Anda di halaman 1dari 29

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami
bisa menyelesaikan tugas Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan telinga hidung dan
tenggorokan sinusitis pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I dengan sebaik-baiknya.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada orang tua kami, teman-teman kelompok
yang telah membantu dalam pembuatan tugas ini. Dan tidak lupa juga kami berterima kasih
kepada Dosen yang telah memberikan tugas ini agar kami bisa menjadi manusia yang kaya akan
ilmu pengetahuan.

Tujuan pembuatan ini agar kita semua mengetahui tentang gangguan pada penyakit
Sinusitis. Kami menyadari dalam pembuatan masih banyak kekurangan di dalamnya. Maka dari
itu kami meminta maaf jika terdapat banyak kesalahan. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.
Semoga bermanfaat.

Bengkulu, Oktober 2014

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………….

A. LATAR BELAKANG……………………………………………………………..

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………………….

A. DEFENISI ASBESTOSIS……………………………………………………….....
B. ETIOLOGI………………………………………………………………..................
C. PATOFISIOLOGI…………………………………………………………...............
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK…………………………………………………….
E. KOMPLIKASI………………………………………………......................................

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN……………………………………………………….

A. PENGKAJIAN……………………………………………………….....
B. ANALISA DATA……………………………………………………………….............
C. INTERVENSI DAN RASIONAL……………………………………………...............
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK…………………………………………………….
E. KOMPLIKASI………………………………………………......................................

BAB IV PENUTUP……………………………………………………………………….

A. KESIMPULAN…………………………………………………………………..
B. SARAN……………………………………………………………………………
C. DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Sinusitis merupakan penyakit yang sangat lazim diderita di seluruh dunia, hampir
menimpa kebanyakan penduduk Asia. Penderita sinusitis bisa dilihat dari ibu jari bagian atas
yang kempot. Sinusitis dapat menyebabkan seseorang menjadi sangat sensitif terhadap
beberapa bahan, termasuk perubahan cuaca (sejuk), pencemaran alam sekitar, dan jangkitan
bakteri. Gejala yang mungkin terjadi pada sinusitis adalah bersin-bersin terutama di waktu
pagi, rambut rontok, mata sering gatal, kaki pegal-pegal, cepat lelah dan asma. Jika kondisi
ini berkepanjangan akan meimbulkan masalah keputihan bagi perempuan, atau ambeien
(gangguan prostat) bagi laki-laki.
Menurut Lucas seperti yang di kutip Moh. Zaman, etiologi sinusitis sangat kompleks,
hanya 25% disebabkan oleh infeksi, sisanya yang 75% disebabkan oleh alergi dan
ketidakseimbangan pada sistim saraf otonom yang menimbulkan perubahan-perubahan pada
mukosa sinus. Suwasono dalam penelitiannya pada 44 penderita sinusitis maksila kronis
mendapatkan 8 di antaranya (18,18%) memberikan tes kulit positif dan kadar IgE total yang
meninggi. Terbanyak pada kelompok umur 21-30 tahun dengan frekuensi antara laki-laki dan
perempuan seimbang. Hasil positif pada tes kulit yang terbanyak adalah debu rumah
(87,75%), tungau (62,50%) dan serpihan kulit manusia (50%).
Sebagian besar kasus sinusitis kronis terjadi pada pasien dengan sinusitis akut yang tidak
respon atau tidak mendapat terapi. Peran bakteri sebagai dalang patogenesis sinusitis kronis
saat ini sebenarnya masih dipertanyakan. Sebaiknya tidak menyepelekan pilek yang terus
menerus karena bisa jadi pilek yang tak kunjung sembuh itu bukan sekadar flu biasa.
Oleh karena faktor alergi merupakan salah satu penyebab timbulnya sinusitis, salah satu
cara untuk mengujinya adalah dengan tes kulit epidermal berupa tes kulit cukit (Prick test,
tes tusuk) di mana tes ini cepat, simpel, tidak menyakitkan, relatif aman dan jarang
menimbulkan reaksi anafilaktik. Uji cukit (tes kulit tusuk) merupakan pemeriksaan yang
paling peka untuk reaksi-reaksi yang diperantarai oleh IgE dan dengan pemeriksaan ini
alergen penyebab dapat ditentukan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1) Bagaimana anatomi dari sinus?
2) Apa definisi dari sinusitis?
3) Apa manifestasi klinis dari sinusitis?
4) Bagaimana etiologi dari sinusitis?
5) Bagaimana patofisiologi dari sinusitis?
6) Apa saja pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada penderita sinusitis?
7) Bagaimana penatalaksanaan dari sinusitis?
8) Apa saja komplikasi dari sinusitis?
9) Bagaimana woc (web of caution) dari sinusitis?
10) Bagaimana asuhan keperawatan yang harus dilakukan pada penderita sinusitis?

1.3 TUJUAN
1) Dapat mengetahui anatomi sinusitis
2) Dapat memahami definisi sinusitis.
3) Dapat mengetahui manifestasi klinis dari sinusitis.
4) Dapat mengetahui etiologi dari sinusitis.
5) Dapat memahami patofisiologi dari sinusitis.
6) Dapat memahami pemeriksaan diagnostic yang perlu dilakukan pada penderita sinusitis.
7) Dapat mengetahui penatalaksanaan dari sinusitis.
8) Dapat mengetahui komplikasi dari sinusitis.
9) Dapat memahami woc (web of caution) dari sinusitis
10) Dapat memberikan asuhan keperawatan yang sesuai pada penderita sinusitis.

1.4 MANFAAT
Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami dan membuat asuhan
keperawatan pada klien dengan sinusitis, serta mampu mengimplementasikannya dalam
proses keperawatan

BAB II

KONSEP TEORI

A. PENGERTIAN
Secara umum sinusitis berarti proses radang apapun yang mengenai sinus.Sinusitis
adalah penyakit yang terjadi di daerah sinus (rongga udara yang terdapat di area wajah
yang terhubung dengan hidung).
Sinusitis adalah suatu keradangan yang terjadi pada sinus. Sinus itu sendiri adalah
rongga udara yang terdapat di area wajah yang terhubung dengan hidung.
Sinusitis terjadi karena peradangan didaerah lapisan rongga sinus yang menyebabkan
lendir terperangkap di rongga sinus & menjadi tempat tumbuhnya bakteri (Putri
rahza,2010 ). Sinusitis paling sering mngenai sinus maksila (Antrum Highmore), karena
merupakan sinus paranasal yang terbesar, letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar,
sehingga aliran sekret (drenase) dari sinus maksila hanya tergantung dari gerakan cilia,
dasar sinus maksila adalah dasar akar gigi (prosesus alveolaris), sehingga infeksi gigi
dapat menyebabkan sinusitis maksila, ostium sinus maksila terletak di meatus medius di
sekitar hiatus semilunaris yang sempit sehingga mudah tersumbat.
Bila yang terkena lebih dari satu sinus disebut multisinusitis, dan bila semua sinus
terkena disebut pansinusitis. Fungsi dari rongga sinus adalah untuk menjaga kelembaban
hidung dan menjaga pertukaran udara di daerah hidung. Rongga sinus terdiri dari 4 jenis :
a. Sinus frontal, terletak diatas mata dibagian tengah dari masing-masing alis.
b. Sinus maxilary, terletak diantara tulang pipi, tepat disamping hidung
c. Sinus etmhoid, terletak diantara mata, tepat dibelakang hidung
d. Sinus sphenoid, terletak dibelakang sinus ethmoid & dibelakang mata.

B. ETIOLOGI
1. Pada sinus akut, yaitu : infeksi virus
Sinusitis akut bisa terjadi setelah adanya infeksi virus pada saluran pernafasan bagian
atas (misalnya Rhinovirus, Influenza virus, dan Parainfluenza virus).
2. Bakteri
Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam keadaan normal
tidak menimbulkan penyakit (misalnya Streptococcus pneumoniae, Haemophilus
influenzae). Jika sistem pertahanan tubuh menurun atau drainase dari sinus tersumbat
akibat pilek atau infeksi virus lainnya, maka bakteri yang sebelumnya tidak
berbahaya akan berkembang biak dan menyusup ke dalam sinus, sehingga terjadi
infeksi sinus akut.
3. Infeksi jamur
Infeksi jamur bisa menyebabkan sinusitis akut pada penderita gangguan sistem
kekebalan, contohnya jamur Aspergillus.
4. Peradangan menahun pada saluran hidung pada penderita rhinitis alergi dan juga
penderita rhinitis vasomotor
5. Septum nasi yang bengkok
6. Tonsilitis yang kronik
7. Pada sinusitis kronik, yaitu : sinusitis akut yang sering kambuh atau tidak sembuh
1. Alergi
2. Caries dentis (gigi graham atas)
3. Septum nasi yang bengkok sehingga mengganggu aliran mukosa
4. Benda asing di hidung dan sinus paranasal
5. Tumor di hidung dan sinus paranasal.

C. PATOFISOLOGI
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium sinus dan lancarnya klirens mukosiliar
(mucociliary clearance) didalam kompleks osteo-meatal.Sinus dilapisi oleh sel epitel
respiratorius.Lapisan mukosa yang melapisi sinus dapat dibagi menjadi dua yaitu lapisan viscous
superficial dan lapisan serous profunda.Cairan mukus dilepaskan oleh sel epitel untuk
membunuh bakteri maka bersifat sebagai antimikroba serta mengandung zat zat yang berfungsi
sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk bersama udara
pernafasan.Cairan mucus secara alami menuju ke ostium untuk dikeluarkan jika jumlah nya
berlebihan.
Faktor yang paling penting yang mempengaruhi pathogenesis terjadinya sinusitis yaitu
apakah terjadi obstruksi dari ostium. Jika terjadi obstruksi ostium sinus akan menyebabkan
terjadinya hipooksigenasi yang menyebabkan fungsi silia berkurang dan epitel sel mensekresikan
cairan mucus dengan kualitas yang kurang baik. Disfungsi silia ini akan menyebabkan retensi
mucus yang kurang baik pada sinus.
Kejadian sinusitis maksila akibat infeksi gigi rahang atas terjadi karena infeksi bakteri
(anaerob) menyebabkan terjadinya karies profunda sehingga jaringan lunak gigi dan sekitarnya
rusak. Pada pulpa yang terbuka, kuman akan masuk dan mengadakan pembusukan pada pulpa
sehingga membentuk gangren pulpa. Infeksi ini meluas dan mengenai selaput periodontium
menyebabkan periodontitis dan iritasi akan berlangsung lama sehingga terbentuk pus. Abses
periodontal ini kemudian dapat meluas dan mencapai tulang alveolar menyebabkan abses
alveolar.Tulang alveolar membentuk dasar sinus maksila sehingga memicu inflamasi mukosa
sinus.Disfungsi silia, obstruksi ostium sinus serta abnormalitas sekresi mukus menyebabkan
akumulasi cairan dalam sinus sehingga terjadinya sinusitis maksila.
Dengan ini dapat disimpulkan bahwa patofisiologi sinusitis ini berhubungan dengan tiga faktor,
yaitu patensi ostium, fungsi silia, dan kualitas sekresi hidung. Perubahan salah satu dari faktor ini
akan merubah sistem fisiologis dan menyebabkan sinusitis.
WOC Sinusitis

Jamur Bakteri Virus


Faktor

Infeksi saluran pernafasan atas

Makrofag menangkap benda


asing yang masuk ke tubuh

Merangsang pengeluaran
mediator kimia

Prostalglandin Bradikini
Peradangan lapisan rongga
Aliran lendir atau
secret terhambat oleh
Edema
Breathing Bowel Bone
Peningkatan set.
point
us sel sel goblet
Akumulasi
dan sel mukosa
secret berlebih danAdanya
edemaagen infeksi
Metabolisme meningkat Sekret tertimbun lebih
banyak di sinus

Peningkatan metabolisme
Aktivitas seluler meningkat
Suhu
Peningkatan tekanan
fungsi penghidu tubuh sinus

Nyeri

Gangguan pola
tdur
Resiko
kekurangan
cairan
produksi mukus Nafsu makan Pemecahan
BB Karbohidrat, lemak, dan protein lebih banyak

Intake nutrisi berkurangBadan tampak kurus


asi secret pada saluran pernafasan

Malaise
sihan jalan nafas tidak efektif Intoleransi aktivitas

D. ANIFESTASI KLINIK
Berdasarkan waktu terjadi :
1. Sinusitis akut
 Hidung tersumbat , ingus kental atau terasa lender dibelakang hidung yang turun ke
tenggorokan
 Rasa nyeri tekan pada wajah , pipi antara kedua mata dibelakang mata
 Bengkak dipipi
2. Sinus kronis
 Disebabkan obstruksi hidung kronik akibat rabas dan edema membrane mukosa
 Batuk karena tetesan konstan rabas kental kea arah nasofaring
 Sakit kepala kronis pada daerah periorbital dan nyeri wajah
 Kaku kuduk merupakan tanda potensi komplikasi
Berdasarkan tempat terjadinya :
1. Sinus Maksila akut
 Demam, pusing
 Ingus kental di hidung
 Hidung tersumbat
 Nyeri tekan di pipi
 Ingus mengalir ke nasofaring, kental, kadang-kadang berbau
 Kadang-kadang ingus bercampur adarah
2. Sinus ethmoid akut
 Ingus kental di hidung dan nasofaring
 Nyeri di antara dua mata
 Pusing
3. Sinus Frontal akut
 Demam
 Sakit kepala yang hebat pada siang hari, tetapi berkurang setelah sore hari
 Ingus kental
 Penciuman berkurang
4. Sinus sphenoid akut
 Nyeri di bola mata
 Sakit kepala
 Ingus di nosofaring

E. KOMPLIKASI
 Osteomielitis dan abses subperiosteal
 Kelainan mata : abses ( lipatan mata bengkak ), demam , bola mata tak dapat bergerak
,kebutaan.
 Kelainan intracranial : meningitis abses otak , sakit kepala hebat, kesadaran menurun
 Kelainan paru : bronchitis, asma
 Rhinitis akut, laryngitis,trakeitis dan pneumonia

F. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis
 Pengobatan sinusitis maksila akut
Antibiotic selama 5-7 hari
Obat tetes hidung
Obat terhadap demam dan rasa nyeri
 Pengobatan sinusitis etmoid akut
Antibiotic untuk 5-7 hari
Obat terhadap demam dan nyeri
Obat tetes hidung
 Pengobatan sinusitis fontal akut
Antibiotic selama 5-7 hari
Obat terhadap demam dan nyeri
Obat tetes hidung
 Pengobatan sinusitis sfhenoid akut
Antibiotic untuk 5-7 hari
Obat terhadap nyeri
2. Pencucian sinus paranasal :
a. Pada sinus maksila
Dilakukan fungsi sinus maksila, dan dicuci 2 kali seminggu dengan larutan garam
fisiologis. Caranya ialah, dengan sebelumnya memasukkan kapas yang telah diteteskan
xilokain dan adrenalin ke daerah meatus inferior.Setelah 5 menit, kapas dikeluarkan, lalu
dengan trokar ditusuk di bawah konka inferior, ujung trokar diarahkan ke batas luar
mata.Setelah tulang dinding sinus maksila bagian medial tembus, maka jarum trokar
dicabut, sehingga tinggal pipa selubungnya berada di dalam sinus maksila.Pipa itu
dihubungkan dengan semprit yang berisi larutan garam fisiologis, atau dengan balon yang
khusus untuk pencucian sinus itu.
Pasien yang telah ditataki plastik di dadanya, diminta untuk membuka mulut. Air cucian
sinus akan keluar dari mulut, dan ditampung di tempat bengkok.
Tindakan ini diulang 3 hari kemudian.Karena sudah ada lubang fungsi, maka
untuk memasukkan pipa dipakai trokar yang tumpul. Tapi tindakan seperti ini dapat
menimbulkan kemungkinan trokar menembus melewati sinus ke jaringan lunak pipi,dasar
mata tertusuk karena arah penusukan salah, emboli udara karena setelah menyemprot
dengan air disemprotkan udara dengan maksud mengeluarkan seluruh cairn yang telah
dimasukkan serta perdarahan karena konka inferior tertusuk. Lubang fungsi ini dapat
diperbesar, dengan memotong dinding lateral hidung, atau dengan memakai alat, yaitu
busi.Tindakan ini disebut antrostomi, dan dilakukan di kamar bedah, dengan pasien yang
diberi anastesi.
b. Pada sinus frontal, etmoid dan sfenoid
Pencucian sinus dilakukan dengan pencucian Proetz. Caranya ialah dengan pasien
ditidurkan dengan kepala lebih rendah dari badan. Kedalam hidung diteteskan HCL
efedrin 0,5-1,5 %. Pasien harus menyebut “kek-kek” supaya HCL efedrin yang diteteskan
tidak masuk ke dalam mulut, tetapi ke dalam rongga yang terletak dibawah ( yaitu sinus
paranasal, oleh karena kepala diletakkan ebih rendah dari badan). Ke dalam lubang
hidung dimasukkan pipa gelas yang dihubungkan dengan alat pengisap untuk
menampung ingus yang terisap dari sinus.Pada pipa gelas itu dibuat lubang yang dapat
ditutup dan dibuka dengan ujung jari jempol. Pada waktu lubang ditutup maka akan
terisap ingus dari sinus. Pada waktu meneteskan HCL ini, lubang di pipa tidak ditutup.
Tindakan pencucian menurut cara ini dilakukan 2 kali seminggu.
3. Tindakan pembedahan
Pembedahan, dilakukan :
a. bila setelah dilakukan pencucian sinus 6 kali ingus masih tetap kental.
b. bila foto rontgen sudah tampak penebalan dinding sinus paranasal.
Persiapan sebelum pembedahan perlu dibuat foto ( pemeriksaan) dengan CT scan.
Macam pembedahan sinus paranasal
1.Sinus maksila
a. Antrostomi, yaitu membuat saluran antara rongga hidung dengan sinus maksila di
bagian lateral konka inferior.Gunanya ialah untuk mengalirkan nanah dan ingus yang
terkumpul di sinus maksila.
b. Operasi Caldwell-Luc
Operasi ini ialah membuka sinus maksila, dengan menembus tulang pipi. Supaya
tidak terdapat cacat di muka, maka insisis dilakukan di bawah bibir, di bagian superior
( atas ) akar gigi geraham 1 dan 2. Kemudian jaringan diatas tulang pipi diangkat kearah
superior, sehingga tampak tulang sedikit di atas cuping hidung, yang disebut fosa
kanina.Dengan pahat atau bor tulang itu dibuka, dengan demikian rongga sinus maksila
kelihatan.Dengan cunam pemotong tulang lubang itu diperbesar.Isi sinus maksila
dibersihkan. Seringkali akan terdapat jaringan granulasi atau polip di dalam sinus
maksila. Setelah sinus bersih dan dicuci dengan larutan bethadine, maka dibuat
anthrostom.Bila terdapat banyak perdarahan dari sinus maksila, maka dimasukkan
tampon panjang serta pipa dari plastik, yang ujungnya disalurkan melalui antrostomi ke
luar rongga hidung.Kemudian luka insisi dijahit.
2. Sinus etmoid
Pembedahan untuk membersihkan sinus etmoid, dapat dilakukan dari dalam hidung
(intranasal) atau dengan membuat insisi di batas hidung dengan pipi (ekstranasal).
a. Etmoidektomi intranasal
Tindakan dilakukan dengan pasien dibius umum ( anastesia). Dapat juga dengan
bius lokal (analgesia). Setelah konka media di dorong ke tengah, maka dengan cunam sel
etmoid yang terbesar ( bula etmoid ) dibuka. Polip yang ditemukan dikeluarkan sampai
bersih. Sekarang tindakan ini dilakukan dengan menggunakan endoskop, seh igga apa
yang akan dikerjakan dapat dilihat dengan baik. Perawatan pasca-bedah yang terpenting
ialah memperhatikan kemungkinan perdarahan
b.Etmoidektomi ekstranasal
Insisi dibuat di sudut mata, pada batas hidung dan mata. Di daerah itu sinus etmoid
dibuka, kemudian dibersihkan.
3. Sinus frontal
Pembedahan untuk membuka sinus frontal disebut operasi Killian. Insisi dibuat
seperti pada insisi etmoidektomi ekstranasal, tetapi kemudian diteruskan ke atas
alis.Tulang frontal dibuka dengan pahat atau bor, kemudian dibersihkan.Salurannya ke
hidung diperikasa, dan bila tersumbat, dibersihkan.Setelah rongga sinus frontal bersih,
luka insisi dijahit, dan diberi perban-tekan.Perban dibuka setelah seminggu. Seringkali
pembedahan untuk membuka sinus frontal dilakukan bersama dengan sinus etmoid, yang
disebut fronto-etmoidektomi.
4. Sinus sfenoid
Pembedahan untuk sinus sfenoid yang aman sekarang ini ialah dengan memakai
endoskop. Biasanya bersama dengan pembersihan sinus etmoid dan muara sinus maksila
serta muara sinus frontal, yang disebut Bedah Endoskopi Sinus Fungsional.
Bedah endoskopi sinus fungsional ( FESS=functional endoscopic sinus surgery). Cara
pemeriksaan ini ialah dengan mempergunakan endoskop, tanpa melakukan insisis di kulit
muka.
Endoskop dimasukkan ke dalam rongga hidung.Karena endoskop ini dihubungkan
dengan monitor (seperti televisi), maka dokter juga melakukan pembedahan tidak perlu
melihat kedalam endoskop, tetapi cukup dengan melihat monitor.
Dengan bantuan endoskop dapat dibersihkan daerah muara sinus, seperti daerah
meatus medius untuk sinus maksila, sinus etmoid anterior dan sinus frontal.
Endoskop juga dapat dimasukkan kedalam sinus etmoid anterior dan posterior untuk
membuka sel-sel sinus etmoid.Kemudian dapat diteruskan kedalam sinus sfenoid yang
terletak dibelakang sinus etmoid apabila di CT scan terdapat kelainan di sinus
sfenoid.Sekitar sinus yang sakit dibersihakan, dilihat juga muara sinus-sinus yang lain.
Setelah selesai, rongga hidung di tampoan untuk mencegah perdarahan. Tampon dicabut
pada hari ketiga

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Rinoskopi anterior
Tampak mukosa konka hiperemis, kavum nasi sempit, dan edema.Pada sinusitis
maksila, sinusitis frontal dan sinusitis ethmoid anterior tampak mukopus atau nanah di
meatus medius, sedangkan pada sinusitis ethmoid posterior dan sinusitis sfenoid nanah
tampak keluar dari meatus superior.
2) Rinoskopi posterior : Tampak mukopus di nasofaring (post nasal drip).
3) Dentogen : Caries gigi (PM1,PM2,M1)
4) Transiluminasi (diaphanoscopia)
Sinus yang sakit akan menjadi suram atau gelap. Pemeriksaan transiluminasi
bermakna bila salah satu sisi sinus yang sakit, sehingga tampak lebih suram dibanding
sisi yang normal.
5) X Foto sinus paranasalis:
Pemeriksaan radiologik yang dibuat ialah Posisi Water’s, Posteroanterior dan
Lateral. Akan tampak perselubungan atau penebalan mukosa atau batas cairan udara (air
fluid level) pada sinus yang sakit.Posisi Water’s adalah untuk memproyeksikan tulang
petrosus supaya terletak di bawah antrum maksila, yakni dengan cara menengadahkan
kepala pasien sedemikian rupa sehingga dagu menyentuh permukaan meja. Posisi ini
terutama untuk melihat adanya kelainan di sinus maksila, frontal dan etmoid.Posisi
Posteroanterior untuk menilai sinus frontal dan Posisi Lateral untuk menilai sinus frontal,
sphenoid dan etmoid.
6) Pemeriksaan CT –Scan
Pemeriksaan CT-Scan merupakan cara terbaik untuk memperlihatkan sifat dan
sumber masalah pada sinusitis dengan komplikasi. CT-Scan pada sinusitis akan tampak :
penebalan mukosa, air fluid level, perselubungan homogen atau tidak homogen pada satu
atau lebih sinus paranasal, penebalan dinding sinus dengan sklerotik (pada kasus-kasus
kronik).Hal-hal yang mungkin ditemukan pada pemeriksaan CT-Scan :
a. Kista retensi yang luas, bentuknya konveks (bundar), licin, homogen, pada pemeriksaan
CT-Scan tidak mengalami ehans. Kadang sukar membedakannya dengan polip yang
terinfeksi, bila kista ini makin lama makin besar dapat menyebabkan gambaran air-fluid
level.
b. Polip yang mengisi ruang sinus
c. Polip antrokoanal
d. Massa pada cavum nasi yang menyumbat sinus
e. Mukokel, penekanan, atrofi dan erosi tulang yang berangsur-angsur oleh massa jaringan
lunak mukokel yang membesar dan gambaran pada CT Scan sebagai perluasan yang
berdensitas rendah dan kadang-kadang pengapuran perifer.
7) Pemeriksaan di setiap sinus
a. Sinusitis maksila akut
Pemeriksaan rongga hidung akan tampak ingus kental yang kadang-kadang dapat
terlihat berasal dari meatus medius mukosa hidung. Mukosa hidung tampak membengkak
(edema) dan merah (hiperemis).Pada pemeriksaan tenggorok, terdapat ingus kental di
nasofaring.
Pada pemeriksaan di kamar gelap, dengan memasukkan lampu kedalam mulut
dan ditekankan ke langit-langit, akan tampak pada sinus maksila yang normal gambar
bulan sabit di bawah mata. Pada kelainan sinus maksila gambar bulan sabit itu kurang
terang atau tidak tampak.Untuk diagnosis diperlukan foto rontgen. Akan terlihat
perselubungan di sinus maksila, dapat sebelah (unilateral), dapat juga kedua belah
(bilateral ).
b. Sinusitis etmoid akut
Pemeriksaan rongga hidung, terdapat ingus kental, mukosa hidung edema dan
hiperemis. Foto roentgen, akan terdapat perselubungan di sinus etmoid.

c. Sinusitis frontal akut


Pemeriksaan rongga hidung, ingus di meatus medius. Pada pemeriksaan di kamar
gelap, dengan meletakkan lampu di sudut mata bagian dalam, akan tampak bentuk sinus
frontal di dahi yang terang pada orang normal, dan kurang terang atau gelap pada
sinusitis akut atau kronis. Pemeriksaan radiologik, tampak pada foto roentgen daerah
sinus frontal berselubung.
d. Sinusitis sfenoid akut
Pemeriksaan rongga hidung, tampak ingus atau krusta serta foto rontgen
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SINUSITIS

A. PENGKAJIAN
1. Biodata Pasien
 Nama
 Umur
 Alamat
 Pendidikan
 Pekerjaan
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Penderita mengeluh hidung tersumbat ,kepala pusing, badan terasa panas
3. Keluhan Utama
Penderita mengeluh nyeri kepala sinus ,tenggorokkan
4. Riwayat Penyakit Dahulu
 Pasien Pernah Menderita Penyakit Akut dan Perdarahan hidung atau trauma
 Pernah mempunyai riwayat penyakit THT
 Pernah menderita Sakit gigi graham
5. Riwayat Keluarga
Adakah penyakit yang diderita keluarga yang ada hubungannya dengan penyakit klien
sekarang
6. Riwayat spikososial
 Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien
 Interpersonal: Hubungan dengan orang lain
7. Pola Fungsi Kesehatan
 Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Untuk mengurangi flu biasanya klien mengkonsumsi obat tanpa memperhatikan efek
samping
 Pola nutrisi dan metabolisme
Biasanya nafsu makan klien berkurang karna terjadi gangguan pada hidung
 Pola sensorik
Daya penciuman klien terganggu karna hidung buntu akibat pilek terusmenerus( baik
purulen serous, muko purulen)
8. Pemeriksaan Fisik
 Status Kesehatan Umum
Keadaan umum, tanda vital
 Pemeriksaan Fisik dan Fokus hidung
Nyeri tekan pada sinus , rinuskopi(mukosa merah dan bengkak)
 B1 (Breath) Pernafasan
Pola Nafas : Tidak Teratur
Suara Nafas : ronkhi
Sesak Nafas : ya
Batuk : Tidak
Retaksi otot bantu nafas : ya
 B2( Blood )Kardiovaskuler
Irama jantung : Normal
Nyeri dada : tidak
Bunyi jantung : normal
 B3(Brain) Persyarafan
Penglihatan : Normal
Pendengaran :Normal
Penciuman : ada gangguan
Kesadaran : Compos mentis
 B4 (Bladder) Perkemihan : Normal
 B5(Bowel) : Nafsu makan menurun , porsi makan menurun dan bb
turun
 B6(Bone) : Kelemahan otot
B. DIAGNOSA
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d obstruksin jalan nafas oleh penumpukan lendir
2) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada hidung
3) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafus
makan menurun sekunder dari peradangan sinus
4) Defisit volume cairan b/d peningkatan kehilangan cairan akibat diaforesis yang
berkaitan dengan demam
5) Intoleransi aktivitas b.d
6) Gangguan pola tidur b.d

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


hasil
1 Bersihan jalan nafas Tujuan : Jalan nafas a) kaji a) Mengetahui
tidak efektif b/d efektif setelah penumpukan tingkat
obstruksin jalan nafas secret secret yang ada keparahan dan
oleh penumpukan (seous,purulen) b) Observasi tindakan
lendir dikeluarkan tanda-tanda selanjutnya
Kriteria : vital. b) Mengetahui
- Klien tidak c) Koaborasi perkembangan
bernafas lagi dengan tim klien sebelum
melalui mulut medis untuk dilakukan
- Jalan nafas pembersihan operasi
kembali normal sekret c) Kerjasama
terutama hidung untuk
menghilangka
n penumpukan
secret/masalah
2 Gangguan rasa nyaman Tujuan : Nyeri klien  Kaji tingkat  Mengetahui
nyeri berhubungan berkurang atau nyeri tingkat nyeri
dengan peradangan hilang  Jelaskan sebab klien dalam
pada hidung Kriteria hasil : dan akibat nyeri menentukan
- Klien pada klien serta tindakan
mengungkapakan keluarganya selanjutnya
nyeri yang  Ajarkan tehnik  Dengan sebab
dirasakan berkurang relaksasi dan dan akibat
atau hilang distraksi nyeri
- Klien tidak  Observasi tanda diharapkan
menyeringai tanda vital dan klien
kesakitan keluhan klien berpartisipasi
 Kolaborasi dalam
dngan tim medis perawatan
: untuk
1) Terapi mengurangi
konservatif : nyeri
- obat  Klien
Acetaminopen; mengetahui
Aspirin, tehnik distraksi
dekongestan dn relaksasi
hidung sehinggga
- Drainase sinus dapat
2) Pembedahan : mempraktekka
- Irigasi Antral : nnya bila
Untuk sinusitis mengalami
maksilaris nyeri
- Operasi  Mengetahui
Cadwell Luc keadaan umum
dan
perkembangan
kondisi klien.
 Menghilangka
n /mengurangi
keluhan nyeri
klien
3. Gangguan pemenuhan Tujuan : kebutuhan  kaji pemenuhan  Mengetahui
nutrisi kurang dari nutrisi klien dapat kebutuhan kekurangan
kebutuhan terpenuhi nutrisi klien nutrisi klien
berhubungan dengan Kriteria :  Jelaskan  Dengan
nafus makan menurun - Klien pentingnya pengetahuan
sekunder dari menghabiskan porsi makanan bagi yang baik
peradangan sinus makannya proses tentang nutrisi
- Berat badan tetap penyembuhan akan
(seperti sebelum  Catat intake dan memotivasi
sakit ) atau output makanan meningkatkan
bertambah klien pemenuhan
 Anjurkan nutrisi
makan sediki-  Mengetahui
sedikit tapi perkembangan
sering pemenuhan
 Sajikan nutrisi klien
makanan secara  Dengan sedikit
menarik tapi sering
 Ciptakan mengurangi
suasana yang penekanan
menyenangkan,l yang
ingkungan yang berlebihan
bebas dari bau pada lambung
selama waktu  Meningkatkan
makan selera makan
 Berikan klien
perawatan mulut  Bau-bauan dan
sebelum dan pemandangan
sesudah yang tidak
makakan menyenangkan
 Bersikan atas selama waktu
meja sebelum makaan dapat
makanan di menyebapkan
hidangkan anoreksia.
 Jangan gunakan Obat –obatan
pengharum atau saluran
diodoran pernapasan
ruangan yang yang di
terlalu berikan segera
menyengat setelah makan
 Lakukan fisio dapat
terapi dada dan mencetuskan
nebulizer mual dan
selambat munta.
lambatnya 1 jam  Untuk
sebelum makaan mengatasi
 Berikan tempat masalah
yang tepat untuk dehidrasi
membuang tisu pasien.
yang mungkin
berisi
sekret/yang
berasal dari
batuk atau dari
hidung
 Berikan terapi
intra vena sesuai
dengan anjuran
dan lakukan
tindakan
perawatan serta
pencegahhan.do
rong pasien
untuk minum
minimal 3 liter
cairan per
hari,jika pasien
tidak
mendapatkan
infus
4. Defisit volume cairan Tujuan:  Kaji perubahan  Peningkatan
b/d peningkatan Menunjukkan tanda vital, suhu/memanja
kehilangan cairan keseimbangan contoh: ngnya demam
akibat diaforesis yang cairan dengan peningkatan meningkatkan
berkaitan dengan parameter suhu/demam laju metabolik
demam individual yang memanjang, dan kehilangan
tepat, mis: takikardia, cairan melalui
membran mukosa hipotensi evaporasi. TD
lembab, turgor kulit ortostatik. ortostatik
baik, pengisian  Kaji turgor berubah dan
kapiler cepat, tanda kulit, peningkatan
vital stabil. kelembaban takikardia
membran menunjukkan
mukosa (bibir, kekurangan
lidah). cairan
 Pantau masukan sistemik.
dan haluaran,  Indikator
catat warna, langsung
karakter urine. keadekuatan
Hitung volume cairan,
keseimbangan meskipun
cairan. membran
Waspadai mukosa mulut
kehilangan yang mungkin
tak tampak. kering karena
 Anjurkan pasien napas mulut
untuk minum 2 dan oksigen
sampai 3 liter tambahan.
cairan sehari  Memberikan
(kecuali ada informasi
kontraindikasi). tentang
keadekuatan
volume cairan
dan kebutuhan
penggantian.
 Pemenuhan
kebutuhan
dasar cairan,
menurunkan
risiko
dehidrasi.
5. Intoleransi aktivitas b.d NOC:  Observasi  Untuk
-Energi adanya tanda merencanakan
conversation kerja fisik istirahat yang
-Self care:ADLS (takikardi, tepat
Kriteria Hasil : palpitasi,  Untuk
-Berpartisipasi takipnea, meningkatkan
dalam aktivitas dispnea, napas nilai dasar
tanpa disertai pendek, perbandingan
peningkatan hiperpnea, sesak selama periode
tekanan darah, napas, pusing, aktivitas
nadi,dan RR. kunang-kunang,  Untuk
-Mampu melakukan berkeringat) dan mencegah
aktivitas sehari- keletihan kelelehanUntu
hari(ADLS) secara  Ukur tanda vital k mencegah
mandiri. selama periode kebosanan dan
istirahat menarik diri
 Antisipasi dan  Istirahat yg
bantu dalam cukup berguna
aktivitas untuk
kehidupan mempercepat
sehari-hari yang pemulihan
mungkin diluar kemanpuan
batas toleransi
anak
 Rencanakan
aktivitas
keperawatan
6 Gangguan pola tidur Setelah diberikan  Tentukankebutu  Dengan
b.d asuhankeperawatan han tidur pasien mengetahui
selama 3x24 jam  Tentukan efek kebutuhan
diharapkan kualitas pengobatan tidur pasien,
tidur pasien yang diterima perawat dapat
membaik dengan pasien terhadap mengawasi
kriteria hasil: pola tidurnya pasien untuk
-Durasi tidur  Pantau pola tidur sesuai
pasienmeningkat tidur dan durasi kebutuhannya
dari 2 ke 4 tidur klien  Beberapa
-Pola tidur  Sesuaikan pengobatan
membaik dari level lingkungan yang diterima
2 ke level 4 tidur pasien pasien bisa
-Kualitas tidur klien mempengaruhi
meningkat dari pola tidur
level 2 ke level 4 pasien
-Efisiensi tidur  Untuk
klien meningkat memastikan
dari level 2 kelevel klien tidur
4 dengan pola
-Klien dapat tidur dan durasi
malam dengan yang tepat
konsisten  Kondisi
-Klien merasa pulih lingkungan
setelahtidur  yang nyaman
-Klien bangun tidur dan kondusif
padawaktu yang akan
sesuai memudahkan
klien untuk
tidur dengan
lebih baik

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sinusitis adalah peradangan mukosa sinus paranasal yang dapat berupa sinusitis
maksilaris, sinusitis etmoid, sinusitis frontal, dan sinusitis sfenoid. Bila yang terkena lebih
dari satu sinus disebut multisinusitis, dan bila semua sinus terkena disebut pansinusitis.

B. SARAN
 Bagi Mahasiswa sebaiknya mampu memahami bagaimana penyakit sinus yang
terdiri dari macam-macam jenis berdasarkan tempatnya
 Bagi Perawat mampu memberikan perawatan yang terbaik untuk pasien yang
terkena penyakit sinusitis

DAFTAR PUSTAKA
 Brunner , Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. 2002. Jakarta: EGC
 Nurbaiti, H Iskandar. Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok untuk perawat. 1993.
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
 Pearson, W Bruce, dkk. Penyakit Telinga Hidung dan Tenggorokan. 1993. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai