Anda di halaman 1dari 16

BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah)

dan Asfiksia

Nama Kelompok :
Rizkia Nurhandayani
Rizqitha
Santiningtyas Ayu
Kusumawa
Soli Rumiyati
BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah)

. Definisi
1

Neonates atau bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah
(BBLR) adalah bayi dengan berat lahirnya kurang dari 2500 gram
(Adele Piliteri, 1986).
Istilah prematuritas telah diganti dengana berat badan lahir
redah (BBLR) karena terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi
dengan berat badan kurang dari 2500 gram, yaitu karena usia
kehamilan kurang dari 37 minggu, berat badan lebih rendah dari
semestinya, sekalipun umur cukup, atau karena kombinasi
keduanya (Manuaba, 1998)
Pengeluaran lengkap hasil dari produk kehamilan ibu setelah
pelepasan, bernafas, dan menunjukkan tanda-tanda kehidupan,
seperti detak jantung, denyut tali pusat, atau pergerakan dari otot
sadar, apakah tali pusat telah dipotong atau hanya diikat (World
Health Assembly, 1950)
2. Klasifikasi

• Neonatus/ bayi yang termasuk dalam BBLR merupakan salah satu dari
keadaan berikut ini:
a. NKB SMK (Neonatus Kurang Bulan-sesuai masa kehamilan) adalah bayi
premature dengan berat badan lahir yang sesuai dengan masa kehamilan.
b. NKB KMK (Neonatus kurang bulan – kecil untuk masa kehamilan) adalah
bayi premature dengan barat badan lahir kurang dari normal menurut usia.
c. NCB KMK (neonates cukup bulan- kecil masa kehamilan) adalah bayi yang
lahir cukup bulan dengan berat badan lahir kurang normal.
• Selain itu, BBLR dibagi lagi menurut berat badan lahir, yaitu:
a. Bayi dengan berat sangat rendah (BBLR) atau very low birth weight
(VLBW) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir antara 1000 sampai
1500 gram.
b. Bayi dengan berat lahir amat sangat rendah (BBLASR)atau extermly low
birth weight (ELBW) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir dengan
berat badan lahir kurang dari 1000 gram.
3. Etiologi

• Penyebab bayi dengan berat badan lahir rendah yang lahir kurang bulan (NKB-
KMK) antara lain disebabkan oleh:
1. Barat badan ibu yang rendah
2. Ibu hamil yang masih remaja
3.Kehamilan kembar
4. Ibu pernah melahirkan bayi premature/berat badan rendah sebelumnya.
5. Ibu dengan inkompeten serviks (mulut Rahim yang lemah sehingga tidak
mampu menahan berat bayi dalam Rahim).
6. Ibu hamil yang sedang sakit
7. Tidak diketahui penyebabnya.
• Sedangkan banyak bayi yang lahir cukup bulan tetapi memiliki berat badan kurang
(NBC-KMK) antara lain disebabkan oleh:
1. Ibu hamil dengan gizi buruk/kekurangan nutrisi
2. Ibu hamil dengan penyakit hipertensi, preeklamsia, anemia
3. Ibu menderita penyakit kronis (penyakit jantung sianosis), infeksi (infeksi
saluran kemih), malaria kronik.
4. Ibu hamil yang merkok dan penyalahgunaan obat.
4. Manifestasi Klinik

 Adapun tanda-tanda dan gejala yang terdapat pada bayi


dengan berat badan lahir rendah (BBLR) adalah:
 Berat badan <2500 gram
 Letak kuping menurun
 Pembesaran dari satu atau dua ginjal
 Ukuran kepala kecil
 Masalah dalam pemberian makan (reflex menelan dan
menghisap berkurang)
 Suhu tidak stabil (kult tipis dan transparan).
5. Masalah Pada BBLR

Masalah yang terjadi pada bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) terutama premature
terjadi karena ketidakmatangan system organ pada bayi tersebut.Masalah pada BBLR yng sering
terjadi adalah gangguan pada system pernafasan, susunna saraf pusat, kardiovaskuler, hematologi,
gastrointestinal, ginjal, termoregulasi.

 Sistem pernafasan
 Sistem Neurologi (Susunan Saraf pusat)
 Sistem Kardiovaskuler
 Sistem Gastrointestinal
 Sistem Termoregulasi
 Sistem Hematologi
 Sistem Imunlogi
 Sistem Perkemihan
 Sistem Integumen
 Respon Orang Tua
 Istem Penglihatan
Jadi, terdapat berbagai macam permasalahan pada bayi dengan BBLR atau premature, yang dapat
menyebabkan resiko antara lain:
1. Jangka pendek
 Hipotermia (suhu bayi <36,5 C akan menyebabkan bayi kehilangan energy, pernafasan terganggu, bayi
menjadi sakit bahkan meninggal). Sedangkan hipertermia (suhu bayi >37,7 C, dapat meningkatkan
metabolism dan menyebabkan dehidrasi).
 Hipoglikemia (kadar gula darah kurang normal.
 Paru belum berkembang
 Gangguan pencernaan (mudah kembung karena fungsi usus belum cukup baik.)
 Mudah terkena infeksi (system imunitas bayi belum matang).
 Anemia (bayi kelihatan pucat oleh karena kadar hemoglobin darah rendah).
 Mudah ikterik.
 Perdarahan otak
 Gangguan jantung.
2. Jangka panjang
 Gangguan pertumbuhan
 Gangguan perkembangan
 Gangguan penglihatan(Retinopati akibat premature)
 Gangguan pendengaran.
 Penyakit paru kronik.
6. Penatalaksanaan Pada BBLR

 Pemberian ASI
 Pengaturan suhu Badan / Thermoregulasi.
 Metode Kanguru
 Pemijatan Bayi
Asfiksia

1. Pengertian

Asfiksia merupakan kegagalan bernapas secara spontan dan teratur pada


saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan keadaan PaO2 di
dalam darah rendah (hipoksemia), hiperkarbia Pa CO2 meningkat dan asidosis.

2. Patofisiologi

Penyebab asfiksia dapat berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta. Adanya
hipoksia dan iskemia jaringan menyebabkan perubahan fungsional dan biokimia
pada janin. Faktor ini yang berperan pada kejadian asfiksia.
3. Etiologi

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan gawat janin (asfiksia) antara lain :


1. Faktor ibu
 Preeklampsia dan eklampsia
 Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
 Partus lama atau partus macet
 Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
 Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
2. Faktor Tali Pusat
 Lilitan tali pusat
 Tali pusat pendek
 Simpul tali pusat
 Prolapsus tali pusat.
3. Faktor bayi
 Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
 Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi
forsep)
 Kelainan bawaan (kongenital)
 Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
(DepKes RI, 2009).
4. Manifestasi klinik

Asfiksia biasanya merupakan akibat hipoksia janin yang menimbulkan tanda-tanda klinis pada
janin atau bayi berikut ini :

 DJJ lebih dari 100x/menit atau kurang dari 100x/menit tidak teratur
 Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala
 Tonus otot buruk karena kekurangan oksigen pada otak, otot, dan organ lain
 Depresi pernafasan karena otak kekurangan oksigen
 Bradikardi (penurunan frekuensi jantung) karena kekurangan oksigen pada otot-otot jantung atau sel-
sel otak
 Tekanan darah rendah karena kekurangan oksigen pada otot jantung, kehilangan darah atau
kekurangan aliran darah yang kembali ke plasenta sebelum dan selama proses persalinan
 Takipnu (pernafasan cepat) karena kegagalan absorbsi cairan paru-paru atau nafas tidak teratur/megap-
megap
 Sianosis (warna kebiruan) karena kekurangan oksigen didalam darah
 Penurunan terhadap spinkters
 Pucat
(Depkes RI, 2007)
5. Pengkajian Klinis

Menurut Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal (2009) pengkajian
pada asfiksia neonatorum untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga hal penting,
yaitu :
 Pernafasan
Observasi pergerakan dada dan masukan udara dengan cermat. Lakukan auskultasi bila perlu lalu kaji pola
pernafasan abnormal, seperti pergerakan dada asimetris, nafas tersengal, atau mendengkur. Tentukan
apakah pernafasannya adekuat (frekuensi baik dan teratur), tidak adekuat (lambat dan tidak teratur), atau
tidak sama sekali.
 Denyut jantung
Kaji frekuensi jantung dengan mengauskultasi denyut apeks atau merasakan denyutan umbilicus.
Klasifikasikan menjadi >100 atau <100 kali per menit. Angka ini merupakan titik batas yang
mengindikasikan ada atau tidaknya hipoksia yang signifikan.
 Warna
Kaji bibir dan lidah yang dapat berwarna biru atau merah muda. Sianosis perifer (akrosianosis) merupakan
hal yang normal pada beberapa jam pertama bahkan hari. Bayi pucat mungkin mengalami syok atau
anemia berat. Tentukan apakah bayi berwarna merah muda, biru, atau pucat.
Ketiga observasi tersebut dikenal dengan komponen skor apgar. Dua komponen lainnya adalah tonus dan
respons terhadap rangsangan menggambarkan depresi SSP pada bayi baru lahir yang mengalami asfiksia
kecuali jika ditemukan kelainan neuromuscular yang tidak berhubungan.
6. Langkah-langkah resusitasi neonatus

a. Langkah awal dalam stabilisasi


 Memberikan kehangatan
 Memposisikan bayi dengan sedikit menengadahkan kepalanya
 Membersihkan jalan napas sesuai keperluan
 Mengeringkan bayi, merangsang pernapasan dan meletakkanpada posisi yang benar
b. Ventilasi Tekanan Positif (VTP)
 Pastikan bayi diletakkan dalam posisi yang benar.
 Agar VTP efektif, kecepatan memompa (kecepatan ventilasi) dan tekanan ventilasi harus sesuai.
 Kecepatan ventilasi sebaiknya 40-60 kali/menit.
 Tekanan ventilasi yang dibutuhkan sebagai berikut. Nafas pertama setelah lahir, membutuhkan: 30-
40 cm H2O. Setelah nafas pertama, membutuhkan: 15-20 cm H2O. Bayi dengan kondisi atau
penyakit paru-paru yang berakibat turunnya compliance, membutuhkan: 20-40 cm H2O. Tekanan
ventilasi hanya dapat diatur apabila digunakan balon yang mempunyai pengukuran tekanan.
 Observasi gerak dada bayi
 Observasi gerak perut bayi
 Penilaian suara nafas bilateral
 Observasi pengembangan dada bayi
c. Kompresi dada

Teknik kompresi dada ada 2 cara:


• Teknik ibu jari (lebih dipilih)
Kedua ibu jari menekan sternum, ibu jari tangan melingkari dada dan menopang punggung. Lebih
baik dalam megontrol kedalaman dan tekanan konsisten. Lebih unggul dalam menaikan puncak
sistolik dan tekanan perfusi coroner
◦ Teknik dua jari
Ujung jari tengah dan telunjuk/jari manis dari 1 tangan menekan sternum, tangan lainnya
menopang punggung.Tidak tergantung. Lebih mudah untuk pemberian obat
7. Penataksanaan Pascaresusitasi yang Berhasil

1.Hindari kehilangan panas


2. Periksa bayi dan hitung napas dalam semenit
3. Ukur suhu aksiler :
4. Mendorong ibu mulai menyusui : bayi yang mendapat resusitasi cenderung hipoglikemia.
5. Lakukan pemantauan yang sering dalam 24 jam pertama. Jika sukar bernafas kambuh, rujuk ke kamar
bayi atau ke tempat pelayanan yang dituju.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai