Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

OSTEOPOROSIS

DOSEN PENGAMPU :
Ns. Rahmat Hidayat Djalil,S.Kep.,M.Kep

Di susun oleh :

Nama : Rahmawaty sasaerilah


NIRM : 18101094
Kelas : 5A Keperawatan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MUHAMMADIYAH


MANADO
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
T.A 2020
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan
Rahmat, hidayah dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
tentang “OSTEOPORSIS”

Tak lupa pula kami sadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak
terlepas dari berbagai media dan pihak yang telah membantu untuk menyusun
makalah ini. Sehubungan dengan itu kami ucapkan banyak terimah kasih kepada
pembimbing yang telah membantu menyusun makalah ini.

Akhir kata kami mohon maaf yang sedalam-dalamnya bila ada perkataan
atau tulisan yang tidak berkenaan dihati para pembaca maupun yang menilai.
Untuk itu, kami mengharapkan masukan dalam bentuk kritik, saran maupun
tanggapan dari para pembaca sekalian demi kesempurnaannya makalah ini

Semoga ilmunya bermanfaat bagi para pembaca

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Manado,19 November 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................2
BAB I..........................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................................3
1.1 LATAR BELAKANG.....................................................................................................................3
1.2 RUMUSAN MASALAH..................................................................................................................4
1.3 TUJUAN...........................................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................................................5
2.1 PENGERTIAN................................................................................................................................5
2.2 ETIOLOGI.......................................................................................................................................5
2.3 PATOFISIOLOGI...........................................................................................................................6
2.4 MANIFESTASI KLINIS.................................................................................................................7
2.5 PENATALAKSANAAN..................................................................................................................7
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG....................................................................................................7
2.7 KOMPLIKASI.................................................................................................................................8
BAB III.......................................................................................................................................................9
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI......................................................................................................9
3.1 PENGKAJIAN.............................................................................................................................9
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN...............................................................................................10
3.3 INTERVENSI............................................................................................................................11
3.4 EVALUASI................................................................................................................................13
3.5 PHATWAY................................................................................................................................13
BAB IV.....................................................................................................................................................14
ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................................................................14
BAB V.......................................................................................................................................................27
PEMBAHASAN KASUS........................................................................................................................27
BAB VI.....................................................................................................................................................29
PENUTUP................................................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................30
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Salah satu masalah gangguan kesehatan yang menonjol pada usia lanjut adalah gangguan
muskoloskeletal, terutama osteoartritis dan osteoporosis. Menghadapi problem ini tanpa
adanya persiapa yang baik, di khawatirkan akan menjadikan beban yang akan di tanggung
pemerintah, masyarakat, dan warga usia lanjut dengan keluarga akan menjadi sangat besar
dan akan menghambat perkembangan ekonomi serta memperburuk kualitas hidup manusia
secara utuh (isbagio H dalam Daniel, 2007).
Osteoporosis adalah suatu problem klimakterium yang serius. Di amerika serikat
dijumpai satu kasus osteoporosis di antara dua sampai tiga wanita pascamonopause. Massa
tulang pada manusia mencapai maksimum pada usia sekita 35 tahun, kemudian terjadi
penurunan massa tulang secara eksponensial. Penurunan massa tulang ini berkisar antara 3-
5% setiap decade, sesuai dengan kehilangan massa otot dan hal ini di alami baik pada pria
dan wanita. Pada masa klimakterium, penurunan massa tulang pada wanita lebih mencolok
dan dapat mencapai 2-3% setahun secara eksponensial. Pada usia 70 tahun kehilangan
massa tulang pada wanita ini baru mencapai 25% (Gonta,P.1996).
Kecepatan resorpsi tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang, sehingga dapat
menurunkan massa tulang total. Osteoporosis adalah penyakit yang mempunyai sifat-sifat
khas berupa massa tulang yang rendah, disertai mikroarsitektur tulang dan penurunan
kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang. Tulang secara progresif
menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang menjadi mudah patah dengan stres, yang pada
tulang normal tidak menimbulkan pengaruh. Sherwood (2001), mengatakan selama dua
decade pertama kehidupan, saat terjadi pertumbuhan, pengendapan tulang melebihi resorpsi
tulang dibawah pengaru hormone pertumbuhan. Sebaiknya pada usia 50-6- tahun, resorpsi
tulang melebihi pembentukan tulang. Kalsitonin yang menghambat resorpsi tulang dan
merangsang pembentukan tulang mengalami penurunan. Hormone paratiroid meningkat
bersama bertambahnya dan meningkatkan resorpsi tulang. Hormone estrogen yang
menghambat pemecahan tulang, juga berkurang bersama bertambahnya usia.
Menurut Ganong (2003), perempuan dewasa memiliki massa tulang yang lebih sedikit
daripada pria dewasa, dan setelah menopause mereka mulai kehilangan tulang lebih cepat
daripada pria. Akibatnya perempuan lebih rentang menderita ospteoporosis serius. Penyebab
utama berkurangnya tulang setelah menopause adalah defesiensi hormone estrogen. Pada
osteoporosis, matriks dan mineral tulang hilang, hingga massa dan kekuatan tulang, dengan
peningkatan fraktur.
Osteoporosis sering menimbulkan fraktur kompresi pada vertebra torakalis. Terdapat
penyempitan diskus vertebra, apabila penyebaran berlanjut keseluruh korpus vertebra akan
menimbulkan kompresi vertebra dan terjadi gibus. Fraktur kolum femur sering terjadi pada
usia di atas 60 tahun dan lebih sering pada perempuan, yang disebabkan oleh penuaan dan
osteoporosis pascamenopause.
Kolaps bertahap tulang vertebra mungkin tidak menimbulkan gejala, namun terlihat sebagai
kifosis progresif. Kifosis dapat mengakibatkan pengurangan tinggi badan. Pada beberapa
perempuan dapat kehilangan tinggi badan sekitar 2,5-15 cm, akibat kolaps vertebra.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Menjelaskan isi tinjauan pustaka
2. Menjelaskan asuhan keperawatan teori
3. Menjelaskan asuhan keperawatan
4. Menjelaskan pembahasan antara kasus dan askep teori
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui isi tinjauan pustaka
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan teori
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan
4. Untuk mengetahui pembahasan antara kasus dan askep teori
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN
Osteoporosis adalah suatu kondisi berkurangnya massa tulang secara nyata yang
berakibat pada rendahnya kepadatan tulang, sehingga tulang menjadi keropos dan rapuh. “Osto”
berarti tulang, sedangkan “porosis” berarti keropos. Tulang yang mudah patah akibat
Osteoporosis adalah tulang belakang, tulang paha, dan tulang pergelangan tangan (Endang
Purwoastuti : 2009) .
Osteoporosis yang dikenal dengan keropos tulang menurut WHO adalah penyakit skeletal
sistemik dengan karakteristik massa tulang yang rendah dan perubahan mikroarsitektur dari
jaringan tulang dengan akibat meningkatnya fragilitas tulang dan meningkatnya kerentanan
terhadap tulang patah. Osteoporosis adalah kelainan dimana terjadi penurunan massa tulang total
(Lukman, Nurma Ningsih : 2009).
Menurut konsesus di Kopenhagen 1990, osteoporosis didefinisikan sebagai suatu penyakit
dengan karakteristik massa tulang yang berkurang dengan kerusakan mikroarsitektur jaringan
yang menyebabkan kerapuhan tulang dan resiko fraktur yang meningkat (Lukman, Nurma
Ningsih : 2009).
Osteoporosis adalah suatu keadaan dimana terdapat pengurangan jaringan tulang per unit
volume,sehingga tidak mampu melindungi atau mencegah terjadinya fraktur terhadap trauma
minimal (Kholid Rosyidi : 2013).
Osteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang total. Terdapat perubahan
pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resorpsi tulang lebih besar dari kecepatan
pembentukan tulang, pengakibatkan penurunan masa tulang total. Tulang secara progresif
menjadi porus, rapuh dan mudah patah; tulang menjadi mudah fraktur dengan stres yang tidak
akan menimbulkan pengaruh pada tulang normal (Brunner&Suddarth, 2000).
2.2 ETIOLOGI
Osteoporosis postmenopouse terjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama pada
wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita.
Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia diantara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul
lebih cepat ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita memiliki resiko yang sama untuk
menderita osteoporosis postmenopouse, pada wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah
menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam (Lukman, Nurma Ningsih : 2009).
Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kasium yang berhubungan
dengan usia dan ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan
tulang yang baru. Senilis yaitu keadaan penurunan masa tulang yang hanya terjadi pada usia
lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan dua kali lebih sering
menyerang wanita. Wanita sering kali menderita osteoporosis senilis dan postmenopouse
(Lukman, Nurma Ningsih : 2009).
Kurang dari lima persen penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder, yang
disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obet-obatan. Penyakit ini bisa disebabkan oleh
gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid, dan adrenal) dan obat-
obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang, hormon tiroid yang berlebihan).
Pemakaian alkohol yang berlebihan dan kebiasaan merokok bisa memperburuk keadaan ini
(Lukman, Nurma Ningsih : 2009).
Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui.
Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas
dari rapuhnya tulang (Lukman, Nurma Ningsih : 2009).
Faktor genetik juga berpengaruh terhadap timbulnya osteoporosis. Pada seseorang dengan tulang
yang kecil akan lebih mudah mendapat risiko fraktur daripada seseorang dengan tulang yang
besar. Sampai saat ini tidak ada ukuran universal yang dapat dipakai sebagai ukuran tulang
normal. Setiap individu memiliki ketentuan normal sesuai dengan sifat genetiknya beban
mekanis dan besar badannya. Apabila individu dengan tulang besar, kemudian terjadi proses
penurunan massa tulang (osteoporosis) sehubungan dengan lanjutnya usia, maka individu
tersebut relatif masih mempunyai tulang lebih banyak daripada individu yang mempunyai tulang
kecil pada usia yang sama (Lukman, Nurma Ningsih : 2009).
2.3 PATOFISIOLOGI
Genetik, nutrisi, gaya hidup (misal merokok, konsumsi kafein, dan alkohol), dan aktivitas
mempengaruhi puncak massa tulang. Kehilangan masa tulang mulai terjadi setelah tercaipainya
puncak massa tulang. Pada pria massa tulang lebih besar dan tidak mengalami perubahan
hormonal mendadak. Sedangkan pada perempuan, hilangnya estrogen pada saat menopouse dan
pada ooforektomi mengakibatkan percepatan resorpsi tulang dan berlangsung terus selama
tahun-tahun pasca menopouse (Lukman, Nurma Ningsih : 2009).
Diet kalsium dan vitamin D yang sesuai harus mencukupi untuk mempertahankan
remodelling tulang selama bertahun-tahun mengakibatkan pengurangan massa tulang dan fungsi
tubuh. Asupan kasium dan vitamin D yang tidak mencukupi selama bertahun-tahun
mengakibatkan pengurangan massa tulang dan pertumbuhan osteoporosis. Asupan harian
kalsium yang dianjurkan (RDA : recommended daily allowance) meningkat pada usia 11 – 24
tahun (adolsen dan dewasa muda) hingga 1200 mg per hari, untuk memaksimalakan puncak
massa tulang. RDA untuk orang dewasa tetap 800 mg, tetapi pada perempuan pasca menoupose
1000-1500 mg per hari. Sedangkan pada lansia dianjurkan mengkonsumsi kalsium dalam jumlah
tidak terbatas. Karena penyerapan kalsium kurang efisisien dan cepat diekskresikan melalui
ginjal (Smeltzer, 2002).
Demikian pula, bahan katabolik endogen (diproduksi oleh tubuh) dan eksogen dapat
menyebabkan osteoporosis. Penggunaan kortikosteroid yang lama, sindron Cushing,
hipertiriodisme dan hiperparatiriodisme menyebabkan kehilangan massa tulang. Obat- obatan
seperti isoniazid, heparin tetrasiklin, antasida yang mengandung alumunium, furosemid,
antikonvulsan, kortikosteroid dan suplemen tiroid mempengaruhi penggunaan tubuh dan
metabolisme kalsium.
Imobilitas juga mempengaruhi terjadinya osteoporosis. Ketika diimobilisasi dengan gips,
paralisis atau inaktivitas umum, tulang akan diresorpsi lebih cepat dari pembentukannya
sehingga terjadi osteoporosis.
2.4 MANIFESTASI KLINIS
Kepadatan tulang berkurang secara perlahan, sehingga pada awalnya osteoporosis tidak
menimbulkan gejala pada beberapa penderita. Jika kepadatan tulang sangat berkurang yang
menyebabkan tulang menjadi kolaps atau hancur, maka akan timbul nyeri tulang dan kelainan
bentuk. Tulang-tulang yang terutama terpengaruh pada osteoporosis adalah radius distal, korpus
vertebra terutama mengenai T8-L4, dan kollum femoris (Lukman, Nurma Ningsih : 2009).
Kolaps tulang belakang menyebabkan nyeri punggung menahun. Tulang belakang yang
rapuh bisa mengalami kolaps secara spontan atau karena cedera ringan. Biasanya nyeri timbul
secara tiba-tiba dan dirasakan di daerah tertentu dari pungung yang akan bertambah nyeri jika
penderita berdiri atau berjalan. Jika disentuh, daerah tersebut akan terasa sakit, tetapi biasanya
rasa sakit ini akan menghilang secara bertahap setelah beberapa minggu atau beberapa bulan.
Jika beberapa tulang belakang hancur, maka akan terbentuk kelengkungan yang abnormal dari
tulang belakang (punuk), yang menyebabkan terjadinya ketegangan otot dan rasa sakit (Lukman,
Nurma Ningsih : 2009).
Tulang lainnya bisa patah, yang sering kali disebabkan oleh tekanan yang ringan atau
karena jatuh. Salah satu patah tulang yang paling serius adalah patah tulang panggul. Selain itu ,
yang juga sering terjadi adalah patah tulang lengan (radius) di daerah persambungannya dengan
pergelangan tangan, yang disebut fraktur Colles. Pada penderita osteoporosis, patah tulang
cenderung mengalami penyembuhan secara perlahan (Lukman, Nurma Ningsih : 2009).
2.5 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan osteoporosis bertujuan untuk mencegah kehilangan tulang lebih lanjut
dan mencegah terjadinya fraktur patologis. Insidensi fraktur panggul dapat berkurang 20-25%
jika osteoporosis ditangani dengan tepat. Pilihan penatalaksanaan terdiri atas medikamentosa dan
nonmedikamentosa

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG


 Rontgen atau CT scan, untuk melihat dengan lebih jelas kondisi tulang yang patah
 Tes darah, untuk mengetahui kadar sel-sel darah, kadar elektrolit, dan kadar hormon,
termasuk hormon tiroid, paratiroid, esterogen, dan testosterone
 Tes bone mass density (BMD), untuk melihat tingkat kepadatan tulang dan
menentukan risiko terjadinya patah tulang
Tes BMD dilakukan dengan dual energy X-Ray absorptiometryI (DXA) atau
dengan quantitative computed tomography (QCT).
Pemeriksaan DXA lebih sering dilakukan. Interpretasi dari hasil pemeriksaan ini adalah
sebagai berikut:
 Lebih dari -1 : Normal
 -1 sampai -2,5 : Kepadatan tulang rendah (osteopenia)
 Kurang dari -2,5 : Kemungkinan besar osteoporosis
2.7 KOMPLIKASI
Salah satu komplikasi dari osteoporosis adalah patah tulang. Patah tulang dapat
menyebabkan nyeri, gangguan dalam bergerak, dan penurunan produktivitas. Patah tulang
belakang akan menyebabkan nyeri punggung, postur tubuh bungkuk, dan tinggi badan yang
berkurang.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI


3.1 PENGKAJIAN
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan status
kesehatan dan pola pertahanan penderita, mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan
penderita yang dapat diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik dan riwayat psikososial.
1. Anamnese
a. Identitas
 Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa
medik, alamat, semua data mengenai identitaas klien tersebut untuk
menentukan tindakan selanjutnya.
 Identitas penanggung jawab
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi
penanggung jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul meliputi
nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
b. Riwayat Kesehatan
Dalam pengkajian riwayat kesehatan, perawat perlu mengidentifikasi adanya:
 Rasa nyeri atau sakit tulang punggung (bagian bawah), leher,dan pinggang
 Berat badan menurun
 Biasanya diatas 45 tahun
 Jenis kelamin sering pada wanita
 Pola latihan dan aktivitas
c. Pola aktivitas sehari-hari
Pola aktivitas dan latihan biasanya berhubungan dengan olahraga, pengisian waktu
luang dan rekreasi, berpakaian, makan, mandi, dan toilet. Olahraga dapat
membentuk pribadi yang baik dan individu akan merasa lebih baik. Selain itu,
olahraga dapat mempertahankan tonus otot dan gerakan sendi. Lansia memerlukan
aktifitas yang adekuat untuk mempertahankan fungsi tubuh. Aktifitas tubuh
memerlukan interaksi yang kompleks antara saraf dan muskuloskeletal.
Beberapa perubahan yang terjadi sehubungan dengan menurunnya gerak persendian
adalah agility ( kemampuan gerak cepat dan lancar ) menurun, dan stamina
menurun.
2. Pemeriksaan Fisik
1) B1 (Breathing)
Inspeksi : Ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada dan tulang belakang
Palpasi : Taktil fremitus seimbang kanan dan kiri
Perkusi : Cuaca resonan pada seluruh lapang paru
Auskultasi : Pada kasus lanjut usia, biasanya didapatkan suara ronki
2) B2 ( Blood)
Pengisian kapiler kurang dari 1 detik, sering terjadi keringat dingin dan pusing.
Adanya pulsus perifer memberi makna terjadi gangguan pembuluh darah atau
edema yang berkaitan dengan efek obat.
3) B3 ( Brain)
Kesadaran biasanya kompos mentis. Pada kasus yang lebih parah, klien dapat
mengeluh pusing dan gelisah.
 Kepala dan wajah : ada sianosis
 Mata: Sklera biasanya tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis
 Leher: Biasanya JVP dalam normal
Nyeri punggung yang disertai pembatasan pergerakan spinal yang
disadari dan halus merupakan indikasi adanya satu fraktur atau lebih,
fraktur kompresi vertebra
4) B4 (Bladder)
Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada sistem
perkemihan.
5) B5 ( Bowel)
Untuk kasus osteoporosis, tidak ada gangguan eliminasi namun perlu di kaji
frekuensi, konsistensi, warna, serta bau feses.
6) B6 ( Bone)
Pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis. Klien osteoporosis sering
menunjukan kifosis atau gibbus (dowager’s hump) dan penurunan tinggi badan
dan berat badan. Ada perubahan gaya berjalan, deformitas tulang, leg-length
inequality dan nyeri spinal. Lokasi fraktur yang sering terjadi adalah antara
vertebra torakalis 8 dan lumbalis 3.
3. Pemeriksaan penunjang
a) Radiologi
Gejala radiologi yang khas adalah densitas atau massa tulang yang menurun yang
dapat dilihat pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpus vertebra biasanya
merupakan lokasi yang paling berat. Penipisan korteks dan hilangnya trabekula
transversal merupakan kelainan yang sering ditemukan. Lemahnya korpus vertebrae
menyebabkan penonjolan yang menggelembung dari nucleus pulposus kedalam ruang
intervertebral dan menyebabkan deformitas bikonkaf.
b) CT-Scan
Dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang mempunyai nilai penting
dalam diagnostik dan terapi follow up. Mineral vertebra diatas 110 mg/cm3 biasanya
tidak menimbulkan fraktur vertebra atau penonjolan, sedangkan mineral vertebra
dibawah 65 mg/cm3 ada pada hampir semua klien yang mengalami fraktur.
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Nyeri berhubungan dengan dampak skunder dari fraktur vertebra
 Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan
skeletal (kifosis) atau fraktur baru
 Risiko tinggi injury atau fraktur berhubungan dengan kecelakaan ringan/jatuh
3.3 INTERVENSI
Intervensi keperawatan yang dilakukan sesuai dengan diagnosis yang di temukan
meliputi:
1. Nyeri berhubungan dengan dampak skunder dari fraktur vertebra
Pain Management
 Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan factor presipitasi.
 Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
 Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
pasien.
 Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri.
 Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau.
 Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan
kontrol nyeri masa lampau.
 Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan.
 Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan.
 Kurangi faktor presipitasi nyeri.
 Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter
personal).
 Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi.
 Ajarkan tentang teknik non farmakologi.
 Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
 Evaluasi keefektifan kontrol nyeri.
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil.
 Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri Analgesic Administration
 Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian
obat
 Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi.
 Cek riwayat alergi.Pilih analgesic yang diperlukan atau kombinasi dari
analgesik ketika pemberian lebih dari satu.
 Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri.
 Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal.
 Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur.
 Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama
kali.Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat.
 Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping).
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan
skeletal (kifosis) atau fraktur baru
 Monitoring vital sign sebelum/sesudah
 latihan dan lihat respon pasien saat latihan
 Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan
kebutuhan
 Bantu klien untuk menggunakan tongkat Saat berjalan dan cegah terhadap cedera
 Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan
 Lain tentang teknik ambulasi
 Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai dengan
Kemampuan
 Damping dan bantu pasien saat mobilisasi Dan bantu penuhi kebutuhan ADLs
pasien
 Berikan alat bantu jika klien memerlukan
3. Risiko tinggi injury atau fraktur berhubungan dengan kecelakaan ringan/jatuh
 Sediakan lingkungan yang aman untuk Pasien
 Identifikasi kebutuhan keamanan pasien Sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi
Kognotif pasien dan riwayat penyakit Terdahulu pasien.
 Menghindari lingkungan yang berbahaya (memindahkan perabotan)
 Menyediakan tempat tidur yang nyaman Dan bersih
 Menganjurkan keluarga pasien untuk Menemani pasien
 Memindahkan barang-barang yang dapat Membahayakan
3.4 EVALUASI
Hasil yang diharapkan :
1. Nyeri berkurang
2. Terpenuhinya kebutuhan mobilitas fisik
3. Status psikologi yang seimbang
4. Tidak terjadi cedera
5. Terpenuhinya kebutuhan, pengetahuan dan informasi
3.5 PHATWAY
BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
1. Nama : Ny A
2. Umur : 50 tahun
3. Jenis kelamin : perempuan
4. Agama : islam
5. Suku/bangsa : bugis
6. Kawin/belum kawin : sudah kawin
7. Pendidikan : -
8. Pekerjaan : IRT
9. Alamat : soppeng
10. Tgl.masuk RS : 3 desember 2012
11. Tgl pengkajian ; 4 desember 2012
12. No.RM : 3106
13. Ruang perawatan
14. Diagnose: keperawatan
B. IDENTITAS PENANGGUNG
1. Nama : Tn. S
2. Umur : 26 tahun
3. Jenis kelamin : laki-laki
4. Agama : islam
5. Suku/bangsa : bugis
6. Kawin/belum kawin : sudah kawin
7. Pendidikan : S1
8. Hubungan dengan keluarga : anak
RIWAYAT KESEHATAN
- Keluhan utama
 Nyeri punggung bagian belakang
- Riwayat keluhan utama
 Klien masuk RSUD Ajjapange soppeng tanggal 25 februari dengan keluhan
nyeri punggung Riwayat BAB sudah lebih dari 1 minggu
- Riwayat Kesehatan sekarang
 Klien masuk di ruang perawatan bedah sejak tanggal 25 februari 2010 setelah
di berikan pertolongan di IGD
Kondisi setelah di kaji : nyeri pada punggung
Factor pencetus/pendukung : kekurangan kalsium
a) Hal-hal yang memperberat : pada saat beraktifitas berat
b) Hal-hal yang meringankan : pada saat beritirahat
c)Sifat keluhan : nyeri dirasakan hilang timbul
d)Lokasi dan penyebaran ; pada sekitar punggung
e)Skala keparahan : skala sedang
f)Mulai dan lamanya penyebaran : sejak 2 minggu lalu sampai sekarang
g)Keluhan-keluhan lainnya : klien mengatakan susah BAB dan merasa
cemas
- Riwayat Kesehatan lalu
 Klien tidak pernah di operasi sebelumnya
 Klien tidak ada Riwayat alergi
 Klien tidak ada Riwayat ketergantungan alcohol dan obat-obatan terlarang
- Riwayat Kesehatan keluarga
 Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama
- Riwayat psikososial
a) Pola konsep diri
Klien dapat menerima keadaanya dan berharap cepat sembuh
b) Pola kognitif
Komunikasinya lancer,respon terhadap orang disekitarnya baik
c) Pola koping
Klien dapat menyesuaikan diri selama di rawat dan bekerja sama selama
proses perawatan dan pengobatan
d) Pola interaksi
Orang terdekat klien adalah anaknya,hubgan dengan anggota keluarga yang
lain baik,dapat berinteraksi dengan orang dengan baik dan tenaga Kesehatan.
- Riwayat spiritual
 Klien beragama islam dan taat menjalankan ibadah,tetapi selama dirawat
klien tidak pernah beribadah karena nyeri yang di rasakan sehingga sulit
beraktifitas
 Selama dirawat,klien ditemani anaknya beserta anggota keluarga yang lain
 Ritual agama yang bisa diikuti klien yaitu syukuran
I. PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan umum klien
 Keadaan umum : klien tampak lemah
 Kesadaran : composmentis
 Tanda-tanda vital :
o Tekanan darah : 110/80mmhg
o Nadi : 70x/menit
o Pernafasan : 18x/menit
o Suhu : 37 derajat
Kepala
1. Inspeksi
 Penyebaran rambut merata dan tidak mudah rontok
 Tidak tampak adanya massa
 Tidak tampak adanya alapesia
2. Palpasi
Tidak ada nyeri tekan pada bagian kepala/muka
3. Inspeksi
Muka tampak simetris kiri dan kanan
ekspresi wajah meringis
wajah tampak kusut
 Palpasi
Tidak ada nyeri tekan di sekitar wajah
Mata
 Inspeksi
-Alis simetris kiri dan kanan
-Kelopak mata menutup secara simetris
-Konjungtiva baik
-Sclera putih
 Palpasi
-Tidak teraba terjadinya peningkatan TIO
-Tidak teraba adanya massa benjolan
-Tidak ada nyeri tekan
Telinga
 Inspeksi
-kanalis tampak bersih
-tidak tampak adanya tanda-tanda peradangan
 Palpasi
-tidak teraba adanya massa benjolan
-tidak ada nyeri tekan pada mastoid
Hidung
 Inspeksi
-tidak tampak adanya devisi septum
-tidak tampak adanya polip
 Palpasi
-tidak ada nyeri tekan pada daerah sinus
-tidak teraba adanya massa/benjolan pada sinus
Rongga mulut
 Inspeksi
Klien tidak menggunakan gigi palsu,tidak tampak adanya lesi pada gusi,tidak
tampak adanya gigi yang caries
 Palpasi
-Tidak ada nyeri tekan
-tidak teraba massa/benjolan
Leher
 Inspeksi
Tidak tampak penekanan vena jugularis
Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid
 Palpasi
Tidak tampak penekanan vena jugularis
Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid
Thoraks
 Inspeksi
Bentuk dada simetris kiri dan kanan
Irama pernafasan teratur
Diameter interior posterior mengecil
Frekuensi pernafasan 16x/menit
 Palpasi
Vocal premitus seimbang kiri dan kanan
Terdapat nyeri tekan
Tidak teraba adanya massa/benjolan
Ekspansi dada simetris kiri dan kanan
 Perkusi
Tidak di kaji
 Auskultasi
Tidak di kaji
Jantung
 Inspeksi
Tidak tampak pembesaran ictus cordis
 Palpasi
Ictus cordis teraba pada ICS v pada garis mid clavicula
Tidak ada nyeri tekan
 Perkusi
Batas-batas jantung paru pada spasimu ICS 3,4,5 sisi dada
bunyi perkusi pekat
 Auskultasi
Bunyi jantung (BJ) 1 lub murni teratur dengan kekuatan sedang pada daerah
apek
Bunyi jantung (BJ) 1 lub murni teratur dengan kekuatan sedang pada daerah
aortic
Abdomen
 Inspeksi
Perut tampak kembung
Tidak tampak adanya luka
Warna kulit sama dengan sekitarnya
 Auskultasi
Peristaltic usus menurun
 Perkusi
Suara perkusi hypertimpani
 Palpasi
Teraba adanya massa
Tidak teraba adanya pembesaran hepar
Genetalia dan anus
 Tidak di kaji
Ekstremitas
 Inspeksi
Tidak tampak adanya luka
Ekstremitas atas dan bawah tampak simetris kiri dan kanan
 Palpasi
Nyeri tekan pada daerah tertentu
 Sensorik
Dapat merasakan sentuhan kapas pada kedua ekstremitas
Dapat merasakan suhu panas dan nyeri bila di cubit
 Motorik
ROM : ekstensi,fleksi,abduksi,aduksi agak kaku di Gerakan
Kekuatan otot pada daerah ekstremitas 4/5
 Refleks
Refleks Babinski baik
Refleksi bisep trisep (-)

II. Status neuorologis


a. Nervus I : dapat mencium bau yang di berikan
b. Nervus II : penglihatan klien jelas
c. Nervus II,IV,VI
 Kontraksi pupil baik
 Gerakan kelopak mata membuka menutup baik.
 Pergerakan mata ke atas dan ke bawah baik
d. Nervus V : sensibilitas sensorik bagian kiri dan kanan dapat merasakan nyeri
e. Nervus VII
 Gerakan mimic baik
 Dapat merasakan dan membedakan rasa (pengecap)
f. Nervus VIII
 Pendengaran baik,dapat membedakan respon yang benar sesuai
pernyataan maupun pertanyaan
g. Nervus IX dan X
 Refleks menelan : tidak sakit bila menelan
 Mengangkat bahu : muda di nilai
h. Nervus XII
 Gerakan lidah baik tidak ada keluhan
III. fungsi serebral
a. status mental : orientasi klien terhadap mental,waktu dan orang di sekitarnya baik
b. kesadaran composmentis GSC = 13
 E3 : Mata membuka bil di ajak berbicara,dipanggil Namanya atau
diperintahkan membuka mataa
 M5 : mampu menunjak tepat,tempat rangsang nyeri yang di berikan
 V5 : respon bicara baik dan dapat mengetahui tempat dan waktu serta
siapa dirinya
IV. Aktifitas sehari-hari
A. NUTRISI

NO KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT


1. SELERA MAKAN BAIK BAIK
2. MENU MAKAN NASI,LAUKDAN BUBUR,LAUK,SAYUR,PISAN
FREKUENSI MAKAN SAYUR G
3. MAKAN YANG DI TIDAK MENENTU PORSI MAKAN DI
4. SUKAI NASI,LAUK DAN HABISKAN
MAKANAN SAYUR TIDAK MENENTU
5. PANTANGAN TIDAK ADA BUBUK,LAUK,DAN SAYUR
PEMBATASAN
6. POLA MAKANAN TIDAK ADA MAKANAN KERAS (UBI)
7. CARA MAKANAN MAKAN SENDIRI TIDAK ADA
MAKANAN SENDIRI

B. CAIRAN
NO KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
.
1. Jenis minuman Air putih,the Air putih,susu
2. Frekuensi minuman 7-8 gelas/hari 5-7 gelas/hari
3. Kebutuhan cairan 1500-2500 cc/24 jam <2.500 /24 jam
4. Cara pemenuhan oral Oral,IV,PAG

C. ELIMINASI BAB
NO KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
.
1. Frekuensi 1-2x sehari 1x sehari
2. Warna Kuning/coklat Kuning/coklat
3. Konsistensi Lunak Agak padat
4. Tempat pembuangan WC WC

D. ELIMINASI BAK
NO KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
.
1. Tempat pembuangan WC WC
2. Frekuensi 4-6x sehari 4-6x sehari
3. Kesulitan Tidak ada Tidak ada
4. Warna Kuning Kuning
5. Bau Amoniak Amoniak

E. ISTIRAHAT DAN TIDUR


NO KONDISI SEBELUM SAAT SAKIT
. SAKIT
1. Jam tidur :
Siang 14:00-16:00 14:00-17:00/tidak teratur
Malam 22:00-05:00 01:00-19:00/tidak teratur

2. Kebiasaan tidur Nonton TV Tidak ada


4.2 ANALISA DATA
Pasien Ny. A ruangan UPF bedah di RSUD Ajjapange soppeng 3 desember
2012
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
1. DS: Klien mengatakan Defisiensi resiko terjadi
resiko terjadi cedera kalsium cedera
DO : klien Nampak
meringis
Kecepatan
reabsorbsi lebih
besar

Penurunan massa
tulang

Tulang mudah
rapuh

Spasme otot
2. DS : klien mengatakan Nyeri
nyeri pada daerah Fraktur
punggung atau belakang
DO : ekspresi wajah
tampak meringis Pengeluaran zat
kimia

Dihantar
kesumsum tulang
belakang

Thalamus

Konteks cerebri

Nyeri

NO DATA ETIOLOGI PROBLEM


3. DS: klien mengatakan Keterbatasan Konstipasi
susah BAB gerak
DO : perut tampak
kembung
Pergerakan feces
mecapai ion
lambat

Reabsorbsi air

Feces keras

Konstipasi
4. DS: klien mengatakan Nyeri Kecemasan/ansietas
cemas dengan
keadaannya
DO: klien tampak gelisah Perubahan status
Kesehatan

Kurang
pengetahuan

kecemasan

4.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Resiko terhadap cedera fraktur yang berhubungan dengan tulang
osteoporotic
2. Nyeri berhubungan dengan fraktur dan spasme otot
3. Konstipasi yang berhubungan dengan mobilitas atau terjadinya ileus
(obstruksi usus)
4. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi

4.4 INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN
1. Resiko terhadap untuk mengurangi - anjurkan melakukan - untuk memperkuat
cedera fraktur yang resiko terjadinya aktifitas fisik secaara otot
berhubungan cedera teratur
dengan tulang - ajarkan Latihan - untuk memperkuat
osteoporotic isometric otot batang tubuh
- anjurkan untuk - agar postur tubuh
berjalan,mekanika baik
tubuh yang baik,dan
postur yang baik
- hindari - untuk mencegah
membungkuk terjadinya
mendadak,melenggo osteoporosis
k dan mengangkat
beban lebih lama
- lakukan aktifitas - untuk
fisik pembebanan memperbaiki
berat badan kemampuan tubuh
sebaiknya di luar
rumah di bawa sinar
matahari

DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN
2. Nyeri - peredaan nyeri - untuk meredakan
berhubungan punggung dapat di nyeri
dengan fraktur dan lakukan dengan
spasme otot istirahat di tempat
tidur dengan posisi
terlentang atau
miring kesamping
selama beberapa
hari.
- Kasur harus padat - agar terasa nyaman
dan tidak lentur
- fleksi lutut dapat - untuk memperbaiki
menigkatkan rasa relasasi otot
nyaman dengan
merelaksi otot
- kompres panas - supaya aliran darah
intermiten dan lancar
pijatan punggung
memperbaiki relaksi
otot
- pasien di minta
untuk menggerakan
batang tubuh
sebagai satu unit dan
hindari Gerakan
memuntir

DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN
3. Konstipasi yang Agar tidak terjadi - berikan diet tinggi - supaya tidak terjadi
berhubungan lagi obstruksi dan serat obstruksi usus
dengan mobilitas konstipasi - berikan tambahan - untuk
atau terjadinya cairan dan gunakan meminimalkan
ileus (obstruksi pelunak tinja sesuai konstipasi
usus) ketentuan dpat
membantu
meminimalkan
kontipasi

4. Kurang - klien mengerti - ajarkan pada klien -agar klien mengerti


pengetahuan tentang penyebab tentang factor-faktor penyebab
mengenai proses osteoporosis yang mempengaruhi osteoporosis
osteoporosis dan - klien dapat sembuh terjadinya
program terapi osteoporosis
- anjurkan diet atau - agar klien cepat
suplemen kalsium sembuh
yang memadai
- timbang berat - Dapat
badan secara teratur mempertahankan
dan modifikasi gaya massa tulang
hidup
- anjurkan Latihan - untuk
aktifitas fisik menumbuhkan massa
tulang
- anjurkan pada - untuk
lansia untuk tatp meminimalkan
membutuhkan osteoporosis
kalsium,vitamin
D,sinar matahari,dan
Latihan yang
memadai untuk
meminimalkan
osteoporosis
4.5 IMPLEMENTASI
1. Resiko terhadap cedera fraktur yang berhubungan dengan tulang osteoporotic
 Menganjurkan melakukan aktifitas fisik secara teratur hal ini sangat penting untuk
memperkuat otot,mencegah atrofi dan memperlambat demineralisasi tulang
progresif
 Mengajarkan Latihan isometric Latihan ini dapat digunakan untuk memperkuat
otot batang tubuh
 Menganjurkan untuk berjalan,mekanika tubuh yang baik dan postur tubuh yang
baik
 Menghindari membungkung mendadak,melenggok dan mengangkat beban lama
 Melakukan aktifitas fisik pembebanan berat badan sebaiknya di luar rumah di
bawa sinar matahari
2. Nyeri berhubungan dengan fraktur dan spasme otot
 peredaan nyeri punggung dapat di lakukan dengan istirahat di tempat tidur dengan
posisi terlentang atau miring kesamping selama beberapa hari.
 Menggunakan Kasur padat dan tidak lentur
 Melakukan fleksi lutut dapat menigkatkan rasa nyaman dengan merelaksasi otot
 Mengompres panas intermiten dan pijatan punggung memperbaiki relaksasi otot
 Pasien di minta untuk menggerakan batang tubuh sebagai 1 unit dan hindari
Gerakan memuntir
 Menganjurkan postur yang bagus dan mekanika tubuh harus di ajarkan
 Bila pasien sudah dapat menghabiskan lebih banyak waktunya di luar tempat tidur
perlu di anjurkan untuk sering istirahat baring
 Opioid oral diperlukan utuk hari-hari pertama setelah awitan nyeri punggung
3. Konstipasi yang berhubungan dengan mobilitas atau terjadinya ileus (obstruksi usus
 Memberikan diet tinggi serat
 Memberikan tambahan Cairan dan gunakan pelunak tinja sesuai ketentuan dapat
membantu atau meminimalkan konstiapsi
4. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi
 Mengajarkan pada klien factor-faktor yang mempengaruhi terjadinya osteoporosis
 Mengajarkan diet suplemen kalsium yang memadai
 Menimbang berat badan secara teratur dan modifikasi gaya hidup
 Menganjurkan Latihan aktifitas fisik
 Menganjurkan pada lansia untuk tatp membutuhkan kalsium,vitamin D,sinar
matahari,dan Latihan yang memadai untuk meminimalkan osteoporosis

4.6 EVALUASI
Setelah menyelesaikan tahap pelaksanaan /implementasi,maka penulis menyimpukan bahwa
semua masalah teratasi.
BAB V

PEMBAHASAN KASUS
Dari kasus yang saya angkat pada bab empat tentang asuhan keperawatan,diagnose yang
muncul ada empat yang terdapat di bab tiga tentang asuhan keperawatan teori hal ini bisa di lihat
dari Analisa data yang terdapat pada asuhan keperawatan pasien Ny.A ruangan UPF bedah di
RSUD Ajjapange soppeng.
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
1. DS: Klien mengatakan resiko terjadi Defisiensi kalsium resiko terjadi cedera
cedera

Kecepatan reabsorbsi
lebih besar

Penurunan massa
tulang

Tulang mudah rapuh

Spasme otot

2. DO : klien Nampak meringis Fraktur Nyeri


DS : klien mengatakan nyeri pada
daerah punggung atau belakang
DO : ekspresi wajah tampak meringis Pengeluaran zat
kimia

Dihantar kesumsum
tulang belakang

Thalamus

Konteks cerebri

Nyeri

3. DS: klien mengatakan susah BAB Keterbatasan gerak Konstipasi


DO : perut tampak kembung
Pergerakan feces
mecapai ion lambat

Reabsorbsi air

Feces keras

Konstipasi

4. DS: klien mengatakan cemas dengan Nyeri Kecemasan/ansietas


keadaannya
DO: klien tampak gelisah
Perubahan status
Kesehatan

Kurang pengetahuan

kecemasan
BAB VI

PENUTUP
6.1 KESIMPULAN
Osteoporosis adalah suatu keadaan penyakit yang ditandai dngan rendahnya massa tulang
dan memburuknya mikrostruktural jaringan tulang, menyebabkan kerapuhan tulang sehingga
meningkatkan risiko terjadinya fraktur. Keadaan tersebut tidak memberikan keluhan klinis,
kecuali apabila telah terjadi fraktur. Pada osteoporosis, terjadi penurunan kualitas tulang dan
kuantitas kepadatan tulang, padahal keduanya sangat menentukan kekuatan tulang sehingga
penderita Osteoporosis mudah mengalami patah tulang atau fraktur (Helmi, 2012).
6.2 SARAN
1. Lansia
Harus lebih memperhatikan kesehatan dengan menghindari faktor-faktor resiko
osteoporosis serta memenuhi asupan gizi yang lengkap terutama untuk tulang
2. Tenaga medis
Sebagai seorang tenaga medis harus mampu memberikan pendidikan kesehatan yang baik
terutama bagi lansia sehingga dapat menghindarkan atau mencegah terjadinya penyakit
osteoporosis
3. Mahasiswa
Harus lebih memahami tentang asuhan keperaawatan pada gangguan system
musculoskeletal “osteoporosis” sehingga mampu menerapkannya di lhan praktik demi
memberi pelayanan kesehatan yang baik bagi klien.
DAFTAR PUSTAKA
http://keperawatanuinam.com/2016/09/asuhan-keperawatan-osteoporosis.html

https://www.alomedika.com/penyakit/reumatologi/osteoporosis/penatalaksanaan

https://flexfreeclinic.com/infokesehatan/detail?id=236&title=osteoporosis

https://www.google.com/search?q=PATHWAY+OSTEOPOROSIS&safe=strict&sxsrf=ALeKk03iZ2HhMa-
uEKxfnWAj9sE0Qe9I1w:1605755309297&tbm=isch&source=iu&ictx=1&fir=N2ZrvS5ASBM7iM
%252CszApGJENqjSgEM%252C_&vet=1&usg=AI4_-
kQc9xpCdLgatz5ReuPz_6xMbdFnVQ&sa=X&ved=2ahUKEwif3rnW0I3tAhWz7XMBHaWJBV0Q9QF6BAgCE
Aw&biw=1366&bih=625#imgrc=5AxEYI-BPIgSZM

https://www.slideshare.net/fdalhz/osteoporosis-sejenis-makalahkarya-tulis-ilmiah

Anda mungkin juga menyukai