962 21.80.96 G3P2A0 H 39MG 29 KALA I FASE LATEN, KPD, PRES BO
963 21.80.55 G2P1A0 H 40MG 24 GAGAL INDUKSI
964 21.79.14 G3P2A0 H 40MG 28 PRO SC, PRES BO
965 21.80.30 G2P1A0 H 39MG 22 BSC 8 TH YG LL
966 15.71.52 G2P1(+)A0 H 38MG 28 CPD
967 11.79.93 G2P1A0 H ATERM 28 SC ELEKTIF, CPD
OLIGOHIDROMNION, INDUKSI
968 15.88.70 G3P2A0 H ATERM 27 PERSALINAN
969 21.79.93 G1P0A0 H 39MG 18 KALA II, FETAL DISTRESS
970 21.85.96 G2P1A0 H 40MG 22 PLACENTA PREVIRIA
INDUKSI PERSALINAN, KALA I FASE
971 15.71.54 G4P3A0 H 41MG 36 LATEN
972 11.53.76 G3P2A0 H 39MG 32 SC ELEKTIF, BSC 2X, CPD
973 21.69.41 G1P0A0 H 38MG 21 PEB, PRO INDUKSI, HBS AG+
974 21.71.09 G3P2A0 H 41MG 28 KALA I FASE LATEN, RIWAYAT SC
975 21.38.84 G1P0A0 H ATERM 24 KPD, KALA I FASE LATEN
976 18.11.77 G3P1A1 H ATERM 36 KPD,KALA I FASE AKTIF
977 12.32.86 G3P2A0 H ATERM 37 CPD, SC ELEKTIF
978 21.87.47 G2P1A0 H 38MG 43 BS 5 TH LL, KALA I FASE LATEN
979 13.21.33 G2P1A0 H 37MG 23 BSC 1 TH LL, PANGGUL SEMPIT
980 12.33.94 G3P2A0 H ATERM 29 SC ELEKTIF, BSC 4 TH LL, CPD
981 21.54.53 G2P1A0 H 41MG 30 KALA I FASE AKTIF
982 21.86.33 G2P1A0 H ATERM 38 SC ELEKTIF, BSC 4 TH LL, CPD
KALA I FASE LATEN, RIWAYAT SC 6 TH LL,
983 21.54.53 G2P1A0 H 37MG 26 CPD
984 21.84.87 G1P0A0 H ATERM 21 KALLA II LAMA
985 21.46.58 G2P0A1 H 37MG 36 HAP, PLR
986 21.84.99 G1P0A0 H 40MG 20 KALA I FASE AKTIF
987 21.84.74 G1P0A0 H 39MG 29 KALA I FASE LATEN, KPD, PRES BO
988 21.41.42 G2P1A0 H ATERM 24 OLIGOHIDROMNION. LETSU, KALA II
989 21.86.38 G3P3A0 H ATERM 22 KALA I FASE AKTIF
990 21.86.30 G2P1A0 H ATERM 24 KALA II, FASE LATEN
991 21.85.88 G1P0A0 H 41MG 21 KALA I FASE LATEN
992 20.96.05 G1P0A0 H 39MG 35 KPD
993 21.65.78 G1P0A0 H ATERM 20 CPD, KALA I FASE LATEN
994 20.78.39 G1P0A0 H 40MG 20 KALA I FASE LATEN, CPD
995 11.55.73 G5P4A0 H 39MG 36 LETAK SUNTANG
996 21.89.81 G4P3A0 H ATERM 36 CPD
997 21.90.53 G2P1A0 H ATERM 32 GEMILLY, LETSU
998 14.38.73 G5P1A3 H 40MG 38 KALA I FASE LATEN, CPD
999 21.84.06 G1P0A0 H 39MG 21 KALA I FASE LATEN, KPD
1000 19.39.79 G2P1A0 H ATERM 20 BSC 6 TH LL, CPD
1001 21.79.11 G1P0A0 H ATERM 19 KPD
1002 21.88.00 G2P1A(+1)A0 H 40MG 22 KALA I FASE KTIF, FETAL DISTRESS
1003 21.90.25 G1P0A0 H ATERM 24 CPD, GAGAL INDUKSI
1004 21.64.79 G2P1A0 H ATERM 43 CPD
1005 21.91.09 G4P3A0 H ATERM 43 KALA I FASE LATEN
1006 21.87.99 G1P0A0 H 38MG 29 INDUKSI PERSALINAN, FETAL DISTRESS
1007 21.87.82 G2P1A0 H 40MG 30 CPD, BSC
1008 15.88.03 G2P1A0 H 39MG 38 SC ELEKTIF, BSC 3 TH LL
1009 21.88.03 G3P0A2 H ATERM 26 KALA I FASE LATEN
1010 21.84.16 G4P2A1 H 40MG 32 GAGAL INDUKSI
1011 21.91.87 G2P1(+)A0 H 40MG 36 INPARTU
1012 21.14.59 G1P0A0 H ATERM 20 MYOMA UTERI
1013 11.10.32 G2P0A1 H 37MG 29 LETAK LINTANG
1014 21.92.57 G1P0A0 H 40MG 19 CPD
1015 16.33.81 G3P2A0 H 39MG 22 BSC 2X, SC ELEKTIF
INPENDING EKLAMSIA, KALA I FASE
1016 21.81.10 G6P5 (1+)A0 H 35MG 40 AKTIF
1017 21.91.80 G1P0A0 H 38MG 38 KPD, OLD PREMI
1018 21.39.49 G4P1A2 H ATERM 43 KALA I FASE LATEN
1019 21.91.91 G1P0A0 H ATERM 22 KALA I FASE AKTIF, LETSU
1020 21.49.37 G4P3A0 H 41MG 45 PLACENTA PREVIRIA
1021 21.81.43 G3P2A0 H 37MG 36 GEMILLY, KALA I FASE LATEN
PARTUS NORMAL
1022 21.81.11 G3P0A2 H 40MG 33 KALA II
1023 21.79.51 G3P2A0 H ATERM 30 PRO INDUKSI
1024 21.80.52 G1P0A0 H 40MG 19 KALA I FASE LATEN
1025 21.79.10 G1P0A0 H 38MG 21 KALA I FASE LATEN, KPD
1026 21.82.81 G3P2A0 H 38MG 30 KALA I FASE LATEN
1027 21.81.75 G3P2A0 H 37MG 36 KPD, KALA I FASE LATEN
1028 21.82.34 G1P0A0 H 39MG 24 KALA I FASE AKTIF
1029 21.87.28 G3P2(1+)A0 H 41MG 43 KALA I FASE AKTIF
1030 21.84.69 G1P0A0 H ATERM 23 KALA I FASE LATEN
1031 21.78.93 G4P3A0 H 36MG 44 LETSU, KALA II
1032 20.25.58 G5P3A1 H 39MG 40 KALA I FASE AKTIF
1033 21.39.42 G2P1A0 H 40MG 38 INPARTU
1034 21.82.57 G1P0A0 H 39MG 26 KALA I FASE LATEN
1035 21.80.14 G3P2A0 H 38MG 32 KALA I FASE AKTIF
1036 21.87.92 G2P1A0 H 39MG 36 KALA I FASE AKTIF
1037 21.83.04 G1P0A0 H 42MG 20 INDUKSI PERSALINAN
1038 08.63.81 G3P2A0 H 40MG 29 INDUKSI PERSALINAN
1039 21.86.67 G2P1A0 H ATERM 19 KALA I FASE AKTIF
1040 14.55.80 G9P7(3+)A1 H 39MG 40 KALA I FASE LATEN
1041 21.76.43 G1P0A0 H 39MG 24 KALA I FASE LATEN
1042 21.84.72 G5P3A1 H 39MG 40 IUFD
1043 21.79.98 G3P2A0 H 40MG 38 KALA I FASE AKTIF
1044 21.85.93 G3P2(2+)A0 H 40MG 32 KALA I FASE AKTIF
1045 21.84.00 G2P1A0 H 35MG 25
1046 21.89.40 G1P0A0 H 37MG 20 KALA II LAMA
1047 20.32.59 G2P1A0 H 42MG 25 KALA I FASE LATEN, FETAL DISTRESS
1048 13.15.82 G3P2A0 H 39MG 27 KALA I FASE LATEN
1049 21.90.93 G2P1A0 H 40MG 27 KALA I FASE LATEN
1050 18.58.18 G2P1A0 H 38MG 28 KPD, PRO INDUKSI
1051 21.76.39 G4P1(+1)A2 H ATERM 40 KALA I FASE AKTIF, PER
1052 15.92.88 G2P1A0 H 37MG 23 KALA I FASE LATEN
1053 18.26.61 G2P0A1 H 40MG 23 PRO INDUKUKSI PERSALINAN
1054 21.87.50 G4P2A1 H 41MG 35 PRO INDUKSI
1055 14.09.96 G2P1A0 H 38MG 30 KALA I FASE LATEN
1056 07.14.47 G3P2A0 H 36MG 38 KALA I FASE AKTIF
1057 21.90.01 G2P1A0 H ATERM 26 KALA II
1058 21.91.74 G3P2A0 H 39MG 32 KALA I FASE AKTIF
1059 21.90.38 G1P0A0 H ATERM 20 KALA I FASE LATEN
1060 21.78.00 G2P1A0 H 38MG 20 KALA II
1061 21.82.41 G4P5A0 H 38MG 29 KALA I FASE LATEN
1062 21.88.61 G2P1A0 H ATERM 19 INPARTU
1063 21.89.38 G3P2A0 H 39MG 22 KALA I FASE AKTIF
1064 21.91.92 G1P0A0 H ATERM 24 INDUKSI PERSALINAN
1065 21.90.98 G2P0A1 H ATERM 22 KALA I FASE LATEN
1066 21.77.82 G2P1A0 H 39MG 24 INDUKSI PERSALINAN
1067 15.27.38 G2P1A0 H 38MG 26 KALA I FASE AKTIF
1068 21.92.64 G2P1A0 H 40MG 21 KALA I FASE AKTIF
1069 21.91.24 G1P0A0 H 40MG 21 PRO INDUKSI
1070 21.92.15 G2P1A0 H 38MG 27 INPARTU
1071 21.08.99 G3P2A0 H ATERM 28 KALA I FASE LATEN
1072 21.92.53 G2P1A0 H 41MG 24 KALA I FASE LATEN
1073 21.89.37 G3P2A0 H 40MG 38 KALA I FASE LATEN, KPD
1074 21.91.03 G1P0A0 H ATERM 21 KALA II
1075 21.90.45 G2P1A0 H 37MG 29 KPD
1076 21.93.24 G3P2(+1)A0 H 36MG 34 PEB, KPD
KALA I FASE LATEN, RUPTUR PERINEUM
1077 18.91.38 G1P0A0 H 42MG 20 TK IV
1078 21.90.52 G2P1A0 H 40MG 22 KALA I FASE LATEN
1079 21.15.00 G3P1A1 H 39MG 24 PER
1080 21.87.97 G2P1A0 H ATERM 23 KALA II
PARTUS DG VE
1081 21.90.70 G1P0A0 H 40MG 20 KALA I FASE LATEN
PARTUS SC
1082 09.33.41 G1P1A0 H ATERM 18 CPD, BSC 5 TH LL
1083 21.93.30 G1P0A0 H 41MG 28 KPD
1084 21.94.17 G1P0A0 H 42MG 22 KALA II LAMA
1085 07.14.29 G3P2A0 H 37MG 25 RIWAYAT SC 6 TH LL, CPD
1086 21.74.25 G3P1A1 H 40MG 29 PLR, LETSU
1087 14.83.22 G3P1A1 H ATERM 27 BSC 4 TH LL
1088 21.81.61 G2P1A0 H 39MG 23 PRO SC ELEKTIF, BSC 8 TH LL
1089 21.98.13 G3P1A1 H 39MG 31 BSC 4 TH LL, PRO SC, CPD
1090 12.03.88 G3P1A1 H 39MG 30 SC ELEKTIF, BSC 4 TH LL, CPD
1091 21.94.93 G1P0A0 H 36MG 36 OLD PRIMI, PER, KPD
1092 21.67.22 G2P1A0 H ATERM 26 PRO INDUKSI, KPD
1093 21.99.08 G1P0A0 H 36MG 20 PRO INDUKSI, PEB
1094 11.84.23 G2P0A1 H 34MG 21 PLACENTA PREVIRIA
1095 21.96.09 G3P2A0 H 38MG 29 PRO SC, BSC 2X, MOW
1096 11.06.57 G3P1A0 H POST TERM KALA I FASE LATEN, BSC 3 TH LL
1097 15.42.96 G4P2A2 H 40MG 40 CPD
1098 21.98.53 G1P0A0 H 41MG 19 CPD, KALA I FASE AKTIF
1099 21.99.32 G1P0A0 H ATERM 23 KPD
1100 21.95.43 G2P0A1 H 42MG 22 SC ELEKTIF, BSC 4 TH LL, CPD
1101 21.98.50 G1P0A1 H 39MG 20 KALA I FASE LATEN, LETSU
1102 21.99.10 G2P1A0 H ATERM 22 LETSU, KALA I FASE AKTIF
1103 21.89.22 G1P0A0 H 39MG 20 LETSU, PRO SC
1104 22.04.84 G3P2A0 H 39MG 32 KALA I FASE LATEN, KPD
1105 22.05.57 G3P2A0 H ATERM 27 KALA I FASE LATEN
1106 22.03.46 G2P1A0 H 38MG 27 KPD
1107 22.04.71 G1P0A0 H 41MG 19 KALA II LAMA
1108 22.02.14 G2P1A0 H 36MG 22 BSC 4 TH LL, CPD
1109 22.04.81 G3P2A0 H ATERM 37 KPD, KALA I FASE LATEN
1110 22.01.16 G2P1A0 H 38MG 24 PRO SC, BSC 4, 5TH
1111 22.02.69 G1P0A0 H 39MG 19 KPD, KALA I FASE LATEN
1112 19.37.64 G1P0A0 H 398MG 20 KPD, CPD
1113 21.96.77 G2P1A0 H 41MG 23 CPD, BSC
1114 21.97.96 G1P0A0 H 40MG 25 PRO SC, KALA I FASE AKTIF
1115 21.96.99 G2P1A0 H 41MG 24 INDUKSI PERSALINAN,CPD
1116 07.84.31 G1P0A0 H 40MG 22 KALA I FASE LATEN, KPD
1117 20.38.61 GIP0A0 H 39 MG 23
1118 21.99.22 G1P0A0 H 41MG 21 KPD, KALA I FASE LATEN
1119 22.07.30 G2P0A1 H 37MG 24 HAP
1120 22.02.09 G1P0A0 H H 42MG 20 INDUKSI PERSALINAN, CPD
1121 22.01.00 G3P2A0 H 36MG 23 GEMILLY,HT
1122 21.99.60 G2P1A0 H ATERM 25 KPD
1123 22.07.23 G1P0A0 H 38MG 21 KALA I FASE LATEN, CPD
1124 22.06.65 G5P3A1 H 36MG 40 PEB
1125 22.08.24 G1P0A0 H 43MG 25 KALA I FASE LATEN, KPD, OBLIGHT
1126 22.07.66 G2P1A0 H ATERM 22 KALA I FASE LATEN, BSC 3 TH LL, CPD
1127 21.76.14 G2P1A0 H ATERM 25 PRO SC, BSC II TH LL
1128 22.07.94 G2P1A0 H 38MG 24 CPD, PRO SC
1129 22.07.67 G2P1A0 H 37MG 26 PEB, OLIGOHIDROMNION, BSC, PRO SC
1130 22.08.08 G3P1A1 H 38MG 29 PRO SC ELEKTIF, CPD
1131 21.95.36 G2P0A1 H ATERM 22 INDUKSI PERSALINAN, CPD
1132 11.42.01 G2P0A1 H 41MG 25 KALA I FASE LATEN, PEB
1133 22.00.05 G1P0A0 H 40MG 21 OLIGOHIDROMNION, PRO INDUKSI
1134 22.01.81 G2P1A0 H 36MG 22 (1 HDP, 1 IUFD), GEMILLY
1135 22.01.94 G1P0A0 H 42MG 20 SC ELEKTIF
1136 22.02.38 G1P0A0 H 38MG 20 KALA I FASE AKTIF, CPD
1137 22.00.49 G2P1A0 H 37MG 25 BSC 3,5 TH LL, OLOGOHIDROMNION
1138 22.05.68 G1P0A0 H 38MG 22 KPD
1139 21.98.05 G1P0A0 H ATERM 20 KALA I FASE AKTF
1140 22.09.58 G2P1A0 H 38 MG 23
1141 21.96.41 G3P2A0 H 36MG 27 GEMILLY
1142 21.97.50 G2P1A0 H 37MG 22 KALA I FASE LATEN, BSC 6 TH LL
1143 22.09.58 G2P1A0 H ATERM 25 OLIGOHIDROMNION
1144 22.04.29 G2P0A1 H 39MG 26 KALA I FASE LATEN
1145 22.09.93 G1P0A0 H 38MG 21 KALA I FASE AKTIF, CPD
1146 09.01.64 G3P2A0 H 38MG 39 KPD, PEB, SC ELEKTIF, CPD
1147 22.09.60 G2P1A0 H ATERM 22 CPD, PRO SC
1148 12.86.97 G2P1A0 H 39MG 24 BSC 5 TH LL, CPD
1149 22.09.85 G1P0A0 H 36MG 21 KALA I FASE LATEN
1150 17.80.67 G5P2A1 H 38MG 40 PEB
1151 22.06.09 G3P2A0 H 42MG 36 KALA I FASE LATEN
1152 21.91.31 G3P2A0 H 37MG 33 BSC 7 TH LL 2 X, CPD
1153 22.08.71 G2P1A0 H ATERM 34 KALA I FASE LATEN, BSC 1,5 TH
PARTUS NORMAL
1154 21.93.28 G3P2A0 H 42MG 39 KALA I FASE LATEN
1155 21.94.12 G2P1A0 H 39MG 20 KALA I FASE AKTIF
1156 21.95.16 G1P0A0 H 37MG 21 KALA I FASE LATEN
1157 21.95.05 G4P3A0 H 40MG 36 KALA I FASE LATEN
1158 22.00.08 G2P1A0 H ATERM 32 KALA I FASE AKTF
1159 22.01.07 G1P0A0 H 40MG 26 KALA I FASE LATEN
1160 10.09.14 G3P2A1 H ATERM 30 PRO INDUKSI
1161 13.12.28 G3P1(+1)A1 H 37MG 37 KPD
1162 18.87.73 G3P2A0 H 40MG 33 HT, KALA I FASE LATEN
1163 21.95.10 G4P3A0 H 41MG 43 KALA I FASE AKTIF, LETSU
1164 21.96.10 G5P4(4+)A0 H ATERM 38 KALA I FASE AKTIF
1165 21.97.44 G3P0A2 H 37MG 29 KALA I FASE AKTIF, PEB, OLD PRIMI
1166 12.904 G2P1A0 H 40 MG 30 INDUKSI PERSALINAN
1167 21.94.90 G3P1A1 H ATERM 38 KALA I FASE AKTIF, KALA I MEMANJANG
1168 21.95.17 G1P0A0 H 24MG 26 KALA II
1169 22.03.44 G3P2A0 H ATERM 32 KALA I FASE AKTIF
1170 16.30.29 G2P1A0 H ATERM 36 KALA I FASE AKTIF
1171 21.99.63 G1P0A0 H 40MG 20 PRO INDUKSI PERSALINAN
1172 22.00.89 G1P0A0 H ATERM 29 KALA I FASE AKTIF
1173 12.98.10 G4P1A2 H 40MG 38 KALA I FASE LATEN
1174 22.01.08 G5P2A2 H 38MG 40 KALA I FASE AKTIF
1175 22.04.06 G3P1A1 H 39MG 28 KALA I FASE LATEN
1176 22.06.48 G2P1A0 H 40MG 24 KALA I FASE AKTIF
1177 22.04.90 G2P1A0 H ATERM 23
1178 22.04.28 G2P1A0 H ATERM 22 KALA I FASE LATEN
1179 21.48.86 G1P0A0 H 38MG 20 KALA I FASE LATEN, GE
1180 22.01.03 G2P1A0 H 36MG 28 KPD, BSC 8 TH LL
1181 21.92.51 G2P1A0 H 43MG 26 INDUKSI PERSALINAN
1182 21.08.42 G1P0A0 H 38MG 21 KALA I FASE LATEN
1183 21.99.84 G2P1A0 H 40MG 24 GE, KALA I FASE LATEN
1184 21.97.39 G2P1A0 H 40MG 29 KALA I FASE AKTIF, KPD
1185 21.67.87 G3P2A0 H 35MG 27 PEB
KALA I FASE LATEN, INDUKSI
1186 18.06.67 G1P0A0 H 40MG 20 PERSALINAN
1187 22.04.67 G1P0A0 H 40MG 21 KALA I FASE AKTIF
1188 10.80.05 G3P2A0 H 37MG 27 OLIGOHIDROMNION, PRO INDUKSI
1189 22.07.08 G1P0A0 H 38MG 25 INDUKSI PERSALINAN
1190 22.06.96 G1P0A0 H ATERM 20 PRO INDUKSI
1191 22.02.43 G2P1A0 H 36MG 36 KPD
1192 22.09.22 G1P0A0 H ATERM 19 KALA I FASE LATEN
1193 22.05.75 G1P0A0 H ATERM 20 KALA I FASE AKTIF
1194 22.08.67 G2P1A0 H 40MG 22 KALA I FASE LATEN
1195 22.07.32 G2P1A0 H 40MG 22 KALA I FASE LATEN
1196 22.05.37 G2P1A0 H 26MG 23 PRO INDUKSI, HYGONOMA COLLI
1197 22.06.57 G1P0A0 H ATERM 21 KALA I FASE LATEN, KPD
1198 22.04.89 G2P1A0 H ATERM 25 KALA I FASE AKTIF
1199 21.12.58 G3P2A0 H 40MG 27 PRO INDUKSI
1200 21.98.54 G2P1A0 H 39MG 23 KALA II RUPTUR PERINEUM
1201 21.98.48 G1P0A0 H 41MG 19 KALA I FASE LATEN, RUPTUR TUBA
1202 21.56.86 G2P1A0 H 38MG 27 KPD, INDUKSI
1203 22.04.76 G1P0A0 H 36MG 19 KALA II
1204 21.52.26 G4P3A0 H ATERM 40 KALA I FASE AKTIF
1205 22.03.60 G3P2A0 H 41MG 41 PER, KALA I FASE LATEN
1206 21.95.85 G2P1A0 H 31MG 25 KPD
1207 10.69.25 G1P0A0 H 40MG 19 INDUKSI PERSALINAN
1208 22.02.97 G3P2A0 H 41MG 32 KALA I FASE AKTIF, PER
1209 21.73.19 G4P2A1 H 39MG 40 KALA I FASSE LATEN
1210 22.09.40 G2P1A0 H 40MG 27 INDUKSI PERSALINAN
1211 05.33.75 G5P4A0 H 40MG 40 KALA I FASE AKTIF, ODEM PARU
1212 22.09.21 G2P1A0 H ATERM 30 KALA I FASE LATEN
1213 22.02.94 G2P1A0 H 39MG 23 KALA I FASE LATEN
1214 22.00.96 G3P2A0 H 38MG 38 KPD
1215 18.81.90 G4P0A3 H ATERM 38 KALA I FASE LATEN
1216 22.09.37 G3P1A1 H 38MG 37 KPD, PRO INDUKSI
1217 21.94.93 G1P0A0 H 34MG 24 KPD
1218 21.95.03 G1P0A0 H 37 MG 20 LETAK LINTANG
PARTUS DG VE
1219 22.05.63 G2P1A0 H ATERM 23 KALA I FASE LATEN
1220 22.07.22 G1P0A0 H ATERM 19 KALA I FASE LATEN
KPD
1221 21.94.93 G1P0A0 H 34MG 20
1222 21.95.03 G1P0A0 H 37 MG 19 LETAK LINTANG
PARTUS DG SC
1223 21.17.34 G1P0A0 H 34MG 24 PLACENTA PREVIRIA
1224 19.92.98 G1P0A0 H 40MG 19 KPD, KALA I FASE LATEN
1225 22.10.39 G3P2A0 H 34MG 26 HAP
1226 22.07.73 G1P0A0 H 41MG 23 KALA I FASE LATEN, CPD
1227 22.10.21 G4P3A1 H 40MG 33 LETSU, PRO SC
1228 21.10.03 G2P1A0 H ATERM 23 KALA I FASE LATEN, CPD
1229 14.85.13 G2P1A0 H ATERM 23 PRO SC
1230 22.11.47 G1P0A0 H 39MG 20 KALA I FASE AKTIF, GEMILLY
1231 22.10.17 G1P0A0 H 42MG 30 CPD, SEROTONITIS
1232 21.329.62 G1P0A0 H 38MG 38 SC ELEKTIF, CPD
1233 22.10.23 G4P2A1 H 40MG 36 BSC 4 TH LL, PASANG IUD, CPD
KALA I FASE LATEN, BSC 11 TH LL, FETAL
1234 22.04.05 G2P1A0 H 39MG 32 DISTRESS
1235 21.11.59 G2P1A0 H 40MG 24 OLIGOHIDROMNION
1236 22.13.52 G1P0A0 H 41MG 20 KALA I FASE LATEN, FETAL DISTRESS
1237 11.21.97 G2P1A0 H 40MG 29 LETSU, PRO SC
1238 21.81.25 G3P2A0 H 37MG 37 PEB, BSC 2X
1239 22.13.32 G1P0A0 H 42MG 22 PEB, PRO SC
1240 22.12.94 G2P1A0 H 33MG 24 HAP
1241 15.92.11 G2P1A0 H 36MG 22 KALA I FASE LATEN, LETSU
1242 22.12.71 G2P1A0 H 40MG 24 PRO SC 5 TH LL
1243 12.06.36 G3P2A0 H 36MG 29 LETAK LINTANG
1244 22.14.96 G1P0A0 H 39MG 21 OLD PREMI,PRO SC
1245 21.98.68 G3P1A1 H 35MG 31 LETSU, HIDROMNION
1246 22.16.14 G3P1A1 H ATERM 32 CPD, BSC 6 TH LL
1247 22.16.02 G3P2A0 H ATERM 36 MOW, CPD, BSC 2X
1248 22.17.79 G1P0A0 H ATERM 20 PRO SC, LETSU
1249 19.57.30 G1P0A0 H ATERM 18 LETSU, OLIGOHIDROMNION
1250 22.10.56 G2P1A0 H 38MG 26 PRO SC, BSC 7TH LL, CPD
1251 19.16.89 G2P1A0 H ATERM 32 CPD, SC ELEKTIF
1252 22.13.50 G4P2A1 H 30MGG 40 PEB
1253 22.17.07 G2P1A0 H 42MG 20 KALA II, LETSU
1254 22.17.93 G2P1A0 H 39MG 29 PRO SC
1255 17.32.60 G3P2A0 H ATERM 39 PRO SC, MOW
1256 22.12.07 G2P1A0 H 42MG 22 GAGAL INDUKSI, CPD
1257 22.19.62 G2P1A0 H 38MG 24 PRO SC, BSC 9 TH, CPD
1258 22.22.06 G2P1A0 H 40MG 28 HAP, KPD
1259 22.17.80 G3P2A0 H ATERM 29 LETAK LINTANG
1260 22.20.59 G4P3A0 H ATERM 36 LETAK LINTANG
1261 22.24.38 G4P3(+1)A0 H 39MG 41 CPD, ASMA, DM
1262 13.31.12 G2P1A0 H 41MG 24 KALA II LAMA, FETAL DISTRESS
1263 21.08.43 G1P0A0 H 37MG 20 OLIGOHIDROMNION, KETSU
1264 22.23.58 G3P1A1 H 39MG 24 PRO SC, BSC 8 TH LL, FEBRIS
1265 22.24.30 G3P2(1+)A0 H ATERM 27 SC ELEKTIF, BSC 9 TH, CPD
1266 22.21.03 G1P0A0 H 35MG 20 PEB, KALA I FASE AKTIF
1267 22.19.93 G2P1A0 H 39MG 24 KALA II
1268 22.23.26 G2P0A1 H 39MG 22 KALA I FASE LATEN, LETSU
1269 22.18.53 G1P0A0 H ATERM 21 KALA I MEMANJANG
1270 22.25.17 G1P0A0 H 30MG 18 KALA I FASE LATEN, KPD
1271 22.15.94 G1P0A0 H 38MG 20 KALA II LAMA, LETSU, FETAL DISTRESS
1272 22.23.57 G3P1(+)A 1 H ATERM 29 PEB, BSC 1 TH LL,LINTANG
1273 22.17.06 G1P0A0 H 41MG 22 KALA I FASE AKTIF
1274 22.20.38 G1P0A0 H 40MG 24 KALA I FASE LATEN
1275 22.16.94 G3P2A0 H 36MG 38 KALA I FASE LATEN, LETSU, KPD
1276 13.57.16 G2P1A0 H ATERM 24 KALA II, LETAK LINTANG
1277 22.11.38 G2P1A0 H 40MG 22 HT, KALA I FASE AKTIF
1278 13.08.58 G2P1A0 H ATERM 26 PEN, KALA I FASE AKTIF
1279 22.16.43 G2P1A0 H ATERM 24 KALA I FASE AKTIF, BSC 6 TH LALU
1280 21.89.90 G2P0A1 H 39MG 24 LETSU
1281 22.17.09 G2P1A0 H ATERM 22 BSC 2 TH LL, CPD
1282 22.24.23 G1P0A0 H 39MG 20 CPD
1283 22.21.08 G1P0A0 H 37MG 21 GEMILLY, SC ELEKTIF
1284 22.24.61 G2P1A0 H 39MG 26 PRO SC, BSC 11 TH LL
1285 18.14.70 G1P0A0 H ATERM 22 PER, GEMILLY, LETSU
PARTUS NORMAL
KALA I FASE LATEN, INDUKSI
1286 22.11.74 G2P1A0 H 41MG 24 PERSALINAN
1287 22.11.41 G2P1A0 H ATERM 29 BSC 1X, KPD
1288 22.10.26 G2P1A0 H ATERM 21 KALA I FASE AKTI
1289 11.07.39 G3P2A0 H 39MG 29 KPD, KALA I FASE LATEN
1290 22.08.66 G1P0A0 H 32MG 18 GEMILLY, KALA I FASE AKTIF
1291 22.17.27 G2P1A0 H 38MG 26 KALA I FASE AKTIF
1292 22.15.02 G1P0A0 H 40MG 32 KALA I FASE AKTIF
1293 22.15.40 G4P3(+1)A0 H 40MG 40 KALA I FASE LATEN
1294 14.67.65 G3P2A0 H ATERM 20 KALA I FASE LATEN
1295 22.12.55 G1P0A0 H 39MG 29 KALA I FASE LATEN
1296 22.05.20 G3P2A0 H 39MG 39 KALA I FASE LATEN
1297 22.13.59 G4P1A2 H ATERM 43 KALA I FASE LATEN
1298 22.12.98 G1P0A0 H ATERM 24 KALA I FASE LATEN
1299 22.12.93 G3P1A1 H ATERM 28 KPD, KALA I FASE LATEN
1300 22.16.54 G2P1A0 H ATERM 29 INDUKSI PERSALINAN
1301 22.15.49 G1P0A0 H 39MG 20 KALA I FASE LATEN
1302 14.20.44 G3P2A0 H 38MG 41 KALA I FASE LATYEN
1303 22.20.11 G1P0A0 H 38MG 24 OLIGOHIDROMNION, PRO INDUKSI
1304 22.21.10 G1P0A0 H 41MG 20 KALA I FASE LATEN
G5P4(+1 IUFD)A0 H
1305 22.17.84 ATERM 44 PRO INDUKSI
1306 19.23.37 G4P1A2 H 38MG 40 KALA I FASE LATEN
1307 11.82.76 G4P3A0 H ATERM 34 KALA I FASE AKTIF
1308 22.16.07 G4P3A0 H 40MG 36 INPARTU
1309 22.15.80 G3P2A0 H ATERM 33 INPARTU
1310 22.15.42 G2P1A0 H 39MG 33 KALA I FASE LATEN
1311 22.22.78 G3P2A0 H 40MG 35 INPARTU
1312 22.05.17 G1P0A0 H ATERM 20 KALA I FASE LATN, PRIMI MUDA
1313 09.58.03 G3P2A0 H 41MG 30 KALA I FASE LATEN
1314 22.16.51 G2P1A0 H ATERM 23 KALA I FASE LATEBN
1315 21.42.41 G5P3A1 H 40MG 40 BSC 8 TH LALU, KALA I FASE AKTIF
1316 22.19.80 G6P4A1 H 41MG 41 KALA I FASE LATEN
1317 09.12.86 G3P2A0 H 40MG 40 KALA I FASE AKTIF
1318 19.36.74 G4P2A1 H 37MG 41 KPD, KALA I FASE LATEN
1319 22.18.50 G2P1A0 H ATERM 22 KALA II, KPD
1320 21.56.24 G1P0A0 H 36MG 36 KPD, KALA I FASE LATEN
1321 17.45.54 G1P0A0 H 40MG 18 KALA II, KPD
1322 22.19.63 G4P3A0 H ATERM 40 KALA II
1323 22.17.78 G1P0A0 H 39MG 26 PEB
1324 22.18.46 G3P1A1 H 38MG 32 KALA I FASE AKTIF
1325 00.60.18 G1P0A0 H 40MG 20 PRO INDUKSI
1326 19.37.65 G2P1A0 H 36MG 22 DM, IUFD
1327 22.25.75 G2P1A0 H ATERM 29 KALA I FASE LATEN
1328 20.91.38 G1P0A0 H 37MG 27 INPARTU
1329 22.16.01 G4P3A0 H 40MG 42 KALA I FASE LATEN
1330 22.25.12 G4P3A0 H ATERM 36 KALA I FASE LATEN
1331 22.24.98 G2P1A0 H 42MG 28 OLIGOHIDRONION, PRO INDUKSI
1332 22.15.79 G1P0A0 H 40MG 19 INDUKSI PERSALINAN
1333 22.18.48 G3P2A0 H ATERM 36 KALA I FASE AKTIF, PER
1334 22.15.96 G3P2A0 H 41MG 41 INPARTU
1335 22.13.51 G3P2+1)A0 H 42MG 28 HT, KALA I FASE AKTIF
1336 22.16.32 G3P1A1 H 35MG 27 INPARTU
1337 22.20.70 G2P0A1 H 41MG 2 KALA I FASE AKTIF
1338 22.16.99 G3P2+1)A0 H 18MG 28 HYDROMACOLY, KALA I FASE LATEN
1339 22.21.88 G3P2A0 H ATERM 25 KALA II, BSC 13 BLN LL
1340 22.19.50 G5P4A0 H 43MG 36 PER, KALA I FASE AKTIF
1341 22.10.25 G2P1A0 H 38MG 22 KALA I FASE LATEN
1342 22.11.48 G4P2A1 H ATERM 34 KALA II
1343 22.19.67 G3P2A0 H ATERM 32 KALA I FASE AKTIF
1344 22.16.47 G2P1A0 H 38MG 19 PEB, KPD
1345 22.14.33 G4P3A0 H 35MG 41 FEBRIS
1346 22.16.48 G2P1A0 H 37MG 22 KALA I FASE LATEN
1347 22.15.44 G1P0A0 H 40MG 21 KALA I FASE AKTIF, KPD, ASMA
1348 22.26.63 G2P1A0 H 43MG 22 INPARTU
1349 21.97.20 G2P1A0 H 40MG 26 KPD, KALA I FASE LATEN
1350 20.40.86 G1P0A0 H 37MG 20 OLIGOHYDROMNION, PRO INDUKSI
1351 22.25.84 G1P0A0 H 41MG 20 LETSU, KALA I FASE AKTIF
1352 22.25.93 G2P1A0 H 39MG 23 KALA I FASE LATEN
1353 22.22.70 G6P3A0 H 38MG 37 KALA II
1354 22.21.76 G3P1A1 H ATERM 32 KALA I FASE LATEN
1355 22.24.04 G1P0A0 H ATERM 18 PEB, KPD
INDUKSI PERSALINAN, KALA I FASE
1356 22.25.83 G3P1A1 H 41MG 30 LATEN
1357 22.24.01 G4P3A0 H 26MG 42 KALA I FASE LATEN,KPD
1358 22.25.10 G1P0A0 H 36MG 20 KALA I FASE LATEN
PARTUS VE
1359 22.18.80 G4P3A0 H ATERM 29 KALA I FASE LATEN
1360 22.24.25 G1P0A0 H 43MG 19 KALA I FASE AKTIF, KPD
PARTUS NORMAL
1361 22.28.51 G3P1A1 H 39MG 28 KALA I FASE LATEN
1362 22.27.52 G5P4A0 H ATERM 36 KALA I FASE AKTIF
1363 22.44.26 G2P0A1 H 39MG 27 KLA I FASE LATEN, KPD
1364 20.82.78 G2P1(+)A0 H 24MG 28 KALA II, SUNGSANG
1365 22.43.59 G2P1A0 H 40MG 26 INDUKSI PERSALINAN
1366 22.43.06 G2P0A1 H ATERM 32 KALA II, SUNGSANG
1367 22.27.97 P3A0 H ATERM 40 KALA III
1368 21.94.63 G2P1A0 H 38MG 20 KALA I FASE LATEN
1369 22.31.05 G1P0A0 H ATERM 29 KALA I FASE AKTIF
1370 22.44.40 G302A0 H 40MG 39 KALA I FASE LATEN
1371 22.28.07 G3P1A1 H 42MG 29 KALA I FASE AKTIF
1372 22.26.87 G1P0A0 H 40MG 24 KALA I FASE AKTIF, FEB
1373 22.34.06 G3P2A0 H 40MG 28 INDUKSI PERSALINAN
1374 21.07.23 G2P0A1 H 24MG 29 IUFD, PRO INDUKSI
1375 22.40.14 G1P0A0 H 41MG 26 KALA I FASE LATEN
1376 22.40.80 G2P1A0 H ATERM 28 KALA I FASE LATEN
1377 22.27.57 G1P0A0 H 41MG 24 KALA I FASE LATEN
1378 22.27.07 G1P0A0 H 40MG 20 INDUKSI PERSALINAN
1379 22.32.09 G1P0A0 H 24MG 20 KALA I FASE LATEN
1380 22.31.11 G1P0A0 H 40MG 21 KALA I FASE LATEN, KPD
1381 22.29.69 G4P2A1 H 38MG 35 KALA I FASE AKTIF, FEB
1382 22.28.05 G2P1A0 H 38MG 23 OBSERVASI INFARTU
1383 22.29.79 G2P1A0 H ATERM 23 KALA IN FASE AKTIF
1384 19.40.39 G1P0A0 H 40MG 20 KALA I FASE LATEN,PRO INDUKSI
1385 22.41.41 G3P2A0 H 41MG 25 KALA I FASE AKTIF
1386 22.36.65 G3P1A1 H 40MG 27 PRO INDUKSI
1387 19.81.91 G2P1A0 33MG 26 KALA II
1388 22.08.69 G3P2A0 H ATERM 28 KALA I FASE AKTIF
1389 22.38.26 G2P1A0 H ATERM 28 KALA II
1390 22.30.37 G2P1A0 H ATERM 24 KALA II
1391 22.30.26 G2P1A0 H 39MG 24 KALA I FASE LATEN
1392 22.27.39 G2P1A0 H 37MG 28 KALA I FASE LATEN,KPD
1393 15.07.61 G5P3A1 H ATERM 32 KALA I FASE LATEN
1394 22.39.56 G4P1A2 H 42MG 34 KALA 1 FASE AKTIF
1395 22.43.87 G3P1A1 H ATERM 36 KALA I FASE AKTIF
1396 22.41.71 G1P0A0 H 40MG 21 KALA I FASE AKTIF
1397 20.96.15 G3P2A0 H 38MG 33 KALA I FASE AKTIF
1398 22.30.49 G1P0A0 H 38MG 23 OBSERVASI INFARTU, KPD
1399 22.43.10 G3P2A0 H 40MG 30 KALA I FASE LATEN
1400 22.40.93 G1P0A0 H 39MG 20 KALA II
1401 22.45.27 G2P1A0 H 37MG 22 KALA I FASE AKTIF
1402 17.59.03 G2P1A0 H 39MG 21 KALA I FASE LATEN
1403 13.57.24 G2P1A0 H 40MG 25 KALA I FASE LATEN
1404 22.37.69 G1P0A0 H 39MG 21 KALA I FASE LATEN
1405 14.02.64 G2P1A0 H 38MG 25 PRO INDUKSI, OLIGOHYDRAMNION
1406 12.99.18 G1P0A0 H ATERM 19 KALA I FASE LATEN, KPD
1407 22.38.32 G1P0A0 H 38MG 22 KALA I FASE AKTIF, KPD
1408 22.33.10 G2P0A1 H 40MG 24 INPARTU
1409 21.88.25 G1P2A1 H 40MG 23 KALA I FASE AKTIF
1410 22.31.30 G3P2A0 H 41MG 27 KALA I FASE LATEN
1411 19.49.84 G2P1A0 H 43MG 22 KALA I FASE LATEN, PRO INDUKSI
1412 21.40.20 G2P1A0 H 39MG 25 KALA I FASE LATEN
1413 22.37.20 G2P1A0 H 39MG 23 KALA I FASE LATEN
1414 21.97.81 G1P0A0 H 37MG 19 INDUKSI PERSALINAN
1415 22.28.06 G1P0A0 H 37MG INPARTU
1416 22.27.44 G1P0A0 H 39MG 19 KALA I FASE AKTIF, KPD
1417 22.30.15 G5P4A0 H 41MG 36 KALA I FASE AKTIF, PEB
1418 22.29.09 G2P0A1 H ATERM 30 KALA II, LETSU
1419 21.46.21 G4P2A1 H ATERM 30 INDUKSI PERSALINAN
1420 22.41.15 G1P0A0 H 24MG 20 KALA I FASE AKTIF, RETENSIO PLACENTA
1421 12.94.61 G3P2A0 H 41MG 34 PER, KALA I FASE LATEN
1422 22.40.55 G1P0A0 H 42MG 20 KALA I FASE LATEN, KPD
1423 22.37.15 G3P2A0 H 39MG 27 PEB, KALA I FASE AKTIF
1424 22.43.20 G2P1A0 H 37MG 21 PEB, INDUKSI PERSALINAN
PARTUS SC
1425 09.28.22 G3P2A0 H ATERM 36 CPD, BSC 6 TH LL
1426 22.38.04 G1P0A0 H 39MG 20 PEB, GAGAL INDUKSI
1427 22.31.85 G1P0A0 H 42MG 22 INDUKSI PERSALINAN, KPD
1428 22.31.62 G1P0A0 H 28MG 23 EKLAMSI
1429 20.11.81 G2P1A0 H 33MG 26 HAP, KPD
1430 21.12.63 G1P0A0 H 39MG 20 LETAK SUNGSANG, PRO SC
1431 22.39.44 G2P2A0 H ATERM 25 LETAK SUNGSANG, PRO SC
1432 22.37.72 G3P1A1 H ATERM 29 INPARTU, KALA I FASE LATEN,
1433 22.30.17 G1P0A0 H ATERM 20 CPD, KALA I FASE AKTIF
1434 22.40.03 G3P1A1 H 41MG 25 LILITAN TALI PUSAT, PLACENTA RENDAH
1435 22.31.07 G2P2A2 H ATERM 27 CPD, PRO SC ELEKTIF
1436 22.32.97 G1P0A0 H 38MG 20 PRO SC
1437 18.10.17 G2P1A0 H 33MG 28 PRO SC, CPD, KPD
1438 22.36.55 G4P2A1 H ATERM 40 KALA I FASE LATEN, LETAK SUNGSANG
1439 22.26.79 G4P3A0 H 38MG 36 PRO CS, CPD
1440 20.44.80 G2P1A0 H 39MG 23 KALA I FASE LATEN, BSC 4 TH LL
1441 07.62.14 G2P1A0 H 38MG 26 PRO SC ELEKTIF, BSC 4 TH LL
KALA II FASE LAMA, BSC 4 TH LL, LETAK
1442 22.31.80 G2P1A0 H 38MG 26 SUNGSANG
1443 22.28.92 G3P1A1 H ATERM 29 BSC 4 TH LL, CPD, KALA I FASE LATEN
1444 22.39.29 G3P1A1 H 41MG 29 PRO INDUKSI, KPD
1445 20.37.42 G3P2A0 H 38 MG 27 HERPES GENITALIA, PRO SC ELEKTIF
1446 20.81.43 G1P0A0 H 37MG 20 PRO SC ELEKTIF, PLACENTA PREVIA
1447 22.34.93 G1P0A0 H 41MG 18 KALA I FASE LATEN
1448 22.30.86 G2P1A0 H 37MG 20 PRO SC ELEKTIF, BSC 4 TH LL
1449 22.36.38 G3P2A0 H 41MG 24 BSC 4 TH LL
1450 19.44.82 G2P1A0 H ATERM 22 PRO SC ELEKTIF, BSC 8 TH LL
1451 12.35.51 G2P1A0 H ATERM 20 PRO SC ELEKTIF, BCS 6 TH LL
1452 21.53.21 G4P3A0H ATERM 33 HDK, PRO INDUKSI
1453 22.35.79 G3P2A0 H 38 MG 30 KALA I FASE LATEN, BSC 6 TH LL
1454 17.07.75 G4P3A0 H 38MG 30 GEMELLY, PRO SC
1455 22.26.94 G1P1A0 H 40MG 20 KALA I LATEN, PEB, KPD
1456 22.28.54 G1P0A0 H 38MG 19 KALA I FASE LATEN, KPD
1457 22.39.97 G1P0A0 H ATERM 21 PRO SC, CPD
1458 17.71.50 G4P3A0 H 37MG 36 PRO INDUKSI, BSC 2 TH LL
1459 22.38.40 G3P2A0 H 37MG 30 PRO SC, BSC 3 TH LL
1460 22.40.11 G4P3A0 H 38MG 34 PRO SC, CPD
1461 22.36.10 G2P1A0 37MG 22 GEMELLY, PRO SC ELEKTIF
1462 22.33.23 G4P3A0 H 40MG 45 KPD
1463 21.71.44 G3P1A1 H 28 MG 36 KPD
1464 19.68.46 G1P0A0 H 36MG 20 KPD
1465 22.27.83 GIP0A0 H 38 MG 19 KPD
1466 21.97.13 G3P2(+1)A0 H 39MG 26 KPD, KALA I FASE LATEN
1467 22.40.98 G1P0A0 H 35MG 20 CPD, KPD

Anda mungkin juga menyukai