Disusun Oleh :
( ) ( )
Segala puji bagi allah SWT yang telah memberi saya kemudahan dalam
menyelesaikan laporan pendahuluan ini tepat waktu. Tanpa rahmat dan
pertolongan-Nya, saya tidak akan bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Tidak lupa shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
TINJAUAN TEORITIS....................................................................................................1
A. Konsep Medis Hemoroid..................................................................................................1
1. Definisi.....................................................................................................................1
2. Anatomi dan Fisiologi..............................................................................................1
3. Etiologi.....................................................................................................................4
4. Patofisiologi.............................................................................................................4
5. Patoflow...................................................................................................................1
6. Menifestasi Klinis....................................................................................................1
7. Komplikasi...............................................................................................................1
8. Pemeriksaan diagnostik............................................................................................2
9. Penatalaksanaan.......................................................................................................3
B. Konsep Medis Hemoroidectomi......................................................................................4
1. Definisi.....................................................................................................................4
2. Indikasi.....................................................................................................................5
3. Kontraindikasi..........................................................................................................5
4. Klasifikasi teknik pengangkatan..............................................................................5
5. Komplikasi Operasi..................................................................................................6
C. Konsep Asuhan Keperawatan.........................................................................................6
1. Pengkajian........................................................................................................................6
2. Diagnosis Keperawatan..................................................................................................7
3. Intervensi Keprawatan....................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................16
ii
TINJAUAN TEORITIS
1
a. Jaringan tulang yang berongga (seperti spons), tersusun atas honeycomb network yang
disebut trabekula
b. Struktur tersebut menyebabkan tulang dapat menahan tekanan.
c. Rongga antara trabekula terisi ‘red bone marrow’
b. Secara mikroskopis
1. Sistem Havers (saluran yang berisi serabut saraf, pembuluh darah, aliran limfe)
2. Lamella (lempeng tulang yang tersusun konsentris).
3. Lacuna (ruangan kecil yang terdapat di antara lempengan–lempengan yang mengandung
sel tulang).
4. Kanalikuli (memancar di antara lacuna dan tempat difusi makanan sampai ke osteon).
Klasifikasi tulang
1. Berdasarkan bahan pembentuk
1. Tulang keras
2. Tulang rawan : tulang rawan hialin, tulang rawan fibrosa, tulang rawan elastik.
2. Berdasarkan penyususn
1. Tulang kompak
2. Tulang spongiosa
3. Berdasarkan bentuk
1. Tulang panjang
2. Tulang pendek
3. Tulang pipih
4. Tulang tidak beraturan
Susunan kerangka
1. Tulang-tulang kepala
2. Tulang-tulang dada
3. Ruas tulang belakang
4. Tulang-tulang anggota gerak :
a. Ekstremitas superior
b. Ekstremitas inferior
3. Etiologi
Penyebab Osteosarcoma menurut Saferi Wijaya (2013), yaitu :
1) Radiasi sinar radio aktif
2) faktor keturunan (genetik)
3) Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya disebabkan oleh
penyakit
2
4) Peetumbuhan tulang yang terlalu cepat
5) Sering mengkonsumsi zat-zat toksik seperti : makanan dengan zat
pengawet,merokok,dan lain-lain
4. Patofisiologi
Patofisiologi Osteosarkoma menurut Saferi Wijaya dan Mariza Putri
(2013),adany atumor di tulang menyebabkan reaksi tulang normal dengan
respon sosteolitik (destruksi tulang) atau respons osteoblastik (pembentukan
tulang). Timor ini tumbuh di bagian metafisi tulang panjang dan biasanya
ditemukan pada ujung bawah femur,ujung atas humerus dan ujung atas tibia.
Secara istolgik tumor terdiri dari massa sel-sel kumpuran atau bulat yang
berdiferensiasi dejek dan sering dengan elemen jarigan lunak seperti jaringan
fibrosa atau miksomata atau kartilaginosa yang bersekang-seling dengan
ruangan darah sinusoid. Semantara tumor ini memecah melalui dinding
periosteum dan menyebar ke jaringan lunak sekitarnya ,garis epifisis
membentuk terhadap gambarannya di dalam tulang. Adanya tumor pada tulang
menyababkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor. Timbul reaksi dari tulang
normal dengan respon osteolitik yaitu proes destruksi atau penghancuran
tulang dan respon osteoblastik atau proses pemebntukan tulang. Terjadi
destruksi lokal. Pada proses osteoblastik karena adanya sel tumor maka terjadi
penimbunan periosteum tulang yang baru dekat tempat lesi terjadi sehingga
terjadi pertumbuhan tulang yang abortif.
3
5. Patoflow
Peleburan pembuluh darah vena pada pleksus haemorrhodalis (pada saluran sinus)
8. Pemeriksaan diagnostik
Menurut Saferi Wijaya (2013) pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah :
1) Pemeriksaan radiologis menyatakan adanya segitiga codman
2) CT Scan dada untuk mrlihat adanya penyebaran ke paru-paru
3) Biopsi terbuka menentukan jenis malignasi tumor tulang,meliputi tindakan
insisi,eksisi,biopsi jarum dan lesi-lesi yang dicurigai
4) Skening tulang untuk melihat penyebaran tumor
1
5) Pemeriksaan darah biasanya menunjukkan adanya peningkatan alkalin
fossfatase
6) MRI digunakan untuk menentukan distribusi tumor pada tulang dan
penyabaran pada jaringan lunak sekitarnya
7) Scntigrafi untukdapat fdulakukan mendeteksi adanya “skip lesion”
8) Kolonoskopi
Kolonoskopi wajib dilakukan pada pasien yang lebih tua dan memiliki
sejarah neoplasma kolorektal baik pribadi maupun keluarga, penyakit
radang usus, perubahan kebiasaan buang air besar, penurunan berat badan
yang signifikan baru-baru ini, dan pada pemeriksaan laboratorium
ditemukan anemia defisiensi besi (Trompetto dkk, 2015 dalam Pradiantini,).
9) Anoskopi
Anoskopi diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang tidak menonjol
keluar. Anoskop dimasukkan dan diputar untuk mengamati keempat
kuadran. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vascular yang menonjol
ke dalam lumen. (Sjamsuhidajat, 2016 dalam Pradiantini, 2021).
10) Proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan bahwa keluhan
bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat yang
lebih tinggi (Pradiantini, 2021).
12) Sigmoidoskopi
2
Pasien dengan umur dibawah 50 tahun yang memiliki resiko rendah terkena
hemoroid, dapat dilakukan pemeriksaan fleksibel sigmoidoskopi yang
terbukti sebagai pemeriksaan awal yang tepat (Trompetto dkk, 2015).
9. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan Keperawatan
Dianjurkan untuk banyak mengonsumsi sayur-sayuran dan buah yang
banyak mengandung air. Hal ini untuk memperlancar buang air besar
sehingga tidak perlu mengejan secara berlebihan.
Terapi hemorrhoid non medis dapat berupa perbaikan pola hidup,
makan dan minum, perbaikan cara/pola defekasi (buang air besar).
Memperbaiki defekasi merupakan pengobatan yang selalu harus ada
dalam setiap bentuk dan derajat hemorrhoid. Perbaikan defekasi disebut
bowel management program (BMP) yang terdiri dari diet, cairan, serat
tambahan, pelicin feses dan perubahan perilaku buang air.
2) Penatalaksanaan Medis
a) Konsevatif
Koreksi konstipasi jika ada, meningkatkan konsumsi serat, laksatif,
dan menghindari obat-obatan yang dapat menyebabkan konstipasi
seperti kodein.
Perubahan gaya hidup lainnya seperti meningkatkan konsumsi
cairan, menghindari konstipasi dan mengurangi mengejan saat
buang air besar.
Kombinasi antara anestesi lokal, kortikosteroid, dan antiseptik
dapat mengurangi gejala gatal-gatal dan rasa tak nyaman pada
hemoroid. Penggunaan steroid yang berlama-lama harus dihindari
untuk mengurangi efek samping. Selain itu suplemen flavonoid
dapat membantu mengurangi tonus vena, mengurangi
hiperpermeabilitas serta efek antiinflamasi meskipun belum
diketahui bagaimana mekanismenya.
b) Pembedahan (Hemoroicdectomi)
3
Apabila hemoroid internal derajat I yang tidak membaik dengan
penatalaksanaan konservatif maka dapat dilakukan tindakan
pembedahan.
2. Indikasi
1) Penderita dengan keluhan menahun dan hemoroid dengan derajat III dan
IV
2) Perdarahan berulang dan anemia yang tidak sembuh dengan terapi lain
yang lebih sederhana.
3) Hemoroid derajat IV dengan thrombus dan nyeri hebat.
3. Kontraindikasi
1) Hemoroid derajat I dan II
2) Penyakit Chron’s
3) Karsinoma rectum yang inoperable
4) Wanita Hamil
5) Hipertensi Portal
4
4. Klasifikasi teknik pengangkatan
1) Metode Langen-beck (eksisi atau jahitan primer radier)
Dimana semua sayatan ditempat keluar varises harus sejajar dengan sumbu
memanjang dari rectum
2) Metode White head (Eksis atau jahitan primer longitudinal)
Sayatan dilakukan siskuler, sedikit jauh dari varises yang menonjol
3) Metode Morgan-Milligan
Semua primary piles diangkat. Teknik Metode Morgan-Milligan yaitu :
a) Posisi pasien littotomi atau knee-chest (menungging)
b) Anestesia dapat dilakukan dengan general, regional atau lokal
anestesia
c) Dilakukan praktoskopi untuk identofikasi hemorrhoid
d) Dibuat insisi triangular mulai dari kulit anal ke arah prosimal hingga
pedikel hemorrhoid
e) Jaringan hemorrhoid di eksisi dengan gunting atau pisau, pedikel
hemorrhoid diligasi dengan chromic catgut 3-0
f) Defek kulit dan mukosa dapat dirawat secara terbuka atau dijahit
sebagian
g) Tindakan diulang pada bagian yang lain lubang anus dibiarkan
terbuka atau ditampon dengan spongostan
5. Komplikasi Operasi
Inkontinensia
Retensio urine
Nyeri luka operasi
Stenosisani
Perdarahan fistula & abses
5
3) Riwayat penyakit sekarang merupakan penyakit yang menyertainya
pada pasien saat dilakukan pengkajian atau dari awal masuk RS sampai
dilakukan asuhan keperawatan.
4) Riwayat penyakit dahulu meliputi adakah penyakit yang menyertainya
berkaitan dengan riwayat penyakit sekarang.
5) Riwayat penyakit keluarga meliputi riwayat penyakit keluarga yang
diderita oleh pasien.
6) Pemeriksaan fisik head to toe dilakukan supaya mengetahui letak
benjolan yang dirasakan oleh pasien.
7) Aktivitas atau istirahat dengan gejala kelemahan dan malaise 8.
Sirkulasi dengan tanda takikardi (nyeri ansietas), pucat kemungkinan
adanya perdarahan.
8) Eliminasi dengan tanda dan gejala : rasa tidak puas saat defekasi,
perdarahan biasanya berwarna merah segar karena tempat perdarahan
yang dekat, hemoroid interna seringkali berdarah saat defekasi
sedangkan hemoroid eksterna jarang berdarah.
9) Nutrisi dengan gejala biasanya terjadi anoreksia, mual dan muntah.
10) Nyeri/ kenyamanan biasanya terjadi saat defekasi, duduk dan berjalan
terus menerus dan berjangka waktu, tajam dan berdenyut.
11) Keamanan biasanya gangguan dalam terapi obat yang mengakibatkan
konstipasi.
2. Diagnosis Keperawatan
a. Pre-Operatif
a) Ansietas
b) Risiko Perdarahan
c) Risiko Konstipasi
b. Intra-Operatif
a) Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
b) Risiko syok
c. Post-Operatif
a) Nyeri Akut
6
b) Intoleransi Aktivitas
c) Risiko Infeksi
3. Intervensi Keprawatan
a. Pre-Operatif
No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Keperawatan
Hasil
1 Ansietas b.d Setelah dilakukan Reduksi Ansietas (I.09314)
kekhawatiran tindakan keperawatan Observasi :
mengalami selama 2x24 jam pasien 1. Identifikasi saat tingkat ansietas
kegagalan tingkat kecemasan pasien berubah (mis. Kondisi, waktu,
(D.0080) menurun. Dengan kriteria stressor)
hasil : 2. Identifikasi kemampuan
1. Verbalisasi mengambil keputusan
kebingungan menurun 3. Monitor tanda-tanda ansietas
2. Verbalisasi khawatir (verbal dan nonverbal)
akibat kondisi yang
dihadapi menurun Terapeutik :
3. Periku gelisah 1. Ciptakan suasana terapeutik
menurun untuk menumbuhkan kepercayaan
4. Perilkau tegang 2. Temani pasien untuk mengurangi
menurun kecemasan, jika memungkinkan
5. Keluhan pusing 3. Pahami situasi yang membuat
menurun ansietas
4. Dengarkan dengan penuh
perhatian
5. Gunakan pendekatan yang tenang
dan meyakinkan
6. Tempatkan barang pribadi yang
memberikan kenyamanan
7. Motivasi mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan
7
8. Diskusikan perencanaan realistis
tentang peristiwa yang akan
datang.
Edukasi :
1. Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin dialami
2. Informasikan secara factual
mengenai diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
3. Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perlu
4. Anjurkan melakukan kegiatan
yang tidak kompetitif, sesuai
kebutuhan
5. Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
6. Latih kegiatan pengalihan ubntuk
mengurangi ketegangan
7. Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
8. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu
2. Risiko Setelah dilakukan Pencegahan Perdarahan
perdarahan tindakan keperawatan Observasi :
(D.0012) selama 3x24 jam pasien 1. Monitor tanda dan gejala
dapat mengurangi risiko perdarahan
mengalami kehilangan 2. Monitor nilai hematokrit/
darah baik internal hemoglobin sebelum dan setelah
8
maupun eksternal. kehilangan darah
Kriteria Hasil : 3. Monitor tanda-tanda vital
1. Perdarahan anus ortostatik
menurun 4. Monitor koagulasi
2. Tekanan darah
membaik Terapeutik :
3. Frekuensi nadi 1. Pertahankan bed rest selama
membaik perdarahan
4. Suhu tubuh membaik 2. Batasi tindakan invasive, jika
perlu
3. Gunakan kasur pencegah
dekubitus
4. Hindari pengukuran suhu rectal
Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan gejala
perdarahan
2. Anjurkan menggunakan kaus
kaki saat ambulasi
3. Anjurkan meningkatkan asupan
cairan untuk menghindari
konstipasi
4. Anjurkan menghindari aspirin
atau antikoagulan
5. Anjurkan meningkatkan asupan
makanan dan vitamin K
6. Anjurkan segera melapor jika
terjadi perdarahan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian obat
pengontrol perdarahan, jika
9
perlu
2. Kolaborasi pemberian produk
darah, jika perlu
3. Kolaborasi pemberian pelunak
tinja, jika perlu
3. Risiko Setelah dilakukan Pencegahan konstipasi (1.04160)
konstipasi intervensi selama 3x24 Observasi :
(D.0052) jam diharapkan eliminasi 1. Identifikasi faktor risiko
fekal membaik, dengan konstipasi
kriteria hasil : 2. Monitor tanda dan gejala
kontrol konstipasi
pengeluaran fases 3. Identifikasi penggunaan obat
meningkat obatan yang menyebabkan
kesulitan defekasi konstipasi
lama dan sulit Terapeutik :
menurun 1. Jadwalkan rutinitas BAK
mengejan saat 2. Lakukan masase abdomen
defekasi menurun
peristaltic usus Edukasi :
membaik 1. Jelaskan penyebab dan faktor
risiko konstipasi
2. Anjurkan minum air putih sesuai
kebutuhan (1500-2000 mL/hari)
3. Anjurkan berjongkok untuk
memfasilitasi proses BAB
b. Intra-Operatif
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan
Hasil
1. Bersihan Jalan Setelah dilakukan Manejemen Jalan Napas (1.01011)
nafas intervensi keperawatan Observasi :
10
tidakefektif selama 3x24 jam 1. Monitor pola napas
b.d efek agen diharapkan bersihan jalan
farmakologis nafas meningkat dengan Terapeutik :
(anastesi) kriteria hasil : 1. Pertahankan kepatenan jalan
Dispnea menurun napas dengan head-tilt dan chin-
membaik
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak
terkontraindikasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
2 Risiko syok Setelah dilakukan tindakan Manajemen syok [I.02048]
(D. 0039) keperawatan selama 3 x 24 Observasi
jam, diharapkan tingkat 1. Monitor status kardiopulmonal
risiko syok menurun. (frekuensi dan kekuatan nad,
Dengan kriteria hasil : frekuensi napas, TD, MAP)
1. Tekanan darah sistolik 2. Monitor status oksigenasi
membaik (oksimetri nadi, AGD)
2. Tekanan darah diastolik 3. Monitor status cairan (masukan
membaik. dan haluaran, turgor kulit, CRT)
3. Tekanan nadi membaik 4. Monitor tingkat kesadaran dan
4. Frekuensi nadi membaik respon pupil
5. Frekuensi napas 5. Periksa seluruh permukaan tubuh
membaik terhadap adanya DOTS
(deformity/deformitas, open
11
wound/luka terbuka,
tendemess/nyeri tekan,
swelling/bengkak)
Terapeutik
1. Pertahankan jalan napas paten
2. Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen >94%
3. Persiapkan Intubasi dan ventilasi
mekanis, jika perlu
4. Berikan posisi syok (modified
Trendelenberg)
5. Pasang jalur IV Pasang kateter
urine untuk menilai produksi
urine
6. Pasang selang nasogastrik untuk
dekompresi lambung
Kolaborasi
1. Kolaborast pemberlan infus
cairan, kristalold 1 – 2 L pada
dewasa
2. Kolaborasi pemberian infus cairan
kristaloid 20 mL/kgBB pada anak
3. Kolaborasi pemberian transfusi
darah, jika perlu:
c. Post Operasi
12
keperawatan hasil
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Manajemen nyeri (1.08238)
agen intervensi keperawatab Observasi :
pencedera selama 3x24 jam 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
fisik d.d diharapkan tingak nyeri durasi, frekuensi, kualitas dan
adanya rasa menurun dengan kriteria intensitas nyeri
nyeri hasil : 2. Identifikasi skala nyeri
Keluhan nyeri 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
menurun 4. Identifikasi pengetahuan tentang
Meringis nyeri
menurun
Gelisah menurun Terapeutik :
Kolaborasi :
1. kolaborasi pemberian analgesic
bila perlu
13
kemerahan Terapeutik :
menurun 1. Berikan perawatan kulit pada area
nyeri menurun edema
bengkak 2. Pertahankan teknik aseptic pada
menurun pasien berisiko tinggi
kultur darah
membaik Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
kultur urine
2. Ajarkan cara memeriksa kondisi
membaik
luka operasi
14
Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan
DAFTAR PUSTAKA
Sudoyo, A., dkk. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1,2,3, Edisi 4.
Jakarta : Internal Publising.
Muttaqin, A., & Sari, K. (2008). Asuhan Keperawatan Periopertaif. Jakarta:
Salemba Medika.
Nurarif.A.H. dan Kusuma.H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
15
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indoneisa. Jakarta Selatan: DPP
PPNI.
16