PROFESI KEPERAWATAN
STASE KEPERAWATAN ANAK
DI SUSUN OLEH :
YENI MARLINA
NIM: 21222086
A. Pengertian SDIDTK
Indikator keberhasilan program SDIDTK adalah 90% balita dan anak prasekolah
terjangkau oleh kegiatan SDIDTK pada tahun 2010.
Tujuan agar semua balita umur 0–5 tahun dan anak prasekolah umur 5-6 tahun
tumbuh dan berkembang secara optimal.
Stimulasi dini yang memadai, yaitu merangsang otak balita agar perkembangan
kemampuan gerak, bicara, bahasa, sosialisasi dan kemandirian anak berlangsung secara
optimal sesuai usia anak.
Intervensi dini, yaitu melakukan koreksi dengan memanfaatkan plastisitas otak anak
untuk memperbaiki bila ada penyimpangan tumbuh kembang dengan tujuan agar
pertumbuhan dan perkembangan anak kembali kejalur normal dan penyimpangannya tidak
menjadi lebih berat.
Hitung umur si anak saat ini, dalam contoh anak lahir tanggal 12 Agustus 2009 maka saat ini
(12 Juni 2013) usia si anak adalah 46 bulan. Dalam standar usia pendeteksian, 46 bulan tidak
termasuk standar usia pendeteksian, sedangkan menurut standar usia adalah 48 bulan. Maka
si anak baru bisa di deteksi 2 bulan kedepan atau 60 hari kedepan yaitu pada tanggal 11 atau
12 Agustus 2013.Satu bulan dihitung 30 hari.Toleransi kelebihan usia anak pada saat
pendeteksian dari usia standar adalah 29 hari kedepan.
Stimulasi dini adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak usia 0-6 tahun agar
anak mencapai tumbuh kembang yang optimal sesuai potensi yang dimilikinya. Anak usia 0-
6 tahun perlu mendapatkan stimulasi rutin sedini mungkin dan terus-menerus pada setiap
kesempatan. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh-kembang yang
bahkan dapat menyebabkan gangguan yang menetap. Stimulasi kepada anak hendaknya
bervariasi dan ditujukan terhadap kemampuan dasar anak yaitu: kemampuan gerak kasar,
kemampuan gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa, kemampuan sosialisasi dan
kemandirian, kemampuan kognitif, kreatifitas dan moral-spiritual.
Stimulasi perlu dilakukan menurut aturan yang benar seperti anjuran para ahli,
stimulasi yang salah dapat menyebabkan pembentukan anak yang menyimpang. Oleh karena
itu stimulasi sebaiknya dilakukan oleh orang-orang terdekat dengan anak yang telah
mendapat pengertian tentang cara memberi stimulasi yang benar, misal: ayah, ibu, pengasuh,
anggota keluarga lain, petugas kesehatan dan kelompok masyarakat tertentu, misal kader
kesehatan atau kader pendidikan.
Dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang anak, ada beberapa prinsip dasar yang perlu
diperhatikan para pendidik, pengasuh dan orang tua, yaitu:
1. Stimulasi dilakukan dengan cara-cara yang benar sesuai petunjuk tenaga kesehatan yang
menangani bidang tumbuh kembang anak.
2. Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang terhadap anak.
3. Selalu menunjukkan perilaku yang baik karena anak cenderung meniru tingkah laku
orang-orang terdekat dengannya.
4. Berikan stimulasi sesuai kelompok umur anak.
5. Dunia anak dunia bermain, oleh karena itu lakukanlah stimulasi dengan cara mengajak
anak bermain, bernyanyi dan variasi lain yang menyenangkan, tanpa paksaan dan
hukuman.
6. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak.
7. Menggunakan alat bantu/alat permainan yang sederhana, aman dan ada disekitar kita.
8. Anak laki-laki dan perempuan diberikan kesempatan yang sama.
F. Jenis Skrining / Deteksi Dini Penyimpangan Tumbuh Kembang
Jenis kegiatan deteksi atau disebut juga skrining, dalam SDIDTK adalah sebagai berikut :
1. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dengan cara mengukur Berat Badan
(BB), Tinggi Badan (TB) dan Lingkar Kepala (LK).
2. Deteksi dini penyimpangan perkembangan yaitu meliputi
Pendeteksian menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
Tes Daya Lihat (TDL)
Tes Daya Dengar (TDD)
3. Deteksi dini penyimpangan mental emosional yaitu menggunakan :
Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMME)
Check List for Autism in Toddlers (CHAT) atau Cek lis Deteksi Dini Autis
Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)
a). Deteksi penyimpangan perkembangan anak menggunakan Kuesioner Pra
Skrining Perkembangan (KPSP).
Tujuan deteksi/skrining ini untuk mengetahui apakah perkembangan anak normal
atau tidak.
Jadwal skrining KPSP rutin dilakukan pada saat umur anak mencapai 3, 6, 9, 12, 15,
18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72 bulan. Bila orang tua datang dengan keluhan
anaknya mempunyai masalah tumbuh kembang pada usia anak diluar jadwal skrining, maka
gunakan KPSP untuk usia skrining terdekat yang lebih muda.
1. Alat yang dipakai : Formulir KPSP menurut kelompok umur. Formulir KPSP berisi 9-10
pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak, petugas
memeriksa/menanyakan kepada orang tua dan anak. Formulir KPSP tersedia untuk untuk
setiap kelompok umur anak dari 3 bulan hingga 72 bulan.
2. Interpretasi hasil KPSP : bila jawaban "Ya" mencapai 9-10 berarti perkembangan anak
SESUAI dengan tahap perkembangannya, bila jawaban "Ya" berjumlah 7-8 berarti
perkembangan anak MERAGUKAN, sedangkan bila jawaban "Ya" berjumlah 6 atau
kurang berarti kemungkinan ada PENYIMPANGAN perkembangan anak.
Bila perkembangan anak sesuai umur atau (S), lakukan tindakan sebagai berikut:
1. Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan baik.
2. Teruskan pola asuh anak sesuai tahap perkembangan anak.
3. Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering, sesuai dengan umur dan kesiapan
anak.
4. Ikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan kesehatan di posyandu secara
5. teratusebulan sekali dan setiap ada kegiatan Bina Keluarga Balita. Jika anak sudah
memasuki usia prasekolah (36- 72 bulan), anak dapat diikutkan pada kegiatan kelompok
bermain dan TK.
6. Lakukan pemeriksaan rutin menggunakan KPSP setap 3 bulan pada berumur kurang dari
umur 24 bulan dan setiap 6 bulan pada umur 24 bulan sampai 72 bulan.
Tujuan tes ini untuk menemukan gangguan pendengaran sejak dini agar dapat segera
ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya dengar dan bicara anak. Jadwal
TDD setiap 3 bulan pada bayi (usia kurang dari 12 bulan), dan setiap 6 bulan pada anak
usia 12 bulan keatas.
Jadwal : setiap 3 bulan pada bayi kurang dari 12 bulan dan setiap 6 bulan pada anak usia
12 bulan ke atas. Tes ini dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK, tenaga PAUD, dan
petugas terlatih lainnya.
Pemeriksa memakai alat/instrumen TDD menurut usia anak, gambar-gambar binatang
dan manusia serta mainan (boneka, cangkir, sendok dan bola). Pada anak usia kurang dari
24 bulan, semua pertanyaan dijawab oleh orang tua/pengasuh, sedangkan pada anak usia
lebih dari 24 bulan, pertanyaan berupa perintah-perintah kepada anak melalui orang
tua/pengasuh untuk dikerjakan anak.
Pemeriksa mengamati dengan teliti kemampuan anak dalam melakukan perintah yang
diinstruksikan oleh orang tua/pengasuh. Jawaban 'Ya' bila anak dapat melakukan yang
diperintahkan, jawaban 'Tidak' bila anak tidak adapat atau tidak mau melakukan
perintah
Interpretasi hasil pemeriksaan : Bila ada satu atau lebih jawaban "Tidak" kemungkinan
anak mengalami gangguan pendengaran. Intervensinya: bila perlu pemeriksaan
diulang 2 minggu kemudian untuk meyakinkan bahwa ada gangguan pendengaran. Anak
dirujuk ke Rumah Sakit bila diduga mengalami gangguan pendengaran
c) Tes Daya Lihat (TDL)
Tujuan tes ini untuk menemukan gangguan/kelainan daya lihat anak sejak dini agar dapat
segera ditindaklanjuti sehingga kesempatan memperoleh ketajaman daya lihat menjadi
lebih besar..
Jadwal : dilakukan setiap 6 bulan pada anak usia prasekolah umur 36- 72 bulan. Tes ini
oleh tenaga kesehatan, guru TK, petugas PAUD terlatih.
1. Alat yang diperlukan :
a. Ruangan yang bersih, tenang dengan penyinaran yang baik.
b. Dua buah kursi , satu untuk anak, satu untuk pemeriksa.
c. Poster “E” untuk digantung dari kartu “E” untuk dipegang anak.
d. Alat penunjuk
2. Cara melakukan tes daya lihat :
a. Pilih suatu ruang bersih dan tenang dengan penyinaran yang baik.
b. Gantungkan poster “E” setinggi mata anak pada posisi duduk.
c. Letakkan sebuat kursi sejau 3 meter dari poster “E” mengahap ke poster “E”.
d. Letakkan sebuah kursi lainnya disamping poster “E” untuk pemeriksa.
e. Pemeriksa memerikan kartu “E” pada anak. Latih anak dalam mengarahkan kartu
E menghadap ke atas, bawah, kiri, kanan, sesuai ditunjuk pada poster “E” oleh
pemeriksa, beri pujian setiap kali anak mau melakukannya. Lakukan hal ini
sampai anak dapat mengarahkan kartu “E” dengan benar.
f. Selanjutnya anak diminta menutup sebelah matanya dengan buku/ kertas
g. Denga alat penunjuk, tunjuk huruf “E” pada poster satu- persatu mulai garis
pertama sampai garis ke empat atau garis “E” terkecil yang masih dapat dilihat.
h. Uji anak setiap kali dapat mencocokan posisi kartu “E” yang dipegangnya dengan
huruf “E” pada poster.
i. Ulangali pemeriksaan tersebut pad amata satunya dengan cara yang sama.
j. Setiap kali anak mampu mencocokkan, berikan anak pujian.
1. Alat yang digunakan adalah formulir deteksi dini GPPH formulir ini terdiri dari 10
pertanyaan yang ditanyakan kepada orang tua atau pengasuh anak atau guru TK dan
pertanyaan yang perlu pengamatan pemeriksa.
2. Cara menggunakan formulir deteksi dini GPPH :
Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu-persatu perilaku yang tertulis
pada formulir deteksi dini GPPH. Jelaskan kepada orang tua atau pengasuh anak untuk
tidak ragu-ragu atau takut menjawab.
Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan pertanyaan pada formulir
deteksi dini GPPH.
Keadaan yang ditanyakan atau diamati ada pada anak dimanapun anak berada,
misal ketika di rumah, sekolah, pasar, toko, dan lain-lain.Setiap saat dan ketika anak
denngan siapa saja.
Catat jawaban dan hasil pengamatan perilaku anak selama dilakukan pemeriksaan.
Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.
3. Interpretasi
Beri nilai pada masing-masing jawaban sesuai dengan bobot nilai berikut ini dan
jumlahkan nilai masing-masing jawaban menjadi nilai total.
Nilai 0 : jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak
Nilai 1 : jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan pada anak
Nilai 2 : jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak
Nilai 3 : jika keadaan tersebut selalu ada pada anak.
Bila nila total 13 atau lebih anak kemungkinan dengan GPPH.
4. Intervensi :
anak dengan kemungkinan GPPH perlu dirujuk ke RS yang memiliki fasilitas
kesehatanjiwa/tumbuh kembang anak.
bila nilai total kurang dari 1 tetapi anda ragu- ragu jadwalkan pemeriksaan ulang 1 bulan
kemudian. ajukan pertanyaan kepada orang- orang terdekat dengan anak.
Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak
Yang dimaksud intervensi dini adalah serangkaian tindakan tertentu yang dilakukan
orang tua, pengasuh atau pendidik pada anak usia dini yang perkembangan kemampuannya
menyimpang karena tidak sesuai dengan usianya. Tujuan intervensi dini untuk mengoreksi,
memperbaiki dan mengatasi masalah penyimpangan perkembangan sehingga anak dapat
tumbuh dan berkembang optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Penyimpangan perkembangan anak dapat terjadi pada salah satu atau lebih
kemampuan dasar anak yaitu: kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak halus, kemampuan
bicara dan bahasa, serta kemampuan sosialisasi dan kemandirian. Intervensi dini dilakukan
bila hasil pemeriksaan deteksi dini perkembangan anak menggunakan Kuesioner Pra Skrining
Pertumbuhan (KPSP) didapatkan hasil yang meragukan (M) yang mengindikasikan
kemampuan anak tidak sesuai dengan usianya. Intervensi berupa pemberian petunjuk kepada
orang tua agar menyetimulasi anaknya dan mengajari cara melakukan stimulasi yang benar
serta menganjurkan melakukan pemeriksaan kesehatan anak untuk mencari adanya penyakit
yang dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang anak. Orang tua diminta datang
membawa anaknya 2 minggu kemudian. Setelah orang tua melakukan stimulasi di rumah
selama 2 minggu, petugas melakukan penilaian kembali memakai KPSP serta evaluasi
lainnya (tentang evaluasi intervensi perkembangan akan dibahas pada tulisan tersendiri).
Waktu yang tepat untuk melakukan intervensi dini adalah sesegera mungkin setelah
diketahui anak memiliki penyimpangan tumbuh kembang karena waktu terbaik adalah ketika
anak belum berusia lima tahun, bila terlambat maka sulit mengoreksinya. Seperti telah
dikemukakan di atas bahwa masa lima tahun pertama kehidupan anak (balita) merupakan
“Masa Keemasan (golden period) atau Jendela Kesempatan (window opportunity), atau Masa
Kritis (critical period)”, maka periode itu harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk
memperbaiki penyimpangan.
Rujukan Dini Tumbuh Kembang Anak