Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Masalah kesehatan yang terjadi pada ibu dan anak masih menjadi
pokok permasalahan utama di Indonesia, hal ini ditandai dengan masih
tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
Kondisi ini mencerminkan belum maksimalnya pemberian pelayanan
kesehatan pada masyarakat. Hasil Survey Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2007 diperoleh AKI di Indonesia 228 per 100.000
KH (Kelahiran Hidup), AKB 34 per 1000 KH, dan Angka Kematian
Neonatal 20 per 1000 KH. Target Pemerintah dalam program Millenium
Development Goals (MDGs) adalah menurunkan AKI menjadi 102 per
100.000 kelahiran hidup dan AKB menjadi 23 per 100.000 kelahiran hidup
pada tahun 2015.
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), angka
kematian bayi sebagian besar terkait dengan faktor nutrisi yaitu sebesar 53
%. Sampai dengan saat ini, faktor tersebut masih menjadi salah satu
penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian bayi. Menurut penelitian,
13 persen kematian bayi dapat dikurangi dengan memberikan Air Susu Ibu
(ASI). ASI berperan penting menciptakan bayi sehat, sebab ASI
mengandung beberapa nutrisi yang berguna untuk pertumbuhan tubuh dan
perkembangan otak bayi. ASI juga mengandung zat-zat yang meningkatkan
imunitas dan melindungi bayi dari berbagai penyakit.
Salah satu upaya untuk meningkatkan keberhasilan pemberian ASI
adalah melalui pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) oleh bayi baru
lahir pada ibunya. IMD adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah
lahir, dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak
disodorkan ke puting susu). Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini ini
dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari payudara. IMD akan
sangat membantu dalam keberlangsungan pemberian ASI eksklusif dan
lama menyusui. Dengan demikian, bayi akan terpenuhi kebutuhannya
hingga usia 2 tahun, dan mencegah anak kurang gizi.

1
Pemerintah Indonesia mendukung kebijakan WHO dan Unicef
yang merekomendasikan IMD sebagai tindakan penyelamatan kehidupan
karena terbukti dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi.Hasil
penelitian Edmond dkk. menunjukkan, inisiasi menyusu dalam satu jam
pertama pasca lahir menurunkan 22 persen risiko kematian bayi usia 0-28
hari. Sebaliknya, penundaan inisiasi meningkatkan risiko kematian. Bahkan
bila inisiasi menyusu terlambat dilakukan (setelah hari pertama), dapat
meningkatkan risiko kematian 2-4 kali.

II. RUMUSAN MASALAH


1. Apakah yang dimaksud dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)?
2. Apakah tujuan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)?
3. Apakah manfaat adanya Inisiasi Menyusu Dini (IMD)?
4. Apa sajakah yang dapat menghambat Inisiasi Menyusu Dini (IMD)?
5. Bagaimanakah langkah-langkah dalam pelaksanaan Inisiasi Menyusu
Dini (IMD)?
6. Apa sajakah tahapan yang dilakukan bayi dalam Inisiasi Menyusu
Dini (IMD)?
7. Bagaimanakah mekanisme menyusu?
8. Apa sajakah yang harus diperhatikan saat melakukan Inisiasi Menyusu
Dini (IMD)?
9. Bagaimanakah persiapan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)?

III. TUJUAN PENULISAN


1. Tujuan Umum
Mahasiswa memahami informasi mengenai Inisiasi Menyusu Dini
(IMD).
2. Tujuan Khusus
Secara khusus, mahasiswa mampu :
a. Memahami pengertian Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
b. Mengetahui tujuan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
c. Mengetahui manfaat adanya Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
d. Memahami hal-hal yang dapat menghambat Inisiasi Menyusu
Dini (IMD)

2
e. Memahami langkah-langkah dalam pelaksanaan Inisiasi
Menyusu Dini (IMD)
f. Menjelaskan tahapan yang dilakukan bayi dalam Inisiasi
Menyusu Dini (IMD)
g. Memahami mekanisme menyusu
h. Mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan saat melakukan
Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
i. Mengetahui persiapan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

3. MANFAAT PENULISAN
Penulisan makalah IMD ini adalah bermanfaat bagi mahasiswa dalam
memperluas wawasan dan informasi mengenai IMD serta langkah-langkah
dalam pelaksanaannya.

4. METODE PENULISAN
Metode penulisan yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah
metode studi pustaka dengan membaca dan menganalisis beberapa literatur
yang terkait dengan IMD dan metode penelususran IT dengan mencari
refrensi tambahan di internet sebagai materi penunjang.

3
BAB II
PEMBAHASAN

I. PENGERTIAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD)


Inisiasi Menyusu Dini, merupakan program yang sedang gencar
dianjurkan oleh pemerintah. Menyusu dan bukan menyusui merupakan
gambaran bahwa inisiasi menyusu dini bukan program ibu menyusui bayi,
tetapi bayi yang harus aktif menemukan sendiri putting susu ibu.
Inisiasi menyusu dini (early initiation breastfreeding) atau
permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusui sendiri segara setelah
lahir atau kemampuan bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir.
Inisiasi menyusu dini (IMD) dalam istilah asing sering di sebut
early inisiation breastfreeding adalah memberi kesempatan pada bayi baru
lahir untuk menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya.
Ketika bayi sehat di letakkan di atas perut atau dada ibu segera setelah lahir
dan terjadi kontak kulit (skin to skincontac) merupakan pertunjukan yang
menakjubkan, bayi akan bereaksioleh karena rangsangan sentuhan ibu, dia
akan bergerak di atas perut ibu dan menjangkau payudara.
Inisiasi menyusu dini disebut sebagai tahap ke empat persalinan
yaitu tepat setelah persalinan sampai satu jam setelah persalinan,
meletakkan bayi baru lahir dengan posisi tengkurap setelah dikeringkan
tubuhnya namun belum dibersihkan, tidak dibungkus di dada ibunya segera
setelah persalinan dan memastikan bayi mendapat kontak kulit dengan
ibunya, menemukan puting susu dan mendapatkan kolostrom atau ASI yang
pertama kali keluar.
Inisiasi menyusu dini adalah proses menyusu bukan menyusui
yang merupakan gambaran bahwa inisiasi menyusu dini bukan program ibu
menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif sendiri menemukan putting susu
ibu. Setelah lahir bayi belum menujukkan kesiapannya untuk menyusu
Reflek menghisap bayi timbul setelah 20-30 menit setelah lahir. bayi
menunjukan kesiapan untuk menyusu 30-40 menit setelah lahir.
Kesimpulan dari berbagai pengertian di atas, inisiasi menyusu dini
adalah suatu rangkaian kegiatan dimana bayi segera setelah lahir yang sudah

4
terpotong tali pusatnya secara naluri melakukan aktivitas-aktivitas yang
diakhiri dengan menemukan puting susu ibu kemudian menyusu pada satu
jam pertama kelahiran.

II. TUJUAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD)


1. Mengurangi angka kematian bayi.
Sekitar 40% kematian bayi terjadi pada usia bayi lahir (di bawah I
tahun). Di Indonesia angka kematian bayi baru lahir 20/1000 kelahiran
hidup. Penyebab kematian bayi disebabkan Hypotermi, Infeksi, BBLR
dsb.
2. Memberi ASI sedini mungkin sehingga bayi segera mendapat makanan.
3. Membantu mengurangi kemiskinan.
IMD dapat meningkatkan ASI eksklusif. Jika semua bayi
mendapatkan ASI eksklusif berarti setiap kelurga yang mempunyai umur
0 6 tahun tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli susu
formula, sehingga IMD ini bisa untuk mengurangi kemiskinan.

III. MANFAAT ADANYA INISIASI MENYUSU DINI (IMD)


Ada beberapa manfaat yang bisa didapat dengan adanya dan
dengan melakukan IMD adalah :
1. Menurunkan resiko kedinginan ( hypothermia).
Bayi yang diletakkan segera di dada ibunya setelah melahirkan
akan mendapatkan kehangatan sehingga dapat menurunkan resiko
hypothermia sehingga angka kematian karena hypothermia dapat
ditekan.
2. Membuat pernapasan dan detak jantung bayi lebih stabil.
Ketika berada di dada ibunya bayi merasa dilindungi dan kuat
secara psikis sehingga akan lebih tenang dan mengurangi stres sehingga
pernafasan dan detak jantungnya akan lebih stabil.

3. Bayi akan memiliki kemampuan melawan bakteri.


IMD memungkinkan bayi akan kontak lebih dahulu dengan bakteri
ibu yang tidak berbahaya atau ada antinya di ASI ibu, sehingga bakteri
tersebut membuat koloni di usus dan kulit bayi yang akan dapat
menyaingi bakteri yang lebih ganas di lingkungan luar

5
4. Bayi mendapat kolostrum dengan konsentrasi protein dan
immunoglobulin paling tinggi.
IMD akan merangsang pengeluaran oksitosin sehingga
pengeluaran ASI dapat terjadi pada hari pertama kelahiran. ASI yang
keluar pada hari pertama kelahiran mengandung kolostrum yang
memiliki protein dan immunoglobulin dengan konsentrasi paling tinggi.
Kolostrum sangat bermanfaat bagi bayi karena kaya akan antibodi dan
zat penting untuk pertumbuhan usus dan ketahanan terhadap infeksi
yang sangat dibutuhkan bayi demi kelangsungan hidupnya .
5. Mendukung keberhasilan ASI Eksklusif
Bayi yang diberikan kesempatan menyusu dini akan mempunyai
kesempatan lebih berhasil menyusu Eksklusif dan mempertahankan
menyusu dari pada yang menunda menyusu dini.
6. Membantu pengeluaran plasenta dan mencegah pendarahan
Sentuhan, kuluman dan jilatan bayi pada puting susu ibu akan
merangsang sekresi hormon oksitosin yang penting untuk menyebabkan
rahim kontraksi yang membantu pengeluaran plasenta dan mengurangi
pendarahan sehingga mencegah anemia, merangsang hormon lain yang
membuat ibu menjadi tenang, rileks dan mencintai bayinya serta
merangsang pengaliran ASI dari payudara.
7. Membantu bayi agar memiliki keahlian makan di waktu selanjutnya.
8. Ibu dan ayah akan sangta bahagia bertemu dengan bayinya pertama kali
di dada ibunya.

IV. HAL-HAL YANG DAPAT MENGHAMBAT INISIASI MENYUSU


DINI (IMD)
Roesli (2008), menyatakan faktor - faktor penghambat Inisiasi
Menyusu Dini adalah adalanya pendapat atau persepsi ibu, masyarakat dan
petugas kesehatan yang salah atau tidak benar tentang hal itu, yaitu sebagai
berikut :
1. Bayi kedinginan.
Bayi berada dalam suhu yang aman jika melakukan kontak kulit
dengan sang ibu. Suhu payudara ibu meningkat 0,5 derajat dalam dua
menit jika bayi diletakkan di dada ibu. Berdasarkan hasil penelitian Dr.
Niels Bergman (2005), ditemukan bahwa suhu dada ibu yang

6
melahirkan menjadi 1 lebih panas daripada suhu dada ibu yang tidak
melahirkan. Jika bayi yang diletakkan di dada ibu ini kepanasan, suhu
dada ibu akan turun 1C. Jika bayi kedinginan, suhu dada ibu akan
meningkat 2C untuk menghangatkan bayi. Jadi, dada ibu yang
melahirkan merupakan tempat terbaik bagi bayi yang baru lahir
dibandingkan tempat tidur yang canggih dan mahal (Roesli, 2008).
2. Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk segera menyusui bayinya.
Memeluk bayinya segera setelah lahir membuat ibu merasa senang
dan terbentuknya oksitosin akibat sentuhan bayi dan menyusui justru
membantu menenangkan ibu setelah melahirkan (Rosita, 2008).
3. Tenaga kesehatan kurang tersedia.
Saat bayi di dada ibu, penolong persalinan dapat melanjutkan
tugasnya. Bayi dapat menemukan sendiri payudara ibu. Libatkan ayah
atau keluarga untuk menjaga bayi sambil memberi dukungan pada ibu
(Roesli, 2008).
4. Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk.
Dengan bayi di dada ibu, ibu dapat dipindahkan ke ruang pulih
atau kamar perawatan. Beri kesempatan pada bayi untuk meneruskan
usahanya mencapai payudara dan menyusu dini (Roesli, 2008).

5. Ibu harus dijahit.


Kegiatan merangkak mencari payudara terjadi di area payudara.
Yang dijahit adalah bagian bawah tubuh ibu (Roesli, 2008)
6. Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonore
(gonorrhea) harus segera diberikan setelah lahir.
Tindakan pencegahan ini dapat ditunda setidaknya selama satu jam
sampai bayi menyusu sendiri tanpa membahayakan bayi (Roesli, 2008).
7. Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang dan diukur.
Menunda memandikan bayi berarti menghindarkan hilangnya
panas badan bayi. Selain itu, kesempatan vernix meresap, melunakkan,
dan melindungi kulit bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera
setelah lahir. Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai
menyusu awal selesai (Roesli, 2008).
8. Bayi kurang siaga.
Pada 1-2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga (alert).
Setelah itu, bayi tidur dalam waktu yang lama. Jika bayi mengantuk

7
akibat obat yang diasup ibu, kontak kulit akan lebih penting lagi karena
bayi memerlukan bantuan lebih untuk bonding (Roesli, 2008).
9. Kolostrum dan ASI saja tidak cukup bagi bayi
Sebagai makanan pertama, kolostrum justru sangan mencukupi.
Normal terjadi berat badan bayi sedikit turun setelah dilahirkan (Rosita,
2008).
10. Kolostrum tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi.
Kolostrum sangat diperlukan untuk tumbuh kembang bayi.
Kolostrum merupakan imunisasi pertama yang diterima bayi (Rosita,
2008).
11. Bayi memerlukan cairan lain sebelum menyusui.
Justru cairan ini akan meningkatkan risiko bayi terhadap infeksi,
serta dapat mempengaruhi pemberian ASI secara ekslusif (Rosita, 2008).

V. LANGKAH-LANGKAH DALAM PELAKSANAAN INISIASI


MENYUSU DINI (IMD)
1. Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini Secara Umum.
Pelaksanaan inisiasi menyusu dini dimulai dengan memberitahu
ibu dan keluarga tentang asuhan yang akan diberikan, suami atau
keluarga dianjurkan untuk mendampingi ibu saat persalinan, biarkan ibu
menentukan cara melahirkan yang diinginkan (normal, dengan posisi
jongkok atau melahirkan di dalam air), dan hindari penggunaan obat
kimiawi saat persalinan, dapat diganti dengan cara non-kimiawi (pijat,
aroma terapi, gerakan atau hypnobirthing).
Setelah bayi lahir, keringkan seluruh badan dan kepala bayi
(kecuali kedua tangan) secepatnya, biarkan lemak putih (vernix) karena
dapat menyamankan kulit bayi. Lakukan pemotongan dan pengikatan
talipusat kemudian tengkurapkan bayi di dada atau perut ibu dan biarkan
kulit bayi melekat diperut ibu, posisi kontak kulit dengan kulit ini
dipertahankan minimal satu jam atau setelah menyusu awal selesai.
Selimuti ibu dan bayi, jika perlu gunakan topi bayi. Biarkan bayi
mencari sendiri puting ibu, ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan
lembut, tetapi tidak boleh memaksakan bayi ke puting susu. Hal ini
dapat berlangsung selama beberapa menit atau satu jam, bahkan lebih.
Selanjutnya, anjurkan suami/keluarga untuk mendukung ibu dan
membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku bayi sebelum

8
menyusu, karena dukungan ini akan meningkatkan rasa percaya diri ibu.
Biarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit ibunya
setidaknya selama satu jam, walaupun ia telah berhasil menyusu
pertama sebelum satu jam. Jika belum menemukan puting payudara
ibunya dalam waktu satu jam, biarkan kulit bayi tetap bersentuhan
dengan kulit ibunya sampai berhasil menyusu pertama. Kesempatan
kontak kulit dengan kulit juga dianjurkan pada ibu yang melahirkan
dengan tindakan, misalnya operasi caesar.

Bayi hanya boleh dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur dan
dicap setelah satu jam atau menyusu awal selesai. Prosedur yang invasif,
misalnya suntikan vitamin K dan tetesan mata bayi dapat ditunda. Rawat
gabung _ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar_ selama satu jam ibu-
bayi tidak dipisahkan dan bayi selalu dalam jangkauan ibu. Hindari
pemberian minuman pre-laktal (cairan yang diberikan sebelum ASI
keluar) (Baskoro, 2008).
2. Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini Pada Operasi Caesar
Usaha bayi merangkak mencari payudara secara standar pasti tidak
dapat dilakukan pada persalinan operasi caesar. Namun, jika diberikan
anastesi spinal atau epidural, ibu dalam keadaan sadar sehingga dapat
segera memberi respon pada bayi.
Bayi dapat segera diposisikan sehingga terjadi kontak kulit ibu dan
kulit bayi. Usahakan menyusu pertama dilakukan dikamar operasi. Jika
keadaan ibu dan bayi belum memungkinkan, bayi diberikan pada ibu
pada kesempatan yang tercepat. Jika dilakukan anestesi umum, kontak
dapat terjadi diruang pulih saat ibu sudah dapat merespon walaupun
masih mengantuk atau dalam pengaruh obat bius (Roesli, 2008).
Inisiasi menyusu dini tetap dapat dilakukan pada persalinan caesar,
namun perlu dukungan ekstra, yaitu harus ada tenaga dan pelayanan
kesehatan yang suportif. Jika mungkin, diusahakan suhu ruangan 20-50
oC, sediakan selimut untuk menutupi punggung bayi dan badan ibu,
siapkan topi bayi untuk mengurangi hilangnya panas dari kepala bayi.
Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi
dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting susu.

9
Biarkan bayi dalam posisi sulit, bersentuhan dengan kulit ibunya
setidaknya selama satu jam
Jika inisiasi menyusu dini belum terjadi di kamar bersalin atau
kamar operasi, atau bayi harus dipindah sebelum satu jam maka bayi
tetap diletakkan didada ibu, ketika dipindahkan kekamar perawatan ibu
atau kamar pulih (Kristyansari, 2009).
VI. TAHAPAN YANG DILAKUKAN BAYI DALAM INISIASI MENYUSU
DINI (IMD)
1. Tahap pertama disebut istirahat siaga (rest/quite alert stage). Dalam
waktu 30 menit, biasanya bayi hanya terdiam. Tapi jangan menganggap
proses menyusu dini gagal bila setelah 30 menit sang bayi tetap diam.
Bayi jangan diambil, paling tidak 1 jam melekat.
2. Tahap kedua, bayi mulai mengeluarkan suara kecapan dan gerakan
menghisap pada mulutnya. Pada menit ke 30 sampai 40 ini bayi
memasukkan tangannya ke mulut.
3. Tahap ketiga, bayi mengeluarkan air liur. Namun air liur yang menetes
dari mulut bayi itu jangan dibersihkan. Bau ini yang dicium bayi. Bayi
juga mencium bau air ketuban di tangannya yang baunya sama dengan
bau puting susu ibunya. Jadi bayi mencari baunya.
4. Tahap keempat, bayi sudah mulai menggerakkan kakinya. Kaki
mungilnya menghentak guna membantu tubuhnya bermanuver mencari
puting susu. Khusus tahap keempat, ibu juga merasakan manfaatnya.
Hentakan bayi di perut bagian rahim membantu proses persalinan
selesai, hentakan itu membantu ibu mengeluarkan ari-ari.
5. Pada tahap kelima, bayi akan menjilati kulit ibunya. Bakteri yang masuk
lewat mulut akan menjadi bakteri baik di pencernaan bayi. Jadi biarkan
si bayi melakukan kegiatan itu.
6. Tahap terakhir adalah saat bayi menemukan puting susu ibunya. Bayi
akan menyusu untuk pertama kalinya. Proses sampai bisa menyusu
bervariasi. Ada yang sampai 1 jam (Roesli, 2008)
7. Setelah selesai menyusu awal, bayi baru dipisahkan untuk ditimbang,
diukur, dicap, diberi vitamin K dan tetes mata. Ibu dan bayi tetap
bersama dan dirawat-gabung. Rawat-gabung memungkinkan ibu
menyusui bayinya setiap saat diperlukan (pada dasarnya kegiatan
menyusu tidak boleh dijadwal). Rawat-gabung juga akan meningkatkan

10
ikatan batin antara ibu dengan bayinya, bayi jadi jarang menangis karena
selalu merasa dekat dengan ibu, juga lebih memudahkan ibu untuk
beristirahat dan menyusui.
VII. MEKANISME MENYUSU
Bayi yang sehat mempunyai refleks intrinsik yang diperlukan untuk berhasil
menyusui, yaitu :
1. Refleks Mencari (rooting refleks)
Mamae ibu yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut
merupakan rangsangan yang menimbulkan refleks mencari pada bayi.
Ini menyebabkan kepala bayi berputar menuju puting susu yang
menempel tadi diikuti dengan membuka mulut dan kernudian putting
susu ditatik masuk ke dalam mulut.
2. Refleks Menghisap (sucking refleks)
Tekhnik menyusui yang baik adalah apabila areola marnmae sedapat
mungkin sernuanya masuk ke dalam mulut bayi, tetapi hal ini tidak
mungkin dilakukan pada ibu-ibu yang areola-mammaenya besar. Untuk
itu sudah cukup bila rahang bayi supaya menekan sinus laktiferus yang
terietak di puncak areola marnmae di belakang putting susu. Tidak
dibenarkan rahang bayi hanya menekan puting susu saja, karena bayi
hanya dapat menghisap susu sedikit dan ibu akan mengalami lecet-lecet
pada puting susu. Dengan tekanan bibir dan gerakan rahang secara
bersama, maka gusi akan menjepit areola marnmae dan sinus laktiferus,
sehingga air susu akan mengalir ke puting susu, selanjutnya bagian
belakang lidah menekan puting susu pada- langit-langit yang
mengakibatkan air susu keluar dari putting susu. Cara yang dilakukan
oleh bayi ini tidak akan menimbulkan cedera pada puting susu.
3. Refleks Menelan (swallowing reffeks)
Pada saat air susu keluar dari puting susu, akan disusul dengan gerakan
menghisap (tekanan negatif yang ditimbulkan oleh otot pipi, sehingga
pengeluaran air susu akan bertambah dan diteruskan dengan mekanisme
menelan masuk ke lambung. Keadaan akan terjadi berbeda bila bayi
diberi susu botol di mana rahang mempunyai peranan sedikit dalam
menelan dot botol, sebab susu dengan mudah mengalir dari lubang dot.
Dengan adanya gaya berat yang disebabkan oleh posisi botol yang
dipegang ke arah bawah dan selanjutnya dengan adanya hisapan pipi

11
(tekanan negaffl, kesemuanya ini akan membantu air susu, sehingga
tenaga yang diperlukan oleh bayi untuk menghisap susu botol menjadi
minimal.
Mekanisme laktasi atau menyusui dipengaruhi oleh tiga refleks maternal
yang utama yaitu Prolaktin, ereksi nipple dan refleks let down (Bobak, 2000)
1. Prolaktin
Prolaktin ialah suatu hormon peptide yang diproduksi oleh pituitari
anterior. Prolaktin merupakan hormon kunci untuk menginisiasi dan
mempertahankan sekresi ASI. Adanya reseptor pada puting susu, apabila
dirangsang dengan isapan bayi akan menimbulkan impuls yang dikirim ke
nervus vagus dan dilanjutkan ke hypotalamus. Hipotalamus merangsang
pituitari anterior untuk mengeluarkan prolaktin yang menyebabkan
produksi ASI oleh alveoli mammae (Bobak, 2000). Kadar prolaktin pada
ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai
penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan
prolaktin walaupun ada isapan bayi, namun pengeluaran ASI tetap
berlangsung.
2. Ereksi Nipple
Stimulus pada puting susu yang disebabkan oleh isapan mulut bayi
menimbulkan ereksi nipple. Stimulus membuat puting susu lebih
menonjol. Refleks ereksi nipple membantu dalam propulsion (dorongan)
air susu keluar melalui sinus-sinus laktiferus kearah lubang puting susu.
3. Let Down
Pancaran air susu dari alveoli dan aliran air susu terjadi sebagai
hasil pancaran air susu atau disebut refleks let down. Timbulnya stimulus
isapan pada hipothalamus akan meningkatkan pengeluaran oksitosin dari
pituitari posterior. Kontraksi dari sel-sel muscleike (seperti otot) ini
menyebabkan air susu terdorong melalui sistem saluran dan masuk ke
sinus-sinus laktiferus dan memungkinkan bayi untuk menyusui. Tanda
keberhasilan let down gampang dikenal dengan pemberian ASI. Refleks
let down adalah karakteristik dengan adanya perasaan sensasi yang
menimbulkan perasaan adanya tarikan atau memeras dari dalam. Faktor-
faktor yang meningkatkan refleks let down adalah jika ibu melihat bayi,
mendengarkan suara bayi, mencium bayi dan memikirkan untuk menyusui
bayi. Sebaliknya faktor-faktor yang dapat menghambat refleks let down

12
adalah stres, seperti keadaan bingung (pikiran kacau, takut, cemas).
Keadaan emosi dan psikologik ibu mempengaruhi sikap ibu dalam
menyusui.

VIII. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN SAAT MELAKUKAN


INISIASI MENYUSU DINI (IMD)
1. IMD bisa dilakukan pada bayi baru lahir yang cukup bulan, sehat dan
bayi prematur berisiko rendah yang lahir setelah kehamilan 35 minggu
tanpa masalah pernapasan (stabil).
2. Kondisi ibu juga harus dalam keadaan stabil yaitu ibu tanpa komplikasi
kehamilan/persalinan seperti preeklampsi berat atau eklampsi,
pendarahan pasca persalinan, diabetes melitus yang tidak terkontrol dan
penyakit jantung.
3. Bayi dalam keadaan hangat atau tidak mengalami hipotermi, Segera
setelah tubuh bayi dikeringkan dan tali pusat dipotong, ganti handuk dan
kain yang telah dipakai kemudian selimuti bayi dengan selimut dan kain
hangat, kering dan bersih. Kain basah yang diletakkan dekat tubuh bayi
akan menyebabkan bayi tersebut mengalami kehilangan panas tubuh.
Jika selimut bayi harus dibuka untuk melakukan suatu prosedur, segera
selimuti kembali dengan handuk atau selimut kering, segera setelah
prosedur tersebut selesai. Tutupi kepala bayi. Pastikan bagian kepala
bayi ditutupi atau diselimuti setiap saat. Bagian kepala bayi memiliki
luas permukaan yang relatif luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan
panas jika bagian tersebut tidak ditutup. Anjurkan ibu untuk memeluk
dan memberikan ASI. Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga
kehangatan tubuh dan mencegah kehilangan panas.

4. Ibu lelah dan masih merasa kesakitan setelah melahirkan.


Pada ibu yang mengalami kesulitan dalam proses persalinan, umumnya
ibu akan terlalu lelah dan merasa kesakitan bila harus berpartisipasi
dalam proses inisiasi menyusu dini.

13
5. Prinsipnya, ibu dan bayi harus betul-betul stabil, tidak memerlukan
perawatan atau tindakan medis. Apabila memerlukan perawatan medis
IMD tidak akan dilakukan.

IX. PERSIAPAN ALAT DAN CARA KERJA INISIASI MENYUSU DINI


(IMD)
1. Persiapan alat
*Apabila suhu ruangan terlalu dingin*
a. Selimut
b. Topi
c. Handuk
2. Cara kerja
a. Tahap-tahap dalam Inisiasi Menyusu Dini
1) Dalam proses melahirkan, ibu disarankan untuk
mengurangi/tidak menggunakan obat kimiawi. Jika ibu
menggunakan obat kimiawi terlalu banyak, dikhawatirkan
akan terbawa ASI ke bayi yang nantinya akan menyusu
dalam proses inisiasi menyusu dini.
2) Para petugas kesehatan yang membantu Ibu menjalani
proses melahirkan, akan melakukan kegiatan penanganan
kelahiran seperti biasanya. Begitu pula jika ibu harus
menjalani operasi caesar.
3) Setelah lahir, bayi secepatnya dikeringkan seperlunya tanpa
menghilangkan vernix (kulit putih). Vernix (kulit putih)
menyamankan kulit bayi.
4) Bayi kemudian ditengkurapkan di dada atau perut ibu,
dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Untuk mencegah
bayi kedinginan, kepala bayi dapat dipakaikan topi.
Kemudian, jika perlu, bayi dan ibu diselimuti.
5) Bayi yang ditengkurapkan di dada atau perut ibu, dibiarkan
untuk mencari sendiri puting susu ibunya (bayi tidak
dipaksakan ke puting susu). Pada dasarnya, bayi memiliki
naluri yang kuat untuk mencari puting susu ibunya.
6) Saat bayi dibiarkan untuk mencari puting susu ibunya, Ibu
perlu didukung dan dibantu untuk mengenali perilaku bayi
sebelum menyusu. Posisi ibu yang berbaring mungkin tidak

14
dapat mengamati dengan jelas apa yang dilakukan oleh
bayi.
7) Bayi dibiarkan tetap dalam posisi kulitnya bersentuhan
dengan kulit ibu sampai proses menyusu pertama selesai.
8) Setelah selesai menyusu awal, bayi baru dipisahkan untuk
ditimbang, diukur, dicap, diberi vitamin K dan tetes mata.
9) Ibu dan bayi tetap bersama dan dirawat-gabung. Rawat-
gabung memungkinkan ibu menyusui bayinya kapan saja si
bayi menginginkannya, karena kegiatan menyusu tidak
boleh dijadwal. Rawat-gabung juga akan meningkatkan
ikatan batin antara ibu dengan bayinya, bayi jadi jarang
menangis karena selalu merasa dekat dengan ibu, dan selain
itu dapat memudahkan ibu untuk beristirahat dan menyusui.
b. SOP Inisiasi Menyusu Dini Pada Partus Spontan

1) Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu dikamar


bersalin.

2) Dalam menolong ibu melahirkan disarankan untuk


mengurangi / tidak menggunakan obat kimiawi

3) Bayi lahir, segera dikeringkan secepatnya terutama kepala,


kecuali tangannya; tanpa menghilangkan vernix Mulut dan
hidung bayi dibersihkan, talipusat diikat.

4) Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, Bayi di


tengkurapkan di dada-perut ibu dengan kulit bayi melekat
pada kulit ibu dan mata bayi setinggi puting susu.
Keduanya diselimuti. Bayi dapat diberi topi.

5) Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi.


Biarkan bayi mencari puting sendiri.

6) Ibu didukung dan dibantu mengenali perilaku bayi sebelum


menyusu.

7) Biarkan KULIT kedua bayi bersentuhan dengan kulit ibu


selama paling tidak satu jam; bila menyusu awal terjadi

15
sebelum 1 jam, tetap biarkan kulit ibu bayi bersentuhan
sampai setidaknya 1 jam.

8) Bila dalam 1 jam menyusu awal belum terjadi, bantu ibu


dengan mendekatkan bayi ke puting tapi jangan
memasukkan puting ke mulut bayi. beri waktu kulit
melekat pada kulit 30 menit atau 1 jam lagi.

9) Setelah setidaknya melekat kulit ibu dan kulit bayi


setidaknya 1 jam atau selesai menyusu awal, bayi baru
dipisahkan untuk ditimbang, diukur, dicap, diberi vit K.

10) Rawat Gabung Bayi: Ibu bayi dirawat dalam satu kamar,
dalam jangkauan ibu selama 24 jam.

11) Berikan ASI saja tanpa minuman atau makanan lain kecuali
atas indikasi medis. Tidak diberi dot atau empeng.

c. SOP Inisiasi Menyusu Dini Pada Operasi Caesar

1) Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu dikamar


operasi atau dikamar pemulihan

2) Begitu lahir diletakkan di meja resusitasi untuk dinilai,


dikeringkan secepatnya terutama kepala tanpa
menghilangkan vernix ; kecuali tangannya. Dibersihkan
mulut dan hidung bayi, talipusat diikat.

3) Kalau bayi tak perlu diresusitasi; bayi dibedong, dibawa ke


ibu. Diperlihatkan kelaminnya pada ibu kemudian mencium
ibu.

4) Tengkurapkan bayi didada ibu dengan kulit bayi melekat


pada kulit ibu. Kaki bayi agak sedikit serong/melintang
menghindari sayatan operasi. Bayi dan ibu diselimuti. Bayi
diberi topi.

16
5) Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi
mendekati puting. Biarkan bayi mencari puting sendiri.

6) Biarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu paling tidak


selama satu jam, bila menyusu awal selesai sebelum 1 jam;
tetap kontak kulit ibu-bayi selama setidaknya 1 jam.

7) Bila bayi menunjukan kesiapan untuk minum, bantu ibu


dengan mendekatkan bayi ke puting tapi tidak memasukkan
puting ke mulut bayi. bila dalam 1 jam belum bisa
menemukan puting ibu, beri tambahan waktu melekat
padadada ibu, 30 menit atau 1 jam lagi.

8) Bila operasi telah selesai, ibu dapat dibersihkan dengan bayi


tetap melekat didadanya dan dipeluk erat oleh
ibu.Kemudian ibu dipindahkan dari meja operasi ke ruang
pulih (RR) dengan bayi tetap didadanya.

9) Bila ayah tidak dapat menyertai ibu di kamar operasi,


diusulkan untuk mendampingi ibu dan mendoakan anaknya
saat di kamar pulih.

10) Rawat Gabung: Ibu bayi dirawat dalam satu kamar, bayi
dalam jangkauan ibu selama 24 jam.

11) Berikan ASI saja tanpa minuman atau makanan lain kecuali
atas indikasi medis. Tidak diberi dot atau empeng.

BAB 3
PENUTUP

17
1. KESIMPULAN
Dari penjelasan makalah diatas, dapat disimpulkan bahwa Inisiasi
Menyusui Dini (IMD) adalah bayi diberi kesempatan mulai (inisiasi)
menyusu sendiri segera setelah lahir (dini) dengan meletakkan bayi
menempel di dada atau perut ibu, bayi dibiarkan merayap mencari putting
dan menyusu sampai puas. Proses ini berlangsung selama 1 jam pertama
sejak bayi lahir.
2. SARAN
Inisiasi Menyusui Dini merupakan hal yang penting untuk
dilakukan kepada bayi yang baru lahir, agar mendapatkan manfaat dari IMD
tersebut, karena IMD dapat membuat tubuh bayi mempunyai sistem
kekebalan tubuh dan gizinya terpenuhi dengan baik. Maka dari itu, bidan
harus mampu memberikan asuhan kepada ibu dan bayi baru lahir dengan
menganjurkan kepada ibu tersebut untuk sesegera memeberikan Inisiasi
Menyusui Dini kepada bayinya.

DAFTAR PUSTAKA

18
Afizah, Nur. 2012. Inisiasi Menyusui Dini. Online (Available) :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29086/4/Chapter%20II.pdf
(Diakses pada 26 September 2015 pukul 07.25 WITA )

Bobak, Irene M. (2000). Perawatan Maternitas dan Ginekologi Edisi 1 Jilid 2.


Bandung: IAPK Padjajaran.

EY Aritonang. 2011 . Manfaat IM. Online (Available) :


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29086/4/Chapter%20II.pdf
(Diakses pada 26 September 2015 pukul 09.00 WITA)

Husni. 2011. Inisiasi Menyusu Dini (Tinjauan Pustaka). Online (Available) :


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23188/4/Chapter%20II.pdf
(Diakses pada Sabtu, 26 September 2015 pukul 08.00 WITA)

Naduma. 2013. Inisiasi Menyusui Dini IMD. Online (Available) :


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37199/4/Chapter%20II.pdf
(Diakses pada Sabtu 26 September 2015 pukul 13.30 WITA)

Nur Tjahjo , Rahadian .2008. Paket Modul Kegiatan - Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) dan ASI Eksklusif 6 Bulan. Jakarta : Departemen Kesehatan.

Prasetyo, Eko. 2013. Inisiasi Menyusi Dini. Online (Available) :


http://majalahkasih.pantiwilasa.com/berita-imd--inisiasi-menyusui-
dini.html. (Diakses pada 26 September 2015 pukul 17.40 WITA)

Soetjiningsih, 1997. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta : EGC

Widyatun, Diah. 2012. Persiapan dan Pelaksanaan IMD. Online (Available) :


http://jurnalbidandiah.blogspot.co.id/2012/07/persiapan-dan-pelaksanaan-
imd-inisiasi.html (Diakses pada Sabtu 26 september 2015 pukul 13.25
WITA)

Yasmin, Margaret. 2014. Inisiasi Menyusu Dini. Online (Available) :


http://www.bidankita.com/iniasi-menyusu-dini/ (Diakses pada 26 September
2015 pukul 17.00 WITA)

Yunus, Nurfaizin.2013.Inisiasi Menyusu Dini. Online (Available) :


http://nurfaizinyunus.blogspot.co.id/2013/06/inisiasi-menyusu-dini-
imd.html (Diakses pada 26 September 2015 pukul 08.15 WITA)

19

Anda mungkin juga menyukai