Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang
dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi
yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir. BBLR termasuk faktor utama
dalam peningkatan mortalitas, morbiditas, dan disabilitas neonates, bayi dan
anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya
dimasa depan.
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas
secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir,
umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat
hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau
masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah
persalinan(Asuhan Persalinan Normal, 2007)

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana definisi dari Amenorrhoe ?


2. Bagaimana klasifikasi dari Amenorrhoe ?
3. Bagaimana jenis-jenis amenorrhoe ?
4. Bagaimana definisi dari Oligomenorrhoe?
5. Bagaimana penyebab dari Oligomenorrhoe ?
6. Bagaimana tanda gejala dari Oligomenorrhoe ?
7. Bagaimana patofisiologi dari Oligomenorrhoe ?
8. Bagaimana prosedur diagnostic dari Oligomenorrhoe ?
9. Bagaimana penatalaksanaan dari Oligomenorrhoe ?
10. Bagaimana definisi dari Metrorrhagi ?
11. Bagaimana penyebab dari Metrorrhagi ?
12. Bagaimana penaanganan dari Metrorrhagi ?
13. Bagaimana jenis-jenis amenorrhoe ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi dari Amenorrhoe ?
2. Mengetahui klasifikasi dari Amenorrhoe ?
3. Mengetahui jenis-jenis amenorrhoe ?
4. Mengetahui definisi dari Oligomenorrhoe?
5. Mengetahui penyebab dari Oligomenorrhoe ?
6. Mengetahui tanda gejala dari Oligomenorrhoe ?
7. Mengetahui patofisiologi dari Oligomenorrhoe ?
8. Mengetahui prosedur diagnostic dari Oligomenorrhoe ?
9. Mengetahui penatalaksanaan dari Oligomenorrhoe ?
10. Mengetahui definisi dari Metrorrhagi ?

1
11. Mengetahui penyebab dari Metrorrhagi ?
12. Mengetahui penaanganan dari Metrorrhagi ?
13. Mengetahui jenis-jenis amenorrhoe ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah)


1. Definisi
Berikut ini adalah beberapa definisi/pengertian mengenai bayi denganberat lahir
rendah yang perlu diketahui oleh bidan atau perawat.
 Neonates atau bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) adalah
bayi dengan berat lahirnya kurang dari 2500 gram (Adele Piliteri, 1986).
 Istilah prematuritas telah diganti dengana berat badan lahir redah (BBLR)
karena terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi dengan berat badan
kurang dari 2500 gram, yaitu karena usia kehamilan kurang dari 37 minggu,
berat badan lebih rendah dari semestinya, sekalipun umur cukup, atau karena
kombinasi keduanya (Manuaba, 1998)
 Pengeluaran lengkap hasil dari produk kehamilan ibu setelah pelepasan,
bernafas, dan menunjukkan tanda-tanda kehidupan, seperti detak jantung,
denyut tali pusat, atau pergerakan dari otot sadar, apakah tali pusat telah
dipotong atau hanya diikat (World Health Assembly, 1950)
2. Klasifikasi
Neonatus/ bayi yang termasuk dalam BBLR merupakan salah satu dari
keadaan berikut ini:
1. NKB SMK (Neonatus Kurang Bulan-sesuai masa kehamilan) adalah bayi
premature dengan berat badan lahir yang sesuai dengan masa kehamilan.
2. NKB KMK (Neonatus kurang bulan – kecil untuk masa kehamilan) adalah
bayi premature dengan barat badan lahir kurang dari normal menurut usia.
3. NCB KMK (neonates cukup bulan- kecil masa kehamilan) adalah bayi
yang lahir cukup bulan dengan berat badan lahir kurang normal.

Selain itu, BBLR dibagi lagi menurut berat badan lahir, yaitu:
1. Bayi dengan berat sangat rendah (BBLR) atau very low birth weight
(VLBW) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir antara 1000
sampai 1500 gram.
2. Bayi dengan berat lahir amat sangat rendah (BBLASR)atau extermly low
birth weight (ELBW) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir
dengan berat badan lahir kurang dari 1000 gram.

3. Etiologi
Penyebab bayi dengan berat badan lahir rendah yang lahir kurang bulan (NKB-
KMK) antara lain disebabkan oleh:
1. Barat badan ibu yang rendah
2. Ibu hamil yang masih remaja

3
3. Kehamilan kembar
4. Ibu pernah melahirkan bayi premature/berat badan rendah sebelumnya.
5. Ibu dengan inkompeten serviks (mulut Rahim yang lemah sehingga tidak mampu
menahan berat bayi dalam Rahim).
6. Ibu hamil yang sedang sakit
7. Tidak diketahui penyebabnya.

Sedangkan banyak bayi yang lahir cukup bulan tetapi memiliki berat badan kurang
(NBC-KMK) antara lain disebabkan oleh:
1. Ibu hamil dengan gizi buruk/kekurangan nutrisi
2. Ibu hamil dengan penyakit hipertensi, preeklamsia, anemia
3. Ibu menderita penyakit kronis (penyakit jantung sianosis), infeksi (infeksi saluran
kemih), malaria kronik.
4. Ibu hamil yang merkok dan penyalahgunaan obat.

4. Manifestasi Klinik
Adapun tanda-tanda dan gejala yang terdapat pada bayi dengan berat badan lahir
rendah (BBLR) adalah:
 Berat badan <2500 gram
 Letak kuping menurun
 Pembesaran dari satu atau dua ginjal
 Ukuran kepala kecil
 Masalah dalam pemberian makan (reflex menelan dan menghisap berkurang)
 Suhu tidak stabil (kult tipis dan transparan).

5. Masalah Pada BBLR


Masalah yang terjadi pada bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) terutama
premature terjadi karena ketidakmatangan system organ pada bayi tersebut.Masalah
pada BBLR yng sering terjadi adalah gangguan pada system pernafasan, susunna
saraf pusat, kardiovaskuler, hematologi, gastrointestinal, ginjal, termoregulasi.
1. Sistem pernafasan
2. Sistem Neurologi (Susunan Saraf pusat)
3. Sistem Kardiovaskuler
4. Sistem Gastrointestinal
5. Sistem Termoregulasi
6. Sistem Hematologi
7. Sistem Imunlogi
8. Sistem Perkemihan
9. Sistem Integumen
10. Respon Orang Tua
11. Istem Penglihatan

Jadi, terdapat berbagai macam permasalahan pada bayi dengan BBLR atau
premature, yang dapat menyebabkan resiko antara lain:

4
1. Jangka pendek
a. Hipotermia (suhu bayi <36,5 C akan menyebabkan bayi kehilangan energy,
pernafasan terganggu, bayi menjadi sakit bahkan meninggal). Sedangkan
hipertermia (suhu bayi >37,7 C, dapat meningkatkan metabolism dan
menyebabkan dehidrasi).
b. Hipoglikemia (kadar gula darah kurang normal.
c. Paru belum berkembang
d. Gangguan pencernaan (mudah kembung karena fungsi usus belum cukup
baik.)
e. Mudah terkena infeksi (system imunitas bayi belum matang).
f. Anemia (bayi kelihatan pucat oleh karena kadar hemoglobin darah rendah).
g. Mudah ikterik.
h. Perdarahan otak
i. Gangguan jantung.
2. Jangka panjang
a. Gngguan pertumbuhan
b. Gangguan perkembangan
c. Gangguan penglihatan(Retinopati akibat premature)
d. Gangguan pendengaran.
e. Penyakit paru kronik.
6. Penatalaksanaan Pada BBLR
1. Pemberian ASI
Mengutamakan pemberian ASI adalah hal yang paling penting karena :
a. Asi mempunyai keuntungan yaitu kadar protein yang tinggi,
laktakalbumin, zat kekebalan tubuh, lipae dan asam lemak essensial,
laktosa dan oligosakarida.
b. ASI mempunyai factor pertumbuhan usus, oligosakarida untuk memicu
motilitas usus dan perlindungan terhadap penyakit.
c. Dari segi psikologis, pemberian ASI dapat meningkatkan ikatan anttara
Ibu dan bayi.
d. Bayi kecil/berat rendah rentan terhadap kekurangan nutrisi, fungsi
organnya belum matang, kebutuhan nutrisinya besar dan mudah
sakit.sehingga pemberian ASI atau nutrisi yang tepat penting untuk
tumbuh kembang yang optimal bagi bayi.
2. Pengaturan suhu Badan / Thermoregulasi.
Bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) terutama yang kurang bulan
membutuhkan suatu Thermoregulasiyaitu pengontrolan suhu bandan secara :
a. Fisiologiss mengatur pembentukan atau pendistribusian panas,
b. Pengaturan terhadap suhu keliling dengan mengontrol kehilangan dan
pertambahan panas.
Terlebih dahulu akan dibahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
kehilangan panas pada bayi secara umum yang penting diketahui bagi
bidan/perawat seperti:
1) Kehilangan Panas

5
Kehilangan panas pada bayi dengan berat lahir rendah dapat disampaikan
melalui empat cara:
- Konduksi, yaitu panas tubuh akan hilang bila ditidurkan di ata
permukaan yang dinngin. Sperti menidurkan bayi di timbangan
yang dingin, tangan perawat yang dingin dan stetoskop yang
dingin.
- Konveksi, yaitu panas tubuh akan hilang bila ada udara dingin
bertiup di sekitar bayi. Perhatian agar bayi tidak kehilanga
suhunya, bayi tidak diberikan oksigen dingin.
- Evaporasi, yaitu panas tubuh yang akan hilang dengan adanya
penguapan cairan yang ada dipermukaan tubuh bayi.
- Radiasi, yaitu panas tubuh akan hilang bila dekat dengan benda-
benda yang dingin, sehingga panas tubuh akan memancar ke
benda-benda dingin di sekitarnya.
2) Faktor Predisposisi. Beberapa berikut ini merupakan factor
predisposisi kehilangan panas bayi, yaitu :
- Luas permukaan tubuh besar dibandingkan dengan berat badan.
(kehilangan suhu tubuh 4 kali lebih besar pada bayi neonates
cukup bulan/ NCB dan 5 kali lebih besar pada bayi
premature/BBLR di banding dengan orang dewasa.
- Lemak subkutan yang lebih tipis terutama pada bayi
premature/BBLR. Suhu inti dari tubuh lebih cepat ditransfer ke
permukaan.
- Postur tubuh mempengaruhi kehilangan panas tubuh. Flekasi
ekstremitas mengurangi area ekspose/paparan terhadap
lingkungan. Kemampuan untuk pleksi akan meningkat sesuai
dengan pertambahan masa kehamilan.
- Bayi terutama bayi yang premature/BBLR tidak bia memproduksi
panas dengan mekanisme mengigil seperti orang dewasa.
- Hipotalamus bayi premature/BBLR sudah berkembang baik tetap
bayi baru lahir mempunyi “range/rentang” yang lebih sempit
disbanding dengan manusia biasa.
3) Bayi yang beresiko
Berikut adalah bayi yang beresiko kehilangan panas ( termasuk bayi
dengan berat lahir rendah), yaitu:
a. Bayi yang disedasi, bayi yang ibunya diberikan anastesi atau mendapat
analgesic, karena :
- Gangguan pada konservasi panas oleh vasokonstriksi dan respon
postural dan bayi.
- Gangguan produksi panas sebagai respon terhadap dingin,
metabolism yang lambat, terjadi penundaan eksresi obat-obatan.
b. Bayi asfiksia, lebih cepat timbul dingin karena tidak terjadi
vasokontriksi seberat setelah lahir.

6
c. Bayi IUGR (Intrauterine growth retardation/pertumbuhanjanin
terhambat), yaitu bayi:
- Cenderung asfiksia
- Tidka mempunyai cadangan glikogen untuk metabolism dan dapat
timbul hipoglikemia segera.
- Insulasi jaringan yang sedikit, lemak subkutan berkurang.
- Luas permukaan tubuh lebih beasr disbanding berat badan.
d. Bayi prematu /BBLR, biasanya :
- Luas permukaan tubuhnya luas disbanding berat badan.
- Predisposisi ke asfiksia
- Metabolism dan pernafasan yang tidak baik.
- Hipotermi dan gangguan aktivitas surfaktan menigkatkan bahaya
dan sindrom gawat nafas (RSD) yang berat.
- Brown fat belum ada sampai usia kehamilan 26-30 minggu.
e. Brown fat penyimpananya:
- Terdapat di scapula, sekitar leher, di belakang sternum, sekitar
ginjal, kelenjar adrenal, carotid dan aorta.
- Terdiri dari 2-6% dari berat badan lahir.
- Primitive brown fat muncul pada kehmilan 26-30 minggu.
- Semakinn banyak pada minggu ke 3 sampai ke 5 setelah lahir
kecuali terjadi stress dingin.
- Mangandung trigliserida yang dapat dipecah menjadi gliserol dan
non-ester fatty acid yang berlomba dengan albumin untuk
mengikat bilirubin.
f. Stress dingin
Bayi BBLR yang kurang bulan yang tiba tiba
dihadapkan pada suhu dingin akan mengalami hipootermi.
Sebagai respon terhadap udara atau suhu digin akan terjadi
vasokonstriksi yang akan menyebabkan timbulnya metabolisme
anaerob dan asidosis metabolic. Hal ini akan menyebabkan
vasokonstriksi pembuluh darah parru yang akan menyebabkan
bertambahnya hipoksia anaerob metabolism dan asidosis
metabolic. Keadaan ini memperburuk respon bayi yang lahirr
rendah terhadap dingin.Oleh sebeb itu bayi berat lahir rendah
yang kurangg bulan mempunyai resiko tinggi terhadap
hipotermi dan gejala sisanya.
g. Efek klinis hipotermi.
Bayi baru lahir dengan berat rendah yang telah
mengalami hipotermi dapat mempnyai efek klinis sebagai
berikut : penurunan kadar PH, penurunan tekanan oksigen,
peningkatan cadangan kalori, kenaikan berat badan lambat,
penurunan berat badan, terdapat sklerema, peningkatan kematia
bayi, dapat terjadi gangguan factor pembekuan darah.
h. Faktor penghambat dan shivering thermogenesis.

7
Berikut ini adalah beberapa factor ang menghambat nonshivering
termogenegenesis pada bayi BBLR, antara lain:
- Tres dingin yang terjadi pada BBLR secara terus menerus dapat
meghabiskan cadangan brown fat dan membuat suhu tubuh bayi
turun.
- Bayi mengalami hipoksia yang menyebabkan dalam tubuhya
terjadi metabolise anaerob, sehingga suplai oksigen digunakan
dengan cepat, glikogen dimetabolisme sehingga terbentuk asam
pyruvic dan asam laktat yang pada akhirnya menybabkan asidosis
metabolic.
- Bayi bisa mengalami apnea berulang
- Bayi bisa mengalami gangguan fungsi serebral karena adanya
perdarahan intracranial.
- Bayi mengalami hipoglikemia karena cadangan glikogen
berkurang.
- Bayi bisa mengalami gagal jantung.
- Bayi yang bisa mengalami masalah pernafasan(RSD)
i. Pencegahan kehilangan panas.
Berikut ini adalah beberapa cara pencegahan panas bayi berat lahir
rendah yang sehat, antara lain:
- Segera lahir, bayi dikeringkan dan dibedong dengan popok hangat
- Pemeriksaan di kamr bersalin dilakukan dibawah radiant warmer
(box bayi hangat)
- Topi dipakaikan untuk mencegah kehilangan panas melalui kulit
kepala.
- Bila suhu bayi stabil, bayi dapat dirawat di boks terbuka dan
diselimuti.
Sementara itu, pada bayi berat lahir rendah yang sakit, cara umtuk
mencegah kehilangan panas, antara lain:
- Bayi harus segera dikerigkan
- Untuk menstranportasi bayi, digunakan transport incubator yang
sudah hangat.
- Tindkan terhadap bayi dilakukn di bawah radiant warmer.
- Suhu lingkungan netrall dipertahankan.
j. Pencegahan Hipotermi
Untuk mencegah hipotermi pada bayi berat lahir rendah maka
perlu pengaturan suhu badan pada neonatus, yang biasanya dilakukan
di ruang perawatan bayi atau ruang perawatan intensif bayi, denga
melaksanakan di lingkungan di area thermal zona netral pada bayi baru
lahir. Area thermal zona netral ini bertujuan agar dapat memberikan
kondisi suhu bayi dalam posisi suhu keliling yang sempit, sehingga
kehilangan panasnya cukup mempertahankan ‘core temperature’ pada
suhu 37 C. Sedangkan kelebihan energinya yang didapat dari makanan
dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan/peningkatan berat badan bayi
dan penyembuhan apabila bayi sakit. Ada dua alat yang dapat
8
melakukan termoregulasi atau membuat zona nertal thermal ini, yaitu :
radiant warmer dan incubator.
Untuk menetukan apakah bayi berat lahir rendah digunakan
warmer atau incubator adalah berdasarkan situasi dan kondisi bayi.Ada
dokter bayi yang lebih suka menggunakan warmer, karena warmer
memberikan peluang lebih dekat dengan bayi. Sementara dokter bayi
lainya lebih suka menggunakan incubator, karena incubator :
 Dapat mempertahankan suhu udara
 Dapat mengatur kelembaban udara
 Dapat memberikan lingkungan dengan oksigen yang
cukup

Pada fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak memiliki radiant warmer


aau incubator untuk mencegah terjadinya hipotermi, maka tindakan
tindakan umum yang dilakukan untuk mencegah hipotermi antara lain:
1. Mengeringkan tubuh bayi, segera setelah lahir dengan handuk
atau kain yang hangat.
2. Menyelimuti bayi terutama bagian kepala dengan kain yang
kering (bayi dibungkus kain hangat dan kepalanya diberi topi)
3. Meletakkan bayi lingkungan/ruang yang hangat (suhu ruangan
tidak kurang dari 25 C)
4. Memastikan tangan selalu hangat pada saat memegang bayi.
5. Mengganti handuk, selimut, kain, popok, bedong, yang
basahdengan bersih, kering dan hangat.

3. Metode kanguru
Metode kanguru merupakan salah satu metode perawatan bayi
berat lahir rendah untuk mencegah hipotermi pada bayi baru lahir,
yang diperkenalkan pertama kali oleh Rey dan Martinez melaporkan
skin to skin contact dapat meningkatkan kelangsungan hidup bayi
terutama yang mengalami BBLR atau premature. Mengapa disebut
dengan metode kanguru? Karena cara ini meniru binatang kanguru
yang biasanya melahirkan bayi imatur dan menyimpan bayinya di
kantung ibunya untuk mencegah kedinginan. Prinsip dasar dari metode
kanguru ini adalah mengganti perawatan bayi berat lahir rendah
(BBLR) dalam incubator dengan metode kanguru. Hal ini disebabkan
karena : kurangya fasilitas terutama inkubatorr dan tenaga kesehatan
dalam perawatan bayi BBLR; penggunaan incubator memiliki
beberapa keterbatasan antara lain, memerlukan tenaga listrik dan
memudahkan infeksi nosocomial; rujukan ke rumah sakit untuk bayi
BBLR sangat tinggi sebelum dilakukan metode kanguru.
a. Pengertian metode kanguru
 Metode kanguru merupakan perawatan bayi baru lahir seperti bayi
kanguru dalam kantung ibunya.

9
 Metode kanguru merupakan cara yang sederhana untuk merawat bayi
baru lahir yang menggunakan suhu tubuh ibu untuk menghangatkan
bayinya.
 Metode kanguru merupakan cara merawat bayi dalam keadaan
telanjang, bayi hanya memakai popok dan topi, dan bayi diletakkan
secara vertical/tegak di dada antara kedua payudara ibu, dimana ibu
dalam keadaan telanjang dana, kemudian diselimuti.
 Metode kanguru disebut juga perawatan skin to skin.
 Metode kanguru merupakan suatu penyelesaian dalam keadaan dimana
teknlogi kedokteran dan kebidanan sangat terbatas atau tidak
tersedianya untuk perawatan BBLR seperti Negara maju.
b. Tujuan metode kanguru
Tujuan penerapan metode kanguru untuk bay berat lahir rendah
adalah menurunkan angka morbiditas dan mortalitas BBLR serta
menurunkan rujukan BBLR ke rumah sakit.
c. Manfaat metode kanguru
Metode kanguru dapat memberikan mnfaat bagi bayi, ibu dan
rumah sakit/klinik. Bagi bayi, metode kaanguru bermanfaat :
mengurangi pemakaian kalori bayi, memperlama waktu tidur bayi,
meningkatkan hubungan kedekatan bayi dan ibu, mengurangi kejadian
infeksi, menstabilkan suhu bayi, menstabilakan denyut jantung dan
pernafasan bayi, menurunkan stress paada bayi, meningkatkan perilaku
bayi lebih baik, dimana akan tampak bayi waspada, menagis
berkurang, lebih sering menyusu ASI, dan menaikkan berat badan
bayi.
Bagi ibu, metode kanguru bermanfaat: untuk mempermudah
pemberian ASI dan pelaksanaan IMD, meningkatkan produksi ASI ,
meningkatkan rasa percaya diri ibu, meningkatkan hubungan
kedekatan dan kasih saying ibu dengan bayi dan memberikan pengaruh
psikologis berupa ketenangan pada ibu dan keluarga.Bagi rumah sakit/
klinik, metode kanguru memberikan efisiensi tenaga karena ibu dapat
merawat bayinya sendiri, mempersingkat lama perawatan bayi di
rumah sakit, dan efisiensi anggaran karena penggunaan fasilitas
fasilitas, misalnya incubator berkurang.
d. Kriteria bayi yang diberikan metode kanguru
Kriteria bayi yang dapat dilakukan dengan metode kanguru
adalah : bayi dengan berat badan lahir kurang lebih 1800 gram atau
antara 1500-2500 gram;bayi premature; bayi yang tidak terdapat
kegawatan pernafasan dan sirkulasi; bayi mampu bernafas sendiri, bayi
yang tidak terdapat kelainan bawaan yang berat, suhu tubuh bayi stabil
(36,5ᵒ-37,5ᵒC)
e. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam metode kanguru
 Posisi kanguru : posisi bayi diantara dua payudara, tegak, dada bayi
menempel ke dada ibu. Posisi bayi kemudian diamankan dengan kain
panjang atau baju kanguru. Dalam hal ini bayi diletakkan dalam

10
dekapan ibu dengan kulit menyentuh kuli, posisi bayi tegak, kepala
miring ke kiri atau ke kanan).Apabila menggunakan baju
kanguru/kantung kanguru, posisi bayi adalah tegak/vertical pada siang
hari pada waktu ibu berdiri atau duduk dan posisi bayi tengkurap atau
miring pada malam hari pada waktu ibu berbaring atau tidur.
Keunggulan metode ini adalah bayi mendapatkan sumber panas alami
(36-37 C) langsung dari kulit ibu, mendapatkan kehangatan udara
dalam kantung/baju ibu, serta ASI menjadi lancer. Dekapan ibu adalah
energy bagi bayi. Pada bayi berat badan lahir sanagt rendah (kurang
daro 1000 gram) metode kanguru ditunda sampai usia 2 minggu atau
sampai keadaan bayi stabil.
 Nutrisi : waktu optimal untuk memulai menyusu Asi tergantung pada
masa kehamilanya.
 Dukungan : dukungan terutama diberikan pada ibu berupa fisik,
emosional dan edukasi, yang sewaktu hamil sebaiknya telah diberikan
informasi tentang pentingnya metode kanguru bagi bayi.
 Pemulangan : syarat pemulangan tergantung pada kesehatan bayi
secara menyeluruh dalam kondisi baik dan ibu maupun merawat
bayinya.
 Harus ada konseling dan informed consent terlebih dahulu.

4. Pemijatan Bayi
Dari kebanyakan penelitian melaporkan bahwa bayi premature yang
biasanya lahir dengan berat lahir badan lahir rendah mengalami kenaikan berat
badan yang lebih besar dan berkembang lebih baik setelah dilakukan
pemijatan secara teratur. Margaret Ribble, seorang psikiater pada tahun 1940
mengamati bahwa bayi yang lebih banyak dipegang akan terangsang
pernafasan dan peredaran menjadi lebih baik. Margaret mengamati bayi
premature dengan berat badan lahir rendah pernafasanya biasanya pendek dan
tidak stabil pada minggu-minggu pertama kelahiran, namun pernafasanya
menjadi lebih baik setelah bersinggugan dan kontak fisik dengan ibunya.
Untuk itu, sebenarnya pijat/sentuhan ini juga merupakan penatalaksanaan
yang baik bagi bayi dengan berat lahir rendah karena sangat efektif untuk
menjalin hubungan orangtua dan bayi dalam hal perkembangan fisik dan
emosional bayi maupuan perkembangan indra yang lain. Karena bayi
denganberat lahir rendah juga mempunyai kebutuhan emosional, yang
ditujukkan dengan kegelisahan, ketegangan, dan pada akhirnyatmbul dampak
kegagalan dan pertumbuhan.
a. Tujuan pemijatan bayi pada berat bayi lahir rendah
Pemijatan pada bayi batu lahir rendah bertujuan untuk :
 Mamacu pertumbuhan berat badan bayi
 Membantu bayi melepaskan rasa tegang dan gelisah.
 Menguatkan dan meningkatkan system imunologi
 Merangsang pencernaan makanan dan pengeluaran kotoran membuat
bayi tidur tenang

11
 Menjalin komunikasi dan ikatan antara bayi atau orag tuanya .
b. Pelaksanaan Pemijatan
 Pijatan pada bayi berat lahir rendah dapat dilakukan setelah bayi dalam
keadaan stabil, telah melapaui masa kritis dan dapat dilakukan tiga kali
dalam sehari.
 Waktu pemijatan bayi yang terbaik adalah :apabila orangtua dan bayi
telah siap malapaui; pagi hari sebelum mandi atau sebelum amakn;
siang hari sebelum minum dan sore hari sebelum minum atau tidur.
 Alat-alat yang perlu dipersiapkan sebelum memijat bayi adalah :lotion
atau minyak yang lembut;selimut/popok/kain bedong;handuk;
danpakaian ganti bayi.
 Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemijatan bayi, antara
lain: tangan pemijat tidak memakai perhiasan seperti cincin dan gelang
serta kuku harus pendek; tangan pemijat dalam keadaan hangat;cuci
tangan sampai bersih bila perlu cuci tangan 7 langkah; mulai pemijatan
dengan melakukan pemijatan ringan, kemudian secara bertahap
tambahkan tekanan pada sentuhan tersebut; selama pemijatan,
pandanglah mata bayi dengan pancaran kasih saying dan bernyanyilah
atau putarkan lagu-lagu lembut untuk menciptakan suasana tenang
tanggaplah dengan isyarat yang diberikan bayi; jaga temperature bayi
untuk mencegah hipotermi; hindarkan mata bai dari percikan minyak
pijat; mandikan bayi setelah pemijatan berakhir dengan air hangat;
pantau bayi sebelum, selama dan sesudah pemijatan seksama.
c. Cara pemijatan pada bayi berat lahir rendah.
 Letakkan bayi dalam posisi telungkup atau terlentang.
 Lakukan pijatan dengan kekuatan tekanan sedang selama 1 menit pada
bagian:kepala dan muka, pundak, punggung, kaki dan tangan.
 Lakukan gerakan dari atas kepala, ke bawah bagian muka, ke atas
kepala, ke bawah bagian leher, ke atas bagian kepala dan seterusnya.
 Lakukan gerakan dari belakang leher, ke bahu, ke belakang leher,
kemudian ke bahu dan seterusnya.
 Lakukan dari paha ke bawah, kembali ke paha, kemudian kebahwah
dan lakukan usapan pada kedua kaki.
 Lakukan gerakan dari pangkal lengan bawah, ke atas pangkal lengan,
ke bawah dan seterusnya.
 Letakkan bayi dalam posisi terlentang, lekukan dan rentangkan tiap-
tiap lengan dan kaki setelah dipijat.
d. Hal-hal yang penrlu dihindari
 Bayi tidak boleh dilakukan pemijatan pada waktu bayi tidak siap atau
tidak mau dipijat.
 Bayi tidak boleh dibangunkan, hanya khusus untuk dilakukan
pemijatan
 Bayi tidak boleh dilakukan pemijatan langsung setelah bayi selesai
makan.

12
 Bayi tidak boleh dipaksakan dala posisi tertentu pada saat pemijatan.

2.2 Asfiksia
7. Pengertian Asfiksia
Asfiksia neonatal merupakan kegagalan bernapas secara spontan dan teratur
pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir. Untuk mengetahui lebih lanjut
neonatus dengan asfiksia dapat melihat bagan di bawah ini :

8. Patofisiologi Asfiksia

13
Gangguan suplai darah teroksigenasi melalui vena umbilical dapat terjadi pada
saat antepartum, intrapartum, dan pascapartum saat tali pusat dipotong. Hal ini diikuti
oleh serangkaian kejadian berikut yang dapat diperkirakan ketika asfiksia bertambah
berat.
1. Awalnya hanya ada sedikit nafas. Sedikit nafas ini dimaksudkan untuk
mengembangkan paru, tetapi bila paru mengembang saat kepala masih di jalan
lahir, atau bila paru tidak mengembang karena suatu hal, aktivitas singkat ini akan
diikuti oleh henti nafas komplit. Kejadian ini disebut apnea primer.
2. Setelah waktu yang singkat-lama, asfiksi tidak dikaji dalam situasi klinik karena
dilakukan tindakan resusitasi yang sesuai-usaha bernafas otomatis dimulai. Hal ini
hanya akan membantu dalam waktu singkat, kemudian jika paru tidak
mengembang, secara bertahap terjadi penurunan kekuatan dan frekuensi
pernafasan. Selanjutnya, bayi akan memasuki periode apnea terminal. Kecuali
dilakukan resusitasi yang tepat, pemulihan dari keadaan terminal ini tidak akan
terjadi.
3. Frekuensi jantung menurun selama apnea primer dan akhirnya turun dibawah 100
kali permenit, yang dikenal secara internasional sebagai titik aksi resusitasi.
Frekuensi jantung mungkin meningkat pada saat bayi bernafas terengah-engah,
tetapi bersama dengan menurun dan berhentinya nafas terengah-engah bayi,
frekuensi jantung terus berkurang. Keadaan asam-basa semakin memburuk,
metabolism selular gagal, dan jantung berhenti.
4. Selama apnea primer, tekanan darah meningkat bersama dengan pelepasan
katekolamin dan zat kimia stress lainnya. Walaupun demikian, teknan darah yang
terkait erat dengan frekuensi jantung, mengalami penurunan tajam seama apnea
terminal. Volume kuncup pada neonatus tetap dan curah jantung ditentukan
hamper sepenuhnya oleh frekuensi jantung.
5. Terjadi penurunan pH yang hamper linear sejak mulainya asfiksia. Hal ini
disebabkan oleh penumpukan asam laktat dan asam lainnya yang diproduksi oleh
glikolisis anaerob pada jaringan yang mengalami hipoksia. Meskipun demikian,
syangnya terdapat hubungan yang buruk antara pH arteri umbilical, keadaan klinis
bayi saat itu, dan prognosis jangka panjang.
Apnea primer dan apnea terminal mingkin tidak sealu dpat dibedakan. Pada
umumnya, bradikardia berat dan kondisi syok memperburuk apnea terminal.
Dilihat dari panduan resusitasi, pembedahan antara apnea primer dan terminal
14
tidak perlu dilakukan karena tindakan resusitasi ditentukan oleh kondisi dan
tingkat keparahan bradikardia.
9. Etiologi
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan gawat janin (asfiksia) antara lain :
a) Faktor ibu
1) Preeklampsia dan eklampsia
2) Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
3) Partus lama atau partus macet
4) Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
5) Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
b) Faktor Tali Pusat
1) Lilitan tali pusat
2) Tali pusat pendek
3) Simpul tali pusat
4) Prolapsus tali pusat.
c) Faktor bayi
1) Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
2) Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi
vakum, ekstraksi forsep)
3) Kelainan bawaan (kongenital)
4) Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
(DepKes RI, 2009).

Towel (1966) mengajukan penggolongan penyebab kegagalan pernafasan


pada bayi yang terdiri dari :
1. Faktor Ibu
 Hipoksia ibu. Hal ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala
akibatnya. Hipoksia ibu ini dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian
obat analgetika atau anestesia dalam.
 Gangguan aliran darah uterus. Mengurangnya aliran darah pada uterus akan
menyebabkan berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan demikian pula
ke janin. Hal ini sering ditemukan pada keadaan:

15
(a) gangguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipertoni atau tetani uterus
akibat penyakit atau obat,
(b) hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan,
(c) hipertensi pada penyakit eklampsia dan lainlain.
2. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta.
Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta,
misalnya solusio plasenta, perdarahan plasenta dan lain-lain.
3. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam
pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin.
Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbung,
tali pusat melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir dan lain-
lain.
4. Faktor neonatus
Depresi tali pusat pernafasan bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal,
yaitu :
a) Pemakaian obat anastesi/analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung
dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin
b) Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarahan intracranial
c) Kelainan kongenital pada bayi, misalnya hernia diafragmatika, atresia/stenosis
saluran pernapasan, hipoplasia paru dan lain-lain (Staf Pengajar Ilmu
Kesehatan Anak FK UI, 1985)

10. Manifestasi klinik


Asfiksia biasanya merupakan akibat hipoksia janin yang menimbulkan tanda-
tanda klinis pada janin atau bayi berikut ini :
a) DJJ lebih dari 100x/menit atau kurang dari 100x/menit tidak teratur
b) Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala
c) Tonus otot buruk karena kekurangan oksigen pada otak, otot, dan organ lain
d) Depresi pernafasan karena otak kekurangan oksigen
e) Bradikardi (penurunan frekuensi jantung) karena kekurangan oksigen pada otot-
otot jantung atau sel-sel otak

16
f) Tekanan darah rendah karena kekurangan oksigen pada otot jantung, kehilangan
darah atau kekurangan aliran darah yang kembali ke plasenta sebelum dan selama
proses persalinan
g) Takipnu (pernafasan cepat) karena kegagalan absorbsi cairan paru-paru atau nafas
tidak teratur/megap-megap
h) Sianosis (warna kebiruan) karena kekurangan oksigen didalam darah
i) Penurunan terhadap spinkters
j) Pucat
(Depkes RI, 2007)

11. Pengkajian Klinis


Menurut Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal
(2009) pengkajian pada asfiksia neonatorum untuk melakukan resusitasi semata-mata
ditentukan oleh tiga hal penting, yaitu :
a) Pernafasan
Observasi pergerakan dada dan masukan udara dengan cermat. Lakukan
auskultasi bila perlu lalu kaji pola pernafasan abnormal, seperti pergerakan dada
asimetris, nafas tersengal, atau mendengkur. Tentukan apakah pernafasannya
adekuat (frekuensi baik dan teratur), tidak adekuat (lambat dan tidak teratur), atau
tidak sama sekali.
b) Denyut jantung
Kaji frekuensi jantung dengan mengauskultasi denyut apeks atau merasakan
denyutan umbilicus. Klasifikasikan menjadi >100 atau <100 kali per menit.
Angka ini merupakan titik batas yang mengindikasikan ada atau tidaknya hipoksia
yang signifikan.
c) Warna
Kaji bibir dan lidah yang dapat berwarna biru atau merah muda. Sianosis perifer
(akrosianosis) merupakan hal yang normal pada beberapa jam pertama bahkan
hari. Bayi pucat mungkin mengalami syok atau anemia berat. Tentukan apakah
bayi berwarna merah muda, biru, atau pucat.

Ketiga observasi tersebut dikenal dengan komponen skor apgar. Dua


komponen lainnya adalah tonus dan respons terhadap rangsangan menggambarkan

17
depresi SSP pada bayi baru lahir yang mengalami asfiksia kecuali jika ditemukan
kelainan neuromuscular yang tidak berhubungan.

Setelah melakukan penilaian keadaan bayi, hal penting selanjutnya yang perlu
dilakukan adalah melihat penilaian asfiksia dengan Penilaian APGAR Skor seperti
yang digambarkan pada bagan di bawah ini

Keterangan Nilai Apgar:

Nilai 0-3 : Asfiksia berat


Nilai 4-6 : Asfiksia sedang
Nilai 7-10 : Normal

Penatalaksanaan neonatus dengan asfiksia dapat dilihat berdasarkan bagan di


bawah ini :

18
12. Langkah-langkah resusitasi neonatus
Pada pemeriksaan atau penilaian awal dilakukan dengan menjawab 3
pertanyaan:
 Apakah bayi cukup bulan?
 Apakah bayi bernapas atau menangis?
 Apakah tonus otot bayi baik atau kuat?
Bila semua jawaban ”ya” maka bayi dapat langsung dimasukkan dalam
prosedur perawatan rutin dan tidak dipisahkan dari ibunya. Bayi dikeringkan,
diletakkan di dada ibunya dan diselimuti dengan kain linen kering untuk menjaga
suhu. Bila terdapat jawaban ”tidak” dari salah satu pertanyaan di atas maka bayi
memerlukan satu atau beberapa tindakan resusitasi berikut ini secara berurutan:
1) Langkah awal dalam stabilisasi
a) Memberikan kehangatan
Bayi diletakkan dibawah alat pemancar panas (radiant warmer) dalam keadaan
telanjang agar panas dapat mencapai tubuh bayi dan memudahkan eksplorasi
seluruh tubuh.
Bayi dengan BBLR memiliki kecenderungan tinggi menjadi hipotermi dan
harus mendapat perlakuan khusus. Beberapa kepustakaan merekomendasikan
pemberian teknik penghangatan tambahan seperti penggunaan plastik
pembungkus dan meletakkan bayi dibawah pemancar panas pada bayi kurang
bulan dan BBLR. Alat lain yang bisa digunakan adalah alas penghangat.
b) Memposisikan bayi dengan sedikit menengadahkan kepalanya
Bayi diletakkan telentang dengan leher sedikit tengadah dalam posisi
menghidu agar posisi farings, larings dan trakea dalam satu garis lurus yang
akan mempermudah masuknya udara. Posisi ini adalah posisi terbaik untuk
melakukan ventilasi dengan balon dan sungkup dan/atau untuk pemasangan
pipa endotrakeal.
c) Membersihkan jalan napas sesuai keperluan
Aspirasi mekoneum saat proses persalinan dapat menyebabkan pneumonia
aspirasi. Salah satu pendekatan obstetrik yang digunakan untuk mencegah
aspirasi adalah dengan melakukan penghisapan mekoneum sebelum lahirnya
bahu (intrapartum suctioning), namun bukti penelitian dari beberapa senter

19
menunjukkan bahwa cara ini tidak menunjukkan efek yang bermakna dalam
mencegah aspirasi mekonium.
Cara yang tepat untuk membersihkan jalan napas adalah bergantung pada
keaktifan bayi dan ada/tidaknya mekonium. Bila terdapat mekoneum dalam
cairan amnion dan bayi tidak bugar (bayi mengalami depresi pernapasan,
tonus otot kurang dan frekuensi jantung kurang dari 100x/menit) segera
dilakukan penghisapan trakea sebelum timbul pernapasan untuk mencegah
sindrom aspirasi mekonium. Penghisapan trakea meliputi langkahlangkah
pemasangan laringoskop dan selang endotrakeal ke dalam trakea, kemudian
dengan kateter penghisap dilakukan pembersihan daerah mulut, faring dan
trakea sampai glotis.
Bila terdapat mekoneum dalam cairan amnion namun bayi tampak bugar,
pembersihan sekret dari jalan napas dilakukan seperti pada bayi tanpa
mekoneum.
d) Mengeringkan bayi, merangsang pernapasan dan meletakkanpada posisi yang
benar
Meletakkan pada posisi yang benar, menghisap sekret, dan mengeringkan
akan memberi rangsang yang cukup pada bayi untuk memulai pernapasan.
Bila setelah posisi yang benar, penghisapan sekret dan pengeringan, bayi
belum bernapas adekuat, maka perangsangan taktil dapat dilakukan dengan
menepuk atau menyentil telapak kaki, atau dengan menggosok punggung,
tubuh atau ekstremitas bayi.
Bayi yang berada dalam apnu primer akan bereaksi pada hampir semua
rangsangan, sementara bayi yang berada dalam apnu sekunder, rangsangan
apapun tidak akan menimbulkan reaksi pernapasan. Karenanya cukup satu
atau dua tepukan pada telapak kaki atau gosokan pada punggung. Jangan
membuang waktu yang berharga dengan terus menerus memberikan
rangsangan taktil. Keputusan untuk melanjutkan dari satu kategori ke kategori
berikutnya ditentukan dengan penilaian 3 tanda vital secara simultan
(pernapasan, frekuensi jantung dan warna kulit). Waktu untuk setiap langkah
adalah sekitar 30 detik, lalu nilai kembali, dan putuskan untuk melanjutkan ke
langkah berikutnya.
2) Ventilasi Tekanan Positif (VTP)
 Pastikan bayi diletakkan dalam posisi yang benar.
20
 Agar VTP efektif, kecepatan memompa (kecepatan ventilasi) dan tekanan
ventilasi harus sesuai.
 Kecepatan ventilasi sebaiknya 40-60 kali/menit.
 Tekanan ventilasi yang dibutuhkan sebagai berikut. Nafas pertama setelah
lahir, membutuhkan: 30-40 cm H2O. Setelah nafas pertama,
membutuhkan: 15-20 cm H2O. Bayi dengan kondisi atau penyakit paru-
paru yang berakibat turunnya compliance, membutuhkan: 20-40 cm H2O.
Tekanan ventilasi hanya dapat diatur apabila digunakan balon yang
mempunyai pengukuran tekanan.
 Observasi gerak dada bayi: adanya gerakan dada bayi turun naik
merupakan bukti bahwa sungkup terpasang dengan baik dan paru-paru
mengembang. Bayi seperti menarik nafas dangkal. Apabila dada bergerak
maksimum, bayi seperti menarik nafas panjang, menunjukkan paru-paru
terlalu mengembang, yang berarti tekanan diberikan terlalu tinggi. Hal ini
dapat menyebabkan pneumothoraks.
 Observasi gerak perut bayi: gerak perut tidak dapat dipakai sebagai
pedoman ventilasi yang efektif. Gerak paru mungkin disebabkan
masuknya udara ke dalam lambung.
 Penilaian suara nafas bilateral: suara nafas didengar dengan menggunakan
stetoskop. Adanya suara nafas di kedua paru-paru merupakan indikasi
bahwa bayi mendapat ventilasi yang benar.
 Observasi pengembangan dada bayi: apabila dada terlalu berkembang,
kurangi tekanan dengan mengurangi meremas balon. Apabila dada
kurang berkembang, mungkin disebabkan oleh salah satu penyebab
berikut: perlekatan sungkup kurang sempurna, arus udara terhambat, dan
tidak cukup tekanan. Apabila dengan tahapan diatas dada bayi masih
tetap kurang berkembang sebaiknya dilakukan intubasi endotrakea dan
ventilasi pipa-balon (Saifuddin, 2009).
3) Kompresi dada
Teknik kompresi dada ada 2 cara:
a) Teknik ibu jari (lebih dipilih)
 Kedua ibu jari menekan sternum, ibu jari tangan melingkari dada dan
menopang punggung

21
 Lebih baik dalam megontrol kedalaman dan tekanan konsisten
 Lebih unggul dalam menaikan puncak sistolik dan tekanan perfusi
coroner
b) Teknik dua jari
 Ujung jari tengah dan telunjuk/jari manis dari 1 tangan menekan
sternum, tangan lainnya menopang punggung
 Tidak tergantung
 Lebih mudah untuk pemberian obat
c) Kedalaman dan tekanan
 Kedalaman ±1/3 diameter anteroposterior dada
 Lama penekanan lebih pendek dari lama pelepasan curah jantung
maksimum
d) Koordinasi VTP dan kompresi dada
1 siklus : 3 kompresi + 1 ventilasi (3:1) dalam 2 detik
Frekuensi: 90 kompresi + 30 ventilasi dalam 1 menit (berarti 120 kegiatan per
menit)
Untuk memastikan frekuensi kompresi dada dan ventilasi yang tepat, pelaku
kompresi mengucapkan “satu – dua – tiga - pompa-…” (Prambudi, 2013).
e) Intubasi Endotrakeal
Cara:
 Langkah 1: Persiapan memasukkan laringoskopi
 Stabilkan kepala bayi dalam posisi sedikit tengadah
 Berikan O2 aliran bebas selama prosedur
 Langkah 2: Memasukkan laringoskopi
 Daun laringoskopi di sebelah kanan lidah
 Geser lidah ke sebelah kiri mulut
 Masukkan daun sampai batas pangkal lidah
 Langkah 3: Angkat daun laringoskop
 Angkat sedikit daun laringoskop
 Angkat seluruh daun, jangan hanya ujungnya
 Lihat daerah farings
 Jangan mengungkit daun
 Langkah 4: Melihat tanda anatomis

22
 Cari tanda pita suara, seperti garis vertical pada kedua sisi
glottis (huruf “V” terbalik)
 Tekan krikoid agar glotis terlihat
 Bila perlu, hisap lender untuk membantu visualisasi
 Langkah 5: Memasukkan pipa
 Masukkan pipa dari sebelah kanan mulut bayi dengan lengkung
pipa pada arah horizontal
 Jika pita suara tertutup, tunggu sampai terbuka
 Memasukkan pipa sampai garis pedoman pita suara berada di
batas pita suara
 Batas waktu tindakan 20 detik (Jika 20 detik pita suara belum
terbuka, hentikan dan berikan VTP)
 Langkah 6: mencabut laringoskop
 Pegang pipa dengan kuat sambil menahan kea rah langitlangit
mulut bayi, cabut laringoskop dengan hati-hati.
 Bila memakai stilet, tahan pipa saat mencabut stilet. (Prambudi,
2013).
f) Obat-obatan dan cairan:
 Epinefrin
 Larutan = 1 : 10.000
 Cara = IV (pertimbangkan melalui ET bila jalur IV sedang disiapkan)
 Dosis : 0,1 – 0,3 mL/kgBB IV
 Persiapan = larutan 1 : 10.000 dalam semprit 1 ml (semprit lebih besar
diperlukan untuk pemberian melalui pipa ET. Dosis melalui pipa ET
0,3-1,0 mL/kg)
 Kecepatan = secepat mungkin
 Jangan memberikan dosis lebih tinggi secara IV.
 Bikarbonat Natrium 4,2%
 Dekstron 10%
 Nalokson
(Prambudi, 2013).

23
13. Penataksanaan Pascaresusitasi yang Berhasil

1. Hindari kehilangan panas


 Lakukan kontak kulit di dada ibu (metode Kanguru), dan selimuti bayi
 Letakkan dibawah radiant heater, jika tersedia
2. Periksa bayi dan hitung napas dalam semenit
Jika bayi sianosis (biru) atau sukar bernafas (frekuensi < 30 atau > 60
X/menit, tarikan dinding dada ke dalam atau merintih)
 Isap mulut dan hidung untuk memastikan jalan nafas bersih
 Beri oksigen 0,5 l/menit lewat kateter hidung atau nasal prong.
 Rujuk ke kamar bayi atau ketempat pelayanan yang dituju.
 INGAT : pemberian oksigen secara sembarangan pada bayi prematur
dapat menimbulkan kebutaan
3. Ukur suhu aksiler :
 Jika suhu 36o C atau lebih, teruskan metode kanguru dan mulai
pemberian ASI
 Jika suhu < 36oC, lakukan penanganan hipothermia
4. Mendorong ibu mulai menyusui : bayi yang mendapat resusitasi cenderung
hipoglikemia.
 Jika kekuatan mengisap baik, proses penyembuhan optimal
 Jika mengisap kurang baik, rujuk ke kamar bayi atau ketempat
pelayanan yang dituju
5. Lakukan pemantauan yang sering dalam 24 jam pertama. Jika sukar bernafas
kambuh, rujuk ke kamar bayi atau ke tempat pelayanan yang dituju.

24
Bab III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Neonates atau bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
adalah bayi dengan berat lahirnya kurang dari 2500 gram (Adele Piliteri,
1986). Istilah prematuritas telah diganti dengana berat badan lahir redah
(BBLR) karena terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi dengan berat
badan kurang dari 2500 gram, yaitu karena usia kehamilan kurang dari 37
minggu, berat badan lebih rendah dari semestinya, sekalipun umur cukup,
atau karena kombinasi keduanya (Manuaba, 1998). Pengeluaran lengkap
hasil dari produk kehamilan ibu setelah pelepasan, bernafas, dan
menunjukkan tanda-tanda kehidupan, seperti detak jantung, denyut tali
pusat, atau pergerakan dari otot sadar, apakah tali pusat telah dipotong
atau hanya diikat (World Health Assembly, 1950).

Asfiksia merupakan kegagalan bernapas secara spontan dan teratur


pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan
keadaan PaO2 di dalam darah rendah (hipoksemia), hiperkarbia Pa CO2
meningkat dan asidosis.
3.2 Saran
Agar mengetahui dan mengerti bagaimana penanganan berat bayi lahir
rendah dan asfiksia apabila terjadi kasus yang sama.

25
Daftar Pustaka

 Jurnal Kebidanan diunduh pada tanggal 3 Oktober 2017 pukul 14.35 WIB dari
[http://jurnal.akbiduk.ac.id/assets/doc/170223083311-9.pdf]
 Bab 2 diunduh pada tanggal 1 Oktober 2017 pukul 15.24 WIB
[http://diglib.unila.ac.id/2415/9/BAB%20II.pdf]
 Drew, David. Jevon, Philip. Raby, Margaret. 2009. Resusitasi Bayi Baru Lahir
Seri Praktik Kebidanan. Jakarta : EGC
 Maryunani Anik, Nurhayati. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan dan Penyakit pada
Neonatus. Jakata : TIM

26

Anda mungkin juga menyukai