Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN TUTORIAL

“TERNYATA SEMUA HANYA MIMPI NEUROLITA”

DISUSUN OLEH:

TUTOR XIV
FASILITATOR : dr. Yanti Fitriyasa, Sp.THT-KL
KETUA : Sisi Adiza Fitri (1910070100115)
SEKRETARIS : Raditya Pangestu (1910070100111)
ANGGOTA : Fadhilman Idris (1910070100110)
Tegar Pratama (1910070100112)
Agung Saputra (1910070100113)
Rezy Saputra (1910070100114)
Dini Jannatul (1910070100116)
Bunga Gusasnami P (1910070100117)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan laporan ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu
untuk menyelesaikan pembuatan laporan ini dalam rangka tugas tutorial blok dengan
judul “Ternyata Semua Hanya Mimpi Neurolita”.
Penulis tentu menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk laporan ini, supaya laporan ini
nantinya dapat menjadi laporan yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada laporan ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada dosen fasilitator dan dosen pengajar kami yang telah membimbing dalam
menulis laporan ini.
Demikian, semoga laporan ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Padang, 11 April 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem saraf manusia adalah suatu jalinan-jalinan saraf yang kompleks, sangat khusus
dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan dan
mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan sekitarnya. Sistem tubuh yang
penting ini juga mengatur kebanyakan aktivitas sistem-sistem tubuh lainnya. Karena
pengaturan saraf tersebut maka terjalin komunikasi antara berbagai sistem tubuh hingga
menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang harmonis. Dalam sistem inilah berasal sagala
fenomena kesadaran, pikiran, ingatan, bahasa, sensasi dan gerakan. Jadi kemampuan untuk
dapat memahami, belajar dan memberi respon terhadap suatu rangsangan merupakan hasil
kerja integrasi dari sistem saraf yang puncaknya dalam bentuk kepribadian dan tingkah laku
individu.
Sistem saraf sangat berperan dalam iritabilitas tubuh. Iritabilitas memungkinkan
makhluk hidup dapat menyesuaikan diri dan menanggapi perubahan-perubahan yang terjadi
di lingkungannya. Jadi, iritabilitas adalah kemampuan menanggapi rangsangan.
Tubuh manusia terdiri atas organ-organ tubuh yang masing-masing mempunyai
fungsi tertentu. Agar organ-organ tubuh dapat bekerja sama dengan baik, diperlukan adanya
koordinasi (pengaturan). Pada manusia dan sebagian besar hewan, koordinasi dilakukan oleh
sistem saraf, sistem indra, dan sistem hormon. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan
dibahas tentang sistem saraf.

1.2 Trigger
Neurolita adalah seorang mahasiswa kedokteran di Padang. Semester satu telah
dilewati, tidak terasa begitu cepat saja waktu berlalu. Modul yang dihadapi saat ini
adalah modul neuromuskuloskeletal. Salah seorang dosen saat memberikan kuliah
memberikan materi tentang peran sistem saraf dan muskuloskeletal. “Sistem saraf
menerima dan memproses stimulus dari lingkungan dan dari dalam tubuh
sendiri dengan sistem sensorik serta mengatur berbagai fungsi organ tubuh
dengan sistem motorik baik yang disadari maupun yang otonom.”
Dia teringat tentang materi dosennya tersebut saat sedang berjalan dari parkiran
kampus untuk menuju ruang tutorial di lantai dua. Dia bertanya dalam hati: Apakah
sistem saraf yang mengatur supaya dapat berjalan dan naik tangga dengan baik dan
seimbang? Saat sedang berpikir seperti itu, tiba-tiba terjadi gempa yang cukup keras.
Seketika jantungnya berdebar kencang dan berusaha bergegas turun ke lantai satu.
Namun malangnya, Neurolita terpeleset sehingga terjatuh. Neurolita segera dilarikan
ke RS. Hasil pemeriksaan ditemukan bahwa Neurolita mengalami fraktur humerus
dekstra. Neurolita sangat cemas dan khawatir. Apakah tulangnya yang patah dapat
cepat sembuh kembali? Neurolita berpikir apakah proses penyembuhan tulang ada
berhubungan dengan proses pembentukan tulang?
#Neurolita terbangun dari tidurnya. Ternyata semuanya hanya mimpi yang terasa begitu
nyata. Sesaat setelah bangun tidur pun, ia masih merasakan napasnya terengah dan
jantungnya berdegup kencang. Namun tetap bersyukur setidaknya lengan kanannya masih
utuh. Ia pun bersiap-siap mandi untuk mengikuti kegiatan tutorial secara daring. Kampusnya
juga terimbas efek Covid-19.#
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Step 1 : Clarify Unfamiliar Terms

1) Neuromuskuloskeletal : ilmu yang mempelajari tentang sistem saraf, otot, dan


tulang
2) Stimulus : Setiap agen, tindakan, atau pengaruh yang menghasilkan reaksi
fungsional?tropik pada reseptor/jaringan peka-rangsang.
3) Sistem sensorik : Sistem yang menghantar impuls dari reseptor ke sistem saraf
pusat
4) Sistem motorik : sistem yang menghantar impuls dari sistem saraf pusatke
otot/kelenjer yang hasilnya berupa tanggapan tubuh terhadap rangsangan.
5) Otonom : bergerak secara otomatis/tanpa sadar.
6) Fraktur humerus dektra : patah tulang lengan atas bagian kanan.

2.2 Step II : Define The Problems

1. Apa peran sistem saraf dan muskuloskeletal ?


2. Apa yang mengatur kerja sistem saraf dalam melakukan berbagai fungsi
tubuh ?
3. Bagaimana sistem saraf menerima dan memproses stimulus dari lingkungan
dan dari dalam tubuh sendiri ?
4. Bagaimana sistem sensorik,motorik dan otonom mengatur fungsi organ
tubuh ?
5. Sistem saraf apa yang mengatur supaya dapat berjalan dan bergerak dengan
seimbang ?
6. Bagaimana proses terjadinya agar kita dapat berjalan dengan baik dan
seimbang?
7. Mengapa jantung bisa berdebar kencang ?
8. Apakah patah tulang dapat cepat sembuh kembali ?
9. Bagaimana proses penyembuhan tulang dan pembentukan tulan
2.3 Step III : Brainstrom Possible Hypothesis Or Explanation
1. Apa peran sistem saraf dan muskuloskeletal ?
=> untuk mengatur fungsi organ tubuh
2. Apa yang mengatur kerja sistem saraf dalam melakukan berbagai
fungsi tubuh ?
=> terbagi beberapa organ yaitu otak, susum tulang belakang, organ
sensorik dan juga semua sel sara
3. Bagaimana sistem saraf menerima dan memproses stimulus dari
lingkungan dan dari dalam tubuh sendiri ?
= Dengan adannya kerja sistem sensorik
4.Bagaimana sistem sensorik,motorik dan otonom mengatur fungsi organ
tubuh ?
=>dengan adanya penghantaran impuls
5. Sistem saraf apa yang mengatur supaya dapat berjalan dan bergerak
dengan seimbang?
=>Sistem saraf motorik yang mengkoordinasikan gerakan tubuh yang
disadari yang akan langsung merangsang otot
6. Bagaimana proses terjadinya agar kita dapat berjalan dengan baik dan
seimbang?
=>Adanya koordinasi antara sistem saraf dengan kerja otot agar dapat
berjalan dengan baik dan seimbang
7. Mengapa jantung bisa berdebar kencang ?
=>Akibat kerja dari saraf otonom dan faktor gaya hidup hingga faktor
Psikologi
8. Apakah patah tulang dapat cepat sembuh kembali ?
=>Dapat sembuh kembali
9. Bagaimana proses penyembuhan tulang dan pembentukan tulang?
=>Melalui serangkaian tahapan hingga terbentuk tulang baru yang
mengisi daerah retak/celah patahan sampai menyambung dengan
sempurna
2.4 Step IV : Arrange Explanation Into A Tentative Solution

SISTEM
NEUROMUSKULOSKELETAL

NEUROMUSKULO SKELETON

SISTEM STRUKTUR TULANG


SISTEM
SARAF SARAF TEPI
PUSAT
TERJADINYA PATAH
TULANG

OTOT DAN
SUMSUM TULANG
BELAKANG PROSES PROSES
PENYEMBU PEMBENTU
HAN PATAH KAN
SOMATIS OTONOM TULANG TULANG

SENSORIS MOTORIK

2.5 Step V : Learning Objective

Mahasiswa mampu memahami, mempelajari dan menjelaskan tentang:


1. Mekanisme Sistem Saraf Motorik
2. Mekanisme keseimbangan koordinasi gerakan
3. Mekanisme saraf otonom dan fungsinya
4. Histologi dari tulang
5. Proses dari penulangan
6. Proses terjadinya fraktur
2.6 Step VI : Information Gathering And Private
-
2.7 Step VII : Share The Result Gathering Of Information

1. Mekanisme Sistem Saraf Motorik

 Sistem Saraf Somatik (SSS)


Sistem saraf somatik terdiri dari 12 pasang saraf kranial dan 31 pasang saraf
spinal. Proses pada saraf somatik dipengaruhi oleh kesadaran
1. Saraf kranial
12 pasang saraf kranial muncul dari berbagai bagian batang otak.
Beberapa dari saraf tersebut hanya tersusun dari serabut sensorik, tetapi
sebagian besar tersusun dari serabut sensorik dan motorik.
2. Saraf spinal
Ada 31 pasang saraf spinal berawal dari korda melalui radiks dorsal
(posterior) dan ventral (anterior). Saraf spinal adalah saraf gabungan
motorik dan sensorik, membawa informasi ke korda melalui neuron
aferen dan meninggalkan melalui eferen.

 Syaraf motorik
saraf motorik ini merupakan bagian dari struktur dan fungsi sistem saraf yang
berfungsi mengirim implus dari sistem saraf pusat ke otot atau kelenjar yang
hasilnya berupa tanggapan tubuh terhadap rangsangan.
Adapun cara kerja saraf motorik ini adalah menghantarkan informasi antara
reseptor dengan sistem saraf pusat terjadi melalui penghantaran implus dengan
kode irama dan frekuensi tertentu. Saraf motorik ini membawa implus dari
pusat ke otot rangka sebagai organ efektor, melalui proses komunikasi secara
biolistrik di saraf dan proses komunikasi melalui neurotransmistor dihubungan
saraf – otot yang dapat membangkitkan kontraksi otot.

2. Mekanisme keseimbangan koordinasi gerakan


Mekanisme fisiologi terjadinya keseimbangan dimulai ketika reseptor di
mata menerima masukan penglihatan, reseptor di kulit menerima masukan kulit,
reseptor di sendi dan otot menerima masukan proprioseptif dan reseptor di kanalis
semikularis menerima masukan vestibular. Seluruh masukan atau input sensoris
yang diterima di salurkan ke nukleus vertibularis yang ada di batang otak,
kemudian terjadi pemrosesan untuk koordinasi di serebelum, dari serebelum
informasi disalurkan kembali ke nukleus vertibularis. Terjadilah output atau
keluaran ke neuron motorik otot ekstremitas dan badan berupa pemeliharaan
keseimbangan dan postur yang diinginkan, keluaran ke neuron motorik otot mata
ekternal berupa kontrol gerakan mata, dan keluaran ke SSP berupa persepsi
gerakan dan orientasi. Mekanisme tersebut jika berlangsung dengan optimal akan
menghasilkan keseimbangan statis yang optimal (Yuliana,
 keseimbangan statis (static balance ) ruang geraknya biasanya sangat kecil,
misalnya berdiri di atas dasar yang sempit (balok keseimbangan, rel kereta api)
melakukan handstand, mempertahankan keseimbangan setelah berputar-putar
di tempat.
 Sedangkan keseimbangan dinamik (dynamic balance) yaitu kemampuan
orang untuk bergarak dari satu titik atau ruang (space) ke lain titik atau ruang
dengan mempertahankan keseimbangan misalnya menari, berjalan, duduk ke
berdiri, mengambil benda di bawah dengan posisi berdiri dan sebagainya.

3. Mekanisme saraf otonom dan fungsinya


sistem saraf tak sadar menyebabkan gerakan yang tidak disadari atau gerakan
refleks. gerak refleks merupakan suatu reaksi yang bersifat otomatis/tanpa disadari.
impuls saraf pada gerak refleks melalui alur impuls pendek. alur impuls dimulai dari
reseptor sebagai penerima rangsangan, kemudian dibawa oleh neuron ke sumsum
tulang belakang, tanpa diolah oleh pusat saraf. kemudian tanggapan dikirim oleh saraf
motorik menuju ke efektor. alur impuls pada gerak refleks disebut lengkung refleks.
ada dua macam gerak refleks yaitu :
1). refleks otak, adalah gerak refleks yang melibatkan saraf perantara yang terletak di
otak, misalnya berkedip mata, refleks pupil mata karena rangsangan cahaya.
2). refleks sumsum tulang belakang, adalah gerak refleks yang melibatkan saraf
perantara yang terletak di sumsum tulang belakang. misalnya sentakan lutut karena
kaki menginjak batu yang runcing.
Saraf Simpatis
sistem simpatis terdiri atas serangkaian urat kembar yang bermuatan
ganglion-ganglion. urat-urat itu bergerak dari dasar tengkorak yang terletak di depan
kolumna vertebra, lantas berakhir dalam pelvis di depan koksigis, sebagai ganglion
koksigeus. ganglion-ganglion itu tersusun berpasangan dan disebarkan dari
daerah-daerah :
 daerah leher : 3 pasang ganglion servikal
 daerah dada : 11 pasang ganglion torakal
 daerah pinggang : 4 pasang ganglion lumbal
 daerah pelvis : 4 pasang ganglion sacral
 didepan koksigis : ganglion koksigens
ganglion-ganglion ini bersambung erat dengan sistem saraf pusat melalui sumsum
tulang belakang, dengan menggunakan cabang-cabang penghubung yang bergerak
keluar dari sumsum tulang belakang menuju ganglion, dan dari ganglion masuk
menuju sumsum tulang belakang.
ganglion simpatis lainnya berhubungan dengan dua rangkaian besar ganglia
ini, dan bersama serabut-serabutnya membentuk pleksus-pleksus simpatis.
 pleksus kardiak terletak dekat dasar jantung serta mengarahkan
cabang-cabangnya ke jantung dan ke paru-paru
 pleksus seliaka terletak disebelah belakang lambung, dan melayani organ-organ
dalam rongga abdomen
 pleksus mesentrikus (pleksus hipogatilus) terletak di depan sakrum dan melayani
organ-organ dalam pelvis.
Fungsi Saraf Simpatis :
1) mensarafi otot jantung
2) mensarafi pembuluh darah dan otot tak sadar
3) mensarafi semua alat dalam seperti lambung, pancreas dan usus
4) melayani serabut motorik sekretorik pada kelenjar keringat
5) serabut motorik pada otot tak sadar dalam kulit
6) mempertahankan tonus semua otot sadar
Saraf Parasimpatis
sistem parasimpatis . saraf kranial otonom adalah saraf kranial ketiga, ketujuh,
kesembilan, kesepuluh. saraf-saraf ini merupakan penghubung, tempat serabut-serabut
parasimpatis lewat dalam perjalanannya keluar dari otak menuju organ-organ yang
sebagian dikendalikan olehnya.
saraf parasimpatis sakral keluar dari sumsum tulang belakang melalui daerah
sakral. saraf-saraf ini membentuk urat-urat saraf pada alat-alat dalam pelvis, dan
bersama saraf simpatis membentuk pleksus yang melayani kolon, rektum, dan
kandung kemih.
Fungsi Saraf Parasimpatis :
1) merangsang sekresi kelenjar air mata, kelenjar sublingualis, submandibularis, dan
kelenjar-kelenjar dalam mukosa rongga hidung
2) mensarafi kelenjar ludah
3) mensarafi parotis
4) mempersarafi sebagian besar alat tubuh yaitu jantung, paru-paru, GIT, ginjal,
pancreas, lien, hepar dan kelenjar suprarenalis
5) mempersarafi kolon descenden, sigmoid, rectum, vesika urinaria dan alat kelamin
6) miksi dan defekasi
4. Histologi dari tulang
Tulang adalah jaringan ikat khusus yang terdiri atas materi antar sel berkapur,
yaitu matriks tulang dan 4 jenis sel lain seperti sel osteoprogenitor, osteoblas, osteosit
dan osteoklas (Fawcett, 2002).
Komponen selular dari tulang terdiri dari osteogenic precursor cell, osteoblas,
osteoklas, osteosit dan elemen hematopoietik dari sumsum tulang. Osteogenic
precursor cell terdapat pada periosteum dan endosteum. Periosteum merupakan
jaringan ikat yang menutupi tulang, kecuali pada permukaan persendian yang terdiri
atas lapisan luar dan lapisan dalam. Lapisan luar terdiri dari jaringan ikat padat yang
iregular sedangkan lapisan dalam disebut juga osteogenic layer terdiri dari sel-sel
osteogenic. Pada endosteum hanya terdapat selapis sel osteogenic dan tidak
mengandung komponen jaringan ikat (Kalfas, 2001).
Osteoblas merupakan sel tulang yang mensintesis dan menjadi perantara
mineralisasi osteoid. Osteoblas ditemukan dalam satu lapisan pada permukaan
jaringan tulang sebagai sel berbentuk kuboid atau silindris pendek yang saling
berhubungan melalui tonjolan-tonjolan pendek (Histo, 2010).Sebagian dari osteoblas
berubah menjadi osteosit, sedangkan sebagian lainnya tetap berada di permukaan
periosteum dan endosteum. Osteoblas juga berperan mengaktivasi resorpsi tulang oleh
osteoklas (Kalfas, 2001).
Osteosit merupakan osteoblas dewasa yang terjebak dalam bone matrix. Setiap
osteosit melakukan kontak dengan osteosit lainnya dan pembuluh darah melalui
kanalikuli. Osteosit berperan dalam regulasi konsentrasi kalsium dan fosfat
ekstraseluler serta dalam reaksi adaptasi terhadap lingkungan lokal (Kalfas, 2001).
Osteoklas adalah multinucleated, bone-resorbing cells, yang diregulasi oleh
mekanisme hormonal dan seluler. Sel ini berperan dalam resorpsi tulang. Pada proses
tersebut osteoklas melekat pada permukaan tulang dan melepaskan enzim hidrolitik
yang menyebabkan hidrolisis dari matriks tulang dan calcified cartilage. Proses
tersebut menghasilkan terbentuknya cekungan pada tulang yang disebut lakuna
Howship (Kalfas, 2001).
Terdapat tiga jenis tulang, yaitu tulang woven, tulang kortikal dan tulang kanselus.
1. Tulang woven ditemukan pada proses pembentukan tulang saat perkembangan
embrio, pada pembentukan kalus pada penyembuhan tulang serta pada
keadaan-keadaan patologis, misalnya hiperparatiroid dan Paget Disease. Tulang
woven terdiri dari serat-serat kolagen yang tidak teratur dan irregularly shaped
vascular space yang dibatasi oleh osteoblas. Tulang woven kemudian digantikan
dengan tulang kortikal atau tulang kanselus (Kalfas, 2001).
2. Tulang kortikal disebut juga tulang lamelar merupakan hasil perkembangan dari
tulang woven. Unit struktural primer dari tulang kortical adalah osteon yang
disebut juga dengan Sistem Havers. Osteon terdiri dari cylindrical shaped
lamellar bone yang mengelilingi kanal pembuluh darah yang berorientasi
longitudinal yang disebut kanal Havers. Selain itu juga terdapat kanal yang
berorientasi horizontal yaitu kanal Volkmann yang menghubungkan osteon yang
berdekatan (Kalfas, 2001).
3. Tulang kanselus atau tulang trabekular terdiri dari jaringan-jaringan trabekula
tulang dan elemen-elemen hematopoietik. Jaringan trabekula berorientasi tegak
lurus terhadap gaya luar untuk berperan sebagai structural support. Tulang
kanselus secara kontinyu melakukan remodeling pada permukaan dalam
endosteal-nya (Kalfas, 2001).
5. Proses dari penulangan
Tulang merupakan jaringan penghubung yang terdiri dari material interselular
yang terkalsifikasi, matriks tulang, dan tiga tipe sel tulang yaitu osteosit yang dapat
ditemukan di ruang (lakuna) diantara matriks; osteoblas yang merupakan tempat
sintesis komponen organik dari matriks; dan osteoklas yang merupakan sel raksasa
multinuklear yang terlibat dalam proses resorpsi dan pembentukan jaringan tulang.

Tulang mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain


(1) sebagai penyokong tubuh, dengan membentuk kerangka dan tempat perlekatan
tendon otot;
(2) sebagai pelindung organ internal tubuh;
(3) membantu pergerakan tubuh bersama otot;
(4) homeostasis mineral terutama kalsium dan fosfor;
(5) produksi sel darah merah oleh sumsum tulang merah; dan
(6) penyimpanan trigliserida oleh sumsum tulang kuning

Proses pembentukan tulang disebut osteogenesis atau osifikasi.


Perkembangan sel prekusor tulang dibagi ke dalam tahapan perkembangan yakni
1. . mesenchymal stem cells
2. Sel-sel osteoprogenitor
3. Pre-osteoblas
4. Osteoblas, dan
5. Osteosit matang. Setelah sel progenitor membentuk garis osteoblastik,
kemudian dilanjutkan dengan tiga tahap perkembangan diferensiasi sel
yaituproliferasi,pematangan matrik, dan mineralisasi.

Faktor pertumbuhan tulang tergantung pada herediter, nutrisi, vitamin, mineral


hormon, dan latihanatau stres pada tulang osifikasi adalah istilah lain untuk
pembentukan tulang. Osifikasi (osteogenesis) berdasarkan asal embriologisnya
terdapat dua jenis osifikasi, yaitu ossifikasi intramembran yang terjadi pada sel
mesenkim yang berdiferensiasi menjadi osteoblas di pusat ossifikasi secara langsung
tanpa pembentukan kartilago terlebih dahulu dan osifikasi endokondral yaitu
mineralisasi jaringan tulang yang dibentuk melaluipembentukan kartilago.
A. Osifikasi intramembran
Pada osifikasi intramembran, perkembangan tulang terjadi secara langsung.
Selama ossifikasi intramembran, sel mesenkim berproliferasi ke dalam area
yang memiliki vaskularisasi yang tinggi pada jaringan penghubung embrionik
dalam pembentukan kondensasi sel atau pusat osifikasi primer.Sel ini akan
mensintesis matriks tulang pada bagian periperal dan sel mesenkimal berlanjut
untuk berdiferensiasi menjadi osteoblas..
B. Osifikasi endokondral
Semua sel tulang lainnya di dalam tubuh dibentuk melalui proses osifikasi
endokondral. Proses ini terjadi secara tidak langsung yaitu melalui
pembentukan model tulang rawan terlebih dahulu dan kemudian mengalami
penggantian menjadi tulang dewasa. Ossifikasi endokondral dapat dilihat pada
proses pertumbuhan tulang panjang. Pada proses pertumbuhan tulang panjang
akan terbentuk pusat osifikasi primer dimana penulangan pertama kali terjadi
yaitu proses dimana kartilago memanjang dan meluas melalui proliferasi
kondrosit dan deposisi matriks kartilago..

6. Proses terjadinya fraktur


Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang,tulang rawan, baik yang bersifat total
maupun sebagian, biasanya disebabkan oleh trauma. Gejala klasik fraktur adalah
adanya riwaayat trauma, rasa nyeri dan bengkak di bagian tulang yang patah,
deformitas (angulasi, rotasi, diskrepansi, gangguan fungsi muskuloskeletal akibat
nyeri, putusnya kontinuitas tulang, dan gangguan neurovaskuler.
Prinsip penanggulangan cedera muskuloskeletal adalah rekognisi (mengenali),
reduksi (mengembalikan), retaining (mempertahankan, dan rehabilitasi. Penanganan
ortopedi adalah proteksi tanpa reposisi dan imobilisasi, imobilisasi dengan fiksasi,
reposisi dengan cara manipulasi diikuti dengan imobilisasi, reposisi dengan traksi,
reposisi diikuti dengan imobilisasi dengan fiksasi luar, reposisi secara nonoperatif
diikuti dengan pemasangan fiksasi dalam pada tulang secara operatif, reposisi secara
12

DIAGNOSIS FRAKTUR
Gejala klasik fraktur adalah adanya riwayat trauma, rasa nyeri dan bengkak di
bagian tulang yang patah, deformitas (angulasi, rotasi, diskrepansi), gangguan fungsi
muskuloskeletal akibat nyeri, putusnya kontinuitas tulang, dan gangguan
neurovaskuler. Apabila gejala klasik tersebut ada, secara klinis diagnose fraktur dapat
ditegakkan walaupun jenis konfigurasinya belum dapat ditentukan
Pada pemeriksaan fisik dilakukan tiga hal penting, yakni inspeksi / look:
deformitas (angulasi, rotasi, pemendekan, pemanjangan), bengkak. Palpasi / feel
(nyeri tekan, krepitasi). Status neurologis dan vaskuler di bagian distalnya perlu
diperiksa. Lakukan palpasi pada daerah ekstremitas tempat fraktur tersebut, meliputi
persendian diatas dan dibawah cedera, daerah yang mengalami nyeri, efusi, dan
krepitasi 4,5 Neurovaskularisasi bagian distal fraktur meliputi : pulsasi aretri, warna
kulit, pengembalian cairan kapler, sensasi. 4,5 Pemeriksaan gerakan / moving dinilai
apakah adanya keterbatasan pada pergerakan sendi yang berdekatan dengan lokasi
fraktur.4,5 Pemeriksaan trauma di tempat lain meliputi kepala, toraks, abdomen,
pelvis. Sedangkan pada pasien dengan politrauma, pemeriksaan awal dilakukan
menurut protokol ATLS. Langkah pertama adalah menilai airway, breathing, dan
circulation. 6
Perlindungan pada vertebra dilakukan sampai cedera vertebra dapat disingkirkan
dengan pemeriksaan klinis dan radiologis.4,5
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan antara lain laboratorium meliputi darah
rutin, faktor pembekuan darah, golongan darah, cross-test, dan urinalisa 1,3
Pemeriksaan radiologis untuk lokasi fraktur harus menurut rule of two: dua gambaran,
anteroposterior (AP) dan lateral, memuat dua sendi di proksimal dan distal fraktur,
memuat gambaran foto dua ekstremitas, yaitu ekstremitas yang cedera dan yang tidak
terkena cedera (pada anak) dan dua kali, yaitu sebelum tindakan dan sesudah tindakan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem saraf sangat berperan dalam iritabilitas tubuh. Iritabilitas
memungkinkan makhluk hidup dapat menyesuaikan diri dan menanggapi
perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya. Jadi, iritabilitas adalah
kemampuan menanggapi rangsangan
Sistem saraf adalah salah satu sistem koordinasi yang berfungsi untuk
menyampaikan rangsangan dari reseptor yang akan dideteksi dan direspon
oleh tubuh. Sistem saraf memungkinkan makhluk hidup dapat menanggapi
perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan luar maupun dalam secara
cepat.
. Sistem saraf pada manusia dibedakan menjadi dua macam, yaitu
sistem saraf sadar dan sistem saraf tidak sadar. Sistem saraf sadar dibedakan
lagi menjadi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.
Pada sistem saraf dapat terjadinya kelainan ataupun gangguan yang
disebabkan oleh berbagai macam penyebab,diantaranya dapat disebabkan oleh
mikroorganisme, luka fisik, kanker, atau obat-obatan tertentu ataupun dapat
diturunkan melalui keturunan.
DAFTAR PUSTAKA
 Loscalzo J. Harrison Kardiologii dan Pembuluh Darah. Jakarta:2015
 Guyton AC. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta EKG:1990.
 Rampengan SH. Mencari Penyebab Neri Dada ? : Kardiak dan Nor Kardiak.
Jurnal Kedokteran Yarsi. Jakarta, 2012 : 045-053
 Helmi ZN. Buku Ajar GANGGUAN MUSKULOSKELETAL. Jakarta: Salemba
Medika. 2011. p411-55.
 Junqueira LC, Carneiro J. 2007. Histologi Dasar. Edisi 10. Jakarta : EGC.
 Bloom William, Don W. Fawcett. 2002. Buku ajar histologi. Edisi 12.
Terjemahan Jan Tambayong. Jakarta: EGC
 Kalfas, I. H., 2001, Principles of bone healing, Neurosurg Focus, 10 (4): 7-10
 Scanlon Valerie C, Sanders Tina, 2007 ; Buku Ajar Anatomi Dan Fisiologi
(Essentials of Anatomy and Physiology) ; Edisi III, cetakan pertama ;Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 301 – 306.
 Guyton, A.C dan Hall, J.E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 11.
Jakarta : EGC.
 Yuliana, S. 2014. Pelatihan Kombinasi Core Stability Exercise dan Ankle
Strategy Exercise Tidak Lebih Meningkatkan dari Core Stability Exercise untuk
Keseimbangan Statis pada Mahasiswa S1 Fisioterapi Stikes,Aisyiyah Yogyakarta.
Tesis. Denpasar: Universitas Udayana.

Anda mungkin juga menyukai