Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN TUTORIAL

NEUROMUSKULOSKELETAL

DISUSUN OLEH :
TUTOR XIV
FASILITATOR : dr. Yanti Fitriyasa, Sp. THT-KL
KETUA : Rezy Saputra (1910070100114)
SEKRETARIS : Sisi Adiza Fitri (1910070100115)
ANGGOTA : Fadhilman Idris (1910070100110)
Raditya Pangestu (1910070100111)
Tegar Pratama (1910070100112)
Agung Saputra (1910070100113)
Rezy Saputra (1910070100114)
Dini Jannatul (1910070100116)
Bunga Gusasnami (1910070100117)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan laporan ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan laporan ini dalam rangka tugas tutorial blok neuromuskuloskeletal.

Penulis tentu menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk laporan ini, supaya laporan ini nantinya dapat menjadi
laporan yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada laporan ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
fasilitator dan dosen pengajar kami yang telah membimbing dalam menulis laporan ini.

Demikian, semoga laporan ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Padang, 8 Mei 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anatomi berasal dari dua kata yaitu ‘ana’ yang berarti menguraikan dan ‘tomy’ yang
berarti memotong. Jadi anatomi adalah ilmu yang mempelajari susunan tubuh manusia
dengan jalan mengurai dan memotong bagiannya. Anatomi juga berarti ilmu yang
mempelajari struktur dan fungsi tubuh. Anatomi mencakup bagian tubuh dari kepala sampai
kaki. Namun dalam bidang kedokteran yang berkaitan adalah anatomi regio kepala dan leher.
Pada regio kepala yang di bahas adalah tulang tengkorak, maxilla dan mandibula. Tulang
tengkorak terdiri dari batok kepala (calvaria) dan basis kranii. Dan terdiri dari beberapa
tulang yaitu frontal, parietal, temporal dan occipital.
1.2 Trigger
Dokter Serebrina seperti biasa selalu melaksanakan aktivitas rutinnya visite tiap pagi
dengan didampingi dokter muda. Pasien A adalah korban kecelakaan lalu lintas, tidak sadar sejak
3 jam yang lalu karena mengalami cedera kepala berat. Terdapat fraktur pada os temporal karena
terbentur keras yang menimbulkan penekanan pada cerebrum. Penekanan tersebut merusak
neuron dan sel penunjang yang ada di sekitarnya, sehingga terjadi gangguan fungsi.

Sinyal tidak bisa diteruskan dari satu neuron ke neuron lainnya melalui sinaps. CT scan
kepala menunjukkan fraktur linear pada os temporal sinistra dan adanya hematom pada ruang
epidural. Pasien A juga tampak mengalami hemiparesis dekstra. Temannya, pasien C mengalami
fraktur basis kranii. Pasien C juga tidak sadarkan diri dan terdapat “raccoon eyes”, brill
haematoma. Tampak juga keluar cairan serebrospinal (CSS) dari telinga dan hidungnya. Dokter
serebrina kembali mengajak dokter muda untuk mendiskusikan kedua pasiennya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Step 1 : Clarify Unfamiliar Terms

1. Sinaps : hubungan tempat akson/bagian lain dari satu sel saraf berakhir
pada dendrit som/ akson dari neuron lain
2. CT scan : pemeriksaan medis yang menggunakan teknologi sinar X dan
komputer sekaligus
3. Fraktur linear : fraktur dengan bentuk garis tunggal
4. Hematom : kumpulan darah tidak normal di luar pembuluh darah
5. Epidural : terletak pada atau di sebelah dura meter/ tulang tengkorak
6. Hemiparesis dektra : kondisi ketika sisi tubuh sebelah kanan mengalami kelemahan
sehingga sulit digerakkan namun tak sepenuhnya lumpuh
7. Fraktur basis cranii : fraktur di dasar tulang tengkorak
8. Raccon eyes : pembengkakan/penimbunan darah dibawah kulit kelopak mata
akibat pecahnya pembuluh darah palpebra yang biasanya disebabkan oleh trauma tumpul
9. Cairan serebrospinal : cairan yang menggenang pada otak dan akord tulang belakang

2.2 Step 2 : Define The Problems

1. Apa yang menyebabkan pasien tidak sadar setelah cedera di kepala?


2. Apa penyebab dari penekanan cerebrum?
3. Mengapa sinyal tidak dapat diteruskan dari sel neuron satu ke neuron lainnya?
4. Mengapa bisa terjadi hemiparesis dektra?
5. Mengapa adanya hematom pada ruang epidural?
6. Mengapa fraktur basis cranii dapat menyebabkan tidak sadar dan raccon eyes?
7. Apa penyebab cairan serebrospinal dapat keluar dari hidung dan telinga?

2.3 Step 3 : Brainstorm Possible Hypothesis or Explanation

1. Karena adanya fraktur di area os temporal


2. Rusaknya neuron dan sel penunjang disekitarnya
3. Karena adanya penekanan pada cerebrum sehingga menyebabkan gangguan fungsi
neuron tersebut
4. Karena terjadi gangguan fungsi pada neuron
5. Karena masuknya darah ke epidural disebabkan oleh adanya cedera kepala yang
menimbulkan keretakan tulang kepala atau robeknya lapisan dura
6. Karena adanya benturan langsung pada dasar daerah tulang tengkorak juga dapat berasal
dari benturan pada wajah atau rahang.
7. Penyebabnya adalah terjadinya robekan di jaringan lunak yang menutupi otak dan
sumsum tulang belakang, cairan yang keluar tersebut menyebabkan penurunan volume
dan memberi tekanan pada otak akhirnya cairan ini dapat mengalir ke hidung, telinga
atau bagian belakang tenggorokan.

2.4 Step 4 : Arrange Explanation Into a Tentative Solution

FRAKTUR KEPALA

FRAKTUR BASIS CRANII FRAKTUR OS TEMPORAL

RACCON EYES KELUARNYA CAIRAN TIDAK SADAR PENEKANAN CEREBRUM


CEREBROSPINAL

GANGGUAN NEURON DAN


SEL PENUNJANG

GANGGUAN SINAPS

GANGGUAN FUNGSI

HEMATOM RUANG HEMIPARESIS DEKTRA


EPIDURAL
2.5 Step 5 : Learning Objective
Mahasiswa mampu memahami, mempelajari dan menjelaskan tentang :
1. Anatomi os cranium dan basis cranii
2. Anatomi,histologi, dan fisiologi dari cerebrum
3. Anatomi,histologi dari neuron dan sel penunjang
4. Aliran cairan serebrospinalis
5. Tentang sinaps
6. Mekanisme terjadinya penurunan kesadaran
7. Mekanisme terjadinya hematom epidural
8. Mekanisme terjadinya hemiparesis dektra

2.6 Step 6 : Gather Information and Private Study

---

2.7 Step 7 : Share the Result of Information and Private Study

I. Anatomi os Cranium dan Basis Cranii

 Cranium

Tengkorak tulang pembentuk kepala disusun tulang-tulang (ossa craniales)


– ketebalan bervariasi
– bentuk tidak teratur & rumit
– sepasang/tunggal
dihubungkan oleh sutura, articulus temporomandibularis

Aspek Luar Tengkorak :


• Aspek superior (atas)
• Aspek inferior (bawah)
• Aspek anterior (depan)
• Aspek posteroir (belakang)
• Aspek lateralis (samping)

(Anterior)

(Posterior)
(Superior)

Sutura
• sutura sagittalis --- antara kedua ossa parietales
• sutura frontalis --- antara kedua ossa frontales
• sutura coronalis --- antara os parietale dan os frontalis
• sutura squamosa --- antara os parietale dan squama temporalis
• sutura lambdoidea --- antara os parietale dan os occipitale

(Inferior)
(Lateral)

Ossa craniales dikelompokan :


1. NEUROCRANIUM (Brain Case) => Os frontale, Os ethmoidale, Os sphenoidale, Os
occipital, Os temporale, dan Os parietale
2. VISEROCRANIUM (Tulang Wajah) => Os nasale, Os lacrimale, Os zygomaticum,
Os maxilla, Os mandibular Vomer, Os palatinum, dan Concha nasalis inferior

 Basis cranii
II. Anatomi, Histologi, dan Fisiologi Cerebrum

 Anatomi
(Lobus-Lobus Otak)

 Histologi
Cerebrum terdapat menjadi 6 lapis yaitu :
1. Molecular layer (zonal layer): mengandung serat saraf dan sel horizontal
2. External granular layer:mengandung sel stelata , sel pyramid kecil
3. External pyramidal layer: mengandung sel pyramid kecil , sedang , sel stelata dan
sel fusiform
4. Internal granular layer:mengandung sel stelata , sel granular , sel piramid
5. Internal pyramidal layer (Lapisan Ganglioner) :mengandung sel pyramid besar (sel
betz) , sel stelata dan serat syaraf
6. Multiform layer : mengandung sel fusiformis , sel granuler dan sel stelata

Medula
mengandung serat syaraf dan neuroglia

Piameter
pembungkus korteks cerebri

 Fisiologi Cerebrum
Bagian otak yang terbesar yang terdiri dari sepasang hemisfer kanan dan kiri .
Belahan otak kanan berfungsi untuk mengontrol pergerakan di sisi kiri tubuh dan
belahan otak kiri mengontrol gerakan di sisi kanan tubuh.Permukaan luar cerebrum
disebut cerebral cortex. Bagian ini merupakan area otak di mana sel saraf membuat
koneksi yang disebut sinaps. Sinaps merupakan sistem saraf yang mengendalikan
aktivitas otak. Sementara bagian dalam cerebrum mengandung sel-sel saraf
berselubung (mielin) yang berperan dalam menyampaikan informasi antara otak dan
saraf tulang belakang. Otak besar dibagi lagi menjadi 4 bagian, yaitu:
a)LobusFrontalis
Lobus frontal merupakan lobus terbesar yang mencakup bagian dari korteks serebrum
bagian depan, yaitu dari sulcus sentralis (suatu fisura atau jalur) dan di dasar sulcus
lateralis. Area Broca terletak di lubos frontalis dn mengontrol ekspresi bicara. Area
asosiasi di lobus frontalis memerima informasi dari seluruh otak dan menggabungkan
informasi-informasi tersebut menjadi pikiran, rencana, dan perilaku. Area ini
mengontrol perilaku individu, membuat keputusan, kepribadian, dan menahan diri.
b)LobusTemporalis
Mencakup bagian korteks serebrum yang berjalan ke bawah dari fisura
laterali dan sebelah posterior dari fisura parieto-oksipitalis.Lobus
ini berfungsi untuk mengatur daya ingat verbal, visual, pendengaran dan berperan
dlm pembentukan dan perkembangan emosi.
c)Lobusparietalis
Lobus parientalis adalah daerah korteks yang terletak di belakang sulcus sentralis, di
atas fisura lateralis dan meluas ke belakang ke fisura parieto-oksipitalis. Area ini
menginterprestasikan sensasi. Sensasi yang tidak berpengaruh adalah bau. Lobus
parietal mengatur individu mampu mengetahui posisi dan letak bagian tubuhnya.
Kerusakan pada daerah ini menyebabkan sindrom hemineglect .
d)Lobusoksipitalis
Lobus Oksipitalis berfungsi untuk pusat penglihatan dan area asosiasi
penglihatan: menginterpretasi dan memproses rangsang penglihatan dari nervus
optikus dan mengasosiasikan rangsang ini dengan informasi saraf lain & memori
e)LobusLimbik
Lobus limbik berfungsi untuk mengatur emosi manusia, memori emosi dan
bersama hipothalamus menimbulkan perubahan melalui pengendalian atas
susunan endokrin dan susunan otonom

III. Anatomi, Histologi, Dan Sel Penunjang (Neuroglia)


Dendrit : percabangan dari badan sel yang terlihat seperti tonjolan bercabang.
Berfungsi untuk menerima dan menghantarkan rangsangan dari badan sel.
Badan sel : Bertugas untuk menerima rangsangan dari dendrit kemudian meneruskan
rangsangan tersebut ke akson (neurit). Badan sel hanya terdapat pada saraf pusat (Otak
dan sumsum tulang belakang) dan pada ganglion (sekumpulan sel saraf di luar sistem
saraf pusat).
Akson (Neurit) adalah serabut sel saraf panjang yang terlihat seperti penjuluran dari
badan sel. Akson berperan dalam menghantarkan impuls dari badan sel menuju efektor
seperti sel otot atau sel kelenjar. Untuk menjalankan fungsinya ini, di dalam neurit
terdapat struktur yang disebut neurofibril. Beberapa sel saraf, neuritnya dibungkus oleh
sebuah selaput yang disebut selaput mielin.

Selaput atau selubung Mielin adalah selaput pembungkus neurit, tersusun dari
lemak, bersegmen – segmen, dan lekukan di antara dua segmen disebut nodus ranvier.
Selaput mielin ini dikelilingi oleh sel schwann. Fungsi dari bagian ini adalah untuk
melindungi sel saraf dari kerusakan dan mencegah bocornya impuls serta mempercepat
hantaran impuls yang masuk. Selubung mielin diproduksi oleh sel glial.
Sel Schwann adalah sel yang mengelilingi selubung mielin. Berfungsi untuk
mempercepat jalannya impuls, menyediakan nutrisi bagi neurit dan membantu regenerasi
dari neurit.
Nodus Ranvier adalah bagian antar dua segmen selubung mielin. Berfungsi sebagai
loncatan impuls saraf agar sampai lebih cepat ke tempat tujuan.
Sinapsis adalah celah yang terdapat pada pertemuan satu neuron dengan neuron lainnya.
Setiap sinapsis menyediakan koneksi antar neuron sehingga memungkinkan terjadinya
pertukaran informasi antar neuron tersebut, dalam bentuk zat kimia yang disebut
neurotransmiter. Pada ujung neurit setiap sel saraf terdapat sebuah kantong yang disebut
Bulbus Akson, kantong inilah yang akan menghasilkan neurotransmiter tadi.

 Histologi
1. Jaringan Saraf
MIKROSKOPIS
- BENTUK SEL BERMACAM-MACAM
- TERDIRI ATAS 2 JENIS SEL:
SEL SARAF
SEL PENYOKONG
- SEL SARAF SELALU MEMPUNYAI TONJOLAN SITO-PLASMA YANG
PANJANG DAN BERCABANG-CABANG
FUNGSI
- SEL SARAF:
MENERIMA SINYAL, MENGUBAH SINYAL MENJADI IMPULS,
MERAMBATKAN IMPULS, MERESPONS SINYAL
MENSEKRESI NEUROTRANSMITTER
MENSEKRESI HORMON = NEROHORMON.
- SEL PENYOKONG:
MERAWAT SEL SARAF
MENOPANG SEL SARAF
2. Badan Sel Saraf
MIKROSKOPIS :
- INTI
BIASANYA TERLETAK SENTRAL
BULAT BESAR, BERISI KHROMATIN HALUS TERSEBAR
NUKLEOLUS BESAR, SEHINGGA MENYERUPAI INTINYA
- SITOPLASMA DALAM PERIKARION
MENGANDUNG ORGANELA SEPERTI JENIS SEL LAIN
SUBSTANSI NISSL, BERCAK-BERCAK BASOFIL YANG KHAS PADA SEL
SARAF, SEBENARNYA rER YANG PENUH DENGAN RIBOSOM
NEUROFIBRIL MELUAS KE DALAM TONJOLAN-TONJOLAN
PIGMEN LIPOKHROM DAN PIGMEN MELANIN
SUB-MIKROSKOPIS
- SITOPLASMA
BANYAK MENGANDUNG rER YANG TAMPAK SEBAGAI SUBSTANSI
NISSL
MITOKHONDRIA MELUAS KE DALAM TONJOLAN-TONJOLAN SEL
KOMPLEKS GOLGI
SITOSKELETON MEMBENTUK NEUROFIBRIL
3. Axon = Neurit

- TONJOLAN SITOPLASMA YANG HANYA TERDAPAT SEBUAH


DINAMAKAN JUGA SERABUT SARAF
- PERCABANGAN:
UJUNG AXON BERCABANG-CABANG SEBAGAI CABANG POHON
CABANG KOLATERAL : PADA BEBERAPA TEMPAT
- UKURAN PANJANG
DARI TIDAK ADA (SEL AMAKRIN DI RETINA) SAMPAI BEBERAPA
PULUH cm
- DIAMETER:
PANGKAL AXON MELEBAR: AXON HILLOCK, BANYAK NEUROFIBRIL
DAN TIDAK ADA SUBSTANSI NISSL
BERMACAM-MACAM
- ORGANELA:
MITOKHONDRIA, NEROFIBRIL, MIKROTUBULI

4. Sel Neuroglia

SEL EPENDIM
- SEMULA SEBAGAI PEMBATAS TUBA NEURALIS
- KEMUDIAN BERFUNGSI:
PROLIFERATIF MENGHASILKAN SPONGIOBLAS DAN NEROBLAS
PENYOKONG
SEL PENGHASIL LIIQUOR CEREBROSPINALIS
PEMBATAS RONGGA SISTEM SARAF PUSAT
ASTROSIT
- ASTROSIT PROTOPLASMATIS
- ASTROSIT FIBROSA
OLIGODENDROGLIA
- MEMBENTUK SELUBUNG MIELIN
MIKROGLIA

IV. Aliran Cairan Serebrospinalis

Cairan serebrospinal dibentuk di ventrikel serebral lateral dan masuk ke ventrikel ketiga
melalui foramen Monro (Gambar 3-23), dimana cairan serebrospinal ini kemudian
bercampur dengan yang cairan terbentuk disana. Cairan serebrospinal ini lalu melewati
saluran Sylvius menuju serebral ventrikel keempat, dimana Gambar 3-23 Proses keluar
masuknya cairan serebrospinal menurut siklus kardiak masih ada cairan serebrospinal
yang dibentuk. Cairan serebrospinal masuk ke magna cisterna melalui foramen lateral
Luschka dan melalui foramen tengah Magendie. Dari titik ini, cairan serebrospinal
mengalir melalui ruang subaraknoid ke serebrum, dimana sebagian besar merupakan
lokasi vili araknoid.
V. Sinaps

Sinapsis adalah titik temu antara terminal akson salah satu neuron dengan neuron
lain. Sinapsis adalah ujung pertemuan neurit (akson) sel saraf dengan ujung dendrit sel
saraf yang lain. Ujung neurit yang akan mengalirkan impuls rangsangan ke sel saraf lain
akan membentuk tombol sinapsis. Setiap terminal akson membengkak
membentuk tonjolan sinapsis. Di dalam sitoplasma tonjolan sinapsis terdapat struktur
kumpulan membran kecil berisi neurotransmitter yang disebut vesikula sinapsis.
Neurontransmitter adalah suatu zat kimia yang dapat menyeberangkan impuls dari
neuron pra-sinapsis ke post-sinapsis. Neurontransmitter ada bermacam-macam misalnya
asetilkolin yang terdapat di seluruh tubuh, noradrenalin terdapat di sistem saraf simpatik,
dan dopamin serta serotonin yang terdapat di otak
Sinapsis dibentuk oleh terminal akson yang membengkak. Di
dalam sitoplasma sinapsis, terdapat vesikula sinapsis. Ketika impuls mencapai ujung
neuron, vesikula akan bergerak, lalu melebur dengan membran pra-sinapsis dan
melepaskan asetilkolin. Asetilkolin berdifusi melalui celah sinapsis, lalu menempel pada
reseptor di membran pasca-sinapsis. Penempelan asetilkolin pada reseptor menimbulkan
impuls pada sel saraf berikutnya. Enzim asetilkolinesterase menguraikan asetilkolin yang
tugasnya sudah selesai.

proses yang terjadi pada sinapsis


Impuls saraf menuju bongkol prasinaps berupa gelembung. sesampainya di
bongkol prasinaps, gelembung2 sinaps mendekati membran prasinaps dna melepaskan
isinya yaitu zat kimia neurotransmitter. neuro transmitter berdifusi melalui celah sinaps
menuju post sinaps. di celah sinaps, neurotransmitter dipecahkan oleh enzim kolinestrase
dan zat kimia dalam neurotransmitter(biasanya aetikolin) masuk ke bongkol post sinaps.

Mekanisme sinapsis
yaitu:Impuls diteruskan melalui yang memisahkan kedua membran plasma dengan
transmiter zat kimiawi khusus yang disebut neurotransmiter.Zat kimia atau implus
disalurkan dari akson ke dendrit dengan cara difusi sederhana. Secara fungsional sinapsis
sangat penting karena merupakan titik tempat diaturnya arus impuls yang melalui
susunan saraf. Tidak semua impuls yang tiba di sinapsisi diteruskan ke neuron
berikutnya. Dengan mengatur jalannya impuls melalui sistem saraf, sinapsis menentukan
respon manusia terhadap suatu rangsangan khusus.

VI. Mekanisme Terjadinya Penurunan Kesadaran

Patofisiologi Kesadaran Menurun Patofisiologi menerangkan terjadinya kesadaran menurun


sebagai akibat dari berbagai macam gangguan atau penyakit yang masing-masing pada akhirnya
mengacaukan fungsi reticular activating system secara langsung maupun tidak langsung. Dari
studi kasus-kasus koma yang kemudian meninggal dapat dibuat kesimpulan, bahwa ada tiga tipe
lesi /mekanisme yang masing-masing merusak fungsi reticular activating system, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
a. Disfungsi otak difusi
1) Proses metabolik atau submikroskopik yang menekan aktivitas neuronal.
2) Lesi yang disebabkan oleh abnormalitas metabolik atau toksik atau oleh pelepasan
general electric (kejang) diduga bersifat subseluler atau molekuler, atau lesi-lesi mikroskopik
yang tersebar
3) Cedera korteks dan subkorteks bilateral yang luas atau ada kerusakan thalamus yang berat
yang mengakibatkan terputusnya impuls talamokortikal atau destruksi neuron-neuron korteks
bisa karena trauma (kontusio, cedera aksonal difus), stroke (infark atau perdarahan otak bilateral).
4) Sejumlah penyakit mempunyai pengaruh langsung pada aktivitas metabolik selsel neuron
korteks serebri dan nuclei sentral otak seperti meningitis, viral ensefalitis, hipoksia atau iskemia
yang bisa terjadi pada kasus henti jantung
5) Pada umumnya, kehilangan kesadaran pada kondisi ini setara dengan penurunan aliran darah
otak atau metabolisme otak.
b. Efek langsung pada batang otak
1) Lesi di batang otak dan diensefalon bagian bawah yang merusak/menghambat reticular
activating system.
2) 2) Lesi anatomik atau lesi destruktif terletak di talamus atau midbrain di mana neuron-
neuron ARAS terlibat langsung.
3) Lebih jarang terjadi.
4) Pola patoanatomik ini merupakan tanda khas stroke batang otak akibat oklusi arteri
basilaris, perdarahan talamus dan batang otak atas, dan traumatic injury.
c. Efek kompresi pada batang otak
1) Kausa kompresi primer atau sekunder
2) Lesi masa yang bisa dilihat dengan mudah.
3) Massa tumor, abses, infark dengan edema yang masif atau perdarahan intraserebral,
subdural maupun epidural. Biasanya lesi ini hanya mengenai sebagian dari korteks
serebri dan substansia alba dan sebagian besar serebrum tetap utuh. Tetapi lesi ini
mendistorsi struktur yang lebih dalam dan menyebabkan koma karena efek pendesakan
(kompresi) ke lateral dari struktur tengah bagian dalam dan terjadi herniasi tentorial lobus
temporal yang berakibat kompresi mesensefalon dan area subthalamik reticular activating
system, atau adanya perubahan-perubahan yang lebih meluas di seluruh hemisfer
4) Lesi serebelar sebagai penyebab sekunder juga dapat menekan area retikular batang otak
atas dan menggesernya maju ke depan dan ke atas.
5) Pada kasus prolonged coma, dijumpai perubahan patologik yang terkait lesi seluruh bagian
sistim saraf korteks dan diensefalon.
Berdasar anatomi-patofisiologi, koma dibagi dalam:
1) Koma kortikal-bihemisferik, yaitu koma yang terjadi karena neuron pengemban
kewaspadaan terganggu fungsinya.
2) Koma diensefalik, terbagi atas koma supratentorial, infratentorial, kombinasi
supratentorial dan infratentorial; dalam hal ini neuron penggalak kewaspadaan tidak
berdaya untuk mengaktifkan neuron pengemban kewaspadaan.

VII. Mekanisme Terjadinya Hematom Epidural

Epidural hematoma disebabkan oleh masuk dan menumpuknya darah pada ruang
yang ada di antara tulang tengkorak dan lapisan yang menyelimuti otak (dura). Cedera
kepala yang menimbulkan keretakan tulang tengkorak, kerusakan atau sobeknya lapisan
dura, atau pembuluh darah pada otak, membuat darah dapat masuk ke ruang yang ada di
antara tulang tengkorak dan dura tersebut.
Cedera kepala sendiri umumnya disebabkan oleh kecelakaan, seperti ketika
berkendara atau berolahraga. Masuk dan menumpuknya darah pada ruang yang ada di
antara tulang tengkorak dan dura juga meningkatkan tekanan dalam rongga kepala. Hal
itu dapat menyebabkan kerusakaan otak dan permasalahan kesehatan lainnya.
Anak-anak berumur di bawah 2 tahun memiliki risiko lebih tinggi menderita
epidural hematoma apabila mengalami benturan kepala, karena membran atau lapisan
yang menyelimuti otak belum sepenuhnya melekat dengan tulang tengkorak.
Beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko adalah:
• Lanjut usia.
• Memiliki gangguan berjalan.
• Pernah mengalami cedera kepala.
• Tengah mengonsumsi obat pengencer darah.
• Mengonsumsi alkohol.
• Tidak menggunakan alat pelindung diri ketika menjalani aktivitas berisiko tinggi, seperti
berkendara dan berolahraga.

VIII. Mekanisme Terjadinya Hemiparesis Dektra


Hemiparesis terjadi karena adanya kerusakan pada salah satu sisi otak yang bisa
disebabkan oleh stroke, cedera otak, tumor otak, atau cedera pada sistem saraf. Sisi tubuh
mana yang mengalami kelemahan akibat stroke, tergantung di sisi otak sebelah mana
kerusakan terjadi.
Hemiparesis dapat bersifat kontralateral, yakni jika kelemahan otot terjadi pada
sisi tubuh yang berlawanan dengan sisi otak yang mengalami kerusakan, misalnya jika
terjadi kerusakan pada otak bagian kanan maka hemiparesis akan terjadi pada bagian
tubuh sebelah kiri, atau pun sebaliknya. Hemiparesis juga dapat terjadi pada sisi otak
yang sama.
Gejala lain yang umumnya menyertai hemiparesis yakni:
a) Kesulitan berjalan
b) Kelelahan otot
c) Sakit kepala
d) Sulit meraih atau memegang objek atau benda
e) Koordinasi gerak yang terganggu

Akibat kelemahan otot pada salah satu sisi tubuh tersebut, penderita hemiparesis
mengalami kesulitan dalam beraktivitas sehari-hari, misalnya berdiri, berjalan, makan,
berbicara, berpakaian, bahkan saat menggunakan toilet. Terkadang, juga disertai dengan
gejala kesemutan dan mati rasa di salah satu sisi tubuh yang terkena dampak hemiparesis.

Hemiparesis berbeda dengan hemiplegia atau kelumpuhan salah satu sisi tubuh.
Hemiparesis hanya kelemahan bukan lumpuh. Hemiparesis bisa juga disebut paralisis
parsial atau setengah lumpuh. Pasien hemiparesis masih bisa menggerakkan sisi tubuh
yang mengalami gangguan, namun hanya gerakan kecil dan sangat lemah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tengkorak atau cranium tersusun atas beberapa tulang yang saling bersendi yang tidak
bergerak yang disebut sutura. Calvaria adalah bagian atas dari cranium, dan basis crania adalah
bagian paling bawah dari cranium. Pada bagian calvaria terdapat berbagai macam tulang yaitu os
frontale, os parieal, os occipital, ostemporal, os sphenoidale dan os ethmoidale. Sedangkan
tulang-tulang wajah terdiri atas os zygomaticum, maxilla, os nasale, os lacrimale, vomer, os
palatinum, dan concha nasalisinferior. Cranium memiliki sutura-sutura, diantaranya adalah
sutura saggitalis, suturaoccipitalis, sutura lambdoidea, sutura occipitomastoidea, sutura
parietomastoidea dan suturacoronalis. Foramen yang terdapat dalam cranium yaitu foramen
jugulare,, foramen magnum,foramen stylomastoideum, foramen spinosum, foramen lacerum,
foramen ovale, foramen palatine majus dan minus, foramen caecum, foramen rotundum, dan
foramen mastoideum. Apabila terjadi benturan/penekanan pada tulang cranium, dapat
menyebabkan cedera yg bisa membuat orang tidak sadarkan diri dan terganggunya fungsi-fungsi
neuron yang ada di dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
Paryana Widjaja dkk, 2009. Anatomi Tubuh Manusia. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Pearce Evelyn C., 2012. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.
Sobotta, (2000), Atlas Anatomi Manusia, Edisi 19, EEG Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta
Dorland, WAN, 2010. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 31. Jakarta : EGC.
Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Jakarta : EGC
Sherwood, LZ., 2014. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai