DISUSUN :
TUTI SAHARA
220120170028
Tinjauan Kasus
1. Pengkajian
Biodata
1) Identitas Klien
Nama : Tn. T
Umur : 30 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMU
Pekerjaan : Buruh
Femur Sinistra.
No. CM : 01002681
Nama : Tn. D
Usia : 50 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
a. Keluhan Utama :
Klien mengalami kecelakaan lalu lintas sekitar 1 setengah tahun yang lalu
yaitu ketika dibonceng temannya terlempar dari motor karena bertabrakan dengan
kendaraan lainnya. Klien jatuh terlempar masuk got dan mengalami luka yang
parah pada pahanya dengan fraktur terbuka pada paha kanan dan kotor terkena
kotoran got. Kejadian itu pada malam hari pukul 01.00 wib, dan klien langsung
dibawa ke RSUD Selamet. Garut. Klien sampai saat ini mengalami 8 kali operasi
berikut pemasangan traksi dengan OREF dan telah sering keluar masuk RS. Dua
hari sebelum masuk RS yang sekarang ini luka Klien di rumah terbuka lagi dan
mengeluarkan darah bercampur nanah yang berbau. Pada Saat dikaji pukul 08.00
wib tanggal 13 Nov 2018 klien mengeluh nyeri pada lukanya dan klien tidak bisa
tidur nyenyak. Nyeri dirasakan panas, nyeri bertambah bila digerakkan, berkurang
bila diistirahatkan. Nyeri terjadi di sekitar fraktur, menyebar ke sekitar paha dan
Melitus atau penyakit infeksi lainnya. Dan klien mengatakan ini merupakan
1) Penampilan umum
a) Nutrisi
porsi makan habis dengan komposisi: nasi, lauk-pauk dan sayuran, kadang-
komposisi; nasi, lauk-pauk, sayuran dan tambahan snack dari rumah sakit.
b) Eliminasi
lembek, warna kuning. BAK 3-4 kali perhari, warna kuning jernih.
Di rumah sakit klien BAB sekali sehari dengan tidak ada keluhan.
BAK 2-3 kali perhari, dengan warna kuning jernih, tidak ada keluhan waktu
BAK.
c) Istirahat Tidur
Di rumah sakit klien tidur 4-5 jam/hari, kadang terjaga, dan tidak
d) Personal Hygiene
Di rumah klien sebelum sakit biasa mandi 2 kali perhari, gosok gigi
dilap oleh keluarga, klien mengatakan satu kali gosok gigi, keramas dan
memotong kuku. Kepala dan badan tampak bersih namun gigi tampak
e) Aktivitas
secara mandiri.
klien mengatakan tidak mampu untuk merubah posisi di tempat tidur secara
mandiri, klien tampak meringis dan tegang ketika mencoba untuk merubah
3) Pemeriksaan Fisik
a) Sistem Persyarafan
(c) Memori
kelahiran.
(d) Kalkulasi/Perhitungan
mensyebutkan angka
selanjutnya 1,2,3,...
bawah ini.
Nilai
No Reflek yang dikaji
Dextra Sinistra
Ektrimitas Atas
1 Reflek Bisep +2 +2
2 Reflek Trisep +2 +2
3 Brachioradialis +2 +2
Ektrimitas Bawah
4 Reflek Patella +1 +2
5 Reflek Achiles +2 +2
6 Reflek Babinski +2 +2
(4) Nervus Cranial
benda jauh dan dekat, gerakan bola mata simetris ke delapan arah
dengan baik.
dapat meniup dengan bentuk mulut simetris. Test rasa kecap baik
asin, pahit.
lainnya.
pembengkakan tonsil.
(5) Motorik
lainnya.
(6) Sensorik
b) Sistem pernapasan
(1) Hidung
Bentuk simetris, tidak ada tanda peradangan, tidak ada lesi,
mukosa merah muda dan lembab, tidak ada pernafasan cuping hidung,
(2) Trachea
(inspirasi=ekspirasi)
(3) Dada
simetris, tidak ada nyeri tekan atau nyeri lepas, pola pernafasan 18 kali
(Ispirasi>ekspirasi) pada area paru yaitu interkostal 5-6 dada kiri dan
kanan.
c) Sistem Kardiovaskuler
muda, tidak ada sianosis, tidak ada nyeri dada, tidak ada sesak, irama
reguler, saat palpasi tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas CRT (Cafilari
Refill Time) 2 detik, kuku tidak tampak pucat, bunyi jantung S1 dan S2
murni reguler (Lup-dup), tidak ada bunyi tambahan Gallop atau Murmur.
d) Sistem Gastrointestinal
tidak ada pembengkakan, tidak ada ulkus, tidak ada lesi dan massa,
kebersihan
cukup. Gigi tidak lengkap, gigi seri atas hilang 1 karena kecelakaan ini.
dan bersih.
(2) Abdomen
Bentuk datar, tidak ada lesi atau benjolan, bising usus 8 kali
permenit, Tidak ada ascites, tidak ada nyeri tekan atau nyeri lepas, hati
tidak teraba, limfa tidak teraba, bunyi perkusi timpani pada bagian
e) Sistem Genitourinaria
Ginjal tidak teraba, nyeri tekan ginjal tidak ada, nyeri tekan pada
kandung kemih tidak ada, frekuensi BAK 3 - 4 kali perhari dengan warna
kuning, nyeri pada waktu BAK tidak ada. Tidak ada distensi abdomen,
Pada alat genitalia tidak ada keluhan. Skrotum dan penis tidak ada
untuk diperiksa.
f) Sistem Muskuloskeletal
kiri. Kaki kiri otot mengecil lutut tidak bias ditekuk ada pembengkaan
Nilai
No Nama Otot
Dextra Sinistra
Ektrimitas Atas
5 5
1 Deltoid
5 5
2 Bisep
5 5
3 Trisep
5 5
4 Pergelangan tangan
5 5
5 Jari Tangan
Ektrimitas Bawah
5 1
6 Paha
5 1
7 Paha Abduksi
5 1
8 Paha Adduksi
5 5
9 Pergelangan Kaki
5 5
10 Jari-jari Kaki
g) Sistem Endokrin
h) Sistem Integumen
1) Status Emosi
Emosi stabil, kien tampak cukup tenang dan cukup sabar dalam
2) Konsep Diri :
a) Body Image
meskipun kini dia sedang sakit dia pasrah kepada Allah SWT bahwa ini
b) Harga Diri
kirinya saat ini tidak bisa difungsikan, namun klien tidak merasa rendah
diri.
c) Ideal Diri
kampungnya.
d) Peran
sebagaimana mestinya.
e) Identitas diri
Klien adalah seorang laki-laki, dan dengan keadaannya saat ini,
3) Kecemasan
bertanya: “Pak, kapan saya pulang”. Dan “Apakah tangan saya bisa normal
kembali”
4) Interaksi sosial
5) Data spiritual
g. Data Penunjang
1) Hasil Laboratorium
ini:
Eritrosit 3,2
Hematokrit 29% P: 35 – 45%
L: 40 –50%
2) Terafi
Cefotaxim 2 X 1 gr
Analgetik 2 X 1 gr
2. Analisa Data
Kerusakan
DS : Fraktur dan luka terbuka mobilitas
- Klien mengatakan takut fisik
untuk menggerakkan Nyeri
anggota badan
- Klien mengatakan tidak Nyeri bertambah bila digerakkan
mampu untuk mengubah
posisi di tempat tidur Keengganan melakukan pergerakan
secara mandiri
- Klien mengatakan
aktivitasnya dibantu Kerusakan mobilitas fisik
DO :
- Klien tampak meringis
dan tegang ketika
mencoba merubah posisi
- Klien tampak berbaring
di tempat tidur.
- Kekuatan otot kaki kiri
1 dan lutut tidak bisa
ditekuk.
DS : Nyeri Gangguan
Klien mengatakan tidurnya ↓ pemenuhan
tidak nyenyak dan sering Merangsang aktivasinya RAS (Reticulo kebutuhan
terbangun karena merasa Activity System) sebagai pusat jaga di istirahat tidur
nyeri. formatio retikularis
↓
Klien sering terjaga
Klien ↓
mengatakan semalam Pemenuhan istirahat tidur klien terganggu
hanya tidur selama + 2
jam saja, sedangkan tidur
siangnya mulai jam 14.00 –
15.30 WIB.
DO :
Terdapat lingkaran hitam
pada daerah periorbital.
Tanda-tanda vital :
- TD : 110/70 mmHg
- R : 18 x/menit
- N : 88 x/menit
- S : 36,7oC.
3. Diagnosa Keperawatan
4. Intervensi Keperawatan
No
Tujuan Intervensi Rasional
Dx
a. Pertahankan imobilisasi bagian a. Menghilangkan nyeri dan
yang sakit dengan tirah baring, mencegah kesalahan posisi
gips, pembebat, traksi. tulang/tegangan jaringan yang
b. Tinggikan dan cedera.
sokong ekstremitas yang b. Untuk meingkatkan aliran darah
mengalami luka/fraktkur. balik vena, menurunkan edema,
c. Kaji tngkat nyeri klien menurunkan nyeri.
Tujuan: d. Lakukan tekhnik distraksi dengan c. Dengan menkaji tingkat nyeri
cara mengajak klien berbincang- klien untuk keefektifan
-Keluhan nyeri tidak pengawasan intervensi. Tingkat
1 bincang
ada. e. Berikan alternatif tindakan ansietas dapat mempengaruhi
-Klien bisa terpenuhi kenyamanan, contoh pijatan, persepsi/reaksi terhadap nyeri.
pijatan punggung, perubahan d. Dengan melakukan teknik
kebutuhan istirahat distraksi pada klien dengan cara
posisi.
tidurnya. f. Lakukan dan awasi latihan berbincang-bincang,
rentang gerak pasif/aktif. dapat mengalihkan
g. Dorong klien untuk menggunakan perhatian klien tidak hanya
teknik manajemen stres, contoh tertuju pada nyeri.
relaksasi progresif, latihan napas
e. Meningkatkan sirkulasi umum ;
msnurunkan area tekanan lokal
dalam, imajinasi dan kelelahan otot.
visualisasi. Sentuhan terapeutik. f. Mempertahankan
kekuatan/mobilitas otot
yang sakit dan
memudahkan resolasi inflamasi
pada jaringan yang cedera.
g. Memfokuskan
kembali perhatian,
meningkatkan rasa kontrol, dan
dapat meningkatkan
kemampuan koping dalam
manajemen nyeri, yang mungkin
menetap untuk periode lebih
lama.
e. Dimungkinkan dapat
mengetahui hal yang tidak
diketahui
5. Implementasi Keperawatan
- TTV:
TD : 100 / 70 mmHG
N : 84 X/ menit
R : 18 X / menit\
3 13/11/2018 - Mengajarkan rentang gerak aktif pada S:
anggota gerak sehat sedikitnya 4 kali/hari - Klien mengatakan bahwa
Pukul: kalau dibawa jalan pakai
- Melakukan latihan rentang gerak pasif pada tongkat luka cepet
11.00 wib anggota gerak yang sakit dengan hati-hati, kering seperti saat di
dan sangga ekstrimitas yang fraktur. rumah.
- Menganjurkan ubah posisi setiap 2-4 jam, - Klien mengatakan paham TTD
Ajarkan untuk tidur tengkurap dan cara latihan aktif/pasif otot
dampingi jalan pakai tongkat. badan. Agus C
O:
- Klien mampu turun dari
bed dengan bantuan
perawat hanya untuk
memakaikan tongkat
- Klien mampu
mengubah
posisi badan sambil
duduk tapi belum bisa ke
posisi tengkurap tanpa
bantuan perawat.
6. Catatan Perkembangan
1 13 /11/2018 S:
- Klien mengatakan masih sakit
Pukul 13.30 wib ketika berusaha menggerakkan kaki
kiri
- Klien masih mengatakan nyeri
seperti panas
- Klien mengatakan skala nyeri
masih 4
O:
- Klien tampak meringis ketika kaki
kirinya digerakkan perawat TTD
- Klien masih tampak berhati-hati
ketika merubah posisi Agus C
P: Lanjutkan intervensi
yang ditetapkan tgl
13/11/18
I:
- Mengkaji ulang derajat nyeri.
- Melakukan kolaborasi
dalam pemberian
analgetik.
- Meninggikan dan
menyokong
ekstrimitas yang mengalami fraktur
- Melakukan teknik distraksi dengan
cara mengajak klien berbincang-
bincang.
- Melakukan dan mengawasi rentang
gerak aktif/pasif .
-Mengobservasi TTV. E:
Jam 14.00:
- Klien masih
tampak nyeri ketika
menggerakkan kaki
- Klien mengatakn nyeri masih ada
skala 3
- Klien masih tampak berhati-hati
ketika merubah posisi
2 13 /11/2018 S: TTD
- Klien mengatakn masih nyeri
Pukul 13.30 wib - Klien mengatakan ada luka Agus C
pada Paha mengeluarkan
darah dan nanah
O:
- Suhu tidak menunjukkan perbedaan
signifikan dengan suhu anggota
tubuh lainnya
-Pembengkakan/oedema masih ada A:
Resiko Infeksi masih ada
P: Lanjutkan intervensi
seperti yang ditetapkan
I:
- Merawat dan mengobservasi luka
klien dengan teknik anti septik
- Mengganti balutan dengan alat
yang steril
- Berkolaborasi dengan dokter
dalam
pemberian antibiotik
-Mengobservasi TTV
E: : Jam 14.00
- Klien masih
mengatakan nyeri
- Pembengkakan dan oedema masih
ada
Tidak ada perbedaan suhu yang signifikan
antar daerah fraktur dengan anggota tubuh
lainnya
3 13 /11/2018 S:
- Klien mengatakan masih enggan
Pukul 13.30 wib untuk turun jalan pakai tongkat
- Klien mengatakan masih belum
siap untuk mengubah posisi di
tempat tidur tidur tengkurap secara
mandiri.
O:
- Klien tampak meringis dan tegang
ketika mencoba mengubah posisi
- Klien tampak duduk di tempat tidur
- Kekuatan otot paha kiri 1
A: Kerusakan TTD
mobilitas fisik masih Agus C
ada.
P: Lanjutkan intervensi yang
ditetapkan I :
- Melakukan rentang gerak aktif pada
anggota gerak yang sehat
- Melakukan rentang gerak pasif
pada anggota gerak yang sakit dan
sangga ekstrimitas yang fraktur
disangga
- Meningkatkan latihan gerak secara
perlahan, ajarkan klien untuk
berjalan-jalan sekitar rumah sakit
dengan memakai tongkat.
4 13 /11/2018 S:
- Klien mengatakan masih
takut
Pukul 13.30 wib untuk menggerakkan tangannya
- Klien mengatakan agak cemas
dengan keadaan penyakitnya
- Klien masih mengatakan takut tidak
sembuh
- Klien masih mengatakan tidak
berani bangun dari tempat tidur
karena takut posisi tangnnya
berubah
- Klien masih bertanya; “Kapan saya
pulang” dan klien masih bertanya; “
Apakah tangan saya bisa normal
kembali”
O:
- Klien masih belum mau
menggerakkan tangan kanannya
- Klien masih tampak letih TTD
-Klien masih tampak pucat A:
Cemas masih ada Agus C
P:
- Lanjutkan intervensi yang telah
ditetapkan tanggal 21 Juli 2004
nomor 2, 3, 4 dan 5
. I:
-Mengkaji ulang tingkat kecemasan
klien (jam 08.15’)
- Memberikan kesempatan kepada
klien untuk mengekspresikan
perasaannya (jam 08.16)
- Memberikan penjelasan tentang
penyakit yang di derita (jam 08.18’)
Memberi kesempatan bertanya (jam 08.30’)
E: Jam 14.00
- Klien mengatakan ketakutan untuk
menggerakkan kaki kiri dan klien
akan berusaha menggerakkan kaki
kiiri setiap 2 jam sesuai indikasi
- Klien mengatakan cemas berkurang
- Klien masih tampak pucat
- Klien masih tampak letih
- Klien tampak duduk di tempat tidur
- Masalah teratasi sebagian
R: Kaji dan evaluasi kembali
7. Pembahasan kasus
oleh rudapaksa.
Price dan Wilson (1995, hal 1183) mengemukakan; fraktur adalah patah
terputusnya kontnuitasa tulang dn ditentukan sesuai jenis dan luasnya fraktur, terjadi
jika tulang dikenai stres yang lebih besar dari yang dapat diabsropsinya. Meskipun
jaringan lunak, perdarahan otot dan sendi, dislokasi sendi, ruptur tendon , kerusakan
continuity of abone. Fracture can occur anywhere in the body and at any age. All
fractures have the same basic pathophisiologic mechanism and nursing management,
terputusnya continuitas jaringan tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma, stress
fisik atau tenaga fisik yang lebih besar dari yang dapat diarbsopsinya, dan biasanya
diseratai dengan luka disekitar jaringan lunak, kerusakan otot, ruptur tendon,
kerusakan pembuluh darah dan luka organ-organ tubuh. Dan fraktur bisa menyerang
semua usia.
1. Etiologi Fraktur
Setiawan et al (2000, hal 112) menjelaskan bahwa fraktur dapat terjadi karena
hal berikut:
10 bagian, yaitu :
a. Foramen yaitu, suatu lubang tempat lalunya pembuluh darah, saraf, dan
oksipital.
b. Fosa yaitu, suatu lekukan di dalam atau pada permukaan tulang, misalnya pada
c. Prosesus yaitu, suatu tonjolan atau taju misalnya terdapat pada ruas tualang
g. Trokanter : tonjolan besar, pada umumnya tonjolan ini pada tulang femur.
h. Krista pinggir atau tepi tulang misalnya terdapat pada tulang ilium yang disebut
krista iliaka.
i. Spina, yaitu tonjolan tulang yang bentuknya agak runcing terdapat pada tulang
Long (1996, hal 302) membagi fungsi tulang sebagai berikut, yaitu :
dan bergerak.
sumsum tulang
f. Tulang panjang yaitu, tulang yang terdiri dari satu batang dan dua epifisis.
b. Tulang pendek, yaitu tulang yang bentuknya tidak teratur dan inti
dari cancellous ( spongy ) dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat,
contohnya tarsalia.
c. Tulang pipih, yaitu tulang yang terdiri atas dua lapisan tulang padat dengan
d. Tulang yang tidak beraturan, yaitu tulang yang sama seperti dengan tulang
3. Klasifikasi fraktur
tengah.
b. Fraktur Complit, adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan
c. Greenstick, yaitu fraktur dimana satu sisi tulang patah dan sisi lainnya
bengkok.
f. Fraktur obliq yaitu fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang.
g. Fraktur tertutup (fraktur simpel), yaitu fraktur yang tidak yang tidak
k. Fraktur Avulsi, yaitu fragmen tulang tertarik oleh ligamen. Atau tendon
pada perlekatannya.
Pada kasusTn. T yang dijadikan klien kelolaaan individu, dengan diagnosa medis”
2nd infection post OREF e.c Open Fraktur Femur sinistra.” Pada saat dikaji penulis, klien
mengeluh nyeri pada area luka yang menyebar ke daerah pinggang kiri, nyeri dirasakan panas
dengan berkurang bila tidak beaktivitas bertambah jika melakukan mobilisaasi. Klien
mengalami fraktur femur setelah mengalami KLL 1,5 tahun yang lalu, terlempar ke got,
Klien setelah mengalami KLL segera dibawa ke RSUD dr. Selamet Garut dan
pemasangan OREF sampai mengalami operasi hingga 8 kali sampai saat ini. Dua hari
sebelum masuk RS, saat masih di rumah, luka bekas operasi robek kembali dengan
megeluarkan darah yang bercampur nanah. Dengan demikian keluarga kembali membawa
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Osteomielitis adalah suatu penyakit infeksi pada tulang yang disebabkan adanya
infeksi bakteri pada jaringan tulang tersebut. Secara sederhana osteomielitis dapat
dibedakan menjadi osteomielitis akut dan osteomielitis kronis.Menurut penelitian yang
dilakukan di Amerika,ditemukan sekitar 25% osteomielitis akut berlanjut menjadi
osteomielitis kronis. Penanganan osteomielitis kronis masih merupakan masalah dalam
bidang orthopedi karena penyakit ini banyak ditemukan di masyarakat,selain itu juga
membutuhkan biaya yang besar,waktu yang lama ,pengalaman yang cukup dari dokter
bedah, dan penanganannya sulit khususnya untuk menangani komplikasi dan resistensi
bakteri.
BAB II
TINJAUAN JURNAL
A. Artikel
NO Judul Management of Osteomielitic Chronic Medical Patient at
Dr.Kariadi Hospital Semarang in 2001-2005
Tahun 2016
Jurnal Revista Española de Cirugía Ortopédica y Traumatología (English
Edition)
Tujuan Untuk mengevaluasi gambaran klinis dan tanggapan terhadap
pengobatan dengan obat antiinflamasi non steroid pada pasien
dengan CRO (Chronic recurrent osteomyelitis)
Kesimpulan Hasil dari kebanyakan studi klinis untuk menilai CRO, dan
kesamaan dalam presentasi klinis ini dengan banyak penyakit
menular atau tumor membuat diagnosisnya menjadi tantangan. Di
sisi lain pengobatan dengan NSAID dapat dianggap sebagai pilihan
terapi awal yang baik
B. PEMBAHASAN
C. KESIMPULAN
Pengelolaan osteomielitis kronis berupa terapi
antibiotik, debridement dan
sekuestrektomi, amputasi,dan tindakan konservatif tergantung kondisi pasien
saat akan dilakukan tindakan bedah.
REFERENSI
Anderson S., Lorraine McC. W. Alih Bahasa Peter Anugerah. Fisiologi Proses-Proses
Penyakit. Egc. Jakarta. 2002. P : 230 – 240.
Aru, Sudoyo sitasi Huda A. dan Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta:
Mediaction Jogja.
Doenges, M. E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.Jakarta: EGC.