DAFTAR ISI
i
BAB I
PENDAHULUAN
Kanker payudara adalah keganasan pada payudara yang berasal dari sel
kelenjar, saluran kelenjar, dan jaringan penunjang payudara. Keganasan pada
payudara berasal dari epitel ductus dan lobulusnya. Ductus (saluran) merupakan
tabung yang membawa air susu ke puting, sedangkan lobulus merupakan kelenjar
penghasil air susu. Kanker payudara merupakan suatu penyakit neoplasma ganas
akibat dari pertumbuhan abnormal sel pada jaringan payudara. Sel kanker tersebut
membelah secara pesat dan tak terkontrol, kemudian berinfiltrasi di jaringan
sekitarnya dan bermetastasis.(1)
Sel abnormal pada payudara terus tumbuh dan akan membentuk benjolan di
payudara. Apabila benjolan tersebut tidak segera dikontrol, maka akan sel abnormal
pada payudara akan bermetastase ke jaringan-jaringan tubuh lain. Metastase sering
terjadi pada bagian tubuh terdekat, seperti kelenjar getah bening ketiak atau diatas
tulang belikat. Kanker payudara secara signifikan mempengaruhi morbiditas dan
dapat menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani. (1,2)
Kementerian Kesehatan Indonesia memperkirakan bahwa lebih dari 70%
pasien kanker di Indonesia didiagnosis pada stadium lanjut. Hal ini disebabkan
karena masih rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat terkait kanker, kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang pemeriksaan deteksi dini baik secara mandiri
maupun klinis, serta kurangnya pengetahuan tentang penyebab, tanda gejala umum,
dan pilihan terapi atau penanganan kanker payudara yang tepat di kalangan
masyarakat. (2)
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2018) prevalensi
tumor/kanker di Indonesia menunjukkan adanya peningkatan pada tahun 2013 yaitu
mulai dari 1,4/1000 penduduk menjadi 1,79/1000 penduduk di tahun 2018.
Prevalensi penderita kanker pada penduduk provinsi Jawa Timur sebesar 1,6/1000
penduduk. Prevalensi kanker tertinggi adalah daerah Yogyakarta 4,86/1000
penduduk, diikuti oleh Sumatera Barat 2,47/1000 penduduk dan Gorontalo
2,44/1000 penduduk. Data angka kejadian pada perempuan yang tertinggi adalah
kanker payudara yaitu sebesar 42,1/100.000 penduduk dengan rata-rata kematian
17/100.000 penduduk. Angka ini menempatkan Indonesia menjadi urutan ke-8
1
dengan kasus terbanyak di Asia Tenggara 4 dan peringkat ke 23 seAsia,
berdasarkan estimasi jumlah penderita kanker payudara yang terbanyak yaitu di
Jawa Timur dan Jawa Tengah.(1,2)
Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan dalam mendiagnosis kanker
payudara. Tetapi sampai sekarang yang menjadi gold standard dalam mendiagnosis
tumor ganas payudara adalah pemeriksaan histopatologi, dimana dalam
pemeriksaan ini dapat menentukan jenis tumor payudara baik ganas maupun jinak.
Pemeriksaan histopatologi jaringan payudara dibutuhkan sebagai diagnosis
definitif dalam menentukan jenis karsinoma payudara, derajat histologi dan ukuran
kanker yang mempengaruhi prognosis pada penderita kanker payudara dan dapat
memberikan gambaran mengenai tatalaksana yang dapat dilakukan.(3)
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Densitas payudara tinggi
Mutasi germline dengan penetrasi menengah
Dosis tinggi radiasi pada dada saat usia muda 2.1 – 4.0
Riwayat keluarga (1 tingkt kerabat)
Grading yang akurat dari kanker payudara invasif memerlukan fiksasi yang
baik, pengolahan, pemotongan bagian, pewarnaan dan penerapan kriteria gradasi
yang cermat. Di Inggris, sekitar 20% kanker payudara bergejala adalah tingkat 1,
30% tingkat 2, dan 50% tingkat 3. Proporsi ini mungkin berbeda pada kanker
4
asimtomatik yang dideteksi dengan skrining mamografi. Kanker tipe khusus
(lobular,dsb) juga harus digradasi. Ada tiga penilaian untuk penegakkan suatu
tumor ganas kanker payudara yaitu: (8)
a. Tubule formation
• Skore 1: Lebih dari 75% tumor membentuk kelenjar
• Skore 2: 10-75% tumor membentuk kelenjar
• Skore 3: Kurang dari 75% tumor membentuk kelenjar
b. Nuclear atypia
Hanya sekitar 5% dari kanker bergejala mendapat skor 1, untuk atipia nuklir;
sekitar 50% skor 3
• Skore 1: inti hanya sedikit lebih besar dari epitel payudara jinak
(<1,5 x area normal); variasi kecil dalam ukuran, bentuk dan pola
kromatin
• Skore 2: inti jelas membesar (1,5-2 x area normal), sering vesikular,
nukleolus terlihat; sangat bervariasi dalam ukuran dan bentuk tetapi
tidak selalu
• Skore 3: inti vesikular membesar secara nyata (> 2 x area normal),
nukleolus sering menonjol; umumnya ditandai variasi dalam ukuran
dan bentuk tetapi atypia belum tentu ekstrim
c. Mitosis Count
Ukur diameter daya tinggi (hpf) pada mikroskop hingga 0,01 mm terdekat.
Selalu gunakan objektif dan lensa mata yang sama; jika ada yang berubah,
ukur lagi. Baca ambang skor dari tabel di bawah ini. Pindai bagian untuk
menemukan area dengan aktivitas mitosis terbanyak (sering di tepi tumor).
Di area ini, hitung mitosis tertentu dalam 10 bidang berturut-turut. Lewati
bidang dengan sedikit sel karsinoma atau nekrosis yang jelas. Ubah menjadi
skor (1–3)
• Skore 1: Kurang dari mitosis dalam 10 HPF
• Skore 2: Antara 11 dan 20 mitosis dalam 10 HPF
• Skore 3: Lebih besar dari 20 mitosis dalam 10 HPF
5
Nottingham Grading System
Pada tahun 2019 dalam klasifikasi kanker payudara yang mengikat saat ini,
World Health Organization (WHO) memperkenalkan entitas penyakit baru:(9)
a. Kistadenokarsinoma lendir
Kistadenokarsinoma lendir adalah bentuk kanker payudara yang langka, yang
gambaran mikroskopisnya menyerupai kanker pankreas atau ovarium – bentuk
yang mendominasi adalah ruang kistik dengan struktur papiler. Untuk seorang
dokter, satu catatan penting adalah bahwa ini adalah tumor triple negatif – dalam
6
selnya, tidak ditemukan ekspresi estrogen, progesteron atau protein HER2. Properti
ini memungkinkan bentuk kanker yang langka ini dibedakan dari kanker lendir
klasik yang ditandai dengan ekspresi reseptor hormon ini.
b. Karsinoma sel tinggi dengan polaritas terbalik
Karsinoma sel tinggi polaritas terbalik adalah kanker yang sifat sitologisnya
menyerupai karsinoma papiler yang berkembang di kelenjar tiroid. Jenis kanker ini
tumbuh sebagai tumor padat, menciptakan struktur papiler di dalam arsitekturnya.
Ini termasuk dalam tumor tipe parotid dan juga, sehubungan dengan sifat
molekulernya, merupakan triple negative mour (biasanya tidak ada reseptor
hormon dan tidak ada ekspresi HER2 yang ditemukan dalam sel kanker).
7
Stadium TNM karsinoma payudara menurut WHO sebagai berikut:(4)T –
Tumor Primer(4)
TX Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 Tidak ada bukti tumor primer
Tis Karsinoma in situ
Tis (DCIS) Karsinoma duktal in situ
Tis (LCIS) Karsinoma lobular in situ
Tis (Paget) Penyakit Paget pada puting tidak terkait dengan karsinoma invasif
dan/atau karsinoma in situ (DCIS dan/atau LCIS) pada parenkim
payudara di bawahnya. Karsinoma pada parenkim payudara yang
berhubungan dengan penyakit Paget dikategorikan berdasarkan
ukuran dan karakteristik penyakit parenkim.
T1 Tumor dengan dimensi terbesar 2 cm
T1mi Mikroinvasi 0,1 cm atau kurang
T1a Lebih dari 0,1 hingga 0,5 cm
T1b Lebih dari 0,5 hingga 1 cm
T1c Lebih dari 1 cm hingga 2 cm
T2 Tumor lebih dari 2 cm namun tidak lebih dari 5 cm
T3 Tumor lebih dari 5 cm
T4 Tumor dengan berbagai ukuran dengan perluasan langsung ke
dinding dada dan/atau ke kulit (ulserasi atau nodul kulit)
T4a Ekstensi ke dinding dada
T4b Ulserasi, nodul kulit satelit ipsilateral, atau edema kulit
(termasuk peau d'orange)
T4c Termasuk 4a dan 4b
T4c Karsinoma inflamasi
8
N2 Metastasis pada tingkat ipsilateral I, ll KGB aksila yang secara klinis
terfiksasi; atau secara klinis terdeteksi KGB mamaria interna
ipsilateral tanpa adanya metastasis KGB aksila
N2a Metastasis di KGB aksila yang menempel satu sama lain atau
ke struktur lain
N2b Metastasis hanya pada KGB mammae internal yang
terdeteksi secara klinis dan tanpa adanya metastasis KGB aksila yang
terdeteksi secara klinis
N3 Metastasis pada KGB infraklavikula (tingkat III aksila) ipsilateral
dengan atau tanpa keterlibatan KGB aksila tingkat I, II; atau pada
KGB internal mammae ipsilateral yang terdeteksi secara klinis
dengan metastasis KGB aksila level I, II yang terbukti secara klinis;
atau metastasis pada KGB supraklavikula ipsilateral dengan atau
tanpa keterlibatan KGB mammae aksila atau internal
N3a Metastasis pada KGB infraklavikula
N3b Metastasis pada KGB mamae internal dan aksila
N3c Metastasis pada KGB supraklavikula
Stage 0 Tis N0 M0
Stage IA T1 N0 M0
Stage IB T0, T1 N1 M0
T0, T1 N1 M0
Stage IIA
T2 N0 M0
T2 N0 M0
Stage IIB
T3 N0 M0
9
T0, T1, T2 N2 M0
Stage IIIA
T3 N1, N2 M0
Stage IIIB T4 N0, N1, N2 M0
Stage IIIC Any T N3 M0
Stage IV Any T Any N M1
10
5. Karsinoma tubular
6. Karsinoma inflamasi
11
Karsinoma duktal in situ (DCIS). (A dan B) Jenis komedo. (A) Radiografi : kalsifikasi linier dan
bercabang dalam sistem duktus. (B) Proliferasi zona nekrosis pusat dan kalsifikasi mengisi
beberapa saluran. (C) Cribriform DCIS. (D) DCIS Mikropapiler.(6)
12
• Tipe komedo ditandai dengan degenerasi/serpihan sel nekrotik,
mikrokalsifikasi, makrofag berbusa, dan sel ganas pleomorfik dengan
tingkat inti yang tinggi.
• Tipe hipersekresi kistik dicirikan oleh sel pleomorfik dengan vakuola
sitoplasma dan nukleus yang sering kali berbentuk hobnail yang terkait
dengan makrofag berbusa.
• Perbedaan sitopatologis antara karsinoma duktal in situ dan karsinoma
duktal invasif tidak mungkin terjadi pada sebagian besar kasus. Oleh
karena itu, kedua bentuk kanker dikelompokkan "karsinoma mammae".
13
Sel Paget mudah dideteksi dengan biopsi puting susu atau preparat sitologi
eksudat. Massa yang teraba terdapat pada 50% sampai 60% wanita dengan penyakit
Paget, dan hampir semua massa ini terbukti sebagai karsinoma invasif. Karsinoma
biasanya ER-negatif dan HER2 berlebih. Sebaliknya, mayoritas wanita tanpa massa
yang teraba hanya memiliki DCIS. Prognosis tergantung pada gambaran karsinoma
yang mendasarinya dan tidak dipengaruhi oleh ada tidaknya penyakit Paget. (5,6)
LCIS adalah proliferasi klonal sel di dalam duktus dan lobulus yang tumbuh
secara diskohesif. LCIS memiliki penampilan yang seragam. Sel-selnya
monomorfik, memiliki nukleus bulat dan ditemukan dalam kelompok yang kohesif
longgar di dalam lobulus.(5)
Karakteristik Sitomorfologi :(10)
• Moderat seluler
• Fragmen epitel, sering menggambarkan struktur lobular utuh
• Lapisan sel mioepitel terdapat di sekitar lobulus neoplastik yang utuh
• Sel kecil, padat dengan inti bulat monomorfik, sitoplasma sedikit
• Vakuola atau lumina intrasitoplasma, terkadang dengan vakuola
musintargetoid
LCIS hampir selalu merupakan temuan insidental karena, tidak seperti DCIS,
LCIS jarang dikaitkan dengan kalsifikasi. Sekitar sepertiga wanita dengan LCIS
14
akhirnya berkembang menjadi karsinoma invasif. Karsinoma invasif setelah
diagnosis LCIS dapat muncul di kedua payudara. Dengan demikian, LCIS
merupakan penanda peningkatan risiko karsinoma pada kedua payudara dan
prekursor langsung dari beberapa jenis kanker. Pilihan pengobatan saat ini termasuk
tindak lanjut klinis dan radiologis, kemoprevensi dengan tamoxifen atau
mastektomi profilaksis bilateral.(5)
2.7 Invasif
2.7.1 Karsinoma ductus invasif
Karsinoma duktal invasif adalah istilah yang digunakan untuk semua
karsinoma yang tidak dapat disubklasifikasikan menjadi salah satu jenis khusus
yang dijelaskan di bawah ini. Mayoritas (70%–80%) kanker termasuk dalam
kelompok ini. Jenis kanker ini biasanya dikaitkan dengan DCIS. Tampilan
mikroskopis bervariasi, mulai dari tumor dengan tubulus dan nuklei low-grade
hingga tumor yang terdiri dari lembaran sel anaplastik.(5)
15
2.7.2 Karsinoma lobular invasive
Beberapa jenis kanker histologis khusus hampir selalu termasuk dalam
kelompok luminal (ER-positif/HER2-negatif). Ini termasuk karsinoma lobular,
karsinoma mucinous, karsinoma tubular, dan karsinoma papiler.(3) Karsinoma
lobular invasif terdiri dari sel infiltrasi yang secara morfologis mirip dengan sel
tumor yang terlihat pada LCIS. Sel menginvasi stroma satu per satu dan seringkali
tersusun dalam “berkas tunggal”.(5)
16
Pola metastasis karsinoma lobular unik di antara kanker payudara, karena
sering menyebar ke cairan serebrospinal, permukaan serosa, saluran pencernaan,
ovarium, rahim, dan sumsum tulang. Hampir semua karsinoma lobular
mengekspresikan reseptor hormon, sedangkan ekspresi berlebih HER2 jarang
terjadi.(5)
17
Kehadiran limfosit dikaitkan dengan prognosis yang menguntungkan,
setidaknya sebagian karena respon yang lebih baik terhadap kemoterapi
dibandingkan dengan karsinoma berdiferensiasi buruk tanpa infiltrasi limfoid.(2)
18
Gambar 2. 7 Karsinoma tubular
19
2.8 Diagnosis Kanker Payudara
a) Anamnesis:
Anamnesis yang dilakukan harus mencakup status haid, status perkawinan, partus,
laktasi, riwayat kelainan payudara sebelumnya, riwayat keluarga kanker payudara
sebelumnya.
b) Pemeriksaan Fisik:
• Inspeksi
Pada inspeksi dilihat ukuran, simetri kedua payudara, dan apakah ada
benjolan tumor atau perubahan patologik kulit misal ada cekungan, kemerahan,
edema, erosi, nodul, dan lainnya. Perhatikan juga kedua papilla mammae simetri
apa tidak, ada retraksi atau tidak, ada distorsi atau kelainan lain apa tidak.
• Palpasi
Umumnya pada posisi berbaring, bisa juga kombinasi antara duduk dan
berbaring. Caranya dengan rapatkan keempat jari, gunakan ujung dan perut jari
berlawanan arah jarum jam atau searah jarum jam lalu palpasi dengan lembut.
Perhatikan jangan meremas payudara. Kemudian dengan lembut pijat areola
mammae, papilla mammae dan lihat apakah keluar sekret. Bila terdapat tumor
periksa secara rinci dan catat ukuran, lokasi, konsistensi, kondisi batas, permukaan,
mobilitas, nyeri tekan, dan lainnya. Periksa apakah tumor itu melekat dengan dasar
kulit atau tidak. Caranya dengan meminta lengan pasien sisi lesi untuk bertolak
pinggang agar muskulus pektoralis mayor berkerut. Jika kanker melekat dengan
dasar kemungkinan kanker sangat besar. (11)
c) Pemeriksaan Penunjang:
• Mammografi
Kelebihan mamografi adalah dapat menampilkan nodul yang sulit dipalpasi
atau terpalpasi atipikal menjadi gambar, dapat menemukan lesi mammae yang
tanpa nodul namun terdapat bercak mikrokalsifikasi, dapat digunakan untuk
analisis diagnostik dan rujukan tindak lanjut. Ketepatan diagnostik sekitar
80%.(12,13)
• USG Transduser
Frekuensi tinggi dan pemeriksaan dopler tidak hanya dapat membedakan
dengan sangat baik tumor kistik atau padat, tapi juga dapat mengetahui pasokan
20
darahnya serta kondisi jaringan sekitarnya, menjadi dasar diagnosis yang sangat
baik.
• MRI Mammae
Karena tumor mammae mengandung densitas mikrovaskular abnormal, MRI
mammae dengan kontras memiliki sensitivitas dan spesifisitas tinggi dalam
diagnosis karsinoma mammae stadium dini. Tapi pemeriksaan ini cukup mahal,
sulit digunakan meluas, hanya menjadi suatu pilihan dalam diagnosis banding
terhadap mikrotumor.
d) Pemeriksaan Laboratorium:
Dewasa ini belum ada petanda tumor spesifik untuk kanker payudara. CEA
memiliki nilai positif bervariasi dari 20 hingga 70 %, antibodi monoklonal CA 15-
3 angka positifnya sekitar 33-60 %, semuanya dapat untuk referensi diagnosis dan
tindak lanjut klinis.(14)
• Pemeriksaan Sitologi
Dengan metode aspirasi jarum halus. Metode ini caranya sederhana, aman,
dan akurasinya mencapai lebih dari 90%.
• Pemeriksaan Biopsi
Cara biopsi dapat berupa biopsi eksisi atau insisi, tapi umumnya dengan
biopsi eksisi. Di RS yang menyediakan dapat dilakukan pemeriksaan potong beku
saat operasi. Bila tak ada perlengkapan itu, untuk carcinoma mammae yang dapat
dioperasi tidak sesuai dilakukan insisi tumor, untuk menghindari penyebaran
iatrogenik tumor.
• Pemeriksaan histopatologi
Histopatologi meliputi pemeriksaan makroskopik jaringan disertai seleksi
sampel jaringan untuk pemeriksaan mikroskop. Histopologi biasanya merupakan
cara utama untuk diagnosis tumor dan juga memberikan informasi tentang
prognosisnya dengan cara penilaian tingkat (grade) dan stadium spesimen hasil
reseksi atau pembedahan. Sebagian besar diagnosis histopatologi dilakukan dari
potongan jaringan blok parafin dengan pewarnaan hematosiklin dan eosin. Jaringan
yang berasal dari hasil biopsi dimasukkan dalam larutan fiksasi dan dikirim ke
laboratorium histopatologi. Lalu dibuat deskripsi makroskopik dan dipilih jaringan
untuk pemeriksaan mikroskopik. Pemeriksaan yang sering digunakan untuk
21
mendiagnosis carsinoma mammae adalah pemeriksaan imunohistokimia. Pada
metode ini digunakan antibodi yang telah dikenalkan secara artifisial terhadap
substansi spesifik yang diinginkan (misalnya sitokeratin berat molekul rendah
dalam tumor epitelial yang dicurigai) dan ini mengikat pada substansi spesifik bila
mereka ada dalam jaringan. Ikatan antibodi kemudian diperlihatkan dengan
menggunakan metode seperti antibodi melawan antibodi awal dan kompleks zat
warna seperti diaminobenzidine. Dapat juga dilakukan pemeriksaan hormonal
dengan memeriksa reseptor progesteron dan estrogen. (11,13)
Jaringan asli dan derajat diferensiasi histologi merupakan pertimbangan yang
penting dalam hal ini. Tumor sering ditentukan stadiumnya menurut derajat
diferensiasinya dan jumlah gambaran mitosis per lapangan pandang besar di bawah
mikroskop. Tumor biasanya ditentukan stadiumnya sebagai stadium I, II, III, dan
IV, dengan stadium I yang berdiferensiasi paling tinggi dan stadium IV yang
berdiferensiasi paling buruk. Langkah pertama kerja suatu hormon adalah
pengikatan hormon pada reseptor spesifik di sel target. Sel yang tidak memiliki
reseptor untuk hormon tersebut tidak akan berespons. Ketika hormon terikat pada
reseptornya, hal tersebut akan menginisiasi serangkaian reaksi di dalam sel, dengan
setiap tahap reaksi yang semakin teraktivasi sehingga sejumlah kecil konsentrasi
hormon dapat berpengaruh besar. Reseptor hormon merupakan protein berukuran
besar, dan setiap sel yang distimulasi biasanya memiliki sekitar 2.000-100.000
reseptor.(13,15)
22
BAB III
KESIMPULAN
23
DAFTAR PUSTAKA
24
penanggulangan dan pelayanan kanker payudara terpadu paripurna R.S.
kanker Dharmais, penyunting. Penatalaksanaan kanker payudara teknisi.
Edisi pertama.Jakarta: pustaka populer obor. 2003 ;h 22-6
12. Edge SB, Compton CC. The American Joint Committee on Cancer: the 7th
edition of the AJCC cancer staging manual and the future of TNM. Ann
Surg Oncol. 2010 Jun;17(6):1471-4. doi: 10.1245/s10434-010-09854.
13. Romera, J.Lao, T.J. Puertolas Hernandezet.al. Update On Adjuvant
Hormonal Treatment of Early Breast Cancer. Springer Health Care, January
27, 2011. Vol. 28 (Suppl.6) p.1-18.
14. Fang, Lei, Zeinab Barekari, Bei Zhang, Zhiyong Liu, Xiaoyan Zhong.
Targeted Therapy in Breast Cancer: What’s New? The European Journal of
Medical Sciences. Published June 27, 2011.
15. Burstein, Harold J. Ann Alexis Prestrud, et.al. American Society of Clinical
Oncology Clinical Practice Guideline: Update on Adjuvant Endocrine
Therapy for Women with Hormone Receptor Positif Breast Cancer. Journal
of Clinical Oncology, Vol. 28 No.23 August 10, 2010.
25