DISUSUN OLEH:
TUTOR XIV
FASILITATOR : dr. Yanti Fitriyasa, Sp.THT-KL
KETUA : Sisi Adiza Fitri (1910070100115)
SEKRETARIS : Raditya Pangestu (1910070100111)
ANGGOTA : Fadhilman Idris (1910070100110)
Tegar Pratama (1910070100112)
Agung Saputra (1910070100113)
Rezy Saputra (1910070100114)
Dini Jannatul (1910070100116)
Bunga Gusasnami P (1910070100117)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan laporan ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu
untuk menyelesaikan pembuatan laporan ini dalam rangka tugas tutorial blok dengan
judul “Ternyata Semua Hanya Mimpi Neurolita”.
Penulis tentu menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk laporan ini, supaya laporan ini
nantinya dapat menjadi laporan yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada laporan ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada dosen fasilitator dan dosen pengajar kami yang telah membimbing dalam
menulis laporan ini.
Demikian, semoga laporan ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem saraf manusia adalah suatu jalinan-jalinan saraf yang kompleks, sangat khusus
dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan dan
mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan sekitarnya. Sistem tubuh yang
penting ini juga mengatur kebanyakan aktivitas sistem-sistem tubuh lainnya. Karena
pengaturan saraf tersebut maka terjalin komunikasi antara berbagai sistem tubuh hingga
menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang harmonis. Dalam sistem inilah berasal sagala
fenomena kesadaran, pikiran, ingatan, bahasa, sensasi dan gerakan. Jadi kemampuan untuk
dapat memahami, belajar dan memberi respon terhadap suatu rangsangan merupakan hasil
kerja integrasi dari sistem saraf yang puncaknya dalam bentuk kepribadian dan tingkah laku
individu.
Sistem saraf sangat berperan dalam iritabilitas tubuh. Iritabilitas memungkinkan
makhluk hidup dapat menyesuaikan diri dan menanggapi perubahan-perubahan yang terjadi
di lingkungannya. Jadi, iritabilitas adalah kemampuan menanggapi rangsangan.
Tubuh manusia terdiri atas organ-organ tubuh yang masing-masing mempunyai
fungsi tertentu. Agar organ-organ tubuh dapat bekerja sama dengan baik, diperlukan adanya
koordinasi (pengaturan). Pada manusia dan sebagian besar hewan, koordinasi dilakukan oleh
sistem saraf, sistem indra, dan sistem hormon. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan
dibahas tentang sistem saraf.
1.2 Trigger
Neurolita adalah seorang mahasiswa kedokteran di Padang. Semester satu telah
dilewati, tidak terasa begitu cepat saja waktu berlalu. Modul yang dihadapi saat ini
adalah modul neuromuskuloskeletal. Salah seorang dosen saat memberikan kuliah
memberikan materi tentang peran sistem saraf dan muskuloskeletal. “Sistem saraf
menerima dan memproses stimulus dari lingkungan dan dari dalam tubuh
sendiri dengan sistem sensorik serta mengatur berbagai fungsi organ tubuh
dengan sistem motorik baik yang disadari maupun yang otonom.”
Dia teringat tentang materi dosennya tersebut saat sedang berjalan dari parkiran
kampus untuk menuju ruang tutorial di lantai dua. Dia bertanya dalam hati: Apakah
sistem saraf yang mengatur supaya dapat berjalan dan naik tangga dengan baik dan
seimbang? Saat sedang berpikir seperti itu, tiba-tiba terjadi gempa yang cukup keras.
Seketika jantungnya berdebar kencang dan berusaha bergegas turun ke lantai satu.
Namun malangnya, Neurolita terpeleset sehingga terjatuh. Neurolita segera dilarikan
ke RS. Hasil pemeriksaan ditemukan bahwa Neurolita mengalami fraktur humerus
dekstra. Neurolita sangat cemas dan khawatir. Apakah tulangnya yang patah dapat
cepat sembuh kembali? Neurolita berpikir apakah proses penyembuhan tulang ada
berhubungan dengan proses pembentukan tulang?
#Neurolita terbangun dari tidurnya. Ternyata semuanya hanya mimpi yang terasa begitu
nyata. Sesaat setelah bangun tidur pun, ia masih merasakan napasnya terengah dan
jantungnya berdegup kencang. Namun tetap bersyukur setidaknya lengan kanannya masih
utuh. Ia pun bersiap-siap mandi untuk mengikuti kegiatan tutorial secara daring. Kampusnya
juga terimbas efek Covid-19.#
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Step 1 : Clarify Unfamiliar Terms
SISTEM
NEUROMUSKULOSKELETAL
NEUROMUSKULO SKELETON
OTOT DAN
SUMSUM TULANG
BELAKANG PROSES PROSES
PENYEMBU PEMBENTU
HAN PATAH KAN
SOMATIS OTONOM TULANG TULANG
SENSORIS MOTORIK
Syaraf motorik
saraf motorik ini merupakan bagian dari struktur dan fungsi sistem saraf yang
berfungsi mengirim implus dari sistem saraf pusat ke otot atau kelenjar yang
hasilnya berupa tanggapan tubuh terhadap rangsangan.
Adapun cara kerja saraf motorik ini adalah menghantarkan informasi antara
reseptor dengan sistem saraf pusat terjadi melalui penghantaran implus dengan
kode irama dan frekuensi tertentu. Saraf motorik ini membawa implus dari
pusat ke otot rangka sebagai organ efektor, melalui proses komunikasi secara
biolistrik di saraf dan proses komunikasi melalui neurotransmistor dihubungan
saraf – otot yang dapat membangkitkan kontraksi otot.
DIAGNOSIS FRAKTUR
Gejala klasik fraktur adalah adanya riwayat trauma, rasa nyeri dan bengkak di
bagian tulang yang patah, deformitas (angulasi, rotasi, diskrepansi), gangguan fungsi
muskuloskeletal akibat nyeri, putusnya kontinuitas tulang, dan gangguan
neurovaskuler. Apabila gejala klasik tersebut ada, secara klinis diagnose fraktur dapat
ditegakkan walaupun jenis konfigurasinya belum dapat ditentukan
Pada pemeriksaan fisik dilakukan tiga hal penting, yakni inspeksi / look:
deformitas (angulasi, rotasi, pemendekan, pemanjangan), bengkak. Palpasi / feel
(nyeri tekan, krepitasi). Status neurologis dan vaskuler di bagian distalnya perlu
diperiksa. Lakukan palpasi pada daerah ekstremitas tempat fraktur tersebut, meliputi
persendian diatas dan dibawah cedera, daerah yang mengalami nyeri, efusi, dan
krepitasi 4,5 Neurovaskularisasi bagian distal fraktur meliputi : pulsasi aretri, warna
kulit, pengembalian cairan kapler, sensasi. 4,5 Pemeriksaan gerakan / moving dinilai
apakah adanya keterbatasan pada pergerakan sendi yang berdekatan dengan lokasi
fraktur.4,5 Pemeriksaan trauma di tempat lain meliputi kepala, toraks, abdomen,
pelvis. Sedangkan pada pasien dengan politrauma, pemeriksaan awal dilakukan
menurut protokol ATLS. Langkah pertama adalah menilai airway, breathing, dan
circulation. 6
Perlindungan pada vertebra dilakukan sampai cedera vertebra dapat disingkirkan
dengan pemeriksaan klinis dan radiologis.4,5
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan antara lain laboratorium meliputi darah
rutin, faktor pembekuan darah, golongan darah, cross-test, dan urinalisa 1,3
Pemeriksaan radiologis untuk lokasi fraktur harus menurut rule of two: dua gambaran,
anteroposterior (AP) dan lateral, memuat dua sendi di proksimal dan distal fraktur,
memuat gambaran foto dua ekstremitas, yaitu ekstremitas yang cedera dan yang tidak
terkena cedera (pada anak) dan dua kali, yaitu sebelum tindakan dan sesudah tindakan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem saraf sangat berperan dalam iritabilitas tubuh. Iritabilitas
memungkinkan makhluk hidup dapat menyesuaikan diri dan menanggapi
perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya. Jadi, iritabilitas adalah
kemampuan menanggapi rangsangan
Sistem saraf adalah salah satu sistem koordinasi yang berfungsi untuk
menyampaikan rangsangan dari reseptor yang akan dideteksi dan direspon
oleh tubuh. Sistem saraf memungkinkan makhluk hidup dapat menanggapi
perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan luar maupun dalam secara
cepat.
. Sistem saraf pada manusia dibedakan menjadi dua macam, yaitu
sistem saraf sadar dan sistem saraf tidak sadar. Sistem saraf sadar dibedakan
lagi menjadi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.
Pada sistem saraf dapat terjadinya kelainan ataupun gangguan yang
disebabkan oleh berbagai macam penyebab,diantaranya dapat disebabkan oleh
mikroorganisme, luka fisik, kanker, atau obat-obatan tertentu ataupun dapat
diturunkan melalui keturunan.
DAFTAR PUSTAKA
Loscalzo J. Harrison Kardiologii dan Pembuluh Darah. Jakarta:2015
Guyton AC. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta EKG:1990.
Rampengan SH. Mencari Penyebab Neri Dada ? : Kardiak dan Nor Kardiak.
Jurnal Kedokteran Yarsi. Jakarta, 2012 : 045-053
Helmi ZN. Buku Ajar GANGGUAN MUSKULOSKELETAL. Jakarta: Salemba
Medika. 2011. p411-55.
Junqueira LC, Carneiro J. 2007. Histologi Dasar. Edisi 10. Jakarta : EGC.
Bloom William, Don W. Fawcett. 2002. Buku ajar histologi. Edisi 12.
Terjemahan Jan Tambayong. Jakarta: EGC
Kalfas, I. H., 2001, Principles of bone healing, Neurosurg Focus, 10 (4): 7-10
Scanlon Valerie C, Sanders Tina, 2007 ; Buku Ajar Anatomi Dan Fisiologi
(Essentials of Anatomy and Physiology) ; Edisi III, cetakan pertama ;Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 301 – 306.
Guyton, A.C dan Hall, J.E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 11.
Jakarta : EGC.
Yuliana, S. 2014. Pelatihan Kombinasi Core Stability Exercise dan Ankle
Strategy Exercise Tidak Lebih Meningkatkan dari Core Stability Exercise untuk
Keseimbangan Statis pada Mahasiswa S1 Fisioterapi Stikes,Aisyiyah Yogyakarta.
Tesis. Denpasar: Universitas Udayana.