Anda di halaman 1dari 28

SEMINAR PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN NY.S (35 TAHUN) DENGAN KELEBIHAN


VOLUME CAIRAN PADA PREEKLAMSIA BERAT
DI RUANG DELIMA RSUD KERTOSONO

PROPOSAL STUDI KASUS

Oleh :
DWI AMBAR SARI
NIM 2018.1440.10.22

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SATRIA BHAKTI NGANJUK
2020
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

Kelebihan volume cairan merupakan kelebihan volume CES yang


dapat terjadi pada saat stimulasi kronis ginjal untuk menahan
natrium dan air, fungsi ginjal abnormal dengan penurunan eskresi
MASALAH natrium dan air, kelebihan pemberian cairan, perpindahan cairan
interstitial ke plasma yang ditandai dengan gejala sesak napas,
peningkatan dan penurunan tekanan darah, nadi kuat, asites,
edema, adanya ronchi, kulit lembab, distensi vena leher, dan
irama gallop (Tarwoto dan Wartonah, 2011). Masalah
keperawatan yang mungkin terjadi pada ibu hamil dengan
preeeklamsia berat adalah kelebihan volume cairan, nyeri,
perubahan perfusi jaringan, risiko cedera dan lain-lain.
Menurut WHO (2016) terdapat sekitar 830 wanita meninggal karena
komplikasi kehamilan atau persalinan diseluruh dunia setiap hari.
Diperikirakan pada tahun 2015 sekitar 303.000 wanita meninggal
selama/setelah masa kehamilan dan persalinan. WHO (2016) juga
menyampaikan bahwa salah satu komplikasi penyebab kematian ibu adalah
SKALA preeklamsia. Survey Demografi Kesehatan Indonesia (AKI) di Indonesia
pada tahun 2015 sebanyak 215 per 100.000 kelahiran hidup. Angka
Kematian Ibu (AKI) di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2016 mencapai
91,00 per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu (AKI) akibat
komplikasi kehamilan di kabupaten Nganjuk sebanyak 157 pada tahun 2013
(Dinkes Nganjuk, 2013).
Kelebihan volume cairan pada preeklamsia berat terjadi karena
spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air.
Pada biopsi ginjal ditemukan spasme yang hebat pada arteriola
SEBAB
glomerulus. Pada beberapa kasus lumen arteriola sedemikian AKIBAT
SEBAB
sempitnya sehingga hanya dapat dilalui satu sel darah merah. AKIBAT
Jadi, jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme,
maka tekanan darah dengan sendirinya akan naik, sebagai usaha
untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenasi
jaringan dapat tercukupi (Mitayani, 2011).

Upaya untuk mengatasi kelebihan volume cairan pada ibu hamil


preeklamsia berat Peran mandiri perawat ialah menganjurkan tirah
baring agar pasien lebih banyak beristrirahat dan tidak mudah lelah
sehingga dapat menurunkan tekanan darah, menganjurkan
mengurangi garam dapat menurunkan kenaikan tekanan darah,
SOLUSI
memposisikan pasien di tempat yang nyaman dan tenang seperti
posisi semi fowler, memberikan nutrisi yang cukup pada ibu seperti
mengkonsumsi sayuran dan vitamin yang lengkap dan buah-
buahan. (Juliaktini, 2014).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Preeklamsia Berat
1. Pengetian preeklamsia berat
Preeklamsia Berat adalah keadaan dimana hipertensi disertai dengan proteinuria, edema, atau kedua-
keduanya yang terjadi akibat kehamilan setelah minggu ke-20 atau kadang-kadang lebih awal terdapat
perubahan hidatidiformis yang luas pada vili dan korialis (Mitayani, 2009). Preeklamsia berat merupakan
preeklamsia dengan tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg disertai
proteinuria > 5 g/24 jam, oliguria < 500 ml/24 jam (Roeshadi, 2007).
2. Etiologi
a. Penyebab preeklamsia yaitu bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda,
hidramnion, dan mola hidatiodosa.
b. Bertambahnya frekuensi karena semakin tua kehamilan.
c. Dapat terjadi perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus
d. Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang, dan koma.
e. Faktor imunologis
f. Faktor genetik/familial
g. Faktor presdisposisi (Ana Rahmawati, 2016)
3. Klasifikasi
a. Preeklamsia ringan
Preeklamsia ringan terjadi jika terdapat tanda-tanda berikut :
1) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi
terbaring terlentang atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih
atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih.
2) Proteinuria memiliki berat 0,3 gram atau per liter, kualitatif 1+ atau
2+ pada urine kateter atau midstream.

b. Preeklamsia Berat
1) Tekanan darah 160 / 110 mmHg atau lebih
2) Proteinuria 5 gram atau lebih per liter
3) Oliguria yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam
4) Terdapat edema paru dan sianosis
5) Menaiknya berat badan 1kg per minggu
6) Keluhan subjektif : nyeri epigastrium, gangguan penglihatan, nyeri
kepala, oedema paru, dan sianosis, gangguan kesadaran (Mitayani,
2013)
4. Patofisiologi
Pada disfungsi endothel terjadi ketidakseimbangan produksi zat-zat yang bertindak sebagai vasodilator
seperti prostasiklin dan nitrat oksida, dibandingkan dengan vasokonstriktor seperti endothelium I,
tromboxan dan angiotensin II, sehingga akan terjadi vasokonstriksi yang luas dan terjadilah hipertensi.
Peningkatan kadar lipid peroksidase juga akan mengaktifkan sistem koagulasi, sehingga terjadi agregasi
trombosit dan pembentukan thrombus. Secara keseluruhan setelah terjadi disfungsi endothel di dalam
tubuh penderita preeklampsia jika prosesnya berlanjut dapat terjadi disfungsi dan kegagalan organ
(Roeshadi, 2007).
5. Manifestasi Klinis
a. Penyebab hipertensi dan proteinuria
a. Tekanan darah
b. Kenaikan berat badan
c. Proteinuria
b. Gejala – gejala subjektif preeklamsia berat
a. Nyeri Kepala
b. Nyeri epigastrium
c. Gangguan penglihatan
6. Faktor resiko preeklamsia berat
a. Pendidikan ibu
b. Pekerjaan ibu
c. Pendapatan keluarga
d. Usia ibu
e. Paritas
f. Status gizi berdasarkan indeks masa tubuh
g. Riwayat preeklamsia sebelumnya
h. Riwayat diabetes melitus

7. Pemeriksaan penunjang
i. Pemeriksaan laborarorium
1) Pemeriksaaan darah lengkap dengan hapusan darah
2) Urinalis
Ditemukan protein dalam urine˃ 5gr/24jam/disptide 2+
3) Pemeriksaan fungsi hati
b. Radiologi
4) Ultrasonografi
5) Kardiofotografi (Mitayani, 2013)
8. Penatalaksaan
a. Pemberian antikonvulsan
antikonvulsan digunakan untuk mencegah dan mengatasi kejang (Jordan, 2004).
b. Pemberian antihipertensi
Tujuan pemberian antihipertensi adalah untuk mencegah terjadinya kardiovaskuler atau
serebrovaskuler accident (Zhang J., 2003).
c. Pemberian kortikosteroid
kortikosteroid hanya diberikan pada kehamilan preterm < 34 minggu dengan tujuan untuk
mematangkan paru janin (MaganE.F. dkk., 1993).

9. Komplikasi
Bergantung pada derajat preeklamsia yang di alami. Namun, yang termasuk komplikasi antara lain sebagai
berikut. (Mitayani, 2013)
c. Pada ibu
a. Eklampsia
b. Solusio Plasenta
c. Perdarahan subkapsula hepar
d. Kelainan pembekuan darah (DIC)
e. Sindrom HELLP (Hemolisis,elevated, liver, enzymes, dan low platelet count)
f. Ablasio retina
g. Gagal jantung hingga syok dan kematian
b. Pada janin
1) Terlambatnya pertumbuhan dalam uterus
2) Prematur
3) Asfiksia neonatorum
4) Kematian dalam uterus
5) Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Konsep Cairan
a. Definisi cairan
Komponen tubuh yang berperran dalam memelihara fungsi tubuh dan proses hemeostatis.
Tubuh terdiri atas sekitar 60% air yang tersebar di dalam sel maupun di luar sel (Tarwoto dan
Wartonah, 2011).
b. Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan tubuh
Menurut A.Aziz Alimul Hidayat, Musrifatul Uliyah (2015) pengaturan kebutuhan cairan dan
elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit, paru, dan gastrointestinal.
1) Ginjal
2) Kulit
3) Paru
4) Gastroinstestinal
c. Cara perpindahan cairan tubuh
Menurut tarwoto dan wartonah (2011) melalui 3 proses :
5) Difusi
6) Osmosis
7) Transpor aktif
d. Kebutuhan cairan tubuh bagi manusia
Secara keseluruhan, kategori presentasi cairan tubuh berdasarkan umur adalah : bayi
baru lahir 75% dari total berat badan, pria dewasa 57% dari total berat badan, wanita
dewasa 56% dari total berat badan dan dewasa tua 45% dari total berat badan (Alimul,
2015).

e. Pengaturan volume cairan tubuh


Asupan (intake) cairan untuk kondisi normal pada orang dewasa adalah ± 2500 cc per
hari. Pengeluaran (output) cairan sebagai bagian dalam mengimbangi asupan cairan pada
orang dewasa, dalam kondisi normal adalah 2300 cc. jumlah air yang paling banyak
keluar berasal dari ekskresi ginjal (berupa urine), sebanyak 1500 cc per hari pada orang
dewasa (Alimul, 2015).
Menurut Mima (2001)
Menentukan keseimbangan cairan tubuh klien dengan menggunakan rumus :
Keseimbangan cairan tubuh = input – output
Kebutuhan cairan hari ini (dalam 24 jam)

Balance Cairan :
Intake cairan – Output cairan
f. Jenis Cairan
1) Cairan nutrien
Karbohidrat dan air, contoh dekstrosa (glukosa), levulosa (fruktosa), invert sugar (½
dekstrosa dan ½ levulosa).
Asam amino, contoh amigen, aminosol dan travamin.
Lemak, contoh lipomul dan liposyn.(Alimul, 2015).
2) Blood volume expanders
Merupakan bagian dari jenis cairan yang berfungsi meningkatkan volume pembuluh
darah setelah kehilangan darah atau plasma.

g. Masalah kebutuhan cairan


3) Hipovolume dan dehidrasi
Ada tiga macam kekurangan volume cairan eksternal, yaitu :
a) Dehidrasi isotonik, terjadi jika tubuh kehilangan sejumlah cairan dan elektrolit
secaraseimbang.
b) Dehidrasi hipertonik, terjadi jika tubuh kehilangan lebih banyak air daripada
elektrolit.
c) Dehidrasi hipotonik, terjadi jika tubuh kehilangan lebih banyak elektrolit daripada
air (Alimul, 2015).
4) Hipervolume atau overdehidrasi
Terdapat dua manifestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan, yaitu hipervolume
(peningkatan volume darah) dan edema (kelebihan cairan pada interstitial).
h. Faktor – faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan
1) Usia
2) Temperatur lingkungan
3) Diet
4) Stress
5) Sakit (Alimul, 2015).

2. Konsep kehamilan
a. Definisi
Kehamilan adalah hasil pertemuan antara sel telur dengan spermatozoa (konsepsi)
yang di ikuti dengan perubahan fisiolgis dan psikologis (Mitayani, 2009).
b. Proses terjadinya kehamilan
Kehamilan terjadi setelah penyatuan ovum dan sperma, lalu zigot mengalami
pembelahan mitosis membentuk bola pada tp ada sel-sel marula, dihasilkan
progesteron yang cukup, oviduktus melemah, morula turun ke uterus, kontraksi
peristaltik morula terapung di dalam uterus, hidup dari sekresi endometrium terus
berploriferasi dan berdiferensiasi menjadi biaskokista lalu melakukan implantasi,
kemudian proses organogenesis (Sherwood, 2001).
c. Tanda – tanda kehamilan a) Tanda piscasek
Menurut wahyu purwaningsih (2010) tanda b) Tanda braxtonghigs
kehamilan ada 2 yaitu : c) Suhu basal
1) Tanda kehamilan mungkin d) HCG meningkat
a) Mual muntah
b) Amenorea
c) Mengidam
d) Pingsan
e) Mammae menjadi besar dan tegang
f) Anoreksia 2) Tanda pasti hamil
g) Sering kencing a) Tendengar denyut jantung janin
h) Obstipasi b) Terasa gerakan janin dan
i) Pigmentasi kulit balotement
j) Varises c) Teraba bagian – bagian janin
k) Tanda hegar d) Pemeriksaan rotgen terlihat
l) Tanda chadwik kerangka janin
e) Ultasonografy tampak gambaran
janin
d. Perubahan fisik selama kehamilan
1) Uterus
Uterus mengalami peningkatan ukuran dan perubahan bentuk.
2) Payudara
Payudara akan membesar dan tegang akibat stimulasi hormon somatomammotropin,
esterogen, dan progesteron, tetapi belum mengerluarkan air susu.
3) Kulit
Terjadi peningkatan suatu hormon perangsang melanosit sejak bulan kedua
kehamilan sampai aterm menyebabkan timbulnya pigmentasi pada kulit. Terdapat
Lineanigra, dan Angioma atau spider naevi .
4) Peningkatan berat badan selama kehamilan
Pada massa fetus (bayi), plasenta, cairan amnion, uterus, mammae, plasma drah,
cairan iterstitial, jaringan lemak maternal terdapat peningkatan berat badan selama
kehamilan sebagai berikut 10 minggu 650gr, 20 minggu 4800gr, 30 minggu 8500 gr,
40 minggu 12500gr.
5) Adaptasi fisiologis sistem hematologis
6) Perubahan metabolisme
7) Sistem kardiovaskuler
8) Sistem urine
9) Sistem pencernaan
10) Perubahan sistem muskuluskeletalll
(Ana Rahmawati, 2016).
3. Konsep Asuhan Keperawatan Preeklamsia berat
a. Pengkajian keperawatan
1) Identitas
Umur ibu ≤ 20 tahun atau ≥ 35 tahun meningkatkan resiko terjadinya kejadian
preeklamsia berat (Cuningham, 2010).
2) Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan pasien preeklamsia berat adalah pembengkakan
pada kaki disertai peningkatan tekanan darah, mual muntah (Aspiani, 2017).
3) Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan ibu menderita penyakit hipertensi sebelum hamil (Mitayani, 2013).
4) Riwayat penyakit sekarang
Edema ekstrimitas
Kenaikan berat badan mencapai 1 kg seminggu (Mitayani, 2013).
5) Riwayat kesehatan keluarga
Kemungkinan mempunyai riwayat hipertensi dalam keluarga (Mitayani, 2013).
6) Riwayat obstetri
a) Riwayat menstruasi
Riwayat menstruasi yang lengkap untuk menentukan taksiran persalinan (TP)
TP ditentukan berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT). Untuk
menentukan TP berdasarkan HPHT dapat di gunakam rumus Neagle, yaitu
hari ditambah tujuh, bulang dikurang tiga, dan tahun di tambah satu (Ana
Rahmawati, 2016)
b) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu :
(1) Kehamilan : pada umur kehamilan ≤ 20 minggu terjadi peningkatan tekanan darah.
(2) Persalinan : dengan pasien riwayat hipertensi dilakukan persalinan SC (section
caesarea).
(3) Nifas : keadaan pasien lemah dengan tekanan darah diatas normal (Winkjoastro,
2010).
c) Riwayat kehamilan sekarang
Umur ibu ≤ 20 tahun atau ≥ 35 tahun meningkatkan resiko terjadinya kejadian
preeklamsia berat (Cuningham, 2010). Tekanan darah tinggi yang disertai dengan
proteinuria (protein dalam kemih) atau edema (penimbunan cairan) yang terjadi pada
kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan (Mansjoer,
2000). Berdasarkan kebijakan Depkes, seorang ibu hamil setidaknya memeriksakan
kehamilan 4 kali selama hamil 1x pada trimester I, 1x trimester II, 2x trimester III

7) Riwayat perkawinan
Biasanya terjadi pada wanita yang menikah di bawah usia 20 tahun atau diatas 35 tahun
(Mitayani, 2013).

8) Riwayat psikologis
Secara umum ibu yang mengalami preeklamsiaberat dalam kondisi yang labil dan mudah
marah, ibu merasa khawatir akan keadaan dirinya dan keadaan janin dalam kandungannya.
Ibu takut jika nanti anaknya lahir cacat atau meninggal dunia, sehingga ia takut untuk
melahirkan (Mitayani, 2013).
9) Pola Fungsional
Menurut Aspiani 2017 :
a) Pola aktivitas: biasanya pada preeklamsia berat terjadi kelemahan, penambahan berat
badan, pembekaan kaki, jari tangan danmuka
b) Pola nutrisi: pemenuhan nutrisi biasanya mengalami penurunan karena adanya mual-
muntah. Tapi terdapat peningkatan berat badan karena adanya edema pada tungkai
dan juga bisa mengalami edema menyeluruh (edema anasarka)
c) Pola eliminasi: tonus-tonus otot saluran cerna melemah akibatnya reabsorsi makan
menjadi kurang baik dan akan menimbulkanobtipasi.
d) Pola istirahat: pasien biasanya akan mengalami gangguan dalam istirahat/tidurnya
disebabkan karena mualmuntah, kepala pusing, bengkak kaki.
e) Pola Kebutuhan personal hygiene : Pada pasien preeklamsia berat terjadi toleransi
aktivitas disebabkan karena edema kaki, sesak nafas, pusing kepala.

10) Pemeriksaan Head To Toe


a) Keadaan umum : biasanya pada ibu hamil dengan preeklamsia berat keadaan
umumnya lemah (Mitayani, 2011)
b) Tanda – tanda vital
a. Tekanan darah : Biasanya pada preeklamsia berat ditemui tekanan darah hingga
TD 160/100 mmHg bahkan lebih (Pudiastuti, 2013).
b. Nadi : Denyut nadi di atas 100 x/menit pada masa nifas adalah mengindikasikan
adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya bisa diakibatkan oleh proses
persalinan sulit atau karena kehilangan darah yang berlebihan (Yoga, 2013).
c. Respiratory rate : klien biasanya mengalami sesak sehabis melakukan
aktifitas RR 28x/menit (Pudiastuti, 2013).
d. Suhu : Suhu pada klien dengan preeklamsia berat seharusanya dibawah
37,6°C, jika sudah mencapai 38°C dapat menyebabkan ibu mengalami
eklamsia atau kejang (Pudiastuti, 2013).
e. BB : Akan terjadi peningkatan berat badan lebih dari 0,5 kg/minggu atau
sebanyak 3 kg dalam 1 bulan.

c) Pemeriksaan kepala dan leher


Inspeksi : Rambut berwarna hitam pada kebersihan rambut kotor biasanya
pada ibu hamil ditemukan rambut berketombe dan kurang bersih.
Palpasi : Pada pemeriksaan leher tidak ditemukan pembesaran kelenjar
thyroid.

d) Pemeriksaan wajah
Inspeksi : Ibu hamil yang mengalami preeklamsiaberat pada mulut bibir
lembab, wajah tampak edema pada palpebra, ibu tampak meringis
kesakitan karena pusing.
Palpasi : Ibu hamil dengan preeklamsia berat akan ditemukan konjungtiva
anemis, dan penglihatan kabur, edema pada palpebra.
e) Pemeriksaan thorax
Paru- paru
Inspeksi : Pada ibu hamil preeklamsia berat akan terjadi oedema paru
dengan gejala klinis rasa sesak, takipnea, gelisah, pemeriksaan
foto thorax terdapat paru – paru berisi cairan, nyeri dada pada
klien.
Palpasi : Pada ibu preeklamsia berat akan terasa lebih bergetar pada dada,
dilakukan dengan kedua telapak tangan diletakan di seluruh permukaan
dada(kiri, depan dan belakang).
Perkusi : Suara paru redup karena terisi cairan
Auskultasi : Pada ibu hamil yg terjadi oedema paru akan terdengar bunyi
napas tambahan ronkhi basah halus.
Jantung
Inspeksi : Pada jantung akan terjadi dekompensasi dengan pemeriksaan
klinis frekuensi dan irama jantung melemah.
Palpasi : Pada pemeriksaan nadi perifer akan terjadi kelemahan.
Auskultasi : Suara jantung irreguler.
Payudara
Inspeksi : Payudara terlihat membesar, puting menonjol, aerola menghitam
membesar dari 3cm menjadi 5 – 6cm.
Palpasi : Payudara lebih padat dan keras.
f) Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : Perut membesar kearah anterior (kedepan) terdapat linea negra (garis
vertikal pada abdomen yang membetang dari simpisis sampai pusat yang
berwarna hitam) terdapat striae albicus (garis –garis pada abdomen yang berwarna
putih).
Palpasi : Nyeri epigastrium, letak janin TFU 3 jari dibawah procxyphoideus, pada
pemeriksaan leopold I fundus teraba lunak, leopold II sebelah kanan perut
teraba keras diatas dan tidak melengkung (punggung), sebelah kiri perut ibu teraba
bagian – bagian kecil janin (ekstrimitas), leopold III teraba bulat, keras,
melenting belum masuk PAP (kepala), leopold IV divergen.
Auskultasi : Pemeriksaan DJJ pada janin detak janin menurun dibawah 120 x/ menit,
bunyi jantung janin terdengar di daerah punggung janin dekat kepala.

g) Pemeriksaan ekstrimitas
Palpasi : Pada ibu preeklamsia berat yang terjadi pada trimester tua biasanya
terjadi oedema kaki dan jari kaki pada pemeriksaan oedema dilakukan
pitting oedema (dilakukan dengan menekan kaki bengkak selama 15 detik
menggunakan ujung jari hingga cekung hitung waktu hingga cekungan kembali
semula), akral hangat pada ekstrimitas atas dan bawah.

h) Pemeriksaan patela
Palpasi : Pada pemeriksaan patela pada ibu preeklamsia berat terdapat gerakan
berlebihan dan cepat saat di ketuk menggunakan reflek hammer.

i) Pemeriksaan genetalia
Inspeksi : Tidak terdapat perdarahan pervagina, terpasang foley catheter.
11) Pemeriksaan penunjang
Menurut Mitayani 2013 :
a) Pemeriksaan laboraorium
i. Pemeriksaaan darah lengkap dengan hapusan darah
1. Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk wanita
hamil adalah 12 – 14 gr%)
2. Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37 – 43 vol%)
3. Trombosit menurun (nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3)
ii. Urinalis
Ditemukan protein dalam urine ˃ 5gr/24jam/disptide 2+
iii. Pemeriksaan fungsi hati
1. Biirubin meningkat (N = ≤ 1 mg/dl)
2. LDH (Laktat dehidrogenase) meningkat
3. Asparat amimomtransferase (AST) ≥ 60 ul
4. Serum glutamat pirufat transaminase (SGPT) (N = 15 – 45 u/ml)
5. Serum glutamat oxaloacetic transaminase (SGOT) meningkat (N = < 31 u/l)
6. Total protein serum menurun (N = 6,7 – 8,7 g/dl)
iv. Tes kimia darah
Asam urat meningkat (N = 2,4 – 2,7 mg/dl)
b) Radiologi
i. Ultrasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intrautrerus. Pernafsan intrauterus lambat,
aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.
ii. Kardiofotografi
Diketahui denyut jantung bayi lemah
b. Analisa data
Tabel 2.3 Analisa data preeklamsia berat
DATA ETIOLOGI MASALAH
Ds : Iskemia uterus dan plasenta
Pada ibu hamil yang Kelebihan volume cairan
dirasakan pembengkakan Vasopasme arteriola ginjal
pada kaki disertai
peningkatan tekanan darah Permeabilitas terhadap
(Aspiani, 2017). protein naik
 
Do : Oedema
 Keadaan umum ibu  
lemah. Tekanan osmotik turun
 Tekanan darah tinggi perubahan premeabilitas
160/110 mmHg. pembuluh darah
 Denyut nadi diatas
100x/menit
 RR diatas 24x/menit
 BB meningkat ≥
0,5kg/minggu atau
sebanyak 3kg dalam 1
bulan
 Oedema pada palpebra
 Konjungtiva anemis
 Oedema paru pada hasil
foto thorax dan
pemeriksaan paru.
 Tedengar suara bunyi
napas ronkhi basa halus
pada paru.
 Jantung terjadi
dekompensasi terliihat
pada frekuensi dan irama
jantung melemah.
 Suara jantung irregular.
 Oedema pada kaki dan
jari kaki.
 Oliguria
 Perubahan pola respirasi.
 Pemeriksaan laboratorium
yaitu pemeriksaan
proteinuria hasil lebih dari
2+
c. Diagnosa Keperawatan
Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan penurunan tekanan osmotik, perubahan
premeabilitas pembuluh darah ditandai dengan oedema (Mitayani, 2013)

d. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa keperawatan : Kelebihan volume cairaninterstitial yang berhubungan dengan
penurunan tekanan osmotik, perubahan premeabilitas pembuluh darah ditandai dengan eodema.
(Mitayani, 2013)
Tujuan : Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan selama 3 × 24 jam volume cairan kembali
dengan seimbang
Kriteria Hasil :
Volume cairan kembali seimbang
Tidak ada oedema
Berat badan stabil
TTV dalam batas normal
TD : 120/80 mmHg
S : 36,5̊ – 37,0̊C
N : 60 – 100× /mnt
RR : 16 – 24× /mnt
Intervensi pada Ny.S 35 tahun dengan kelebihan volume cairan pada Preeklamsia Berat
Tabel 2.4 Intervensi Kelebihan Volume Cairan pada Preeklamsia Berat
No. Intervensi Rasional
1. Observasi intake dan output klien Dengan memantau intake dan output,
setiap hari diharapkan dapat diketahui adanya
keseimbangan cairan dan dapat di ramalkan
keadaan dan kerusakan glomerulus.
2. Observasi tanda-tanda vital, catat Dengan memnatau tanda – tanda vital dan
waktu pengisian kapiler (capillary pengisian kapiler dapat dijadikan pedoman
refill time – CRT) untuk penggantian cairan atau menilai
respons dari kardiovaskuler.
3. Menimbang berat badan ibu Dengan memantau berat badan ibu, dapat di
ketahui berat badan yang merupakan
indikator yang tepat untuk menentukan
keseimbangan cairan.
4. Observasi keadaan edema Keadaan edema merupakan indikator
keadaan cairan dalam tubuh.
5. Tinggikan ekstrimitas untuk Memperlancar peredaran darah dan suplai
meningkatkan aliran balik vena oksigen ke otak
6. Ajarkan pasien tentang penyebab dan Pasien memahami tentang penyebab dan
cara mengatasi edema, dan cara mengatasi edema
pembatasan diet

7. Kolaborasi dengan dokter dalam Diuretik dapat meningkatkan filtrasi


pemberian diuretik glomerulus dan menghambat penyerapan
sodium dan air dalam tubulus ginjal.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai