Anda di halaman 1dari 27

DAFTAR ISI

BAB I...................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................4
C. Tujuan Penelitan.......................................................................................................................4
D. Manfaat Penelitian...................................................................................................................5
E. Ruang Lingkup Penelitian.........................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................................................7
A. Konsep Penyakit Tuberculosis..................................................................................................7
B. Dukungan Keluarga................................................................................................................16
C. Mempertahankan Atau Pemeliharaan Kesehatan....................................................................19
D. Hubungan Dukungan Keluarga Dalam Mempertahanakan Kesehatan Anggota
Keluaraga Yang Mengalami Tuberculosis Di Masa Pandemi.........................................................20
BAB III...............................................................................................................................................21
KERANGKA KONSEP PENELITIAN..............................................................................................21
A. KERANGKA KONSEP PENELITIAN..................................................................................21
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Coronavirus 2019 (covid – 19) adalah penyakit menular yang

disebabkan oleh sindrom pernapasan akut coronavirus 2 (sar-CoV-2).

Penyakit ini pertama kali ditemukan pada desember 2019 di wuhan, ibu kota

provinsi hubei china, sejak itu menyebar secara global diseluruh dunia yang

mengakibatkan coronavirus 2019-2020 (WHO, 2020).

Organisasi kesehatan dunia (WHO) mendeklarasikan wabah

coronavirus 2019-2020 sebagai kesehatan masyarakat darurat internasional

(PHEIC) pada 30 januari 2020, dan pandemic pada 11 maret 2020. Wabah

penyakit ini begitu sangat mengguncang masyarakat dunia hingga hamper 200

negara di dunia terjangkit virus ini termasuk Indonesia. Berbagai upaya

pencegahan penyebaran virus Covid-19 dialakukan oleh pemerintah di

Negara-negara di dunia guna memutus rantai penyebaran virus Covid-19,

yang disebut dengan istilah lockdown dans ocial distancing (Supriatna, 2020).

Indonesia merupakan salah satu Negara yang terdampak pandemik

covid-19 dengan pola penyebaran yang masih menunjukkan peningkatan dan


telah berdampak keseluruh provinsi. Respon terhadap pandemic ini

mengharuskan adanya penyesuaian terhadap pelayanan program kesehatan

lainnya termasuk pelayanan TBC yang dijankan di fasilitas pelayana

kesehatan.

Menurut WHO tahun 2018-2019 diperkirakan terdpapat 14 juta kasus

tuberculosis (TBC) dimana 1,1 juta orang (13 %) diantaranya pasien TBC

dengan HIV positif. Sekitar 75% dari pasien tersebut berada diwilayah Afrika,

terdapat 540.000 orang yang menderita Tuberculosis Multi Drugs Resisten

(TBMDR) dan 170.000 orang diantaranya meninggal dunia (kemenkes

RI,2019). Secara epidemiologi, menurut WHO terdapat 10-12 juta penderita

TBC yang mempunyai kemampuan menularkan dengan angka kematian 3 juta

penderita tiap tahun, dan keadaan tersebut terdapat di Negara berkembang

dengan sosail ekonomi rendah termasuk Indonesia (Amin, 2016).

Penyakit tuberculosis merupakan masalah utama kesehatan

masyarakat tahun 2016, hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) di

Indonesia menunjukkan bahwa penyakit tuberculosis merupakan penyebab

kematian nomor 3 setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran

pernafasan pada semua kelompok usia dan nomor 1 dari golongan penyakit

infeksi (Astuti,2016).

Penyakit tuberculosis menyerang sebagian besar kelompok usia kerja

produktif, kelompok ekonomi lemah dan pendidikan rendah, sampai saat ini

program penanggulangan tuberculosis dengan strategi Directly Observed


Treatment Shortcourse (DOTS) belum dapat menjangkau seluruh pukesmas,

rumah sakit pemerintah, swasta dan unit pelayanan kesehatan lainnya

(DepkesRI, 2015). Pengobatan tuberculosis membutuhkan waktu panjang (6-8

bulan) untuk mencapai penyembuhan dan dengan panduan (kombinasi)

beberapa macam obat, sehingga tidak jarang pasien berhenti minum obat

sebelum masa pengobatan selesai yang berakibatkan pada kegagalan dalam

pengobatan TBC (Asmariani, 2012).

Tuberculosis masih merupakan masalah masyarakat diprovinsi Aceh,

dilihat dari indicator program penemuan kasus baru (CDR) 55% masih

dibawah target untuk tahun 2016 yaitu 60%.Angka konversi 81,10% target

80% kesembuhan 80,7% dari target 85% (Depkes RI, 2017).

Berdasarkan data profil kesehatan Aceh padatahun 2019 jumlah

penderita TBC sebanyak 8.647 jiwa dengan angka kesembuhan 85,00%.

Sedangkan pada tahun 2018 sebanyak 8.471.berdasrkan data tersebut

penderita tuberculosis mengalami peningkatan dari tahun ketahun (Dinkes

Provinsi Aceh,2019).

Kementerian Kesehatan RI membentuk atau menyusun suatu protocol

tentang tatalaksana layanan penderita TB selama masa pandemi COVID19

teruntuk fasilitas layanan kesehatan. Protokol ini berisi tentang sejumlah

panduan terkait dengan tindakan pencegahan, manajemen dan perencanaan,

sumber daya manusia, perawatan dan pengobatan, serta layanan laboratorium.


Penelitian yang dilakukan oleh (Bhargava, 2020), Dampak yang paling

besar dirasakan penderita TB ditengah pandemic yaitu faktor ekonomi dan

psikologi. Tidak sedikit terjadinya PHK besar yang didalamnya terdapat

penderita TB, sehingga mempengaruhi penderita dalam segipsikologi untuk

tetap semangat dalam meneruskan pengobatan.

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan penerimaan keluarga

terhadap anggota keluarganya, berupa dukungan informasional, dukungan

penilaian, dukungan instrumental dandukungan emosional. Jadi dukungan

keluargaa dalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang meliputi sikap,

tindakan dan penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga anggota

keluarga merasa ada yang memperhatikan (Friedman 2013).

Dukungan keluarga yang diterima salah satu anggota keluarga dari

anggota keluarga yang lainnya dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi yang

terdapat dalam sebuah keluarga. Bentuk dukungan keluarga terhadap anggota

keluarga adalah secara moral atau material. Adanya dukungan keluarga akan

berdampak pada peningkatan rasa percaya diri pada penderita dalam

menghadapi proses pengobatan penyakitnya (Misgiyanto&Susilawati, 2014).

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan

melaksanakan Protokol Kesehatan pada layanan obat TBC selama masa


pandemi covid 19 di wilayah kerja pukesmas kacamatan pidie kabupaten

pidie tahun 2021”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang peneliti uraikan di atas, maka yang

menjadi rumusan masalah penelitian adalah “kepatuhan melaksanakan

Protokol Kesehatan pada layanan obat TBC selama masa pandemi covid 19 di

Wilayah Kerja Pukesmas Kacamatan Pidie Kabupaten Pidie Tahun 2021”

C. Tujuan Penelitan

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan

melaksanakan Protokol Kesehatan pada layanan obat TBC selama masa

pandemi covid 19 di Wilayah Kerja Pukesmas Kacamatan Pidie

Kabupaten Pidie Tahun 2021

2. Tujuan Khusus

a.Mengetahui dukungan informasional yang diberikan keluarga kepada

anggota keluarga di massa pandemi covid 19 di wilayah kerja

Puskesmas Kabupaten Pidie 2021.


b. Mengetahui dukungan emosional yang diberikan keluarga terhadap

anggota keluaraga di massa pandemic covid 19 di wilayah kerja

pukesmas kabupaten pidie 2021.

c. Mengetahui dukungan instrumental yang diberikan keluarga terhadap

anggota keluaraga di massa pandemic covid 19 di wilayah kerja

pukesmas kabupaten pidie 2021.

d. Mengetahui dukungan penghargaan atau penilaan yang diberikan

keluarga terhadap anggota keluaraga di massa pandemic covid 19 di

wilayah kerja pukesmas kabupaten pidie 2021.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Responden

Penelitian ini diharapkan dapat meningkat pengetahuan dan wawasan

akan pentingnya mempertahan kesehatan pada penderita tuberkulosin .

2. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi bagi

perpustakaan dan bahan masukan bagi mahasiswa Sekolah TinggiI lmu

Kesehatan (STIKes) Medika Nurul Islam Sigli.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi Peneliti selanjutnya dapat menjadi sumber data dan informasi

untuk pengembangan penelitian berikutnya.

4. Bagi Tempat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi puskesmas,

berupa peningkatan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada

masyarakat dan dapat membatu pengelola program pengobatan penyakit

Tuberkulosis Paru.

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang lingkup materi

Ruang lingkup ini terbatas pada permasalahan tentang

mempertahankan kesehatan anggota keluarga yang mengalami

tuberculosis di massa pandemi covid 19 di wilayah kerja pukesmas pidie

tahun 2021.

2. Ruang lingkupr esponden

Responden dalam penelitian ini yaitu anggota keluaraga yang

mengalami tuberculosis di wilayah kerja pukesma pidie tahun 2021.

3. Ruang lingkup waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan april 2021.

4. Ruang lingkup tempat

Tempat yang telah dilakukan penelitian adalah wilayah kerja pukesmas

pidie tahun 2021.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit Tuberculosis


1. Definisi

Tuberkulosis merupakan suatu penyakit yang di sebabkan oleh basil

Myicobacterium Tuberculosis yang secara khas ditandai oleh

pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis pada jaringan. Infeksi

ini dapat mengenai berbagai jaringan tubuh, tetapi yang paling sering kena

adalah jaringan paru. Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular

yang di sebabkan oleh Myicobacterium Tuberculosis dan dapat mengenai

paru-paru manusia, penularannya melalui udara (Mishler and Workman,

2009).

Tuberculosis merupakan penyakit infeksi yang menular dan bersifat

kronis, tetapi dengan pengobatan yang teratur dan terus menerus akan

sembuh sempurna. Untuk itu diperluhkan upaya pengawasan terhadap

kepatuhan berobat penderita sesuai dengan program pemberantas penyakit

TB-Paru. Kegagalan pengobatan umumnya disebabkan banyaknya

penderita yang tidak menyelesaikan pengobatan yang sesuai dengan waktu

yang telah ditentukan. Banyak faktor yang terkait dengan kurangnya

kepatuhan misalnya, faktor sosial budaya, ekonomi, pendidikan, dan lain-

lain. Disamping itu mutu pelayanan juga akan mempengaruhi keberhasilan

pengobatan terutama bagi penderita yang memerluhkan pengobatan


jangka panjang. Penyakit TB-Paru merupakan penyakit yang sangat

komplek, penyakit ini sering kurang memdapat perhatian dini dari

penderita sehingga tanpa disadari penyakit ini telah menjadi lanjut.

Dengan demikian TB-paru merupakan masalah kesehatan masyarakat.

2. Etiologi

Penyebab tuberkolosis adalah Mycobacterium Tubercolosis sejenis

kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 /um dan tebal

0,3-0,6/um. Basil ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan

pemanasan, sinar matahari, dan sinar ultraviolet. Sifat lain kuman ini

menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi

kandungan oksigennya dalam hal ini tekanan oksigen pada apical

paru-paru lebih tinggi dari bagian lain, sehingga bagian apical ini

merupakan tempat berkembang biak penyakit tubercolosis. Ada dua

macam mikobakteria tubercolosis yaitu: tipe human dan tipe bovin.

Basil tipe bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis

tubercolosis usus. Basil tipe human bisa berada di bercak ludah

(droplet) diudara yang berasal dari penderita TBC terbuka dean orang

yang rentan terinfeksi TBC bila menghirup bercak ini. Perjalanan

TBC setelah terinfeksi melalui udara ( Win de jong et al.2005 dalam

NANDA NIC-NOC 2013)

3. Manisfestasi Klinis
a. Demam

Biasanya menyerupai demam influenza, panas tubuh mencapai

40-41 derajat celcius, keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya

tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman

tubercolosis yang masuk.

b. Batuk / batuk darah

Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, batuk ini dapat

terjadi selama berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan sifat

batuk ini bermula dari batuk kering kemudian batuk beproduktif

yang menghasilkan sputum keadaan yang lanjut adalah berupa

batuk darah karaena terdapat pembuluh darah yang pecah.

c. Sesak Napas

Sesak napas akan di temukan pada penyakit yang sudah lanjut,

yang infiltrasinya sudah meliputi setengah paru-paru.

d. Nyeri Dada

Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura

sehingga menimbulkan pleuritis.

a. Malaise

gejala malaise sering ditemukan berupa anoreksia tidak ada

nafsu makan, badan makin kurus, sakit kepala, nyeri otot,

keringat malam (Setiati dkk, 2013).


4. Patofisiologi

Menurut Somantri (2008), infeksi diawali karena seseorang

menghirup basil Mycobacterium tuberculosis. Bakteri menyebar

melalui jalan napas menuju alveoli lalu berkembang biak dan terlihat

bertumpuk. Perkembangan Mycobacterium tuberculosis juga dapat

menjangkau sampai ke area lain dari paru (lobus atas). Basil juga

menyebar melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh

lain (ginjal, tulang dan korteks serebri) dan area lain dari paru

(lobus atas). Selanjutnya sistem kekebalan tubuh memberikan

respons dengan melakukan reaksi inflamasi.

Neutrofil dan makrofag melakukan aksi fagositosis (menelan

bakteri), sementara limfosit spesifik-tuberkulosis menghancurkan

(melisiskan) basil dan jaringan normal. Infeksi awal biasanya timbul

dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar bakteri.Interaksi antara

Mycobacterium tuberculosis dan sistem kekebalan tubuh pada masa

awal infeksi membentuk sebuah massa jaringan baru yang disebut

granuloma. Granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup dan

mati yang dikelilingi oleh makrofag seperti dinding. Granuloma

selanjutnya berubah bentukmenjadi massa jaringan fibrosa. Bagian

tengah dari massa tersebut disebut ghon tubercle. Materi yang

terdiri atas makrofag dan bakteri yang menjadi nekrotik yang


selanjutnya membentuk materi yang berbentuk seperti keju

(necrotizing caseosa).Hal ini akan menjadi klasifikasi dan

akhirnya membentuk jaringan kolagen, kemudian bakteri menjadi

nonaktif.

Menurut Widagdo (2011), setelah infeksi awaljika respons sistem

imun tidak adekuat maka penyakit akan menjadi lebih parah.

Penyakit yang kian parah dapat timbul akibat infeksi ulang atau

bakteri yang sebelumnya tidak aktif kembali menjadi aktif, Pada

kasus ini, ghon tubercle mengalami ulserasi sehingga menghasilkan

necrotizing caseosa di dalam bronkus. Tuberkel yang ulserasi

selanjutnya menjadi sembuh dan membentuk jaringan parut.Paru-

paru yang terinfeksi kemudian meradang, mengakibatkan timbulnya

bronkopneumonia, membentuk tuberkel, dan seterusnya.

Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya. Proses

ini berjalan terus dan basil terus difagosit atau berkembang biak di

dalam sel. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih

panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid

yang dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan 10-20 hari). Daerah

yang mengalami nekrosis dan jaringan granulasi yang dikelilingi sel

epiteloid dan fibroblas akan memberikan respons berbeda kemudian

pada akhirnya membentuk suatu kapsul yang dikelilingi oleh tuberkel


(Sylvia, 2011).
5. Diagnosis

Untuk menetapkan diagnosa penyakit Tuberkulosis paru selain

dari gejala-gejala diatas perlu juga dilakukan pemeriksaan radiologik,

dan pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan darah dan dahak

(sputum) sewaktu pagi sore (SPS). Pada pemeriksaan darah rutin akan

ditemukan leucosite meningkat dan juga terjadi paningkatan pada laju

endap darah (LED). Sedangkan pada pemeriksaan dahak (sputum)

apabila ditemukan kuman BTA Positif maka diagnosanya sudah

dapat dipastikan (Soeparman, 2009).

6. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium

1) darah, pada saat tubercolosis baru mulai aktif akan didapatkan

jumlah leaukosit yang sedikit meninggi dan limfosit masih

dibawah normal, laju endap mulai meningkat.

2) Sputum, untuk mendeteksi adanya kuman BTA dan juga

memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang diberikan.

3) Tes tuberculin, hanya menyatakan apakah sesorang individu

sedang atau pernah mengalami infeksi M.tubercolosa, M.

bovis, vaksinasi BCG dan mycobacterium pathogen lainnya

(Setiati dkk, 2014).


b. Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan radiologis dada merupakan cara untuk

menemukan lesi tuberculosis,gambaran radiologis berupa bercak-

bercak seperti awan dan dengan batas-batas yang tidak tegas,

adanya penebalan pleura, massa cairan dibagian bawah paru,

bayangan hitam radiolusen dipinggir paru. Pemeriksaan

radiologis dada yang lebih canggih yaitu: CT scan danMRI.

c. Pemeriksaan fisis (Setiati dkk, 2014)

7. komplikasi

Penyakit Tuberculosis Paru bila tidak ditangani dengan benar akan

menimbulkan komplikasi.

a. Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis, usus.

b. Komplikasi lanjut : obstruksi jalan napas, kerusakan parenkim berat,

kor pulmonal, sindrom gagal nafas dewasa (ARDS) (Setiati dkk,

2014).

8. Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan tuberkulosis dengan Obat Anti Tuberkulosis (OAT)

jangka pendek adalah memutuskan rantai penularan dengan

menyembuhkan penderita Tuberkulosis paling sedikit 85% dari seluruh

kasus Tuberkulosis BTA positif yang di temukan dengan mencegah

resistensi (Depkes RI, 2010).


Saat ini program pengobatan pemberantas penyakit TB paru

mengunakan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dalam tiga (3)

kategori yaitu (Depkes RI, 2014):

a. Kategori -1

Untuk penderita baru BTA (+) harus minu obat 114 kali dosis

harian, disediakan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) untuk fase awal 60

kombifak II dan untuk fase lanjutan 54 kombifak yang masing –

masing dalam satu (1) dos kecil dan disatukan dalam satu (1) dos besar

yang terdiri dari : Isoniazid 300 mg, Rifampisin 450 mg, Pirazinamid

500 mg, Etambutol 250 mg, yang diberikan pada penderita baru BTA

(+), penderita baru BTA (+) / rongent (+) yang sakit berat dan ekstra

paru berat.

b. Kategori -2

Termasuk kelompok yang mendapatkan obat kategori 2 ini adalah

penderita kambuh BTA (+). Untuk seseorang penderita kambuh atau

pengobatan dengan BTA (+) disediakan Obat Anti Tuberkulosis

(OAT) 156 dosis. Untuk fase awal 90 kombifak II dan untuk fase

lanjutan 66 kombifak IV dikemas dalam satu dos besar disertai satu

(1) dos Streptomisisn dan satu (1) dos pelengkap pengobatan (spurte

dan anguabidest) yang terdiri dari : Streptomisin 750 mg, Isoniazid

300 mg, Rifampisin 450 mg, Pirazinamid 500 mg, Etambutol 250 mg.
Obat ini diberikan kepada penderita BTA (+) yang sudah minum Obat

Anti Tuberkulosis (OAT) selama lebih sebulan.

c. Kategori -3

Untuk fase awala 60 kombifak I dan untuk dase lanjutan 54

kombifak II yang masing- masing dikemas dalam satu (1) dos kecil

dan disatukan dalam satu (1) dos besar yang terdiri dari : Isoniazid 300

mg, Rifampisin 800 mg, Pirazinamid 500 mg. Obat penderita BTA

(+) / rongent (+) atau ekstra paru. Untuk satu penderita penderita BTA

(+) / rongent (+) ekstra paru disediakan Obat Anti Tuberkulosis (OAT)

114 kali dosis harian.

d. OAT sisipan, terdiri dari:

Isoniazid 300 mg, Rafampisin 450 mg, Pirazinamid 500 mg, etambutol

250mg. obat ini diberikan intensif masih BTA (+) diberikan selama

satu (1) bulan setiap harinya (table terlampir) (Depkes RI, 2014).

Pelaksanaan pengobatan terhadap penderita harus memenuhi prinsip

sebagai berikut :

a. Pelayanan pengobatan harus mudah dicapai oleh penderita secara

Cuma- Cuma, tidak diperkenalkan memungut biaya pengobatan

dari penderita tuberkulosis

b. Pelayanan pengobatan harus dapat di terima dan digunakan oleh

masyarakat. Petugas kesehatan harus dapat berkomunikasi dengan


penderita secara baik dalam bahasa mereka serta mampu mengatasi

masalah mereka.

c. Panduan obat harus tersedia sesuai dengan yang telah direncanakan

dan di terima dengan jumlah yang cukup untuk menjamin

keteraturan pengobatan hingga sembuh.

d. Pengobatan harus berada dalam pengawasan yang baik dosis

maupun waktu pelaksanaan hingga keteraturan berobat dapat

dilakukan dengan baik agai dicapai angka kesembuhan yang tinggi

(Depkes RI, 2014).

9. Pencagahan

a. Pencegahan secara langsung

1) Tutup mulut anda waktu batuk atau bersin

2) Jangan meludah di sembarangan tempat

3) Mengusahakan agar sinar matahari masuk keruangan tempat tidur

pada pagi hari, karena kuman tuberkulosis akan mati oleh sinar

matahari

4) Makanlah makanan yang sehat dan menu seimbang

5) Cukup istirahat, jangan melakukan pekerjaan yang telalu berat

6) Minum obat dengan teratur sampai tuntas

b. Pencegahan secara tidak langsung

1) Lakukan vaksinasi BCG pada anak 0-14 tahun


2) Menghilangkan sumber penularan dengan mencari dan mengobati

semua penderita dalam masyarakat.

B. Dukungan Keluarga

Keluarga merupakan sumber dukungan utama untuk setiap pasien

khususnya pasien yang memiliki penyakit bersifat kronik seperti TBC paru.

Peran serta anggota keluarga memiliki pengaruh untuk meringankan

penderitaan pasien terhadap penyakitnya yaitu dengan memotivasi pasien agar

lebih memperhatikan kesehatan diri mereka. Keluarga dapat memberikan

perhatian terhadap hal-hal yang tidak dapat pasien kerjakan sendiri

dikarenakan terkendala oleh penyakit yang diderita dan membangun sebuah

dukungan yang bersifat psikologis. ( Jones andbartlet; 2011)

Dukungan keluarga adalah informasi verbal, sasaran, bantuan yang nyata

atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek

didalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal yang dapat

memberikan keuntungan emosional atau pengaruh pada tingkah laku

penerimaannya. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh dukungan

sosial, secara emosional merasa lega diperhatikan, mendapat saran atau kesan

yang menyenangkan pada dirinya. Dukungan keluarga adalah keberatan,

kesedihan, kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai

dan menyayangi kita (Suparyanto, 2012). 

Menurut Bomar (2004) dalam Afriani (2012), dukungan keluarga adalah

suatu bentuk melayani yang dilakukan oleh keluarga baik dalam bentuk
dukungan emosional, penghargaan, informasi dan instrumental yang dapat

diberikan pada lansia. Dukungan keluarga mengacu pada dukungan-dukungan

yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses

atau dilakukan untuk keluarga.

Keluarga juga diartikan sebagai suatu ikatan atau persekutuan hidup atas

dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup

bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian

dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi dan tinggal dalam

sebuah rumah tangga (Suprajitno, 2004).

Dukungan keluarga merupakan sumber ekternal yang dapat membantu

individu mengatasi suatu permasalahan apapun wujud dukungan yang di

berikan. Dukungan sosial keluarga merupakan sumber daya yang memberikan

kenyamanan fisik dan psikologi yang dapat melalui pengetahuan bahwa

individu tersebut di cintai, di perhatikan, dihargai oleh orang lain dan juga

merupakan anggota dalam suatu kelompok yang berdasarkan kepentingan

bersama (Indriyani, 2014)

Bentuk-bentuk dukungan keluarga menurut Indriyani (2014) sebagai

berikut:

a. Dukungan Emosional (Emosional Support)

Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat

dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Meliputi


ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap anggota keluarga

yang menderita kusta (misalnya: umpan balik, penegasan).

b. Dukungan Penghargaan (Apprasial Assistance)

Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik,

membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan

validator identitas anggota. Terjadi lewat ungkapan hormat (penghargan)

positif untuk penderita kusta, persetujuan dengan gagasan atau perasaan

individu dan perbandingan positif penderita kusta dengan penderita lainnya

seperti orang-orang yang kurang mampu atau lebih buruk keadaannya

(menambah harga diri).

c. Dukungan Materi (Tangibile Assistance)

Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit,

mencakup bantuan langsung seperti dalam bentuk uang, peralatan, waktu,

modifikasi lingkungan maupun menolong dengan pekerjaan waktu

mengalami stress.

d. Dukungan Informasi (informasi support)

Keluarga berfungsi sebagai sebuah koletor dan disse  minator

(penyebar) informasi tentang dunia, mencakup memberri nasehat,

petunjuk-petunjuk, saran atau umpan balik. Bentuk dukungan keluarga

yang diberikan oleh keluarga adalah dorongan semangat, pemberian

nasehat atau mengawasi tentang pola makan sehari-hari dan pengobatan.


Dukungan keluarga juga merupakan perasaan individu yang mendapat

perhatian, disenangi, dihargai dan termasuk bagian dari masyarakat.

Pengukuran dukungan keluarga dapat dilakukan dengan cara

(Ramadhan, 2014):

a) Ada : jika > mean/ median

b) Tidak ada : jika ≤ mean/ median

C. Mempertahankan Atau Pemeliharaan Kesehatan

Menurut stuart (2014) perawatan atau pemeliharaan kesehatan (The

Health Care Function) adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan

anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi. Fungsi ini

dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan. Sedangkan tugas-

tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan adalah:

a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarganya,

b. Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat,

c. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,

d. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk kesehatan dan

perkembangan kepribadian anggota keluarganya,

e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan fasilitas

kesehatan. (Kemenkes RI, 2017)


D. Hubungan Dukungan Keluarga Dalam Mempertahanakan Kesehatan

Anggota Keluaraga Yang Mengalami Tuberculosis Di Masa Pandemi

Lingkungan dan keluarga memiliki fungsi sebagai pendukung

terhadap anggota keluarga lain yang selalu siap memberikan bantuan pada

saat diperlukan. Dukungan keluarga adalah bentuk perilaku melayani yang

dilakukan oleh anggota keluarga baik dalam bentuk dukungan emosional,

penghargaan/penilaian, informasional dan instrumental Friedman (2010)

dalam (Khorni, 2017).

Di tengah merebaknya Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia

dan dunia, keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat tentu memiliki

peran penting dalam mencegah penyakit tuberculosis. Dengan adanya

dukungan keluarga menjadi pertahanan pertama bagi kesehatan anggota

keluarga.

Mempertahankan kesehatan keluarga merupakan suatu upaya yang

dilakukan keluarga untuk tetap mendapat palayanan kesehatan terutama

pada anggota keluarga yang mengalami tuberculosis di masa pandemic

covid-19 . Salah satu upaya yang dilakukan keluaraga yaitu dengan

memotivasi anggota keluarga agar tetap melanjutkan pengobatan

tuberculosis sesuai anjuran, mematuhi segala peraturan yang telah

diterapkan oleh pemerintah dengan memakai masker saat ke pelayanan

kesehatan dan saat beraktivitas di luar rumah dan physical distancing.


BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

A. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara

konsep - kosep yang ingin diamati di ukur melalui penelitian – peneitian yang

akan dilakukan.

Variabel Independen Variabel Dependen

Kepatuhan
Dukungan Keluarga melaksanakan
Protokol Kesehatan
pada layanan obat
TBC

Skema 3.1 kerangka konsep

B. Defenisi operasional

No Variable Defenisi Alat Cara ukur Skala ukur Hasil


operasional ukur ukur
1. Mempertah Uapaya yang kuesio Wawancara Ordinal - Patuh
anan dilakukan ner terpimpin - Tidak
Kesehatan keluarga untuk patuh
anggota mempertahank
keluarga an
yang keadaan keseh
mengalami atan anggota
tuberculosis keluarga agar
di masa tetap memiliki
pandemi produktivitas
yang tinggi
2. Dukungan Dukungan Kuesi Menyebar Ordinal -Baik
keluarga yang diberikan oner kan -Cuku
oleh keluarga kuesioner -Kurang
yang berupa
dukungan
emosional,
penghargaan,
instrumental
dan informatif

C. Pengukuran variable
Pengukuran variable dapat dilakukan sebagai berikut

Note:

Buat kuesioner kepatuhan pada pritokol kesehatan TB dan kuesioner

dukungan keluarga.

Tambah lagi bab 2 sesuai judul sekarang

Bab 3 lengkapi lagi.

Anda mungkin juga menyukai