Anda di halaman 1dari 45

STIKES MEDIKA NURUL ISLAM

MATERI KULIAH KMB.III


NS.TUTI SAHARA S.KEP., M.KEP

2021

Ns. TUTI SAHARA S.Kep.,M.Kep

TIDAK DIZINKAN MENYEBARLUASKAN TANPA SEPENGETAHUAN PENULIS


1

DAFTAR ISI

CHAPTER I.....................................................................................................................................1
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM MUSKULOSKELETAL..........................................................1
A. ANATOMI TULANG.................................................................................................................2
B. FISIOLOGI TULANG................................................................................................................3
C. PEMBAGIAN TULANG...........................................................................................................3
CHAPTER 2..................................................................................................................................15
ANATOMI FISIOLOGI OTOT....................................................................................................15
A. KEMAMPUAN OTOT.............................................................................................................15
B. JENIS OTOT.............................................................................................................................15
C. CARA KERJA OTOT...............................................................................................................21
D. OTOT SKELETAL...................................................................................................................22
E. KARTILAGO.............................................................................................................................25
F. LIGAMENT...............................................................................................................................25
G. PERAN SISTEM MUSKULUSKELETAL DALAM MOBILITAS SEHARI-HARI......25
H. PERUBAHAN SISTEM TUBUH AKIBAT IMOBILITAS................................................26
CHAPTER 3..................................................................................................................................27
GANGGUAN KEBUTUHAN AKTIFITAS AKIBAT.................................................................27
PATOLOGIS SYSTEM MUSKULOSKLETAL..........................................................................27
A. PENGKAJIAN DAN DATA DASAR PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN
SYSTEM MUSKULOSKLETAL....................................................................................................27
1) Riwayat Keperawatan (nursing story).....................................................................................28
2) Pemeriksaan Fisik......................................................................................................................30
3) Pemeriksaan psikososial............................................................................................................40
4) Pemeriksaan Diagnostik/ Pemeriksaan Penunjang...............................................................40

Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB III STIKesMEDIKA NURUL ISLAM
2

CHAPTER I
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM MUSKULOSKELETAL

Tujuan pembelajaran :
Setelah menyelesaikan perkuliahan ini, mamhasiswa mampu:
1. Menjelaskan anatomi sistem tulang, persendian dan otot dengan benar

Sistem muskuloskeletal adalah sistem yang berperan untuk melindungi dan menggerakkan
tubuh dengan jumlah tulang 206. Rangka merupakan pelindung organ internal dari kerusakan
dan pembentuk struktur tubuh. Sementara rangka tidak dapat bergerak sendirinya sehingga harus
dibantu oleh sendi, ligament dan tendon. Komponen muskuloskeletal terdiri dari tulang, otot,
ligament, tendon, fascia, bursae dan persendian.

A. ANATOMI TULANG
Tulang berasal dari embrionic hyaline cartilage yang melalui proses “osteogenesis”
menjadi tulang. Proses ini dilakkukan oleh sel-sek yang disebut “osteoblast”
Definisi Tulang merupakan jaringan hidup yang strukturnya dapat berubah bila terdapat
tekanan yang mengenai tulang dan disebut juga jaringan dinamis karena terus menerus
memperbaiki diri. (Risnanto,
Tulang atau jaringan tulang merupakan jaringan penyambung dengan matriks yang
diperkuat oleh mineral (kalsium phospat).
Tulang membentuk sistem skeletal dari jaringan tulang, sumsum tulang, kartilago (tulang
rawan), dan periosteum.
Fungsi tulang yakni: Alat gerak pasif, Tempat melekatnya otot, Mendukung dan
melindungi jaringan lunak dan organ vital disekitarnya. Tulang juga berfungsi membentuk tubuh
dan memproduksi sel darah merah serta garam mineral seperti fosfor dan kalsium.
Struktur tulang dewasa terdiri dari 30% bahan organik (hidup) dan 70% endapan garam.
Bahan organik disebut matrik dan terdiri dari lebih 90% serat kolagen dan kurang dari 10%
proteoglikan (protein plus sakarida). Deposit garam terutama dalam bentuk kalsium, fosfat,
natrium, kalium, karbonat dan ion magnesium menyebabkan tulang resistensi terhadap
renggangan dan mampu menahan beban.
Setiap tulang terdapat kanal atau saluran Havers yakni berisi saraf, pembuluh darah dan
saluran limfe. (Pearce, 2009).
Pembentukan tulang terjadi secara terus menerus dan dapat berupa pemanjangan dan
penebalan tulang. Faktor yang mempengaruhi pembentukan tulang yaitu rangsangan hormon,
nutrisi dan jumlah stres yang dibebankan pada tulang dan pertumbuhan sel-sel pembentuk tulang
yang disebut osteoblas.
Terdapat dua jenis sel tulang yang terlibat dalm pembentukan tulang, yaitu osteoblas
yang membangun tulang dan osteoklas yang menghancurkan tulang.

Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB III STIKesMEDIKA NURUL ISLAM
3

Osteoblas terdapat dipermukaan bangin luar dan dalam tulang yang dapat berespon
terhadap berbagai sinyal kimiawi untuk menghasilkan matriks tulang. Pada saat pertama sekali
dibentuk osteoblas disebut matriks tulang disebut osteoid. Dalam beberapa hari kalsium mulai
mengendap pada osteoid dan mengeras selama beberapa minggu atau bulan. Sebagian dari
osteoblast tetap menjadi bagian dari osteosit dan disebut osteosit atau sel tulang sejati. Seiring
dengan terbentuknya tulang, osteosit memebntuk tonjolan yang menghubungkan osteosit satu
dengan osteosit lainnya membentuk suatu sistem saluran mikroskopik ditulang.
Sedangkan penguraian tulang disebut absorbsi yang terjadi bersamaan dengan
pembentukan tulang. Penguraian tulang terjadi karena aktivitas sel-sel yang disebut osteoklas.
Osteoklas merupakan sel fagositik multinukleas besar yang berasal dari sel monosit yang
terdapat di tulang. Osteoklas terdapat di bagian kcil potongan tulang, memfagosittulang sedikit
demi sedikit. Kemudian Osteoblas mulai mengisi daerah yang kosong.
Keseimbangan antara osteoblas dan osteoklas menyebabkan tulang terus menerus
memperbaharui atau mengalami remodeling. Pada usia anak dan remaja proses osteoblas
melebihi aktivitas osteoklas sehingga jika terjadi fraktur waktu penyembuhannya menjadi lebih
cepat. Sedangkan pada lansia kebalikannya sehingga kepadatan tulang mulai berkurang.

B. FISIOLOGI TULANG
Fungsi tulang adalah sebagai berikut:
1) Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh
2) Melindungi organ tubuh (misalnya jantung, otak dan paru-paru serta jaringan lunak).

C. PEMBAGIAN TULANG
a. Menurut jaringan yang membentuk terdapat 2 jenis tulang

a. Tulang kompakta: secara makrokopis terlihat padat, namun jika diperikasa dengan
mikroskop tulang terdiri dari sistem Havers.
b. Tulang spongiosa: tampak keras seperti tulang lainnya namun bila dilihat secara
microskopis terlihat berlubang- lubang.
b. Menurut bentuknya tulang terbagi 6 kategori
a. Tulang panjang (os longum)
b. Tulang pendek (os breve)

Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB III STIKesMEDIKA NURUL ISLAM
4

c. Tulang pipih (os planum)


d. Tulang tidak beraturan (os irregular)
e. Tulang berlobang/ berongga ( os pneumaticum/ os cavernosum)
f. Tulang/ jaringan yang mirip tulang (os sesamoideum)

c. Tulang (Skeleton humanum) dikelompokkan dalam dua bagian besar:


1. Axial skeleton ( tulang sumbu tubuh) dan apendicular skeleton ( yang melekat pada
sumbu tubuh)
a. Skeleton axial untuk memudahkan ditandai dengan berwarna kuning yakni tulang
pada kepala dan badan
Yang terdiri dari: skull (tulang kepala atau tengkorak), vertebrae ( tulang
belakang), sternum, costae (tulang rusuk) dan sacrum
b. Skeleton apendicular untuk memudahkan ditandai dengan berwarna biru yang
terdiri dari tulang tangan dan kaki.
Yang terdiri dari:extremitas superior (scapula, klavikula, humerus, ulna, radius,
telapak tangan) dan extremitas inferior (pelvis, femur, patela, tibia, fibula, telapak
kaki).

Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB III STIKesMEDIKA NURUL ISLAM
5

2. Skeleton axial
a. Skull (tengkorak)
i. Cranium dan tulang muka
1. Neurocranium ( tulang yang mengelilingi otak)
 Calvaria
o Os frontale ( tulang dahi)
o Os parietal (tulang ubun-ubun)
o Os occipitale (tulang belakang kepala)
o Os temporal (tulang pelipis)
 Basis cranii
o Sebagian os parietal, frontal dan temporal
o Os sphenoidale ( seperti kupu-kupu)
o Os etmoidale ( tulang tapis)
2. Splancho cranium ( tulang pembentuk otak)
a. Os lacrimale (tulang air mata)
b. Os nasal (tulang hidung)
c. Os zigomaticum (tulang pipi)

Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB III STIKesMEDIKA NURUL ISLAM
6

d. Os maxilare (tulang rahang atas)


e. Os mandibulare (tulang rahang bawah)
f. Os platinum (tulang langit- langit mulut)
g. Os conchalis (tulang concha hidung)

Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB III STIKesMEDIKA NURUL ISLAM
7

3. Columna vertebralis (tulang belakang)


 Vertebralis cervicalis
 Vertebralis thoracalis
 Vertebralis lumbalis
 Vertebralis sacralis
 Vertebralis coccygeus

Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB III STIKesMEDIKA NURUL ISLAM
8

Kelainan pada tulang vertebralis

 Costae (ribs) = 12 pasang


 Costae vera (rusuk sejati yaitu langsung melekat pada sternum)
ada 7 pasang
 Costae spuria (rusuk palsu yaitu tidak langsung melekat pada
sternum ada 3 pasang
 Costae fluctuantes (rusuk melayang) ada 2 pasang
 Sternum

Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB III STIKesMEDIKA NURUL ISLAM
9

 Extremitas superior
 Cingulum membri superior (shoulder Girdle) gelang bahu
 Os clavicula (tulang selangka)
 Os scapula (tulang belikat)

Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB III STIKesMEDIKA NURUL ISLAM
10

 Estremitas libera (tulang gerak)


 Os humerusos
 Os radius
 Os ulna
 Os metacarpalia
 Ossa digitorum manus ( tulang jari tangan)

Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB III STIKesMEDIKA NURUL ISLAM
11

Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB III STIKesMEDIKA NURUL ISLAM
12

Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB III STIKesMEDIKA NURUL ISLAM
13

 Extremitas inferior
 Cingulum membri inferior (pelvic Girdle) gelang panggul
 Extremitas libera
o Os femur
o Os fibula
o Patella
o Ossa tarsalia
o Ossa digitorum pedis

Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB III STIKesMEDIKA NURUL ISLAM
14

Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB III STIKesMEDIKA NURUL ISLAM
15

CHAPTER 2
ANATOMI FISIOLOGI OTOT

Otot merupakan jaringan peka rangsangan (eksitable) yang dapat dirangsang secara kimia,
listrik dan mekanik. Otot merupakan alat gerak aktif yang mmampu menggerakkan tulang, kulit
dan rambut setelah mendapat rangsangan.

A. KEMAMPUAN OTOT
1. Kontraktibilitas: kemampuan untuk berkontraksi/ memendek
2. Ekstensibilitas: kemampuan untu melakukan gerakan kebalikan dari gerakan yang
ditimbulkan saat kontraksi
3. Elastisitas: kemampuan otot untuk kembali pada ukuran semula setelah berkontraksi
yang disebut relaksasi.

B. JENIS OTOT
1. Otot lurik merupakan otot rangka/ otot serat lintang/ musculus striated atau otot
volunter. Strukturnya terdiri dari serabut panjang, berwarna lurik dengan garis terang dan
gelap memiliki inti dalam jumlah yang banyak dan terletak dipinggir. Otot lurik
berkontraksi menurut kehendak (dibawah kendali sistem syaraf pusat), gerakan nya
cepat , kuat, mudah lelah dan tidak beraturan. Bentuk luriknya silindris, lurik/garis
melintang, banyak intisel, melekat pada rangka,dan pengendaliannya secara sadar.
2. Otot polos merupakan otot alat- alat dalam/ viceral/ musculus nonstriated/ otot
involunter. Strukturnya beerbentuk serabut panjang seperti kumparan dengan ujung
runcing dengan inti berjumlah satu terletak dibagian tengah. Kontraksinya tidak menurut
kehendak atau diluar sistem saraf pusat, gerakan lambat, ritmis dan tidak mudah lelah.
Yang dikendalikan oleh sistem syarat otonom, terdapat pada saluran pencernaan,
perkemihan, pembuluh darah dan lain-lain.
3. Otot jantung merupakan otot myocardium/ musculus cardiac/ jenis otot involunter.
Strukturnya berbentuk serabut memanjang, silindris, bercabang. Tampak adanya garis
terang dan gelap. Memiliki satu inti terletak ditengah. Kemampuan kontraksinya tidak
menurut kehendak, gerakan lambat, ritmis dan tidak mudah lelah.

Figure 1. The Three Types of Muscle Tissue. The body contains three types of muscle tissue: (a) skeletal muscle,
(b) smooth muscle, and (c) cardiac muscle. From top, LM × 1600, LM × 1600, LM × 1600. (Micrographs
provided by the Regents of University of Michigan Medical School © 2012)

Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB III STIKesMEDIKA NURUL ISLAM
16

Ketiga jaringan otot memeliki beberapa sifat yang sama yang disebut excitability yakni
ketikanya menunjukkan kemampuan rangsangan membran plasma yang dapat mengubah
keadaan listrik (dari terpolarisasi menjadi terdepolarisasi) dan mengirimkan gelombang listik
yang disebut potensial aksi disepanjang membran. Sementara sistem saraf pada ketiga otot
berbeda-beda. Pada otot jantung dan otot polos sampai pada batas tertentu sedangkan otot rangka
sepenuhnya bergantung pada sistem saraf untuk bisa merespon dengan baik namun pada otot
polos dan otot jantung mampu merepon rangsangan lain seperti hormon dan rangsangan lokal.

Otot memulai proses kontraksi (pemendekan) yang sebenarnya ketika protein yang disebut
actin ditarik oleh protein yang disebut myosin. Ini terjadi pada otot lurik (skeletal dan jantung)
setelah bagian pengikatan spesifik pada actin telah diekspos sebagai respons terhadap interaksi
antara ion kalsium (Ca ++) dan protein (troponin dan tropomyosin) yang “melindungi” bagian
pengikatan actin. Ca ++ juga diperlukan untuk kontraksi otot polos, walaupun perannya berbeda:
di sini Ca ++ mengaktifkan enzim, yang pada gilirannya mengaktifkan kepala myosin. Semua
otot membutuhkan adenosin trifosfat (ATP) untuk melanjutkan proses kontraksi, dan semua otot
rileks ketika Ca ++ dilepaskan dan situs pengikatan aktin dilindungi kembali.

Otot dapat kembali ke panjang aslinya ketika keadaan rileks karena kualitas jaringan otot
yang disebut elastisitas yang kembali ke panjang aslinya karena serat elastis. Jaringan otot juga
memiliki kualitas ekstensibilitas; itu bisa meregang atau memanjang. Kontraktilitas
memungkinkan jaringan otot untuk menarik titik perlekatannya dan memendek dengan kekuatan.

Kemampuan dari otot rangka yaitu mampu berkontraksi dan menyebabkan gerakan, dan
menghentikan gerakan seperti menahan gravitasi untuk mempertahankan postur tubuh dan dapat
seimbang dalam posisi apapun. Otot juga mencegah terjadinya pergerakan sendi yang
berlebihan, menjaga stabilitas tulang dan mencegah kerusakan atau deformasi struktur rangka.

Otot rangka terletak diseluruh tubuh selain di saluran internal yang berfungsi untuk
mengontrol pergerakan berbagai subtansi. Otot-otot ini memungkinkan fungsi, seperti menelan,
buang air kecil, dan buang air besar, berada di bawah kendali sukarela. Otot rangka juga
melindungi organ dalam (terutama organ perut dan panggul) dengan bertindak sebagai
penghalang eksternal atau perisai terhadap trauma eksternal dan dengan mendukung berat organ.

Otot rangka berkontribusi pada pemeliharaan homeostasis dalam tubuh dengan menghasilkan
panas. Kontraksi otot membutuhkan energi, dan ketika ATP rusak, panas dihasilkan. Panas ini
sangat terlihat selama latihan, ketika gerakan otot yang berkelanjutan menyebabkan suhu tubuh
meningkat, dan dalam kasus dingin yang ekstrem, ketika menggigil menghasilkan kontraksi otot
rangka acak untuk menghasilkan panas.

Otot rangka adalah organ yang terdiri dari berbagai jaringan terintegrasi. Jaringan-jaringan
ini termasuk serat otot rangka, pembuluh darah, serabut saraf, dan jaringan ikat. Setiap otot
rangka memiliki tiga lapisan jaringan ikat (disebut "mysia") yang melingkupinya dan
memberikan struktur pada otot secara keseluruhan, dan juga memisah-misahkan serat otot dalam

Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB III STIKesMEDIKA NURUL ISLAM
17

otot (Gambar 1). Setiap otot dibungkus dalam selubung jaringan ikat padat dan tidak teratur yang
disebut epimysium, yang memungkinkan otot berkontraksi dan bergerak kuat sambil
mempertahankan integritas strukturalnya. Epimysium juga memisahkan otot dari jaringan dan
organ lain di daerah tersebut, memungkinkan otot untuk bergerak secara independen

Figure 2. The Three Connective Tissue Layers.


Bundles of muscle fibers, called fascicles, are
covered by the perimysium. Muscle fibers are
covered by the endomysium

Di dalam setiap otot rangka, serat-serat otot diorganisasikan ke dalam kumpulan individu,
masing-masing disebut fasikula, oleh lapisan tengah jaringan ikat yang disebut perimysium.
Organisasi fasikuler ini umum terjadi pada otot anggota tubuh; itu memungkinkan sistem saraf
untuk memicu gerakan otot tertentu dengan mengaktifkan subset serat otot dalam satu bundel,
atau fascicle otot. Di dalam setiap fasikula, setiap serat otot terbungkus dalam lapisan jaringan
ikat tipis dari kolagen dan serat retikuler yang disebut endomisium. Endomisium mengandung
cairan ekstraseluler dan nutrisi untuk mendukung serat otot. Nutrisi ini disuplai melalui darah ke
jaringan otot.

Pada otot rangka yang bekerja dengan tendon untuk menarik tulang, kolagen dalam tiga
lapisan jaringan (mysia) terjalin dengan kolagen tendon. Di ujung tendon lainnya, ia menyatu
dengan periosteum yang melapisi tulang. Ketegangan yang diciptakan oleh kontraksi serat otot
kemudian ditransfer melalui mysia, ke tendon, dan kemudian ke periosteum untuk menarik
tulang untuk pergerakan tulang. Di tempat lain, mysia dapat menyatu dengan selembar tendon
yang luas yang disebut aponeurosis, atau ke fascia, jaringan penghubung antara kulit dan tulang.
Lembaran luas jaringan ikat di punggung bawah tempat otot latissimus dorsi ("lat") menyatu
adalah contoh dari aponeurosis.

Setiap otot rangka juga kaya dipasok oleh pembuluh darah untuk makanan, pengiriman
oksigen, dan pembuangan limbah. Selain itu, setiap serat otot dalam otot rangka disuplai oleh
cabang akson dari motor neuron somatik, yang memberi sinyal serat untuk berkontraksi. Tidak
seperti otot jantung dan otot polos, satu-satunya cara untuk berkontraksi otot rangka secara
fungsional adalah melalui pensinyalan dari sistem saraf.

Penampilan lurik serat otot rangka disebabkan oleh pengaturan miofilamen aktin dan miosin
secara berurutan dari satu ujung serat otot ke ujung lainnya. Setiap paket mikrofilamen ini dan
proteinSpesialisasi lain dari otot rangka adalah tempat terminal neuron motorik bertemu dengan
serat otot — disebut neuromuscular junction (NMJ). Di sinilah serat otot pertama merespons

Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB III STIKesMEDIKA NURUL ISLAM
18

sinyal oleh neuron motorik. Setiap serat otot rangka di setiap otot rangka dipersarafi oleh neuron
motorik di NMJ. Sinyal eksitasi dari neuron adalah satu-satunya cara untuk mengaktifkan serat
secara fungsional untuk berkontraksi.

Figure 3. Motor End-Plate and Innervation. At the NMJ, the axon terminal releases ACh. The motor end-plate is
the location of the ACh-receptors in the muscle fiber sarcolemma. When ACh molecules are released, they
diffuse across a minute space called the synaptic cleft and bind to the receptors

Pemberian sinyal dimulai ketika potensial aksi neuron berjalan di sepanjang akson neuron
motorik, dan kemudian sepanjang cabang individu untuk berakhir di NMJ. Di NMJ, terminal
akson melepaskan kurir kimia, atau neurotransmitter, yang disebut asetilkolin (ACh). Molekul
ACh berdifusi melintasi ruang semenit yang disebut celah sinaptik dan berikatan dengan reseptor
ACh yang terletak di dalam pelat ujung motor dari sarcolemma di sisi lain sinaps. Setelah ACh
mengikat, saluran dalam reseptor ACh terbuka dan ion bermuatan positif dapat melewati serat

Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB III STIKesMEDIKA NURUL ISLAM
19

otot, menyebabkannya terdepolarisasi, artinya potensi membran dari serat otot menjadi kurang
negatif (mendekati nol).

Urutan proses yang mengakibatkan kontraksi serat otot individu dimulai dengan sinyal —
neurotransmitter, ACh — dari neuron motor yang menginervasi serat itu. Membran lokal serat
akan mendepolarisasi saat ion natrium bermuatan positif (Na +) masuk, memicu potensial aksi
yang menyebar ke seluruh membran akan mendepolarisasi, termasuk tubulus-T. Ini memicu
pelepasan ion kalsium (Ca ++) dari penyimpanan di retikulum sarkoplasma (SR). Ca ++
kemudian memulai kontraksi, yang ditopang oleh ATP (Gambar 1). Selama ion Ca ++ tetap
berada di dalam sarkoplasma untuk berikatan dengan troponin, yang membuat situs pengikatan
aktin "tidak terlindung", dan selama ATP tersedia untuk menggerakkan lintas-jembatan dan
menarik untaian aktin oleh myosin, otot serat akan terus memendek hingga batas anatomis.

Figure 4. Contraction of a
Muscle Fiber. A cross-bridge
forms between actin and the
myosin heads triggering
contraction. As long as Ca++
ions remain in the sarcoplasm to
bind to troponin, and as long as
ATP is available, the muscle
fiber will continue to shorten.

Kontraksi otot biasanya berhenti ketika pensinyalan dari ujung motor neuron, yang
merepolarisasi sarcolemma dan tubulus-T, dan menutup saluran kalsium tegangan-gated di SR.
Ion Ca ++ kemudian dipompa kembali ke SR, yang menyebabkan tropomyosin untuk
membentuk kembali (atau menutup kembali) situs pengikatan pada untaian aktin. Otot juga dapat
berhenti berkontraksi saat ATP habis dan menjadi lelah (Gambar 2)

. Figure 5. Relaxation of a
Muscle Fiber. Ca++ ions are
pumped back into the SR, which
causes the tropomyosin to
reshield the binding sites on the
actin strands. A muscle may also
stop contracting when it runs out
of ATP and becomes fatigued.

Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB III STIKesMEDIKA NURUL ISLAM
20

Jaringan otot bisa berubah menjadi hipertrofi dan atrofi


Latihan memengaruhi otot dengan meningkatkan pembentukan miofibril, sehingga
meningkatkan ketebalan serat otot. Struktur tambahan ini menyebabkan hipertrofi, atau
pembesaran otot, dicontohkan oleh otot rangka besar yang terlihat pada pembangun tubuh dan
atlet lainnya (Gambar 2). Karena pembesaran otot ini dicapai dengan penambahan protein
struktural, atlet yang berusaha membangun massa otot sering menelan protein dalam jumlah
besar.

Figure 6. Hypertrophy. Body builders have a


large number of FG fibers and relatively few FO
and SO fibers. (credit: Lin Mei/flickr

Atrofi terjadi karena tidak digunakan dan kondisi otot dapat dikembalikan dengan olahraga,
atrofi otot seiring bertambahnya usia, disebut sebagai sarkopenia, bersifat ireversibel. Ini adalah
alasan utama mengapa bahkan atlet yang sangat terlatih menyerah pada penurunan kinerja
dengan usia. Penurunan ini terlihat pada atlet yang olahraganya membutuhkan kekuatan dan
gerakan yang kuat, seperti berlari, sedangkan efek usia kurang terlihat pada atlet yang memiliki
daya tahan seperti atlet lari maraton atau pesepeda jarak jauh. Seiring bertambahnya usia otot,
serat otot mati, dan mereka digantikan oleh jaringan ikat dan jaringan adiposa (Gambar 3).

Gambar ini menunjukkan atrofi otot. Panel kiri menunjukkan otot normal dan panel kanan
menunjukkan otot yang berhenti berkembang.

Figure 7. Atropi. Massa otot berkurang


ketika otot mengalami atrofi dengan tidak
digunakan.

Karena jaringan-jaringan itu tidak dapat berkontraksi dan menghasilkan kekuatan seperti
otot, otot kehilangan kemampuan untuk menghasilkan kontraksi yang kuat. Penurunan massa
otot menyebabkan hilangnya kekuatan, termasuk kekuatan yang dibutuhkan untuk postur dan
mobilitas. Ini mungkin disebabkan oleh pengurangan serat FG yang menghidrolisis ATP dengan

Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB III STIKesMEDIKA NURUL ISLAM
21

cepat untuk menghasilkan kontraksi pendek dan kuat. Otot pada orang tua kadang-kadang
memiliki jumlah serat SO yang lebih besar, yang bertanggung jawab untuk kontraksi yang lebih
lama dan tidak menghasilkan gerakan yang kuat. Mungkin juga ada pengurangan dalam ukuran
unit motorik, menghasilkan lebih sedikit serat yang distimulasi dan lebih sedikit ketegangan otot
yang dihasilkan.

Sarkopenia dapat ditunda sampai batas tertentu dengan berolahraga, karena pelatihan
menambahkan protein struktural dan menyebabkan perubahan seluler yang dapat mengimbangi
efek atrofi. Peningkatan olahraga dapat menghasilkan jumlah mitokondria seluler yang lebih
besar, meningkatkan kepadatan kapiler, dan meningkatkan massa dan kekuatan jaringan ikat.
Efek atrofi yang berkaitan dengan usia terutama diucapkan pada orang-orang yang menetap,
karena hilangnya sel-sel otot ditampilkan sebagai gangguan fungsional seperti masalah dengan
penggerak, keseimbangan, dan postur. Hal ini dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup dan
masalah medis, seperti masalah persendian karena otot yang menstabilkan tulang dan persendian
melemah. Masalah dengan penggerak dan keseimbangan juga dapat menyebabkan berbagai
cedera karena jatuh.

C. CARA KERJA OTOT


1) Tonus ketegangan akibat mengerutnya otot (kontraksi)
2) Fleksi:membengkokkan/ gerakan yang membentuk atau mengurangi sudut sendi.
3) Ekstensi: meluruskan
4) Abduksi: menjauhu badan
5) Adduksi: mendekati badan
6) Rotasi: memutar pada sumbu panjang tubuh
7) Rotasi medial: rotasi ke sisi medial tubuh
8) Rotasi lateral: rotasi ke sisi lateral tubuh
9) Sirkumdiksi: kombinasi fleksi-abduksi-ekstensi-aduksi
10) Elevasi: keatas
11) Supinasi:memutar telapak tangan dengan menengadah
12) Pronasi telungkup
13) Protaksi: gerakan menuju ke depan

Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB III STIKesMEDIKA NURUL ISLAM
22

D. OTOT SKELETAL

Figure 8. Overview of the Muscular System . On the anterior and posterior views of the muscular system
above, superficial muscles (those at the surface) are shown on the right side of the body while deep muscles (those underneath
the superficial muscles) are shown on the left half of the body. For the legs, superficial muscles are shown in the anterior view
while the posterior view shows both superficial and deep muscles.

Figure 9. Muscles of Facial Expression. Many of the muscles of facial expression


insert into the skin surrounding the eyelids, nose and mouth, producing facial
expressions by moving the skin rather than bones.

Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB III STIKesMEDIKA NURUL ISLAM
23

Figure 10. Muscles of the Eyes. (a) The extrinsic eye muscles originate outside of the eye on the skull.
(b) Each muscle inserts onto the eyeball.

Figure 11. Muscles that Move the Tongue

Figure 12. Muscles of the Anterior Neck . The anterior muscles of the neck facilitate swallowing
and speech. The suprahyoid muscles originate from above the hyoid bone in the chin region. The infrahyoid
muscles originate below the hyoid bone in the lower neck.

Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB III STIKesMEDIKA NURUL ISLAM
24

Figure 13. Posterior and Lateral Views of the Neck . The superficial and deep muscles of the
neck are responsible for moving the head, cervical vertebrae, and scapulas

Figure 3. Muscles of the Diaphragm. Figure 4. Intercostal Muscles. The external


The diaphragm separates the thoracic and intercostals are located laterally on the sides of the body. The
abdominal cavitie internal intercostals are located medially near the sternum.
The innermost intercostals are located deep to both the
internal and external intercostals

Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB III STIKesMEDIKA NURUL ISLAM
25

E. KARTILAGO
Kartilago merupakan suatu material yang terdiri dari serat-serat yang kuat tapi
fleksibel dan avaskuler. Suatu zat mencapai kartilago melalui difusi dari kapiler yang
berada di perikondrium (jaringan fibrous yang menutupi kartilago atau melalui cairan
sinovial. Yang membentuk kartilago adalaj fibrous, hyaline dan elastic. Fibrokartilago
ditemukan pada intervertebral disk, artikular atau hyaline lembut, putih yang menutupi
permukaan tulang. Elastic kartilago bisa ditemukan di telinga luar.
F. LIGAMENT
Ligamen adalah pembalut/ selubung yang sangat kuat, yang merupakan jaringan
elasts penghubung yang terdiri atas kolagen. Ligamen membungkus tulang dengan tulang
yang diikat oleh sendi.

G. PERAN SISTEM MUSKULUSKELETAL DALAM MOBILITAS SEHARI-HARI

Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas,
mudah dan teratur dngan tujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatannya.
1. Jenis mobilitas yaitu:
a) Mobilitas penuh : fungsi saraf motorik volunter dan sensorik untuk dapat
mengontrol seluruh area tubuh sseorang.
b) Mobilitas sebagian: ketidakmampuan bergerak secara bebas karena dipengaruhi
oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuh yang dibagi menjadi
dua yaitu temporer yang disebabkan oleh trauma reversibel pada sistem
muskulusskeletal misalnya dislokasi sendi dan tulang. Dan yang kedua mobilitas
sebagian permanen yang disebabkan oleh kerusakan sistem saraf yang reversibel
seperti hemiplegia karena stroke, peraplegia karen cedera tulang belakang,
poliomielitis karena terganggunya sistem saraf motorik dan sensorik.
2. Faktor yang mempengaruhi mobilitas yaitu:
a) Usia dan tingkat perkembangan tubuh
b) Pekerjaan
c) Gaya hidup
d) Kesehatan fusuk
e) Keadaan nutrisi
f) Emosi
g) Kelemahan neuromuskuler dan skeletal
h) Kebudayaan

Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB III STIKesMEDIKA NURUL ISLAM
26

H. PERUBAHAN SISTEM TUBUH AKIBAT IMOBILITAS


Immobilitas atau imobilisasi merupakan suatu keadaan dimana seseorang tidak dapat
bergerak secara bebas karena kondisi yang mengnganggu pergerakan (aktivitas) misalnya
mengalami trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas
dan sebagainya. Adapun jenis imobilitas yaitu:
1) Immobilita fisik
Pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan untuk mencegah terjadinya
gangguan pergerakan seperti pada pasien hemiplegia yang tidak mampu
mempertahankan tekanan didaerah paralisis sehingga tidak dapat mengubah posisi
tubuhnya untuk mengurangi tekanan.
2) Immobilitas intelektual
Keadaan ketika seseorang mengalami keterbatasan daya pikir
3) Immobilitas emosional
keadaam dimana sseorang mengalami pembatasan secara emosional karena
perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan diri.
4) Immobilitas sosial
Keadaan individu yang mengalami hambatan dalam melakukan interaksi sosial
karena penyakitnya.

Dampak dari imobilitas tbuh dapat mempengaruhi sistem tubuh, seperti


perubahan pada metabolisme tubuh, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan
dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi, gangguan fungsi gastrointestinal, perubahan sistem
pernafasan, perubahan kardiovaskuler, perubahan sistem muskuloskeletal, perubahan
kulit, perubahan eliminasi BAK dan BAB serta adanya perubahan perilaku.

Perubahan sistem muskulosskeletal sebagai dampak dari immobilisasi diantaranya


adalah gangguan muskular dan gangguan skeletal. Gangguan muskular dapat berupa
menurunnya massa otot sebagai dampak immobilitas dapat menyebabkan turunnya massa
otot secara langsung. Kondisi berkurangnya massa otot dapat menyebabkan atropi pada
otot. Sedangkan gangguan pada skeletal dapat menyebabkan terjadinya kontraktur sendi
dan osteoporosis. Kontraktur merupakan suatu kondisi yang abnormal dengan kriteria
adanya fleksi dan fiksasi yang disebabkan oleh atrofi dan memendeknya otot.

Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB III STIKesMEDIKA NURUL ISLAM
27

CHAPTER 3
GANGGUAN KEBUTUHAN AKTIFITAS AKIBAT
PATOLOGIS SYSTEM MUSKULOSKLETAL

A. PENGKAJIAN DAN DATA DASAR PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SYSTEM


MUSKULOSKLETAL

Setelah menyelesaikan perkuliahan ini, mahasiswa mampu:


1. Menjelaskan pengkajian umum sistem skeletal, persendian dan otot dengan benar
2. Menjelaskan gejala yang ditemukan pada klien gangguan muskuloskeletal
3. Melakukan pengkajian kekuatan otot dengan benar
4. Mampu menjelaskan pemeriksaan diagnostik yang diperlukan pada klien gangguan
sistem muskulo skeletal.

Perawatan menggunakan riwayat kesehatan dan pengkajian fisik untuk memperoleh data
tentang pola pergerakan yang biasa dilakukan seseorang. Data tersebut dikoordinasikan dengan
riwayat perkembangan dan informasi tentang latar belakang sosial dan psikologi pasien.
Riwayat kesehatan akan diperoleh pada saat kontak pertama kali dengan pasien untuk
menetapkan informasi dasar dan merumuskan diagnosa kesehatan meliputi informasi tentang
aktivitas hidup sehari-hari dan mencatat alat bantu juga mengkaji pola ambulasi klien dan
mencatat alat bantu ambulasi seperti kursi roda, tongkat, walker atau nyeri pada beberapa sendi
dan tetapkan lokasi, lama, faktor pencetus, nyeri otot, kram atau kelemahan.
Riwayat kesehatan yang dulu juga dapat digunakan untuk mendapatkan informasi tentang
kelainan muskuloskeletal sebelumnya berupa data kelainan kongenital, trauma, peradangan atau
faktor lain. Data yang didapatkan dapat dikaitkan dengan data dari sistem lain seperti nutrisi
yang dapat mengungkapkan definisi diet kelebihan berat badan dapat menambah stress pada
skeletal.
Sebelum memulai pengkajian sebaiknya perawat melakukan persiapan. Persiapan bagi
klien buatlah klien nyaman sebelum/ selama melakukan pemeriksaan dan hindari membuka
bagian tubuh yang tidak diperlukan.
Untuk memaksimalkan waktu dan proses pengkajian maka pengkajian harus dilakukan
secara sistematis yakni mulailah dari kepala sampai jari, dari proksimal ke distal atau dari tengah
ke bagian luar.
Ada tiga (3) hal yang perlu dikaji yaitu Nursing History, Physical Assessment dan
Diagnostic Study.
Pengkajian secara sistematis, teliti dan terarah dengan mengumpulkan data subyektif atau
data objektif dengan cara melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik.

1) Riwayat Keperawatan (nursing story)


a) Data biografi meliputi: nama, umur, jenis kelamin, tempat tingal, jenis transportasi
yang digunakan, orang terdekat dengan klien. Beberapa penyakit sering terjadi pada
usia tertentu seperti 85% org >70th osteoarthritis, Sebagian besar wanita post
menopause osteoporosis dan Carpal tunnel syndrome lebih sering wanita.

Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB III STIKesMEDIKA NURUL ISLAM
28

b) Riwayat perkembangan menggambarkan tingkat perkembangan mulai pada


neonatus, bayi, prasekolah, usia sekolah, remaja, dewasa dan tua.
c) Riwayat sosial meliputi pendidikan dan pekerjaan.
d) Riwayat kesehatan masa lalu meliputi kondisi kesehatan yang mempunyai efek
langsung terhadap muskuloskeletal misalnya, penyakit masa kanak-kanak, trauma
kecelakaan: (fraktur, dislokasi, subluksasi, strain, sprain), kerusakan tulang rawan,
arthritis, osteomilitis, riwayat pengobatan misalnya kortikosteroid dapat
menimbulkan kelemahan otot. Riwayat hospitalisasi, pembedahan tulang/sendi
sebelumnya.
e) Riwayat kesehatan sekarang
Sejak kapan timbul keluhan, apakah ada riwayat trauma. Hal –hal yang menimbulkan
gejala mendadak atau prlahan serta timbul untuk pertama kalinya atau perlahan serta
timbul untuk pertama kalinya atau berulang. Perlu ditanyakan pula tentang ada
tidaknya gangguan pada sistem lainnya.
f) Masalah-masalah saat ini.
Kaji klien untuk mengungkapkan alasan klien memeriksakan diri/ mengunjungi
fasilitas kesehatan. keluhan utama pasien-pasien gangguan muskuloskeletal adalah:
sakit/nyeri deformitas kelainan fungsi. Namun demikian perawat dapat memfokuskan
pertanyaan pada adanya nyeri, kulit dirasakan menipis, kram, sakit tulang belakang,
kemerahan, bengkak, deformitas, pengurangan gerakan atau faktor- faktor lain yang
mempengarufi aktifitas sehari-hari. Untuk masing-masing gejala dimaksud gunakan
pertanyaan- pertanyaan sistem PQRST yaitu 1) provokative/paliative (apa
penyebabnya dan apa yang dapat membuta lebih baik gejalanya atau lebih buruk; 2)
Quality/quantity, kualitas/kuantitas (bagaimana klien merasakan gejala yang timbul);
3) region/radiation lokasi /penyebaran (dimana saja terjadi penyebaran); 4) scale
saverity, skala nyeri, tingkat beratnya masalah (bagaimana aktivitas sehari- hari
dipengaruhi oleh sakitnya); 5) timing/ waktu (kapan terjadinya, bagaimana terjadinya
tiba-tiba atau bertahap).

Manifestasi klinik umum muskuloskeletal:


– Nyeri
– Tendernes
– Kelemahan otot
– Kaku sendi
– Spasme otot
– Pembengkakan
– Kemerahan
– Deformitas
– Penurunan ROM
Berikut ini contoh pengkajian untuk mengidentifikasi gejala-gejala gangguan sistem
muskuloskeletal. Dalam mengkaji buatlah perbandingan antara sisi yang sakit dengan
yang tidak (bilateral).
I. Nyeri
Identifikasi lokasi nyeri. Nyeri biasanya berkaitan dengan pembuluh
darah, sendi, fasia atau periosteum. Tentukan kualitas nyeri apakah nyeri sakit

Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB III STIKesMEDIKA NURUL ISLAM
29

yang menusuk, nyeri berdenyut. Nyeri berdenyut biasanya berkaitan dengan


tulang dan sakit berkaitan dengan otot, sedangkan nyeri yang menusuk
berkaitan dengan fraktur dan infeksi tulang.
Identifikasi apakah nyeri timbul setelah diberi aktivitas/ gerakan. Nyeri
saat bergerak merupakan satu tanda masalah persendian. Degenrasi panggul
menimbulkan nyeri selama badan bertumpu pada sendi tersebut. Degenerasi
lutut menimbulkan nyeri selama dan setelah berjalan. Nyeri pada
osteoarthritis makin meningkat pada suhu dingin. Tanyakan kapan nyeri
semakin meningkat apakah pagi atau malam hari. Inflamasi pada tendon
makin meningkat pada malam hari. Tentukan juga apakah nyeri menghilang
setelah istirahat. Apakah nyerinya dapat diatasi dengan aspirin. Apakah
pernah jatuh atau lainnya.
II. Kekuatan sendi
Tanyakan sendi mana yang mengalami kekakuan, lamanya, apakah selalu
terjadi kekakuan. Beberapa kondisi seperti spondibilitis ankilosis terjadi
remisi kekakuan beberapa kali sehari. Pada penyakit penyakit degenerasi
sendi sering terjadi kekakuan yang meningkat pada pagi hari setelah bangun
tidur (inaktivitas). Bagaimana dengan perubahan suhu dan aktivitas. Suhu
dingin dan kurang aktivitas biasanya meningkatkan kekakuan sendi. Suhu
panas biasanya menurunkan spasme otot.
III. Bengkak
Tanyakan berapa lama terjadi pembengkakan, apakah juga disertai dengan
nyeri karena bengkak dan nyeri sering kali menyertai cidera otot. Penyakit-
penyakit degenerasi sendi seringkali tidak menimbulkan bengkak pada awal-
awal serangan, tetapi muncul setelah beberapa minggu setelah terjadi nyeri.
Dengan istrihat dan meninggikan yang sakit dapat mengurangi bengkak.
Apakah bagian tubuh ada yang dipasang Gips. Identifikasi apakah panas atau
kemerahan karena tanda tersebut menunjukkan adanya inflamasi, infeksi atau
injury.
IV. Deformitas
Tanyakan kapan terjadinya, apakah tiba-tiba atau bertahap, apakah
menimbulkan keterbatasan gerak. Apakah semakin memburuk dengan
aktivitas, apakah dengan posisi dan aktivitas tertentu. Apakah klien
menggunakan alat bantu misalnya kruk.
V. Perubahan sensori
Tanyakan apakah ada penurunan rasa pada bagian tubuh tertentu. Apakah
rasa seperti terbakar. Apakah menurunnya rasa/ sensasi dan pembuluh darah
akibat bengkak, tumor atau fraktur dapat menyebabkan menurunnya sensasi.
a. Keadaan tubuh lainnya
Tanyakan pada klien tentang kondisi sistem tubuh lainnya. pengkajian pada sistem
tubuh yang lain bisa menjadi indikasi problem muskuloskeletal, sebagai contoh
gejala-gejala kardiovaskuler seperti takhikardi dan hipertensi biasanya mendukung
adanya gout/ pirai, perubahan kulit misalnya kondisi kulit kering pada ibu jari tangan
dan jari telunjuk dan tengah menandai adanyan carpal tunnel syndrome.
b. Riwayat keluarga

Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB III STIKesMEDIKA NURUL ISLAM
30

Riwayat keluarga untuk menentukan hubungan genetik perlu diidentifikasi misalnya


adanya predisposisi seperti arthritis, spondilitas angkilosis, gout/pirai.
c. Riwayat diet
Identifikasi adanya kelebihan berat badan karena kondisi ini dapat mengakibatkan
strees pada sendi-sendi penyangga tubuh dan presisposisi terjadinya ketidak stabilan
ligamen, khususnya pada punggung bagian bawah, kurangnya intake kalsium dapat
menimbulkan fraktur karena adanya dekalsifikasi. Bagaiman menu makanan sehari-
hari, bagaimana konsumsi vitamin A,D , Kalsium dan protein yang merupakan zat
untuk menjaga kondisi musculoskeletal.
d. Aktivitas kegiatan sehari hari
Identifikafi pekerjaan klien dan aktifitasnya sehari hari. Kebiasaan membawa benda –
benda berat yang dapat menimbulkan strain oto dan jeni-jenis trauma lainnya. orang
yang beraktivitas mengakibatkan tonus ototnya menurun. Fraktur atau trauma dapat
timbul pada saat olah raga berlebihan. Pemakaian hak sepatu yang tinggi dapat
menimbulkan kontraksi pada tendon akhiles dan dapat terjadi dislokasi.
e. Revie secara sistem yang dapat menunjukkan adanya problem muskuloskeletal
seperti: Tachicardia, hipertensi—gout, Perubahan kulit (kering ibu jari, telunjuk)—
carpal tunnel syndrome/CTS

2) Pemeriksaan Fisik
Pengumpulan data melalui pemeriksaan fisik dapat dilakukan secara sistematis untuk
menghindari kesalahan. Bila mungkin gunakan ruangan yang cukup luas sehingga pasien
dapat bergerak bebas saat dilakukan periksaan gerak/ berjalan.
Alat yang diperlukan yaitu: Meteran pita, pulpen (penanda kulit), dan Goniometri.
a) Inspeksi dan palpasi lakukan LMF(LOOK, FEEL, dan Move).
Inspeksi Cara Berdiri & Berjalan:
– Dasar topangan: BB tersebar merata
– Stabilitas: mampu berdiri dg jari kaki, kaki kiri/kaki kanan
– Fostur: tegak
– Posisi kaki: ibu jari lurus ke depan
Inspeksi Anggota Gerak Atas & Bawah
- Catat ukuran & kontur sendi.
- Inspeksi kulit & jaringan sekitar sendi: warna, pembengkakan, & massa atau
deformitas.
- Inspeksi kelompok otot: ukuran dan kesimetrisannya. Adanya pembengkakan
bermakna adalah tanda iritasi sendi.
Palpasi Anggota Gerak Atas & Bawah
- Palpasi tulang dan otot disekitarnya: suhu, tenderness, pembengkakan, fluktuasi,
krepitasi, resistensi terhadap tekanan, dan tonus otot.
b) Range of Motion
ROM aktif dan pasif untuk setiap sendi dan kelompok otot terkait, catatlah:

Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB III STIKesMEDIKA NURUL ISLAM
31

- Adanya nyeri
- Keterbatasan gerak
- Spastis
- Instabiltas sendi
- Deformitas
- Kontraktur
Bandingkan otot-otot dan sendi-sendi kanan dan kiri (bilateral) ukur gerak sendi/ ROM
dengan goniometer.

NILAI KETERANGAN

0 (zero) Tidak ada kontraksi saat dipalpasi, paralisis


1 (trace) Terasa adanya kontraksi otot tetapi tidak ada gerakan
3 (poor) Dengan bantuan/ menyangga sendi dapat melakukan ROM secara
penuh
3 (fair) Dapat melakukan ROM secara penuh denagn melawan gravitasi
tetapi tidak dapat melawan tahanan
4 (good) Dapat melaukan ROM secaar penuh dan dapat melawan tahanan yang
sedang
5 (normal) Gerakan ROM penuh dengan melawan gravitasi dan tahanan

Lakukan perkusi untuk mengetahui adanya cairan dalam rongga sndi. Lakukan auskultasi guna
mengetahui adanya kelainan pada vaskuler dan krepitasi. Selama pengkajian lakukan dengan
cara duduk, berdiri dan berjalan kecuali ada kontraindikasi pada klien.
Pertama, pada waktu duduk lakukan pengamatan secara umum dan tegaknya tubuh.
Periksa kepala, leher, bahu dan ekstrmitas atas. Berikutnya klien berdiri dan periksa dada,
punggung dan illium. Observasi juga hubungan antara tubuh yang lain, misalnya hubungan
anatar kaki dengan tungkai, tungkai dengan panggul dan panggul dengan pelvis. Mintalah pasien
untuk berjalan dan observasi mobilitas tumpuannya, gerakan sendi, amati adanya
ketidaknyamanan, kekakuan sendi dan kelemahan otot, kurangnya kordinasi atau deformitas.
Observasi adanya deformintas spinal misal kifosi, skoliosis, lordosi. Observasi pula danya
genuvarum dan valgum.
Terakhir klien diperiksa dengan posisi tidur, lakukan pemeriksaan pada panggul, lutut,
tumit dan kaki. Kemampuan fisik banyak dipengaruhi oleh sistem persyarafan untuk itu perlu
memahami konsep persyarafan guna mempermudah pemeriksaan fisik. Misalnya untuk
ekstremitas atas dipersyarafi oleh percabangan pleksus brakhialis. Untuk fleksi siku dipengaruhi
oleh saraf C5, C 6 sedangkan eksistensi siku oleh C7, C8 demikian seterusnya.

Six Basic Type of Joint Motion:


- Flexion and extention
- Dorsiflexion and plantar flexion
- Adduction and abduction
- Inversion and eversion
- Internal and external rotation
- Pronation and supination

Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB III STIKesMEDIKA NURUL ISLAM
32

c) Inspeksi dan Palpasi TMJ


Temporo-mandibular Joint (TMJ)
- Inspeksi area di depan telinga
- Tempatkan ujung-ujung 2 jari (telunjuk dan tengah) di bagian depan telinga dan
mintalah pasien untuk membuka dan menutup mulut
- Turunkan jari-jari anda ke bagian depresi di area sekitar sendi, dan catat kehalusan
gerakan dari mandibula
- Catat adanya nyeri, kripitasi, dan keadaan tekunci
- Kaji ROM: Buka & tutup mulut (3-6 cm), Gerakan lateral (1-2 cm) dan Protrusi &
kontraksi
- Kaji kekuatan otot: Temporalis dan Masseter

d) Inspeksi-Palpasi Cervical Spine


- Inspeksi: kelurusan kepala, kesimetrisan otot dan lipatan kulit.
- Palpasi prosesus spinosus dan sternomastoid, trapezius, dan otot paravertebral.
- Kaji ROM Cervical-spine:
a. Flexion : 45 °
b. Extension : 45 °
c. Rotation : 70 °

e) Inspeksi-Palpasi Toraks & Lumbal Spine


Inspeksi: kelurusannya (alignment), ketegak-annya ( straightness), lengkungnya (curves),
lordosis, kiposis, gibbous dan scoliosis. Palpasi: tenderness, Kaji ROM Torak & Lumbal
spine:
a. Flexion : 70-90 °
b. Hyperextension : 30 °
c. Lateral bending : 35 °
d. Rotation upper trunk: 30 °

f) Inspeksi-Palpasi Bahu

Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB III STIKesMEDIKA NURUL ISLAM
33

- Inspeksi: ukuran, kesimetrisannya, kontur, dislokasi atau lempeng skapula.


- Palpasi: sendi dan otot, catat adanya spasme atau atropi otot, pembengkakan, panas atau
tenderness.
- Kaji ROM:
a. Forward flexion : 180 °.
b. Hyperextension : 50 °.
c. Abduction : 180 °.
d. Adduction : 50 °.
e. Internal &external rotation: 90 °
f. Shrug: evaluate shoulder girdle muscles and cranial nerve XI.

g) Inspeksi-Palpasi Bahu: Kekuatan otot:


a. Mengankat bahu
b. Fleksi kedepan dan ke atas
c. Abduksi melawan tahanan
d. Mengangkat bahu juga menguji integritas saraf kranial XI, asesoris spinal

h) Inspeksi-Palpasi Siku
- Inspeksi: kontur, sudut gerakan, nodul subcutan.
- Palpasi: prosesus olecranon dan epicondyles medial &lateral, note tenderness,
pembengkakkan, penebalan.
- Kaji ROM Siku:
a. Flexion : 160°
b. Extension : 180°

Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB III STIKesMEDIKA NURUL ISLAM
34

c. Pronation : 90°
d. Supination : 90°
- Kekuatan otot:
- Menstabilkan lengan orang dengan satu tangan.
- Mintalah memfleksikan siku melawan tahanan yang anda berikan pada bagian
proksimal pergelangan tangan. Kemudian meminta orang tersebut untuk meng-
ekstensi-kan siku melawan tahanan anda

i) Inspeksi-Palpasi Hand & Wrist


- Inspeksi: kontur, posisi, bentuk, jumlah & kelengkapan jari-jari tangan, deviasi jari.
- Palpasi sendi: tekstur, pembengkakan, tenderness, nodules, pertumbuhan tulang
berlebihan.
- Kaji ROM:
a. Fleksijari : 90°
b. Hiperekstensi jari : 30°
c. Fleksi wrist : 90°
d. Hiperkestensi wrist: 70°
e. Rotation of hand : gerak ke radial: 20° : gerak ulnar : 55°
- Phalen test—

Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB III STIKesMEDIKA NURUL ISLAM
35

o Mintalah pasien tersebut memfleksikan kedua sendi pergeralngan tangan


sehingga kedua punggung tangan bertemu (90°).
o Fleksi akut dari pergelangan tangan selama 60 detik tidak menghasilkan gejala
di tangan normal.

- Tinel sign—
Perkusi langsung pada lokasi saraf median di pergelangan tangan tidak menghasilkan
gejala di tangan normal.

j) Inspeksi-Palpasi Hip
- Inspect: kesimetrisannya, ukuran, lipatan gluteal.
- Palpasi: stabilitas, tenderness.
- Kaji ROM:
o Flexion : 90 °
o Hyperextension : 30 °
o Abduction and adduction
o Internal rotation : 40 °
o External rotation : 45 °
- Patrick’s test.

Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB III STIKesMEDIKA NURUL ISLAM
36

k) Inspeksi-Palpasi Legs and Knees


- Inspeksi: Bentuk dan kontur sendi lutut, lalu cek tanda pembengkakan, dan otot
kuakdisep di anterior femur akan adanya atropi.
- Palpasi: Mulai pada bagian depan femur, sekitar 10 cm di atas peleta. Palpasi dengan ibu
jari kiri anda dan area suprapatela. Catat konsistensi jaringan.
- Kaji ROM:
o Flexion : 130 °
o Extension : 30 ° untuk ekstensi penuh
o Hyperextension: 15 °
- Menilai kekuatan otot: meminta paien untuk mempertahankan fleksi lutut saat Anda
melawan dengan mencoba untuk menarik kaki ke depan.
Bulge sign
a) Gerakan dengan hati-hati pada bagian medial lutut dua atau tiga kali untuk mengetahui
pergerakan cairan.
b) Tekan bagian lateral.
c) Perhatikan sisi medial di untuk mengenali adanya gelombang cairan.

Ballottement Patella-
1. Gunakan tangan kiri Anda untuk menekan kantong suprapatellar untuk memindahkan
cairan yang ada ke dalam sendi lutut.
2. Dengan tangan kanan, dorong patela ke tulang paha.

Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB III STIKesMEDIKA NURUL ISLAM
37

McMurray test-
1. Pegang tumit, dan fleksi-kan lutut dan pinggul.
2. Tempatkan tangan anda lainnya di lutut dengan jari di sisi medial.
3. Rotasikan kaki ke dalam dan keluar untuk melonggarkan sendi.
4. Rotasikan kaki secara eksternal, dan dorong valgus pada lutut.
5. Kemudian secara perlahan ekstensikan lutut

Straight leg raising test—


• Kaki lurus naik, sementara itu, pertahankan lutut ekstensi, normalnya tidak menimbulkan
nyeri

l) Inspeksi-Palpasi Feet and Ankle


- Inspeksi: kontur dan posisi, ukuran dan jumah jari-jari kaku, kelurusan, pembebanan
berat badan, dan lengkung-nya.
- Palpasi: panas, pembengkakan, tenderness.

Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB III STIKesMEDIKA NURUL ISLAM
38

- Kaji ROM:
o Dorsifleksi & plantar fleksi
o Inversion & eversion
o Abduction & adduction
- Kaji kekuatan otot:
o Pertahankan dorsipleksi dan plantarpleksi melawan tahanan yang anda berikan

Beriku ini gambaran tentang kelainan-kelainan yang banyak terjadi pada masing-masing
regio yang mengalami sakit.
1. Regio leher, kelainan yang terjadi antara lain: servical spondilitas, trauma, rhematoid
arthritis, infeksi dan neoflasma.

Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB III STIKesMEDIKA NURUL ISLAM
39

2. Regio bahu, kelainan yang menyertai antara lain frozenshoulder trauma, calcifying
tendinitis, dislokasi sendi bahu, dan infeksi
3. Regio siku berupa trauma, tennis, elbow, bursitis olekranon, pulled elbow, infeksi, myositis
ossificans.
4. Regio pergelangan tangan, berupa trauma ganglion, peradangan dan carpal tunnel syindrom.
5. Regio tangan, berupa trauma, inflamasi, tumor, penyakit degeneratif.
6. Regio tulang belakang berupa skoliosis, infeksi HNP (hernia Nucleus Pulposus), metastase
tumor, trauma, kelainan kongenital, osteoarthritis.
7. Regio panggul, berupa congenital dislocation of hip, infeksi, slipped capital epiphysis,
transien synovitas, trauma.
8. Regio lutut, berupa trauma, infeksi, penyakit degeneratif, dislokasi patela berulang, normal
variasi genu valgum atau genu varum.
9. Regio pergelangan kaki, berupa trauma, infalamasi, ruptur tendon akhiles
10. Regio kaki, berupa CTEV (congenital talipes equino varus), flat foot, hallux valgus
inflamasi, plantas fasciitis.

3) Pemeriksaan psikososial
Berdasarkan data riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik maka perawat dapat
mengantisipasi masalah-masalah psikososial. Contohnya pasien dngan multiple fraktur yang
harus imobilisasi lama dan pengobatan yang lama beresiko terjadi perubahan sensori.
Menjalani perawatan yang lama atau cacat permanen menyebabkan klien kehilangan
pekerjaan. Stress dapat terjadi pada klien yang mengalami nyeri kronis.
Deformitas akibat penyakit atau muskuloskeletal dapat menimbulkan perubahan “body
image” dan konsep diri. Serta perasaan lain berupa cemas, ketakutan, merasa tak berdaya dan
lain lain.

4) Pemeriksaan Diagnostik/ Pemeriksaan Penunjang


Klien biasanya akan merasakan cemas dengan prosedur diagnostik yang akan dilakukan
khususnya bila yang belum tahu sama sekali. Untuk itu jelaskan prosedur dengan cara yang tepat
pada klien dengan kluarganya. Jika memungkinkan tunjukkan lebih dulu peralatan yang akan
digunakan. Jelaskan secaar detil suara- suara peralatan tersebut dan perasaan –perasaan selama
dilakukan tindakan. Adapun pemeriksaan-pemeriksaan penunjang yang digunakan adalah:
1) Pemeriksaan radiologi/ radiografi
Rontgen diawali dengan posisi anteropoterior (AP). Posisi atau proyeksi lain yaitu lateral
atau obligue tergantung dari bagian skeletal mana yang akan dievaluasi. Pemeriksaan rotgen
ini tidak melalui persiapan khususnya bagi pasien namun perawat perlu menjelaskan
tujuannya dan prosedur pemeriksaannya.

Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB III STIKesMEDIKA NURUL ISLAM
40

2) Myelografi
Myelografi dilaksanakan dengan memasukkan zat kontras ke rogga sucarachnoid pada
spinal, biasanya melalui lumbal pungsi. Pemeriksaan ini untuk melihat kondisi kolumna
vertebralis, rongga intervertebra, syaraf-syaraf spinal dan pembuluh darah. Untuk
pemeriksaan ini pasien terlebih dahulu dipersiapkan yaitu malam sampai pagi sebelum
pemeriksaan, perawat meningkatkan kebutuhan cairan secara oral atau intravena untuk
mempertahankan hidrasi. Dalam hal ini dibutuhkan cairan yang edekuat untuk
mempertahankan keseimbangan cairan serebrospinal, mencegah dehidrasi, persiapan bila
setelah pemeriksaan pasien muntah ( dibutuhkan cairan kurang lebih 3000cc). phenothiazin
dan obat- obat depresan atau stimulan tidak boleh diberikan pada 48 jam sebelum
pemeriksaan. Perawat perlu menanyakan riwayat alergi terhadap “iodine” atau makanan
laut, riwayat gangguan hepar atau ginjal, karena sebagian media didasari “iodine” yang
dapat menimbulkan alergi (anafilaksis). Sedangkan metabolisme dan eksresi zat kontras
tergantung pada fungsi hati dan ginjal.
Perawat memberikan penjelasan tentang prosesdur selama dan setelah pemeriksaan.
Sebagian klien merasa cemas dengan prosedur penusukan jarum ke spinal yang
dikhawatirkan akan terjadi paralisis. Perawat menjelaskan bahwa resiko untuk terjadinya
kerusakan neurologik adalah kecil karena suntikan dibawah spinal cord. Setelah
pemeriksaan posisi tidur klien lurus terlentang minimal 8 jam dan ada yang 24 jam baru
dizinkan miring kiri dan kanan. Namun tetap mengikuti kebijakan dari rumah sakit.
Pengamatan posisi ini tergantung pula pada jenis zat/media yang digunakan, misalnya pasien
yang mendapatkan metrizimade posisi 15-450 selama 8-16 jam. Selain hal tersebut perawat
mengevaluasi/ memonitor status neutrologi pasien selama 24 jam biasanya setiap 4 jam
sekali.
Sebelum melakukan pemeriksaan Myelografi ini pasien harus melakukan persiapan
sebagai berikut :
· Puasa 5 jam sebelum pemeriksaan
· Berikan penjelasan tentang prosedure pemeriksaan
· Foto pendahuluan : posisi AP dan Lateral dari objek yang akan diperiksa.
· Premedikasi ( bila diperlukan, mis : Scopolamine / Omnopon )

3) Computed Tomography (CT- Scan)

Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB III STIKesMEDIKA NURUL ISLAM
41

CT digunakan untuk mendeteksi masalah muskuloskeletal khususnya yang mengenai


kolumna vertebralis. Pemeriksaan ini dapat atau tidak menggunakan zat kontras. Bila
menggunakan diberikan secara oral atau intravena. Prosedur ini tidak invasif maak tindakan
keperawatan tidak terlalu rumit. Namun tetap diberikan penjelasan bahwa meja
pemeriksaannya keras dan terdengar suara dari mesin CT yang perlu diyakinakan bahwa hal
tersebut tidak membahayakan.

4) Biobsi Tulang
Spesimen pada biopsi tulang diambil secara mikroskopik. Ada dua tehnik yang
digunakan yaitu tertutup dengan menggunakan jarum dan terbuka yaitu insisi. Persiapan
klien yaitu dengan menjelaskan tentang prosedur yang digunakan. Tehnik terbuka lebih
memerlukan persiapan.
Setelah pemeriksaan perawat melakukan pengamatan apakah terjadi perdarahan, bengkak
dan hematom yang merupakan komplikasi biopsi tulang. Untu menurunkan perdarahan
ekstremitas dimaksud di mobilisasi 12-24 jam. Tanda-tanda vital diukur setiap 4 jam untuk
24 jam pertama. Pemberian analgetik dapat menurunkan rasa tidak nyaman akibat prosedur
tersebut. Ganti balutan tiap hari sambil mengobservasi tanda- tanda peradangan atau infeksi.

5) Biopsi otot
Biopsi otot dilakukan untuk mendiagnosa adanya atrofi (distrofi otot) dan peradangan
(polimiositis). Prosedur biopsi otot sama dengan biopsi tulang.

6) Elektromiografi (EMG)

Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB III STIKesMEDIKA NURUL ISLAM
42

EMG biasanya dilakukan untuk menentukan potensi elektrolit otot. EMG membantu
untuk mendiagnosa adanya kerusakan neuromuskular, LMN (low Motorik Neuron), dan
syaraf-syaraf tepi. Klien perlu diberitahukan bahwa pemeriksaan ini dapat menimbulkan
rasa tidak nyaman karena jarum elektroda yang masuk ke otot. Setelah pemeriksaan perawat
memebantu mengatasi rasa tidak nyaman dan mengobservasi apakah terdapat hematom pada
bekas tususkan jarum. Untuk itu dapat diberikan kompres dingin.

7) Arthroscopy
Pemeriksaan ini menggunakan arthroscope yang dimasukkan ke persendian dan dapat
dilihat langsung kelainan yang nampak. Kilen diberikan informasi sebelum pemeriksaan
yaitu akan dilakukan tususkan pada lutut (biasanya pemeriksaan ini sering untuk memeriksa
lutut). Pasien akan dianastesi secara epidural atau spinal. Setelah pemeriksaan dilakukan
observasi khususnya 24 jam setelah pemeriksaan. Biasanya pasien dapat segera melakukan
aktivitas sehari.
Arthroscopy, yaitu tindakan minimalis pasif untuk menangani cedera sendi termasuk
lutut. Arthroscopy dilakukan oleh dokter spesialis orthopedi dengan cara memasukkan alat
kamera (endoscopic camera) ke bagian persendian seperti bahu, siku, panggul, angkle dan
lutut yang mengalami cedera. Dalam dunia ortopedi, Arthroscopy difungsikan untuk
menegakkan diagnosa dokter tanpa harus MRI. “Arthroscopy memungkinkan dokter
spesialis Orthopedic untuk melihat ke dalam sendi anda tanpa harus membuat sayatan besar”
Umumnya Arthroscopy digunakan pada pasien yang mengalami cedera saat berolahraga
seperti cedera lutut, cedera miniscus, hingga ligamen. Untuk cedera bahu, biasanya untuk
pasien yang mengalami bahu nyeri dan kaku (frozen shoulder). Selain itu, Arthroscopy dapat
digunakan pada orang lanjut usia atau pada kelainan degeneratif untuk membersihkan
pengapuran.

-hari.

8) Magnetik Resonance Imaging (MRI)


Prosedur pemeriksaan MRI merupakan interaksi antara bahan magnetik, gelombang
radio, dan inti atom yang menggambarkan densitas hidrogen. Untuk beberapa jaringan

Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB III STIKesMEDIKA NURUL ISLAM
43

dengan gambaran “Cross Sectional” menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan radio-
grafi atau CT. Pemeriksaan ini khususnya digunakan untuk mengidentifikasi masalah-
masalah pada otot, tendon dan ligamen.
Prawat memastikan bahwa pasien tidak menggunankan bahan- bahan dari metal dan
pakaiannya tidak menggunakan ritsleting. Demikian juga bahan lain dalam tubuh misal
titanium atau stainles steel yang ditanam pada persendian atau bahan elektronik dalam tubuh
(pace –Maher). Meskipun MRI bukan tindakan invasif, namun pasien dapat merasakan
kurang nyaman karena harus berbaring 30-60 menit.

9) Ultrasonagrafi
Pada gangguan muskuloskeletal USG digunakan untuk mendeteksi gangguan pada
jaringan yang lunak seperti adanya masa dan akumulasi cairan. Pemeriksaan ultrasound
menggunakan sistem gelombang suara yang menghasilkan gambaran jaringan yang
diperiksa. Sebelum pemeriksaan diolesi jelly pada kulit diatas jaringan yang akan diperiksa
untuk memudahkan gerakan alat. Untuk pemeriksaan USG tidak ada persiapan maupuan
perawatan khusus.

Referensi :

Risnanto dan Uswani. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah: Sistem
Muskuloskeletal. Yogyakarta: Deepublish
Anatomi and physiology I diakses melalui: https://courses.lumenlearning.com/suny-ap1/
Evelyn C. Pearce. (2009). Anatomy and physiologi for nurses. Jakarta: Gramedia.

Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB III STIKesMEDIKA NURUL ISLAM
44

Ns.Tuti Sahara M.Kep. Materi Kuliah KMB III STIKesMEDIKA NURUL ISLAM

Anda mungkin juga menyukai