PENDAHULUAN
1. Tujuan Umum
1
2. Tujuan Khusus
2
BAB II
PEMBAHASAN
Hematemesis adalah muntah darah dan melena adalah pengeluaran tinja yang
berwarna hitam seperti teh yang mengandung darah dari pencernaan. Warna
hematemesis tergantung pada lamanya hubungan atau kontak antar darah dengan
asam lambung dan besar kecilnya perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti kopi
atau kemerah-merahan dan bergumpal-gumpal.(Nurarif, 2013)
Gejala penyakit melena memang sulit dikenali karena hanya dapat diketahui
jika si penderita tiba-tiba saja buang air besar dan mengeluarkan darah dalam jumlah
3
banyak bersama tinja yang dikeluarkan. Biasanya paling maksimal gejala awal adalah
muntah darah yang sudah bercampur asam di lambung. Hal tersebut diakibatkan
terjadinya pendarahan di lambung dan usus dua belas jari yang sangat parah sehingga
keluar lewat tinja yang bercampur darah hingga menyebabkan muntah yang disertai
darah. Asam lambung yang meningkat, pendarahan yang terjadi juga disertai kuman
dan bakteri.
Jika darah keluar terus menerus, sehingga menyebabkan gejala baru. Penderita
dapat kekurangan darah (anemia) sehingga merasa sakit kepala atau pusing, dada
terasa nyeri dan wajah dan kulit terlihat pucat. Gejala selanjutnya adalah semakin
parah berupa darah rendah, produksi air kencing berkurang, dan makin cepatnya
denyut nadi. Pada tahap paling kronis dan paling ditakutkan adalah makin
berkurangnya suplai darah ke otak.
2.3 Etiologi
2) Kelainan lambung dan duodenum: tukak lambung dan duodenum, keganasan dan
lain-lain.
4
Gambar 1. Alcohol liver disease akibat konsumsi banyak alkohol
Penting sekali menentukan penyebab dan tempat asal perdarahan saluran makan
bagian atas, karena terdapat perbedaan usaha penanggulangan setiap macam
perdarahan saluran makan bagian atas. Penyebab perdarahan saluran makan bagian
atas yang terbanyak dijumpai di Indonesia adalah pecahnya varises esofagus dengan
rata-rata 45-50 % seluruh perdarahan saluran makan bagian atas.(Nurarif. 2013).
2.4 Patofisiologi
5
Usaha mencari penyebab perdarahan saluran makanan dapat dikembalikan
kepada factor-faktor penyebab perdarahan, antara lain : factor pembuluh darah
(vasculopathy) seperti pada tukak peptic, pecahnya varises esophagus; factor
trombosit (thrombopathy) seperti pada ITP, factor kekurangan zat-zat pembentuk
darah (coagulopathy) seperti pada hemophilia, sirosis hati dan lain-lain. Malahan pada
serosis hati dapat terjadi ketiganya : vasculopathy, pecahnya varises esophagus,
thrombopathy, terjadinya pengurangan trombosit di sirkulasi perifer akibat
hipersplenisme, dan terdapat pula coagulophaty akibat kegagalan sel-sel hati. Khusus
pada pecahnya varises esophagus ada 2 teori, yaitu teori erosi yaitu pecahnya
pembuluh darah karena erosi dari makanan yang kasar (berserat tinngi dan kasar),
atau minum OAINS (NSAID), dan teori erupsi karena tekanan vena porta yang terlalu
tinggi, yang dapat pula dicetuskan oleh peningkatan tekanan intra abdomen yang tiba-
tiba seperti pada mengejan, mengangkat barang berat, dan lain-lain.
2.5 Patogenesis
Pada melena, dalam perjalannya melalui usus, darah menjadi berwarna merah
gelap bahkan hitam. Perubahan warna ini disebabkan oleh HCL lambung, pepsin, dan
warna hitam ini diduga karena adanya pigmen porfirin. Kadang-kadang pada
perdarahan saluran cerna bagian bawah dari usus halus atau kolon asenden, feses
dapat berwarna merah terang/gelap.
6
Diperkirakan darah yang muncul dari duodenum dan jejunum akan tertahan
pada saluran cerna sekitar 6-8 jam untuk merubah warna feses menjadi hitam. Paling
sedikit perdarahan sebanyak 50-100 cc baru dijumpai keadaan melena. Feses tetap
berwarna hitam seperti ter selama 48-72 jam setelah perdarahan berhenti. Ini bukan
berarti keluarnya feses yang berwarna hitam tersebut menandakan perdarahan masih
berlangsung. Darah yang tersembunyi terdapat pada feses selama 7-10 hari setelah
episode perdarahan tunggal.
untuk mengetahui adanya Sel epitel, Makrofag, Eritrosit, Lekosit, Kristal, sisa
makanan, Butir lemak, Butir Karbohidrat, Serat tumbuhan / otot Sel ragi, Protozoa,
Telur dan larva cacing.
a. Protozoa
Biasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja cair baru
didapatkan bentuk trofozoit
b. Telur cacing
7
Gambar 3. Telur Cacing Ascaris Lumbricoides
8
Gambar 5. Telur Enterobius Vermicularis
c. Leukosit
Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh sediaan. Pada
disentri basiler, kolitis ulserosa dan peradangan didapatkan peningkatan jumlah
leukosit.Eosinofil mungkin ditemukan pada bagian tinja yang berlendir pada penderita
dengan alergi saluran pencenaan.
d. Eritrosit
Eritrosit hanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau anus. Sedangkan
bila lokalisasi lebih proksimal eritrosit telah hancur. Adanya eritrosit dalam tinja
selalu berarti abnormal.
f. Epitel
Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epitel yaitu yang berasal dari
dinding usus bagian distal. Sel epitel yang berasal dari bagian proksimal jarang
terlihat karena sel ini biasanya telah rusak. Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau
ada perangsangan atau peradangan dinding usus bagian distal
g. Kristal
Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal mungkin terlihat kristal
tripel fosfat, kalsium oksalat dan asam lemak. Kristal Tripel Fosfat dan Kalsium
Oksalat didapatkan setelah memakan bayam atau strawberi, sedangkan kristal asam
lemak didapatkan setelah banyak makan lemak. Sebagai kelainan mungkin dijumpai
kristal Charcoat Leyden Tinja Lugol Butir-butir amilum dan kristal hematoidin.
9
Kristal Charcoat Leyden didapat pada ulkus saluran pencernaan seperti yang
disebabkan amubiasis. Pada perdarahan saluran pencernaan mungkin didapatkan
kristal hematoidin
h. Sisa makanan
Hampir selalu dapat ditemukan juga pada keadaan normal, tetapi dalam keadaan
tertentu jumlahnya meningkat dan hal ini dihubungkan dengan keadaan abnormal.Sisa
makanan sebagian berasal dari makanan daun-daunan dan sebagian lagi berasal dari
hewan seperti serat otot, serat elastis dan lain-lain. Untuk identifikasi lebih lanjut
emulsi tinja dicampur dengan larutan lugol untuk menunjukkan adanya amilum yang
tidak sempurna dicerna. Larutan jenuh Sudan III atau IV dipakai untuk menunjukkan
adanya lemak netral seperti pada steatorrhoe. Sisa makanan ini akan meningkat
jumlahnya pada sindroma malabsorpsi.
a. Jumlah
10
Dalam keadaan normal jumlah tinja berkisar antara 100-250gram per hari. Banyaknya
tinja dipengaruhi jenis makanan bila banyak makan sayur jumlah tinja meningkat.
b. Konsistensi
Tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan berbentuk. Pada diare
konsistensi menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya tinja yang keras atau
skibala didapatkan pada konstipasi. Peragian karbohidrat dalam usus menghasilkan
tinja yang lunak dan bercampur gas
c. Warna
Tinja normal kuning coklat dan warna ini dapat berubah mejadi lebih tua dengan
terbentuknya Urobilin lebih banyak. Selain urobilin warna tinja dipengaruhi oleh
berbagai jenis makanan, kelainan dalam saluran pencernaan dan obat yang dimakan.
Warna kuning dapat disebabkan karena susu,jagung, lemak dan obat santonin. Tinja
yang berwarna hijau dapat disebabkan oleh sayuran yangmengandung khlorofil atau
pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh biliverdin dan porphyrin dalam mekonium.
Kelabu mungkin disebabkan karena tidak ada urobilinogen dalam saluran pencernaan
yang didapat pada ikterus obstruktif, tinja tersebut disebut akholis. Keadaan tersebut
mungkin didapat pada defisiensi enzim pankreas seperti pada steatorrhoe yang
menyebabkan makanan mengandung banyak lemak yang tidak dapat dicerna dan juga
setelah pemberian garam barium setelah pemeriksaan radiologik. Tinja yang berwarna
merah muda dapat disebabkan oleh perdarahan yang segar dibagian distal, mungkin
pula oleh makanan seperti bit atau tomat. Warna coklat mungkin disebabkan adanya
11
perdarahan dibagian proksimal saluran pencernaan atau karena makanan seperti
coklat, kopi dan lain-lain. Warna coklat tua disebabkan urobilin yang berlebihan
seperti pada anemia hemolitik. Sedangkan warna hitam dapat disebabkan obat yang
yang mengandung besi, arang atau bismuth dan mungkin juga oleh melena.
d. Bau
Indol, Skatol dan Asam butirat menyebabkan bau normal pada tinja. Bau busuk
didapatkan jika dalam usus terjadi pembusukan protein yang tidak dicerna dan
dirombak oleh kuman. Reaksi tinja menjadi lindi oleh pembusukan semacam itu.
Tinja yang berbau tengik atau asam disebabkan oleh peragian gula yang tidak dicerna
seperti pada diare. Reaksi tinja pada keadaan itu menjadi asam
e. Darah
Adanya darah dalam tinja dapat berwarna merah muda,coklat atau hitam. Darah itu
mungkin terdapat di bagian luar tinja atau bercampur baur dengan tinja. Pada
perdarahan proksimal saluran pencernaan darah akan bercampur dengan tinja dan
warna menjadi hitam, ini disebut melena seperti pada tukak lambung atau varices
12
dalam oesophagus. Sedangkan pada perdarahan di bagian distal saluran pencernaan
darah terdapat di bagian luar tinja yang berwarna merah muda yang dijumpai pada
hemoroid atau karsinoma rektum
f. Lendir
Dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir dalam tinja. Terdapatnya
lendir yang banyak berarti ada rangsangan atau radang pada dinding usus. Kalau
lendir itu hanya didapat di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu mungkin terletak pada
usus besar. Sedangkan bila lendir bercampur baur dengan tinja mungkin sekali iritasi
terjadi pada usus halus. Pada disentri, intususepsi dan ileokolitis bisa didapatkan
lendir saja tanpa tinja.
g. Parasit
Diperiksa pula adanya cacing Ascaris, Anylostoma dan lain-lain yang mungkin
didapatkan dalam tinja.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hematemesis adalah muntah darah dan melena adalah penegeluaran tinja yang
berwarna hitam seperti teh yang mengandung darah dari pencernaan. Warna
hematemesis tergantung pada lamanya hubungan atau kontak antar darah dengan
asam lambung dan besar kecilnya perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti kopi
atau kemerah-merahan dan bergumpal-gumpal.
3.2 Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
http://blog.angsamerah.com/alcohol-liver-disease/
http://maratus-soliha.blogspot.co.id/2013/12/pemeriksaan-feses.html
http://wakedspeed.blogspot.co.id/2014/12/artikel-tentang-hematesis-melena-
muntah.html
https://dhimaznanda.wordpress.com/2014/03/14/parasitologi-i/
https://drakeiron.wordpress.com/2008/11/20/melena/
https://mediskus.com/penyakit/sirosis-hati-hepatis
15