Anda di halaman 1dari 8

B.

Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud dengan bulimia.

2. Apa saja faktor terjadinya bulimia dan ciri-ciri seorang terkena bulimia.

3. Bagaimana penanganan dan pencegahan pada penderita bulimia.

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan bulimia.

2. Untuk mengetahui faktor terjadinya bulimia dan ciri-ciri seorang terkena


bulimia.

3. Untuk mengetahui penanganan dan pencegahan pada penderita bulimia.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Bulimia

Bulimia berasal dari bahasa yunani yaitu lapar. Seseorang di katakan


mengalami bulimia nervosa adalah jika dia mengalami perilaku makan dalam
porsih banyak dengan berulang-ulang dalam jumlah yang banyak dan sulit
mengontrol diri pada saat makan. Penderita bulimia juga mencemaskan akan
bentuk dan berat badan dan sering mengkonsumsi obat-obatan untuk
mencegah berat badan naik dan berolahraga berlebihan.

Bulimia ditandai dengan kebiasaan makan yang banyak dan lalu


dikompensasi secara ekstrim, seperti memaksa diri muntah atau olahraga
secara intens. Misal, penderita suka berpesta pora memakan makanan
kesukaan, lalu besok pagi berangkat ke pusat kebugaran berolahraga hingga
lemas1.

Davidson, Neale, Kring, dan Ann M. mengatakan bahwa orang yang


terkena bulimia adalah adanya rasa ketakutan pada kegemukan dan sangat
senang dengan ukuran dan bentuk tubuh sendiri, membuat alasan pergi
kekamar mandi setelah makan, hanya makan rendah kalori, berpuasa atau diet,
berolahraga berlebihan, dan selalu menggunakan obat-obatan dan menarik diri
dari kegiatan sosial, terutama pada saat pertemuan atau pesta yang melibatkan
makanan.2

Jadi, bulimia nervosa adalah gangguan pola makan yang penderitanya


mengalami makan berlebihan dan sengaja memuntahkan makanan dan
olahraga yang berlebihansebagai reaksi yang muncul akibat dari makan
berlebih.

B. Faktor-faktor penyebab terjadinya bulimia nervosa

1. Faktor sosial-kultur

Tekanan berlebihan pada wanita untuk mencapai kurus yang tidak


realistis.

1
Herri Zan Pieter, dkk. Pengantar psikologi untuk keperawatan, (Jakarta: Kencana,
2011), hal. 395.
2
Ibid,,,. hal.396.
2. Faktor psikologis

a. Diet yang kaku dapat mengakibatkan berkurangnya kontrol yang di


sertai dengan pelenggaraan diet dan menghasilkan makan berlebihan
yang bersifat bulmik.

b. Ketidakpuasan akan bentuk tubuh memicu dilakukian cara-cara yang


tidak sehat untuk mencapai berat badan yang diinginkan.

c. Kurangnya akan kontrol dalam kehidupan daet. Sulit berpisah dari


keluarga dan membangun identitas individual.

d. Kebutuhan psikologis untuk kesempurnaan dan cenderung untuk


berfikir secara diktomis/hitam putih.

3. Faktor keluarga

a. Keluarga dari pasien gangguan makan seringkali memiliki


karakteristik yang sama yaitu adanya konflik, kurang kedekatan dan
pengasuhan, serta gagal dalam membangun kemandirian dan otonomi
pada diri anak perempuan

b. Dari perspektif sistim keluarga, gangguan makan pada anak


perempuan dapat memberi keseimbangan pada keluarga yang
disfungsional dengan mengalihkan perhatian dari masalah keluarga
ataupun masalah pernikahan.

4. Faktor biologis

a. Ketidakseimbangan yang mungkin terjadi pada sistim


neurotransmitter di otak yang mengatur mood dan nafsu makan.

b. Kemungkinan pengaruh genetis3.

C. Ciri-ciri penderita Bulimia Nervosa


Adapun ciri-ciri dari penderita bulimia nervosa yaitu:
1. Menyikat gigi lebih dari dua kali sehari akibat seringnya muntah.
2. Sering mengunyah permen karet atau es, menggigit kuku, dan
memakai moutwash.
3. Kram pada otot, kelelahan, dehidrasi, dan jantung berdebar-debar.
4. Berat badan berkurang setengah sampai satu kg per minggu.
5. Bibir dan kulit sekitar mulut kering.4

3
Hetty Krisnani, Meilanny Budiarti Santoso, Destin putri, jurnal gangguan makan
anorexia nervosa dan Bulimia nervosa pada remaja. (Jakarta: Grafindo Persada,2014), hal. 45.
D. Akibat dari Bulimia Nervosa
Akibat fisik dari bulimia nervosa yaitu:
1. Pembengkakan kelenjar ludah di pipi.
2. Jaringan parut di buku jari tangan yang digunakan untuk
merangsang muntah.
3. Pengikisan email gigi akibat bulimia yang sering muntah dan
mengeluarkan asam lambung.
4. Kadar kalium yang rendah dalam darah.
5. Gigi sensitive terhadap panas atau dingin.
6. Masalah pada kelenjar ludah ang berupa rasa nyeri atau
pembengkakan.
7. Paparan asam lambung berlebih pada kerongkongan bisa
menyebabkan borok, pecah atau penyempitan.
8. Terganggunya proses pencernaan akibat pencahar, bisa
mengakibatkan disfungsi organ pencernaan.
9. Ketodakseimbangan cairan tubuh akibat stimulus zat diuretic
secara berlebih.5
Akibat fisik secara tidak langsung juga akan mempengaruhi
kondisi psikis seseorang sehingga masalah psikologis yang muncul
pada mereka adalah:
1. Perasaan tidak berharga
2. Sensitif, mudah tersinggung, mudah marah.
3. Kehilangan minat untuk berinteraksi dengan orang lain.
4. Tidak percaya diri, canggung berhadapan dengan orang banyak.
5. Mudah merasa bersalah.
6. Cenderung berbohong untuk menutupi perilaku makannya.
7. Minta perhatian orang lain.

4
Rohana Uly Pradita Siregar, jurnal hubungan citra tubuh dengan gangguan makan pada
remaja putri pada masa pubertas. (fIle)
5
Hetty krisnani, meilany budiarti santoso, destin putri, gangguan makan anorexia dan
bulimia nervosa pada remaja.(Jakarta: Kencana, 2014), hlm. 32- 34.
E. Pencegahan Bulimia Nervosa
Pencegahan yang dapat dilakukan agar seseorang tidak menderita
bulimia nervosa adalah sebagai berikut:
1. Pencegahan primer

Ditujukan pada populasi yang berisiko tinggi seperti murid


SMP perempuan untuk mencegah timbulnya gangguan makan pada
mereka yang asimtomatik. Sejumlah program pendidikan dapat dicoba
berdasarkan asumsi bahwa pengetahuan dapat mengubah sikap dan
perilaku, program tersebut ditekankan pada pemahaman tentang citra
diri.

2. Pencegahan sekunder

Bertujuan untuk deteksi dan intervensi dini, dengan


memberikan pendidikan pada petugas kesehatan di pusat pelayanan
kesehatan primer. Dengan intervensi dini morbiditas dapat diturunkan.

F. Penanganan-penanganan untuk bulimia nervosa

Berikut ini ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menangani
bulimia nervosa.

1. Penanganan Biologis

Karena Bulimia nervosa sering kali komorbid dengan depresi,


ganguan ini ditangani dengan berbagai antidepresan. Bulimia difokuskan
pada fluoksetin. Perempuan dengan Bulimia ditangani sebagai pasien
rawat jalan selama delapan minggu. Fluoksetin ternyata lebih memberikan
hasil dibandingkan placebo untuk mengurangi makan berlebihan dan
muntah, juga mengurangi depresi dan sikap yang menyimpang terhadap
makanan dan makan. Dalam sebagian besar studi termasuk studi double-
blind dengan kelompok control placebo, mengkonfirmasi kemampuan
berbagai macam antidepresan untuk mengurangi pengurasan dan makan
berlebihan, bahkan di kalangan pasien yang tidak mengalami perbaikan
dalam penanganan psikologis yang diberikan sebelumnya.

Dari segi negatifnya, jauh lebih banyak pasien yang tidak tuntas
menjalani penanganan dengan obat-obatan dalam berbagai studi tentang
bulimia dibanding yang tidak tuntas menjalani jenis penanganan kognitif-
perilaku. Dalam studi multisentral tentang fluoksetin, hampir sepertiga
pasien berhenti sebelum akhir masa penanganan yang berlangsung selama
delapan minggu, teruatama disebabkan efek samping obat-obatan yang
diberikan. Bandingkan dengan angka kurang dari lima persen pasien yang
berhenti dari terapi kognitif-behavioral. Terlebih lagi, sebagian besar
pasien kambuh ketika pemberian berbagai jenis obat antidepresan
dihentikan, seperti yang terjadi dengan sebagian besar obat-obatan
psikoaktif. Terdapat beberapa kecenderungan untuk kambuh tersebut
berkurang bila antidepresan diberikan dalam konteks terapi kognitif-
behavioral.

2. Penanganan Psikologis Bulimia Nervosa

Psikoterapi Kognitif-Behavioral Therapy (CBT) harus dianggap


sebagai, patokan lini pertama pengobatan untuk bulimia nervosa. Data
pendukung efektivitas CBT didasarkan pada kepatuhan yang ketat dan
harus betul-betul dilaksanakan dengan sangat rinci, petunjuk-dipandu
perawatan yang mencakup sekitar 18 sampai 20 sesi selama 5 sampai 6
bulan. CBTmenerapkan sejumlah prosedur kognitif dan perilaku untuk
mengganggu siklus mempertahankan diri perilaku makan berlebihan dan
diet dan mengubah kondisi fungsional individu, yaitu keyakinan tentang
makanan, berat badan, citra tubuh, dan keseluruhan konsep diri.

Dynamic Psikoterapi (Pengobatan psikodinamik) pasien dengan


bulimia nervosa telah mengungkapkan kecenderungan untuk
mengkonkretkan mekanisme pertahanan introjective dan proyektif.Dengan
cara yang analog dengan membelah, pasien membagi makanan ke dalam
dua kategori: item yang bergizi dan mereka yang tidak sehat. Makanan
yang ditunjuk bergizi dapat dicerna dan dipertahankan karena secara tidak
sadar melambangkan introjects baik. Tapi junk food secara tidak sadar
berhubungan dengan introjects buruk dan oleh karena itu, dikeluarkan
melalui muntah, dengan sadar bahwa semua fantasi merusak, kebencian,
dan kejahatan sedang dievakuasi. Pasien sementara dapat merasa nyaman
setelah muntah karena evakuasi fantasi, tapi perasaan yang terkait menjadi
baik adalah singkat karena didasarkan pada kombinasi tidak stabil.

Terapi keluarga juga dapat dilakukan yaitu dengan memperbaiki


pola-pola interaksi untuk memutus pola enmeshment dan rigidity, dan
membuat anak perempuannya mengubah kebiasaan makannya.6

6
https://www.kompasiana.com/yeninuraeni/552fef626ea834806d8b45a0/gangguan-
makan-bulimia-nervousa. diakses pada: 20 maret 2019.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Bulimia adalah orang yang sangat sulit mengontol gaya makan dan sangat
takut akan kegemukan, sehingga setelah makan dalam porsi besar seorang bulimia
akan melakukan daet yang sangat keras atau melakukan olahraga yang berlebihan.
Faktor yang bisa menyebabkan bulimia yaitu, Faktor sosial-kultur, Faktor
psikologis, Faktor keluarga, dan Faktor biologis.
Salah satu ciri-ciri orang yang mengalami bulimia yaitu, Berat badan
berkurang setengah sampai satu kg per minggu. Dan dalam pencegahan bulimia
itu terdapat dua macam yaitu, pencegahan primer dan skunder, penganan pun bisa
bisa dengan cara biologis dan psikologis.
DAFTAR PUSTAKA
Pieter ,Herri Zan. dkk. 2011. Pengantar psikologi untuk keperawata. Jakarta:
Kencana.
Krisnani, Hetty. Meilanny Budiarti Santoso. Destin putri. 2014. jurnal gangguan
makan anorexia nervosa dan Bulimia nervosa pada remaja. Jakarta:
Grafindo Persada.
Rohana Uly Pradita Siregar, jurnal hubungan citra tubuh dengan gangguan
makan pada remaja putri pada masa pubertas
https://www.kompasiana.com/yeninuraeni/552fef626ea834806d8b45a0/gangguan
-makan-bulimia-nervousa. diakses pada: 20 maret 2019.

Anda mungkin juga menyukai