OSTEOPOROSIS
DOSEN PENGAMPU :
Ns. Rahmat Hidayat Djalil,S.Kep.,M.Kep
Di susun oleh :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan
Rahmat, hidayah dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
tentang “OSTEOPORSIS”
Tak lupa pula kami sadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak
terlepas dari berbagai media dan pihak yang telah membantu untuk menyusun
makalah ini. Sehubungan dengan itu kami ucapkan banyak terimah kasih kepada
pembimbing yang telah membantu menyusun makalah ini.
Akhir kata kami mohon maaf yang sedalam-dalamnya bila ada perkataan
atau tulisan yang tidak berkenaan dihati para pembaca maupun yang menilai.
Untuk itu, kami mengharapkan masukan dalam bentuk kritik, saran maupun
tanggapan dari para pembaca sekalian demi kesempurnaannya makalah ini
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................2
BAB I..........................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................................3
1.1 LATAR BELAKANG.....................................................................................................................3
1.2 RUMUSAN MASALAH..................................................................................................................4
1.3 TUJUAN...........................................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................................................5
2.1 PENGERTIAN................................................................................................................................5
2.2 ETIOLOGI.......................................................................................................................................5
2.3 PATOFISIOLOGI...........................................................................................................................6
2.4 MANIFESTASI KLINIS.................................................................................................................7
2.5 PENATALAKSANAAN..................................................................................................................7
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG....................................................................................................7
2.7 KOMPLIKASI.................................................................................................................................8
BAB III.......................................................................................................................................................9
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI......................................................................................................9
3.1 PENGKAJIAN.............................................................................................................................9
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN...............................................................................................10
3.3 INTERVENSI............................................................................................................................11
3.4 EVALUASI................................................................................................................................13
3.5 PHATWAY................................................................................................................................13
BAB IV.....................................................................................................................................................14
ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................................................................14
BAB V.......................................................................................................................................................27
PEMBAHASAN KASUS........................................................................................................................27
BAB VI.....................................................................................................................................................29
PENUTUP................................................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................30
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Salah satu masalah gangguan kesehatan yang menonjol pada usia lanjut adalah gangguan
muskoloskeletal, terutama osteoartritis dan osteoporosis. Menghadapi problem ini tanpa
adanya persiapa yang baik, di khawatirkan akan menjadikan beban yang akan di tanggung
pemerintah, masyarakat, dan warga usia lanjut dengan keluarga akan menjadi sangat besar
dan akan menghambat perkembangan ekonomi serta memperburuk kualitas hidup manusia
secara utuh (isbagio H dalam Daniel, 2007).
Osteoporosis adalah suatu problem klimakterium yang serius. Di amerika serikat
dijumpai satu kasus osteoporosis di antara dua sampai tiga wanita pascamonopause. Massa
tulang pada manusia mencapai maksimum pada usia sekita 35 tahun, kemudian terjadi
penurunan massa tulang secara eksponensial. Penurunan massa tulang ini berkisar antara 3-
5% setiap decade, sesuai dengan kehilangan massa otot dan hal ini di alami baik pada pria
dan wanita. Pada masa klimakterium, penurunan massa tulang pada wanita lebih mencolok
dan dapat mencapai 2-3% setahun secara eksponensial. Pada usia 70 tahun kehilangan
massa tulang pada wanita ini baru mencapai 25% (Gonta,P.1996).
Kecepatan resorpsi tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang, sehingga dapat
menurunkan massa tulang total. Osteoporosis adalah penyakit yang mempunyai sifat-sifat
khas berupa massa tulang yang rendah, disertai mikroarsitektur tulang dan penurunan
kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang. Tulang secara progresif
menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang menjadi mudah patah dengan stres, yang pada
tulang normal tidak menimbulkan pengaruh. Sherwood (2001), mengatakan selama dua
decade pertama kehidupan, saat terjadi pertumbuhan, pengendapan tulang melebihi resorpsi
tulang dibawah pengaru hormone pertumbuhan. Sebaiknya pada usia 50-6- tahun, resorpsi
tulang melebihi pembentukan tulang. Kalsitonin yang menghambat resorpsi tulang dan
merangsang pembentukan tulang mengalami penurunan. Hormone paratiroid meningkat
bersama bertambahnya dan meningkatkan resorpsi tulang. Hormone estrogen yang
menghambat pemecahan tulang, juga berkurang bersama bertambahnya usia.
Menurut Ganong (2003), perempuan dewasa memiliki massa tulang yang lebih sedikit
daripada pria dewasa, dan setelah menopause mereka mulai kehilangan tulang lebih cepat
daripada pria. Akibatnya perempuan lebih rentang menderita ospteoporosis serius. Penyebab
utama berkurangnya tulang setelah menopause adalah defesiensi hormone estrogen. Pada
osteoporosis, matriks dan mineral tulang hilang, hingga massa dan kekuatan tulang, dengan
peningkatan fraktur.
Osteoporosis sering menimbulkan fraktur kompresi pada vertebra torakalis. Terdapat
penyempitan diskus vertebra, apabila penyebaran berlanjut keseluruh korpus vertebra akan
menimbulkan kompresi vertebra dan terjadi gibus. Fraktur kolum femur sering terjadi pada
usia di atas 60 tahun dan lebih sering pada perempuan, yang disebabkan oleh penuaan dan
osteoporosis pascamenopause.
Kolaps bertahap tulang vertebra mungkin tidak menimbulkan gejala, namun terlihat sebagai
kifosis progresif. Kifosis dapat mengakibatkan pengurangan tinggi badan. Pada beberapa
perempuan dapat kehilangan tinggi badan sekitar 2,5-15 cm, akibat kolaps vertebra.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Menjelaskan isi tinjauan pustaka
2. Menjelaskan asuhan keperawatan teori
3. Menjelaskan asuhan keperawatan
4. Menjelaskan pembahasan antara kasus dan askep teori
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui isi tinjauan pustaka
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan teori
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan
4. Untuk mengetahui pembahasan antara kasus dan askep teori
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN
Osteoporosis adalah suatu kondisi berkurangnya massa tulang secara nyata yang
berakibat pada rendahnya kepadatan tulang, sehingga tulang menjadi keropos dan rapuh. “Osto”
berarti tulang, sedangkan “porosis” berarti keropos. Tulang yang mudah patah akibat
Osteoporosis adalah tulang belakang, tulang paha, dan tulang pergelangan tangan (Endang
Purwoastuti : 2009) .
Osteoporosis yang dikenal dengan keropos tulang menurut WHO adalah penyakit skeletal
sistemik dengan karakteristik massa tulang yang rendah dan perubahan mikroarsitektur dari
jaringan tulang dengan akibat meningkatnya fragilitas tulang dan meningkatnya kerentanan
terhadap tulang patah. Osteoporosis adalah kelainan dimana terjadi penurunan massa tulang total
(Lukman, Nurma Ningsih : 2009).
Menurut konsesus di Kopenhagen 1990, osteoporosis didefinisikan sebagai suatu penyakit
dengan karakteristik massa tulang yang berkurang dengan kerusakan mikroarsitektur jaringan
yang menyebabkan kerapuhan tulang dan resiko fraktur yang meningkat (Lukman, Nurma
Ningsih : 2009).
Osteoporosis adalah suatu keadaan dimana terdapat pengurangan jaringan tulang per unit
volume,sehingga tidak mampu melindungi atau mencegah terjadinya fraktur terhadap trauma
minimal (Kholid Rosyidi : 2013).
Osteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang total. Terdapat perubahan
pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resorpsi tulang lebih besar dari kecepatan
pembentukan tulang, pengakibatkan penurunan masa tulang total. Tulang secara progresif
menjadi porus, rapuh dan mudah patah; tulang menjadi mudah fraktur dengan stres yang tidak
akan menimbulkan pengaruh pada tulang normal (Brunner&Suddarth, 2000).
2.2 ETIOLOGI
Osteoporosis postmenopouse terjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama pada
wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita.
Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia diantara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul
lebih cepat ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita memiliki resiko yang sama untuk
menderita osteoporosis postmenopouse, pada wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah
menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam (Lukman, Nurma Ningsih : 2009).
Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kasium yang berhubungan
dengan usia dan ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan
tulang yang baru. Senilis yaitu keadaan penurunan masa tulang yang hanya terjadi pada usia
lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan dua kali lebih sering
menyerang wanita. Wanita sering kali menderita osteoporosis senilis dan postmenopouse
(Lukman, Nurma Ningsih : 2009).
Kurang dari lima persen penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder, yang
disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obet-obatan. Penyakit ini bisa disebabkan oleh
gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid, dan adrenal) dan obat-
obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang, hormon tiroid yang berlebihan).
Pemakaian alkohol yang berlebihan dan kebiasaan merokok bisa memperburuk keadaan ini
(Lukman, Nurma Ningsih : 2009).
Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui.
Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas
dari rapuhnya tulang (Lukman, Nurma Ningsih : 2009).
Faktor genetik juga berpengaruh terhadap timbulnya osteoporosis. Pada seseorang dengan tulang
yang kecil akan lebih mudah mendapat risiko fraktur daripada seseorang dengan tulang yang
besar. Sampai saat ini tidak ada ukuran universal yang dapat dipakai sebagai ukuran tulang
normal. Setiap individu memiliki ketentuan normal sesuai dengan sifat genetiknya beban
mekanis dan besar badannya. Apabila individu dengan tulang besar, kemudian terjadi proses
penurunan massa tulang (osteoporosis) sehubungan dengan lanjutnya usia, maka individu
tersebut relatif masih mempunyai tulang lebih banyak daripada individu yang mempunyai tulang
kecil pada usia yang sama (Lukman, Nurma Ningsih : 2009).
2.3 PATOFISIOLOGI
Genetik, nutrisi, gaya hidup (misal merokok, konsumsi kafein, dan alkohol), dan aktivitas
mempengaruhi puncak massa tulang. Kehilangan masa tulang mulai terjadi setelah tercaipainya
puncak massa tulang. Pada pria massa tulang lebih besar dan tidak mengalami perubahan
hormonal mendadak. Sedangkan pada perempuan, hilangnya estrogen pada saat menopouse dan
pada ooforektomi mengakibatkan percepatan resorpsi tulang dan berlangsung terus selama
tahun-tahun pasca menopouse (Lukman, Nurma Ningsih : 2009).
Diet kalsium dan vitamin D yang sesuai harus mencukupi untuk mempertahankan
remodelling tulang selama bertahun-tahun mengakibatkan pengurangan massa tulang dan fungsi
tubuh. Asupan kasium dan vitamin D yang tidak mencukupi selama bertahun-tahun
mengakibatkan pengurangan massa tulang dan pertumbuhan osteoporosis. Asupan harian
kalsium yang dianjurkan (RDA : recommended daily allowance) meningkat pada usia 11 – 24
tahun (adolsen dan dewasa muda) hingga 1200 mg per hari, untuk memaksimalakan puncak
massa tulang. RDA untuk orang dewasa tetap 800 mg, tetapi pada perempuan pasca menoupose
1000-1500 mg per hari. Sedangkan pada lansia dianjurkan mengkonsumsi kalsium dalam jumlah
tidak terbatas. Karena penyerapan kalsium kurang efisisien dan cepat diekskresikan melalui
ginjal (Smeltzer, 2002).
Demikian pula, bahan katabolik endogen (diproduksi oleh tubuh) dan eksogen dapat
menyebabkan osteoporosis. Penggunaan kortikosteroid yang lama, sindron Cushing,
hipertiriodisme dan hiperparatiriodisme menyebabkan kehilangan massa tulang. Obat- obatan
seperti isoniazid, heparin tetrasiklin, antasida yang mengandung alumunium, furosemid,
antikonvulsan, kortikosteroid dan suplemen tiroid mempengaruhi penggunaan tubuh dan
metabolisme kalsium.
Imobilitas juga mempengaruhi terjadinya osteoporosis. Ketika diimobilisasi dengan gips,
paralisis atau inaktivitas umum, tulang akan diresorpsi lebih cepat dari pembentukannya
sehingga terjadi osteoporosis.
2.4 MANIFESTASI KLINIS
Kepadatan tulang berkurang secara perlahan, sehingga pada awalnya osteoporosis tidak
menimbulkan gejala pada beberapa penderita. Jika kepadatan tulang sangat berkurang yang
menyebabkan tulang menjadi kolaps atau hancur, maka akan timbul nyeri tulang dan kelainan
bentuk. Tulang-tulang yang terutama terpengaruh pada osteoporosis adalah radius distal, korpus
vertebra terutama mengenai T8-L4, dan kollum femoris (Lukman, Nurma Ningsih : 2009).
Kolaps tulang belakang menyebabkan nyeri punggung menahun. Tulang belakang yang
rapuh bisa mengalami kolaps secara spontan atau karena cedera ringan. Biasanya nyeri timbul
secara tiba-tiba dan dirasakan di daerah tertentu dari pungung yang akan bertambah nyeri jika
penderita berdiri atau berjalan. Jika disentuh, daerah tersebut akan terasa sakit, tetapi biasanya
rasa sakit ini akan menghilang secara bertahap setelah beberapa minggu atau beberapa bulan.
Jika beberapa tulang belakang hancur, maka akan terbentuk kelengkungan yang abnormal dari
tulang belakang (punuk), yang menyebabkan terjadinya ketegangan otot dan rasa sakit (Lukman,
Nurma Ningsih : 2009).
Tulang lainnya bisa patah, yang sering kali disebabkan oleh tekanan yang ringan atau
karena jatuh. Salah satu patah tulang yang paling serius adalah patah tulang panggul. Selain itu ,
yang juga sering terjadi adalah patah tulang lengan (radius) di daerah persambungannya dengan
pergelangan tangan, yang disebut fraktur Colles. Pada penderita osteoporosis, patah tulang
cenderung mengalami penyembuhan secara perlahan (Lukman, Nurma Ningsih : 2009).
2.5 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan osteoporosis bertujuan untuk mencegah kehilangan tulang lebih lanjut
dan mencegah terjadinya fraktur patologis. Insidensi fraktur panggul dapat berkurang 20-25%
jika osteoporosis ditangani dengan tepat. Pilihan penatalaksanaan terdiri atas medikamentosa dan
nonmedikamentosa
ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
1. Nama : Ny A
2. Umur : 50 tahun
3. Jenis kelamin : perempuan
4. Agama : islam
5. Suku/bangsa : bugis
6. Kawin/belum kawin : sudah kawin
7. Pendidikan : -
8. Pekerjaan : IRT
9. Alamat : soppeng
10. Tgl.masuk RS : 3 desember 2012
11. Tgl pengkajian ; 4 desember 2012
12. No.RM : 3106
13. Ruang perawatan
14. Diagnose: keperawatan
B. IDENTITAS PENANGGUNG
1. Nama : Tn. S
2. Umur : 26 tahun
3. Jenis kelamin : laki-laki
4. Agama : islam
5. Suku/bangsa : bugis
6. Kawin/belum kawin : sudah kawin
7. Pendidikan : S1
8. Hubungan dengan keluarga : anak
RIWAYAT KESEHATAN
- Keluhan utama
Nyeri punggung bagian belakang
- Riwayat keluhan utama
Klien masuk RSUD Ajjapange soppeng tanggal 25 februari dengan keluhan
nyeri punggung Riwayat BAB sudah lebih dari 1 minggu
- Riwayat Kesehatan sekarang
Klien masuk di ruang perawatan bedah sejak tanggal 25 februari 2010 setelah
di berikan pertolongan di IGD
Kondisi setelah di kaji : nyeri pada punggung
Factor pencetus/pendukung : kekurangan kalsium
a) Hal-hal yang memperberat : pada saat beraktifitas berat
b) Hal-hal yang meringankan : pada saat beritirahat
c)Sifat keluhan : nyeri dirasakan hilang timbul
d)Lokasi dan penyebaran ; pada sekitar punggung
e)Skala keparahan : skala sedang
f)Mulai dan lamanya penyebaran : sejak 2 minggu lalu sampai sekarang
g)Keluhan-keluhan lainnya : klien mengatakan susah BAB dan merasa
cemas
- Riwayat Kesehatan lalu
Klien tidak pernah di operasi sebelumnya
Klien tidak ada Riwayat alergi
Klien tidak ada Riwayat ketergantungan alcohol dan obat-obatan terlarang
- Riwayat Kesehatan keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama
- Riwayat psikososial
a) Pola konsep diri
Klien dapat menerima keadaanya dan berharap cepat sembuh
b) Pola kognitif
Komunikasinya lancer,respon terhadap orang disekitarnya baik
c) Pola koping
Klien dapat menyesuaikan diri selama di rawat dan bekerja sama selama
proses perawatan dan pengobatan
d) Pola interaksi
Orang terdekat klien adalah anaknya,hubgan dengan anggota keluarga yang
lain baik,dapat berinteraksi dengan orang dengan baik dan tenaga Kesehatan.
- Riwayat spiritual
Klien beragama islam dan taat menjalankan ibadah,tetapi selama dirawat
klien tidak pernah beribadah karena nyeri yang di rasakan sehingga sulit
beraktifitas
Selama dirawat,klien ditemani anaknya beserta anggota keluarga yang lain
Ritual agama yang bisa diikuti klien yaitu syukuran
I. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum klien
Keadaan umum : klien tampak lemah
Kesadaran : composmentis
Tanda-tanda vital :
o Tekanan darah : 110/80mmhg
o Nadi : 70x/menit
o Pernafasan : 18x/menit
o Suhu : 37 derajat
Kepala
1. Inspeksi
Penyebaran rambut merata dan tidak mudah rontok
Tidak tampak adanya massa
Tidak tampak adanya alapesia
2. Palpasi
Tidak ada nyeri tekan pada bagian kepala/muka
3. Inspeksi
Muka tampak simetris kiri dan kanan
ekspresi wajah meringis
wajah tampak kusut
Palpasi
Tidak ada nyeri tekan di sekitar wajah
Mata
Inspeksi
-Alis simetris kiri dan kanan
-Kelopak mata menutup secara simetris
-Konjungtiva baik
-Sclera putih
Palpasi
-Tidak teraba terjadinya peningkatan TIO
-Tidak teraba adanya massa benjolan
-Tidak ada nyeri tekan
Telinga
Inspeksi
-kanalis tampak bersih
-tidak tampak adanya tanda-tanda peradangan
Palpasi
-tidak teraba adanya massa benjolan
-tidak ada nyeri tekan pada mastoid
Hidung
Inspeksi
-tidak tampak adanya devisi septum
-tidak tampak adanya polip
Palpasi
-tidak ada nyeri tekan pada daerah sinus
-tidak teraba adanya massa/benjolan pada sinus
Rongga mulut
Inspeksi
Klien tidak menggunakan gigi palsu,tidak tampak adanya lesi pada gusi,tidak
tampak adanya gigi yang caries
Palpasi
-Tidak ada nyeri tekan
-tidak teraba massa/benjolan
Leher
Inspeksi
Tidak tampak penekanan vena jugularis
Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid
Palpasi
Tidak tampak penekanan vena jugularis
Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid
Thoraks
Inspeksi
Bentuk dada simetris kiri dan kanan
Irama pernafasan teratur
Diameter interior posterior mengecil
Frekuensi pernafasan 16x/menit
Palpasi
Vocal premitus seimbang kiri dan kanan
Terdapat nyeri tekan
Tidak teraba adanya massa/benjolan
Ekspansi dada simetris kiri dan kanan
Perkusi
Tidak di kaji
Auskultasi
Tidak di kaji
Jantung
Inspeksi
Tidak tampak pembesaran ictus cordis
Palpasi
Ictus cordis teraba pada ICS v pada garis mid clavicula
Tidak ada nyeri tekan
Perkusi
Batas-batas jantung paru pada spasimu ICS 3,4,5 sisi dada
bunyi perkusi pekat
Auskultasi
Bunyi jantung (BJ) 1 lub murni teratur dengan kekuatan sedang pada daerah
apek
Bunyi jantung (BJ) 1 lub murni teratur dengan kekuatan sedang pada daerah
aortic
Abdomen
Inspeksi
Perut tampak kembung
Tidak tampak adanya luka
Warna kulit sama dengan sekitarnya
Auskultasi
Peristaltic usus menurun
Perkusi
Suara perkusi hypertimpani
Palpasi
Teraba adanya massa
Tidak teraba adanya pembesaran hepar
Genetalia dan anus
Tidak di kaji
Ekstremitas
Inspeksi
Tidak tampak adanya luka
Ekstremitas atas dan bawah tampak simetris kiri dan kanan
Palpasi
Nyeri tekan pada daerah tertentu
Sensorik
Dapat merasakan sentuhan kapas pada kedua ekstremitas
Dapat merasakan suhu panas dan nyeri bila di cubit
Motorik
ROM : ekstensi,fleksi,abduksi,aduksi agak kaku di Gerakan
Kekuatan otot pada daerah ekstremitas 4/5
Refleks
Refleks Babinski baik
Refleksi bisep trisep (-)
B. CAIRAN
NO KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
.
1. Jenis minuman Air putih,the Air putih,susu
2. Frekuensi minuman 7-8 gelas/hari 5-7 gelas/hari
3. Kebutuhan cairan 1500-2500 cc/24 jam <2.500 /24 jam
4. Cara pemenuhan oral Oral,IV,PAG
C. ELIMINASI BAB
NO KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
.
1. Frekuensi 1-2x sehari 1x sehari
2. Warna Kuning/coklat Kuning/coklat
3. Konsistensi Lunak Agak padat
4. Tempat pembuangan WC WC
D. ELIMINASI BAK
NO KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
.
1. Tempat pembuangan WC WC
2. Frekuensi 4-6x sehari 4-6x sehari
3. Kesulitan Tidak ada Tidak ada
4. Warna Kuning Kuning
5. Bau Amoniak Amoniak
Penurunan massa
tulang
Tulang mudah
rapuh
Spasme otot
2. DS : klien mengatakan Nyeri
nyeri pada daerah Fraktur
punggung atau belakang
DO : ekspresi wajah
tampak meringis Pengeluaran zat
kimia
Dihantar
kesumsum tulang
belakang
Thalamus
Konteks cerebri
Nyeri
Reabsorbsi air
Feces keras
Konstipasi
4. DS: klien mengatakan Nyeri Kecemasan/ansietas
cemas dengan
keadaannya
DO: klien tampak gelisah Perubahan status
Kesehatan
Kurang
pengetahuan
kecemasan
4.6 EVALUASI
Setelah menyelesaikan tahap pelaksanaan /implementasi,maka penulis menyimpukan bahwa
semua masalah teratasi.
BAB V
PEMBAHASAN KASUS
Dari kasus yang saya angkat pada bab empat tentang asuhan keperawatan,diagnose yang
muncul ada empat yang terdapat di bab tiga tentang asuhan keperawatan teori hal ini bisa di lihat
dari Analisa data yang terdapat pada asuhan keperawatan pasien Ny.A ruangan UPF bedah di
RSUD Ajjapange soppeng.
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
1. DS: Klien mengatakan resiko terjadi Defisiensi kalsium resiko terjadi cedera
cedera
Kecepatan reabsorbsi
lebih besar
Penurunan massa
tulang
Spasme otot
Dihantar kesumsum
tulang belakang
Thalamus
Konteks cerebri
Nyeri
Reabsorbsi air
Feces keras
Konstipasi
Kurang pengetahuan
kecemasan
BAB VI
PENUTUP
6.1 KESIMPULAN
Osteoporosis adalah suatu keadaan penyakit yang ditandai dngan rendahnya massa tulang
dan memburuknya mikrostruktural jaringan tulang, menyebabkan kerapuhan tulang sehingga
meningkatkan risiko terjadinya fraktur. Keadaan tersebut tidak memberikan keluhan klinis,
kecuali apabila telah terjadi fraktur. Pada osteoporosis, terjadi penurunan kualitas tulang dan
kuantitas kepadatan tulang, padahal keduanya sangat menentukan kekuatan tulang sehingga
penderita Osteoporosis mudah mengalami patah tulang atau fraktur (Helmi, 2012).
6.2 SARAN
1. Lansia
Harus lebih memperhatikan kesehatan dengan menghindari faktor-faktor resiko
osteoporosis serta memenuhi asupan gizi yang lengkap terutama untuk tulang
2. Tenaga medis
Sebagai seorang tenaga medis harus mampu memberikan pendidikan kesehatan yang baik
terutama bagi lansia sehingga dapat menghindarkan atau mencegah terjadinya penyakit
osteoporosis
3. Mahasiswa
Harus lebih memahami tentang asuhan keperaawatan pada gangguan system
musculoskeletal “osteoporosis” sehingga mampu menerapkannya di lhan praktik demi
memberi pelayanan kesehatan yang baik bagi klien.
DAFTAR PUSTAKA
http://keperawatanuinam.com/2016/09/asuhan-keperawatan-osteoporosis.html
https://www.alomedika.com/penyakit/reumatologi/osteoporosis/penatalaksanaan
https://flexfreeclinic.com/infokesehatan/detail?id=236&title=osteoporosis
https://www.google.com/search?q=PATHWAY+OSTEOPOROSIS&safe=strict&sxsrf=ALeKk03iZ2HhMa-
uEKxfnWAj9sE0Qe9I1w:1605755309297&tbm=isch&source=iu&ictx=1&fir=N2ZrvS5ASBM7iM
%252CszApGJENqjSgEM%252C_&vet=1&usg=AI4_-
kQc9xpCdLgatz5ReuPz_6xMbdFnVQ&sa=X&ved=2ahUKEwif3rnW0I3tAhWz7XMBHaWJBV0Q9QF6BAgCE
Aw&biw=1366&bih=625#imgrc=5AxEYI-BPIgSZM
https://www.slideshare.net/fdalhz/osteoporosis-sejenis-makalahkarya-tulis-ilmiah