Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH BIOLOGI

ANATOMI DAN HISTOLOGI PADA JARINGAN TULANG DAN TULANG


RAWAN

OLEH:

1. DERLIN KRISTINE NATALIS ZACHARIAS


2. FANIA DAFA
3. FENA ELISABET TH. MEDAH
4. JOSINTA WELMINCE MBORO

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2019
Kata Pengantar

Puji Syukur patut kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karuniaNya kelompok kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
jaringan tulang dan tulang rawan ini. Ilmu jaringan tulang dan tulang rawan ini
mempelajari jaringan yang terdiri dari jaringan tulang rawan dan jaringan tulang yang
berfungsi untuk memberi bentuk tubuh,melindungi tubuh dan menguatkan bentuk tubuh.

Kita perlu mempelajari ilmu jaringan tulang agar kita dapat mengetahui sifat-sifat
jaringan tulang dan mengetahui struktur tulang ,macam macam tipe tulang serta
hubungan tulang dengan proses bergeraknya tubuh.

Kami sangat menyadari, bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan
maupun kesalahan. Untuk itu kami berharap, para pembaca dapat memaklumi
kekurangan kami dan bersedia memberikan saran dan kritik yang bersifat perbaikan,
sehingga dapat melengkapi kekurangan dari makalah ini dan dapat bermanfaat bagi kita
semua di masa yang akan datang.

Akhir kata kami mengucapkan limpah terimakasih bagi semua pihak yang terlibat
dalam penyusunan makalah ini, semoga makalah ini dapat menambah wawasan,
khususnya bagi penyusun dan para pembaca yang budiman.

Kupang, 26 Februari 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KataPengantar........................................................................................................................

Daftar Isi.................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang.................................................................................................................

1.2.Tujuan…………………………………………………………………………………...

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian jaringan tulang ……………………………………………………………..

2.2. struktur jaringan tulang .................................................................................................

2.2.1 matriks tulang ..............................................................................................................

2.2.2 Jaringan tulang rawan...................................................................................................

2.2.3.Jenis tulang rawan.........................................................................................................

2.2.4 Fungsi tulang rawan......................................................................................................

2.2.5 Gangguan tulang rawan.................................................................................................

2.2.6 Tulang sejati ………………………………………………………………………….

BAB III PENUTUP

3.1.Kesimpulan.......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang

Jaringan dalam biologi adalah sekumpulan sel yang memiliki bentuk dan fungsi
yang Sama. Jaringan-jaringan yang berbeda dapat bekerja sama untuk suatu fungsi
fisiologi yang sama membentuk organ. Jaringan dipelajari dalam cabang biologi yang
dinamakan histologi, sedangkan cabang biologi yang mempelajari berubahnya bentuk dan
fungsi jaringan dalam hubungannya dengan penyakit adalah histopatologi. Ada empat
kelompok jaringan dasar yang membentuk tubuh semua hewan,termasuk manusia dan
organisme multiseluler tingkat rendah seperti artropoda: jaringan epitelium, jaringan
pengikat, jaringan penyokong, dan jaringan saraf.

Jaringan penyongkong adalah jaringan yang terdiri dari jaringan tulang rawan dan
jaringan tulang yang berfungsi untuk memberi bentuk tubuh,melindungi tubuh,dan
menguatkan bentuk tubuh.

Alat gerak pada vertebrata meliputi alat gerak pasif berupa tulang dan alat gerak
aktif berupa otot. Gerak adalah hasil interaksi antara tulang, otot, dan persendian
tulang.Tulang atau kerangka adalah penopang tubuh Vertebrata. Tanpa tulang, pasti tubuh
kita tidak bisa tegak berdiri.

I.2 Tujuan

1. mengetahui struktur tulang

2. matriks tulang

2 . macam macam tipe tulang

3. hubungan tulang dan gerak tubuh hewan

4. fungsi jaringan tulang

5. penyakit pada tulang


BAB II

PEMBAHASAAN

2.1 Pengertian jaringan tulang

Jaringan tulang merupakan jaringan ikat yang tersusun dari sel,serat dan matriks
ekstraseluler.Matriks tulang adalah bagian terkeras yang terletak dilapisan luar tulang,
yang diakibatkan oleh pengendapan mineral dalam matriks,sehingga tulang pun
mengalami klasifikasi. Jaringan tulang menyusun struktur berdaging, melindungi organ
organ vital yang terdapat didalam tengkorak, rongga dada, dan juga menampung sumsum
tulang sebagai tempat sel-sel darah dibentuk.

Jaringan tulang terdiri dari sel-sel tulang atau osteon yang tersimpan di dalam
matriks, matriksnya terdiri dari zat perekat kolagen dan endapan garam-garam mineral
terutama garam kalsium (kapur). Tulang merupakan komponen utama dari kerangka
tubuh dan berperan untuk melindungi alat-alat tubuh dan tempat melekatnya otot
kerangka.

Fungsi Jaringan Tulang

Ada beberapa fungsi jaringan tulang yang diantaranya yaitu:

 Sebagai Pendukung

Yang dalam hal ini, jaringan tulang akan mendukung dan memberikan
lampiran untuk sebagian besa otot pada rangka manusia.

 Memberi Perlindungan

Yang dalam hal ini, jaringan tulang yang membentuk rangka tubuh akan
memberikan perlindungan mekanis bagi banyak organ tubuh lainnya, sekaligus
mengurangi risiko cedera.

 Membantu Dalam Bergerak

Dalam hal ini otot, rangka yang melekat pada jaringan tulang akan
berkontraksi dan pada saat itulah akan memudahkan manusia dalam bergerak.
 Menyimpan Mineral

Dalam hal ini jaringan tulang dapat menyimpan beberapa mineral,


termasuk kalsium “Ca” dan fosfor “P”. Yang kemudian jaringan tulang ini akan
melepaskan mineral ke dalam darah dan memfasilitasi terjadinya keseimbangan
mineral dalam tubuh.

 Memproduksi Sel-Sel Darah Merah

Yang dalam hal demikian ini proses produksi sel-sel darah merah akan
berlangsung di sumsum tulang merah pada beberapa tulang yang berukuran lebih
besar.

 Menyimpan Energi Kimia

Dalam hal demikian ini seiring dengan bertambahnya usia, maka akan
terjadi beberapa perubahan sumsum tulang dari sumsum tulang merah menjadi
sumsum tulang kuning. Sumsum tulang kuning terdiri dari sel-sel adiposa dan
sedikit sel-sel darah. Maka disinilah tempat penyimpanan cadangan energi

Seperti diketahui bersama, hewan dikelompokkan menjadi dua yaitu hewan


vertebrata dan intervebrata (avertebrata). Karena kelompok hewan invertebrata tidak
memiliki struktur jaringan tulang, maka yang akan dibahas hanya kelompok hewan
vertebrata atau hewan yang memiliki tulang belakang. Kelompok hewan yang termasuk
dalam golongan vertebrata yaitu reptil, pisces, aves, mamalia dan amfibia.

Hewan vertebrata dapat bergerak dan berpindah tempat dari satu tempat ke tempat
yang lain, dikarenakan memiliki endoskeleton (rangka tulang yang terdapat di dalam
tubuh hewan). Endoskeleton atau rangka dalam tulang ini tersusun oleh berbagai jenis
bentuk dan ukuran tulang, sebagai tempat menempel otot-otot. Sehingga jika
diklasifikasikan lebih rinci lagi maka menurut jenisnya maka tulang yang menyusun
rangka hewan berupa :

1 Tulang rawan (kartilago)

2 Tulang sejati atau tulang keras ( campact bone )


2.1.2. Struktur Jaringan Tulang

Jaringan Tulang mempunyai matriks, yang mana matriks tersebut adalah struktur
yang keras pada tulang, matriks tersebut memiliki banyak pembuluh darah, dikarenakan
struktur yang keras ini susah di tembus oleh nutrien dan metabolit. Sel tulang disebut
osteosit. Osteosit dibentuk osteoblas. Osteoblas yang berperan untuk sintesis bahan
organik matrik tulang : serabut kolagen dan glikoprotein dan osteoklas : sel raksasa yang
berperan untuk perombakan matrik tulang dan perubahan bentuk jaringan tulang. Osteosit
terletak didalam lacuna. Antara osteosit yang satu dengan yang lain dihubungkan oleh
kanalikuli. Jaringan tulang tersusun oleh sel-sel tulang. Umumnya penyusun tulang
diseluruh tubuh kita semuanya berasal dari material yang sama.

Dari luar ke dalam secara berurutan akan dapat menemukan lapisan-lapisan :

1. Periosteum

Pada lapisan pertama kita akan bertemu dengan yang namanya periosteum,
Periosteum merupakan selaput luar tulang yang tipis Periosteum mengandung
osteoblas (sel pembentuk jaringan tulang), jaringan ikat dan pembuluh darah.
Periosteum merupakan tempat melekatnya otot-otot rangka (skelet) ke tulang dan
berperan dalam memberikan nutrisi, pertumbuhan dan reparasi tulang rusak.
2. Tulang kompak ( Compact Bone )

Pada lapisan kedua ini kita akan bertemu dengan tulang kompak.Tulang ini
teksturnya halus dan sangat kuat. Tulang kompak memiliki sedikit rongga dan lebih
banyak mengandung kapur (Calsium Phosfat dan Calsium Carbonat) sehingga tulang
menjadi padat dan kuat.Tulang kompak paling banyak ditemukan pada tulang kaki dan
tulang tangan.

3. Tulang spongiosa ( Spongy Bone )

Pada lapisan ketiga ada yang disebut dengan tulang spongiosa. Sesuai dengan
namanya tulang spongiosa memiliki banyakrongga. Rongga tersebut diisi oleh
sumsum merah yang dapat memproduksi sel-sel darah. Tulang spongiosa terdiri dari
kisi kisi tipis tulang yang disebut trabekula.
4. Sumsum tulang

Lapisan terakhir yang kita temukan dan yang paling dalam adalah sumsum
tulang. Sumsum tulang wujudnya seperti jelly yang kental.Sumsum tulang ini
dilindungi oleh tulang spongiosa seperti yang telah dijelaskan dibagian tulang
spongiosa.Sumsum tulang berperan penting dalam tubuh kita karena berfungsi
memproduksi sel-sel darah yang ada dalam tubuh.

2.1.3. Matriks tulang

Berdasarkan beratnya, matriks tulang yang merupakan substansi interseluler


terdiri dari ± 70% garam anorganik dan 30% matriks organik. 95% komponen organic
dibentuk dari kolagen, sisanya terdiri dari substansi dasar proteoglycan dan molekul-
molekul non kolagen yang tampaknya terlibat dalam pengaturan mineralisasi tulang.
Kolagen yang dimiliki oleh tulang adalah kurang lebih setengah dari total kolagen tubuh,
strukturnya pun sama dengan kolagen pada jaringan pengikat lainnya. Hampir seluruhnya
adalah fiber tipe I. Ruang pada struktur tiga dimensinya yang disebut sebagai hole zones,
merupakan tempat bagi deposit mineral.

Kontribusi substansi dasar proteoglycan pada tulang memiliki proporsi yang jauh
lebih kecil dibandingkan pada kartilago, terutama terdiri atas chondroitin sulphate dan
asam hyaluronic. Substansi dasar mengontrol kandungan air dalam tulang, dan
kemungkinan terlibat dalam pengaturan pembentukan fiber kolagen.

Materi organik non kolagen terdiri dari osteocalcin (Osla protein) yang terlibat
dalam pengikatan kalsium selama proses mineralisasi, osteonectin yang berfungsi
sebagai jembatan antara kolagen dan komponen mineral, sialoprotein (kaya akan asam
salisilat) dan beberapa protein.

Matriks anorganik merupakan bahan mineral yang sebagian besar terdiri dari
kalsium dan fosfat dalam bentuk kristal-kristal hydroxyapatite. Kristal –kristal tersebut
tersusun sepanjang serabut kolagen. Bahan mineral lain : ion sitrat, karbonat, magnesium,
natrium, dan potassium. Kekerasan tulang tergantung dari kadar bahan anorganik dalam
matriks, sedangkan dalam kekuatannya tergantung dari bahan-bahan organik khususnya
serabut kolagen.

Tipe tulang dibedakan menjadi 2 yaitu :

 Tulang Kompak

Tulang kompak adalah tulang yang memiliki susunan matriks rapat dan padat
yang mengandung zat kapur dan juga fosfor. Tulang kompak pada sel-sel tulang
(osteosit) tersusun dan membentuk sistem havers. Contoh tulang kompak diantaranya:
tulang lengan atas, tulang hasta, tulang pengumpil, tulang telapak tangan, tulang ruas
jari tangan, tulang selangka, tulang paha, tulang kering, tulang betis, tulang telapak
kaki, dan tulang ruas jari kaki.

Gambar contoh dari tulang kompak ialah sebagai berikut :


 Tulang Spons

Tulang spons adalah tulang yang memiliki matriks berongga dan tersusun oleh
anyaman trabeculae (mirip pecahan genting) yang pipih serta mengandung serat kolagen.
Rongga yang ada pada tulang spons tersebut diisi dengan jaringan sumsum tulang.
Contoh tulang spons diantaranya:

 Tulang pipih, contoh tulang pipih diantaranya seperti tulang penyusun tengkorak
dan wajah, tulang dada, tulang rusuk dan tulang belikat.
 Tulang pendek, contoh tulang pendek diantaranya seperti tulang pergelangan
tangan, tulang pergelangan kaki dan ruas tulang belakang.

2.1.4 Struktur makroskopik & mikroskopik tulang

a. Struktur Makroskopik

Tulang dapat dibedakan dalam dua bentuk, tulang kompak (substansi


kompakta) dan tulang spons atau konselosa (substansi spongiosa). Tulang
kompakta tampak sebagai massa utuh padat dengan ruang-ruang kecil yang hanya
dapat terlihat dengan menggunakan mikroskop. Tulang panjang khas, seperti
femur atau humerus, pada bagian batang (diafisis) terdiri atas silinder berlubang
tulang kompak berdinding tebal dengan rongga sumsum tulang. Ujung tulang
panjang terutama terdiri atas tulang spons ditutupi korteks tulang kompak tipis,
tulang panjang yang tumbuh disebut epifisis. Tulang rawan epifisis dan tulang
spons metafisis yang berdekatan merupakan zona pertumbuhan pada semua
inkremen memanjang dalam pertumbuhan tulang berlangsung.

Tulang dibungkus oleh periosteum, lapisan jaringan ikat khusus yang


mempunyai potensi osteogenik atau pembentuk tulang, jika periosteum
fungsional tidak ada maka tidak memiliki potensi osteogenik dan tidak
berhubungan dengan pemulihan patah tulang. Rongga sumsum diafisis dan
rongga dalam tulang spons dilapisi oleh endosteum yang juga memiliki sifat
osteogenik. Substansi kompakta pada tulang pipih tengkorak terbentuk pada
permukaan luar dan dalam yang sering disebut tabel luar dan dalam. Periosteum
permukaan luar tengkorak disebut perikranium dan pada permukaan dalam
disebut dura mater. Pembungkus dari jaringan ikat dari tulang-tulang pipih
memiliki potensi osteogenik tidak berbeda antara periosteum dan endosteum
tulang panjang.

b.Sturktur Mikroskopik

1. System Havers:saluranHavers (saraf, pembuluh darah, aliran limfe)

2. Lamella (lempeng tulang yang tersusun konsentris).

3. Lacuna (ruangan kecil yang terdapat diantara lempengan–lempengan yang


mengandung sel tulang).

4. Kanalikuli (memancar diantara lacuna dan tempat difusi makanan sampai ke


osteon).

Bagian tulang panjang diamati dengan mikroskop, nyata bahwa


konstribusi unsur sel dari tulang terhadap massa total sangat keci terdiri atas
sebagian besar matriks tulang, interstisial bermineral, yang dideposisikan dalam
lapisan atau lamel dengan tebal 3-7 nm. Substansi interstisial tulang adalah
rerongga lentikuler, disebut lakuna yang masing-masing berada disebuah sel
osteosit. Lakuna memencar keluar ke segala arah dan menerobos lamel dari
substansi interstisial dan beranastomosis dengan kanalikuli. Lakuna letaknya
berjauhan tetapi mereka membentuk rongga utuh yang saling behubungan melalui
jaringan saluran yang sangat halus. Saluran halus ini penting untuk nutrisi sel-sel
tulang.
Lamel tulang kompak terdapat dalam tiga pola umum, yaitu:

1). Disusun konsentris mengelilingi saluran vaskuler memanjang,


membentuk unit silindris yang disebut sistem Havers atau osteon.

2). Sistem Havers terdapat potongan tulang berlamel dengan berbagai


ukuran dan bentuk tak teratur.

3). Permukaan luar tulang korteks, tepat dibawah periosteum pada


permukaan dalam terdapat sejumlah lamel yang yang berjalan tidak terputus-
putus mengitari bagian batang. Penampilan mikroskopis periosteum bervariasi
sesuai keadaan fungsionalnya. Semasa embrional dan pertumbuhan pasca lahir
memiliki lapisan dalam dari sel-sel osteoblas yang berhubungan langsung dengan
tulang, sesudah pertumbuhan tulang terhenti, osteoblas berubah berubah menjadi sel-
sel pelapis tulang tidak aktif, tetapi mereka tetap memiliki potensi osteogenik dan jika
tulang itu cidera mereka berubah kembali menjadi osteoblas dan berpartisipasi dalam
pembentukan tulang baru.

2.1.5 Macam-macam sel tulang :

1. Osteoprogenitor

Merupakan sel yang belum berdiffrensiasi, serupa dengan fibroblas. Sel-


sel tersebut memiliki kemampuan yang tinggi untuk bermitosis. Umumnya
terdapat pada embrio selama pembentukan tulang, dan pada tulang dewasa
terdapat pada periosteum. Selain itu ia dijumpai di dekat semua permukaan bebas
tulang seperti periosteum, endosteum, batas kanalis Havers, dan trabekel tulang
rawan yang berdegenerasi karena bertumbuhnya lempeng epifisis.

2. Osteoblas

Osteoblas terdapat pada permukaan tulang (gambar 1) dan berfungsi antara


lain :

• Membuat tulang.

• Mensintesis komponen-komponen matriks tulang (kolagen dan


glikoprotein).
Ada dua bentuk osteoblas, tergantung pada aktivitas metabolismenya,
yaitu :

• Kuboid : Bila aktif mensintesis matriks.

• Gepeng : Bila kegiatan sintesis matriks menurun.

Selama sintesis matriks tulang, retikulum endoplasma dan badan golgi


berkembang dengan baik, inti bulat dan besar, memiliki kromatin halus yang
tersebar. Matriks yang baru disintesis belum mengalami kalsifikasi terletak di
dekat osteoblas dan disebut osteoid (gambar 1).

3. Osteosit (sel tulang)

Osteosit adalah sel matur yang ditemukan terbungkus di dalam lapisan


matriks tulang yang telah mengalami mineralisasi. Berbeda dengan kondrosit,
osteosit memiliki banyak juluran-juluran sitoplasma yang berhubungan satu sama
lain. Dalam matriks tulang, osteosit terdapat dalam lacuna, sedangkan juluran-
juluran sitoplasma (filopodia) terdapat dalam saluran-saluran halus yang disebut
kenakuli (gambar 2).

Osteosit berbentuk agak pipih, retikulum endoplasma kasar dan badan


golgi lebih sedikit, kromatin inti lebih padat.
Uluran-uluran sitoplasma di dalam kenakuli saling berhubungan, sehingga
memungkinkan terjadinya aliran ion dan molekul-molekul kecil antar sel
(misalnya hormon yang mengatur pertumbuhan dan perkembangan tulang).
Dengan demikian pertukaran antara osteosit dengan kapiler darah tergantung
pada hubungan seluler melalui kenakuli. Kenakuli menghubungkan antara :

1. Sel osteosit yang satu dengan sel osteosit tetangganya.

2. Sel osteosit dengan permukaan luar dan permukaan dalam tulang.

3. Sel osteosit dengan kapiler darah.

Osteosit berfungsi memelihara matriks tulang dan membebaskan kalsium


dari matriks tulang bila kadar kalsium meningkat.

4. Osteoklas

Osteoklas merupakan sel yang motil besar (giant cell) dan berinti banyak
(gambar 1), biasanya 6 – 50 buah. Osteoklas biasanya terdapat pada permukaan
matriks atau pada permukaan tulang yang dirombak di dalam lacuna yang disebtu
lakuna Howship. Beberapa bukti menunjukkan bahwa osteoklas dibentuk dari
persatuan monosit berinti tunggi yang berasal dari darah. Osteoklas mengandung
banyak lisosom, mereka mensekresikan kolagenase dan enzim proteolitik lain
yang menyerang matriks tulang dan melepaskan zat dasar yang mengalami
klasifikasi.
Osteoklas berfungsi untuk merombak tulang yang telah jadi dan aktif dan
pembersih debris yang terbentuk selama responsi tulang. Adapun proses
reabsorbsi tulang berlangsung dengan cara :

1. Dekalsifikasi oleh asam organik yang menumpuk di bawah tepian juluran


osteoklas.

2. Perencanaan ekstra sel oleh asam hidrolase yang diproduksi dan dilepaskan
melalui proses eksositosis.

2.1.6 Berdasarkan bentuknya, tulang dibedakan menjadi 3 jenis,


yaitu :

1. Tulang pipa

Berbentuk tabung dan biasanya berongga. Diujung tulang terjadi perluasan


yang berfungsi untuk berhubungan dengan tulang lain, contohnya adalah tulang
betis, tulang kering, tulang hasta, dan tulang pengupil.

Tulang pipa terbagi menjadi tiga bagian , yaitu bagian tengah disebut
diafisis , kedua ujung disebut epifisis, dan antara epifisis dan diafisis disebut cakra
epifisis.Osteoblas menempati rongga yang disebut rongga sumsum tulang.
Berfungsi sebagai tempat pembentukan sel darah merah. Contohnya tulang paha,
tulang lengan atas, tulang jari tangan
2. Tulang pipih

Tersusun atas dua lempengan tulang kompak dan tulang spons,


didalamnya terdapat sumsum. Kebanyakan tulang pipih menyusun dinding rongga
sehingga tulang pipih ini sering berfungsi sebagai pelindung atau untuk
memperkuat ,contohnya adalah tulang rusuk, tulang belikat, dan tulang tengkorak.
Berfungsi sebagai tempat pembentukan sel darah merah dan sel darah putih
Contohnya tulang belikat, tulang dada dan tulang rusuk

3. Tulang pendek

Bentuknya pendek dan bulat. Tulang pendek berbentuk kubus dan hanya
ditemukan pada pangkal kaki, pangkal lengan dan ruas – ruas tulang belakang.
Berfungsi sebagai tempat pembentukan sel darah merah dan sel darah putih
Contohnya ruas-ruas tulang belakang, tulang pergelangan tangan dan tulang
pergelangan kaki.
2.1.7. PEMBENTUKAN TULANG

Semua tulang berasal dari mesoderm. Proses pembentukan tulang disebut


osifikasi. Telah diketahui bahwa pembentukan sebagian besar tulang didahului
pembentukan model tulang rawan, yang pada akhirnya diganti dengan tulang ini disebut
osifikasi enndokondral,dan tulang yang dibentuk dengan cara ini disebut tulang kondral.
Pada beberapa tempat (e.g. atap tengkorak) pembentukan tulang tidak didahului model
tulang rawan. Malahan tulang diletakkan langsung di dalam membrane fibrosa. Proses ini
disebut osifikasi intramembranosa, dan tulang yang dibentuk dengan cara ini disebut
tulang membran. Tulang atap tengkorak, mandibula, klavikula merupakan contoh tulang
membrane.

1. Osifikasi Intra Membran

Proses pembentukan tulang dari jaringan mesenkim menjadi tulang,


contohnya pada proses pembentukan tulang pipih. Pada proses perkembangan
hewan vertebrata terdapat tiga lapisan lembaga yaitu ektoderm, mesoderm, dan
endoderm. Mesenkim merupakan bagian dari lapisan mesoderm, yang kemudian
berkembang menjadi jaringan ikat dan darah. Tulang tengkorak berasal langsung
dari sel-sel mesenkim melalui proses osifikasi intra membran. Tahap-tahap dalam
osifikasi intra membranosa ialah sebagai berikut :

 Pada tempat akan dibentuk tulang membran, sel mesenkim berhimpit padat.
 Daerah itu menjadi sangat vaskular
 Beberapa sel mesenkim meletakkan serat kolagen pada daerah kondensasi
mesenkim. Dengan cara ini terbentuk sebuah membrane.
 Beberapa sel mesenkim (mungkin mereka yang sebelum ini telah meletakkan
serat kolagen) membesar dan mendapatkan sitoplasma basofilik dan sekarang
dapat disebut osteoblas. Mereka berderet sepanjang berkas kolagen. Sel-sel ini
menghasilkan matriks gelatinosa dengan serat-serat didalamnya. Serat-serat
mungkin membengkak. Itulah sebabnya serat-serat itu tidak lagi jelas terlihat.
Massa serat bengkak ini dengan matriksnya disebut osteoid.
 Di bawah pengaruh osteoblas diendapkan garam kalsium di dalam osteoid.
Seggera setelah kejadian ini maka lapis osteoid telah menjadi lamel tulang.
 Di atas lamel ini diletakkan lapis osteoid lain oleh osteoblas. Osteoblas bergerak
meninggalkan lamel untuk melapisi lapis osteoid baru. Tetapi beberap diantaranya
terperangkap diantara lamel dan osteoid. Osteoid sekarang telah mengalami
osifikasi membentuk lamel lain. Sel-sel yang terperangkap diantara lamel menjadi
osteosit.
 Dengan cara ini diletakkan sejumlah lame; secara bertumpuk dan bersama mereka
membentuk trabekula tulang.
 bila kita membayangkan lagi proses pembentuukan tulang seperti di atas
berlangsung sepanjang setiap berkas, jelaslah bahwa tulang yang dibentuk akan
mengikuti pola yang sama. Dengan cara demikian akan dibentuk tulang spons.
Tulang spons akan dikonversi sepeti tulang kompakta.

. 2. Osifikasi Endokondral

Osifikasi pembentukan tulang yang terjadi dimana sel -sel


mesenkim berdiferensiasi lebih dulu menjadi kartilago (tulang rawan)
lalu berubah menjadi jaringan tulang. Misal proses pembentukan tulang
panjang, ruas tulang belakang, dan pelvis. Proses osifikasi ini
bertanggung jawab pada pembentukan sebagian besar tulang.

Pada proses ini sel-sel tulang (osteoblas) aktif membelah dan


muncul dibagian tengah dari tulang rawan yang disebut center osifikasi.
Osteoblas selanjutnya berubah menjadi osteosit,sel-sel tulang dewasa ini tertanam
dengan kuat pada matriks tulang. Pembentukan tulang rawan terjadi segera
setelah terbentuk tulang rawan (kartilago). Mula -mula pembuluh darah
menembus perikondrium di bagian tengah batang tulang rawan,
merangasang sel-sel perikondrium berbah menjadi osteoblas. Osteoblas
ini akan membentuk susatu lapisan tulang kompakta, perikondrium
berubah menjadi periosteum. Bersamaan dengan proses ini pada bagian
dalam tulang rawan di daerah diafisis yang disebut juga Pusat Osifikasi
Primer, sel-sel tulang rawan membesar kemudian pecah sehingga terjadi
kenaikan pH (menjadi basa) akibatnya zat kapur di depositkan. Dengan
demikian terganggulah nutrisi semua sel -sel tulang rawan dan
menyebabkan kematian pada sel-sel tulang rawan ini. Kemudian akan
terjadi degenerasi (kemunduran bentuk dan fungsi) dan pelarutan dari
zat-zat interseluler (termasuk zat kapur) bersamaan dengan masuknya
pembuluh darah ke daearah ini, sehingga terbentuklah rongga untuk
sum-sum tulang.
Pada tahap selanjutnya pembuluh darah akan memasuki daerah epiphise
sehingga terjadi pusat osifikasi sekunder, terbentuklah tulang spongiosa. Dengan
demikian masih tersisa tulang rawan dikedua ujung epifise yang berperan penting
dalam pergerakan sendi dan satu tulang rawan di antaraepifise dan diafise yang
disebut dengan cakram epifise. S e l a m a p e r t u m b u h a n , s e l - s e l t u l a n g
r a w a n p a d a c a k r a m e p i f i s e t e r u s - menerus membelah kemudian hancur
dan tulang rawan diganti dengan tulang d i d a e r a h d i a f i s e , d e n g a n
demikian tebal cakram epifise tetap sedangkan tulang akan
tumbuh memanjang. Pada pertumbuhan diameter (lebar) tulang, tulang
didaerah rongga sumsum dihancurkan oleh osteoklas sehingga rongga sumsum
membesar, dan pada saat yang bersamaan osteoblas di periosteum
membentuk lapisan-lapisan tulang baru di daerah permukaan.

2.2 Jaringan Tulang Rawan

Tulang rawan (kartilago) merupakan jaringan ikat pada tubuh yang


berkelompok dan memiliki fungsi menjadi penyokong tubuh hewan tingkat tinggi
(vertebrata). Tulang rawan memiliki peran yang sangat penting pada pembentukan tulang
sejati.

Tulang rawan adalah tulang yang tidak mengandung pembuluh darah dan saraf kecuali
lapisan luarnya (perikondrium). Tulang rawan memiliki sifat lentur karena tulang rawan
tersusun atas zat interseluler yang berbentuk jelly yaitu kondroitin sulfat yang didalamnya
terdapat serabut kolagen dan elastin. Maka dari itu tulang rawan bersifat lentur dan lebih
kuat dibandingkan dengan jaringan ikat biasa.

2.2.1 Berdasarkan jenis dan jumlah serat di dalam matriks, ada 3


macam tulang yaitu :

1. Kartilago Hialin
Dalam keadaan segar bersifat lentur, semitranparan, dan berwarna putih
kebiruan. Di permukaan terdapat perikondrium, suatu jaringan ikat yang pada
waktu muda mampu membentuk tulang rawan secara aposisi. Pada tulang rawan
tidak terdapat pembuluh darah, tetapi bila ada, suatu pertanda adanya
pengkapuran. Secara fisiologik kalsifikasi sering terjadi pada tulang rawan rusuk.
Bangun histologik

Perikondrium : membungkus permukaan tulang rawan, kecuali pada tulang


rawan persendian. Perikondrium terdiri dari dua lapis, yaitu (1) lapis luar terdiri
dari jaringan ikat longgar atau pada tidak teratur. (2) Lapis dalam pada fetus dan
hewan muda jelas terdapat kondroblast. Setelah dewasa (tua) tidak jelas lagi.
Kondrosit : Sel-sel tulang rawan ini menempati rongga yang disebut “lakuna”.
Kondrosit bebentuk bulat atau lonjong, dengan inti besar terletak di tengah.
Nukleolus jelas sedangkan inti sendiri tampak pucat. Dalam sitoplasma
terkandung lemak serta glikogen, itulah sebabnya pada sediaan rutian tampak
adanya rongga-rongga, karena kedua bahan tersebut larut pada proses pengerjaan
sediaan. Di daerah dalam kondrosit sering mengelompok disebut kelompok isogen
(isogenous group), jumlah kondrosit dapat mencapai 12. Kelompok isogen ini
terjadi karena kondroblast masih mampu membelah beberapa kali, sedang matriks
mulai mengeras tidak mampu memisahkan diri dan tetap terkurung dalam lakuna.
Serabut : sebenarnya pada tulang rawan hialin terdapat serabut kolagen, hanya
pada sediaan rutin (H&E) tidak tampak. Serabut kolagen tersebut diselubungi oleh
matriks yang mempunyai indeks refraksi sama, sehingga tidak tampak. Untuk
membuktikan adanya serabut kolagen, tulang rawan perlu terlebih dahulu
dimaserasikan dalam larutan NaCl 10%, atau larutan tripsin, baru dilakukan
pewarnaan seperti biasa.

Matriks : Matriks tampak homogen, didalamnya mengandung kondromukoid,


terdiri dari dari glikosaminoglikan yang mengandung kondroitin.

Tulang rawan hialin terdapat pada permukaan persendia, tulang rawan rusuk,
trakhea, laring, bronkus dan sebagainya.

2. Kartilago elastin / elastic


Pada Kartilago ini mempunyai warna kekuningan, kandungannya selain
serat kalogen banyak mengandung serat elastic, matriksnya agak keruh . Sel-sel
dari tulang rawan ini hampir sama dengan khondrosit yang terdapat pada Kartilago
hyaline yaitu berbentuk bundar dan bertempat dalam lacuna dengan membentuk sel-sel
isogen. Akan tetapi, serat kolagen tulang rawan elastic tidak tersebar dan nyata seperti
pada tulang hialin. Bentuk serat-serat elastik begelombang .

Serabut elastin membuat anyaman pada interteritorial mastriks secara


merata. serabut elastik yang bercabang-cabang dan tersusun tidak searah. Makin menuju
permukaan jalinan serabut makan tipis, sebaliknya makin ke dalam makin pekat
jalinannya, anyaman rapat sehingga substansi dasarnya tertutup. Pengapuran tulang rawan
elastin jarang, dapat terjadi pada umur tua. Jaringan ini terdapat pada kuping /
daun telinga, dinding saluran telinga luar, tuba eustachii, epiglottis dan sebagian kerangka
larynx. Kartilago elastik lebih sulit mengalami proses degenerasi.

3. Kartilago fibrosa (Fibrokartilago)

Kartilago fibrosa tersusun atas serabut-serabut kolagen padat sebagai anyaman


dalam matriksnya, bahkan beberapa diantaranya membentuk berkas tebal dan
hampir mendesak substansi dasar yang homogen.Matriks relatif sedikit, umumnya tidak
dikelilingi oleh perikondrium. Jaringan ini tidak terlalu banyak ditemukan dalam tubuh
misalnya terdapat di discus intervertebralis, beberapa Kartilago articularis,
symphysis osseum pubis, ligamentum teres femoris, tempat perlekatan beberapa tendo
pada tulang atau terdapat di beberapa daerah sebagai pulau-pulau dalam jaringan pengikat
padat. Terdapat Khondrosit yang terdapat juga Dalam lacuna berada secara berkelompok
atau sendiri di kelilingi matriks tersebut namun masih dipertahankan bentuknya. Sehingga
banyak yang tertukar dengan jaringan ikat padat tapi supaya mudah
dapat membedakannya antara Kartilago fibrosa dengan jaringan ikat padat adalah pada
Kartilago fibrosa terdapat lacuna yang ditempati oleh sel-selnya.

 Tabel perbedaan klasifikasi Tulang Rawan / kartilago

Ciri-ciri Kartilago Hialin Kartilago Fibrosa Kartilago Elastis


Serabut Serabut Serabut kolagen kolagen yang padat Serabut elastis dan
yang halus. dan kasar. serabut kolagen
Warna matriks kebiruan dan gelap dan keruh. Warna matriks
Putih kebiru transparan tembus Keruh Putih kebiru
cahaya. kekuning kuningan.
Letak Ujung tulang keras, Ruas-ruas tulang Epiglotis, daun
cakram epifisis, belakang, simfisis telinga, &
persendian, dan pubis, dan persendian. bronkiolus.
saluran pernapasan
Fungsi Memberi kekuatan, Menyokong dan Memberi
menyokong rangka melindungi bagian di fleksibilitas dan
embrionik, dalamnya. sebagai pelindung.
menyokong bagian
tertentu rangka
dewasa, &
membantu
pergerakan
persendian.
2.2.2 Ciri Tulang Rawan
Tulang rawan memiliki beberapa ciri–ciri diantaranya sebagai berikut:

 Tersusun dari sel tulang rawan


Tulang rawan tersusun daru sel-sel kondroblas yang nantinya akan
berkembang menjadi kondrosit. Sel-sel ini akan menghasilkan cairan berupa
protein penyusun tulang rawan. Kondroblas bisa membentuk sel tulang keras.

 Substansi dasar: serat + protein


Sel-sel penyusun tulang rawan akan mensekresikan cairan ekstraseluler
berbentuk kodoitin sulfat yang mempunyai sifat yang lebih elastis dibanding
dengan matriks penyusun tulang keras. Selain dari itu, tulang rawan juga disusun
oleh serat yang bermacam-macam, yaitu kolagen dan elastis. Komposisi dari serat
ini sangata beragam sehingga membedakan jenis-jenis tulang rawan yang
menyusun tubuh hewan

2.2.3 Proses Pembentukan Tulang Rawan

Proses pembentukan tulang rawan dapat dilihat dari dua aspek yaitu : (1)
pertumbuhan pada stadium embrio dari blastema tulang rawan, berupa sel-sel
mesenkim yang berproliferasi dan membesar; (2) pertumbuhan pasca natal yang
berasal dari perikondrium.

Sel-sel blastema pra tulang rawan bersifat basofil, karena berkembangnya


retikulum endoplasmik kasar, disebut kondroblast. Kondroblast menghasilkan
fibril kolagen dan matriks. Pembentukan matriks terus berlangsung di bagian
tengah, sehingga sel-sel tersebut terpisah satu dengan yang lain dan menjadi
kondrosit. Di bagian tepi kndroblast terus mengadakan aktivitas membentuk
tulang rawan. Jadi tulang rawan yang mula-mula terjadi berbentuk pulau dengan
sel-sel tersebar dalam matriks. Di bagian tepi di balut oleh bakal perikondrium
yang mengandung kondroblast, sedangkan di tengah kondrosit belum membentuk
membentuk zimogen. Di luar pulau tulang rawan masih berupa mesenkim.

Pola pertumbuhan tulang rawab menganut dua cara yaitu : (1) Pertumbuhan
interstitial, melalui ekspansi dari dalam dengan cara pembelahan kondrosit
berulang-ulang. Tiap kondrosit yang terbentuk berpisah dan membentuk kapsula
sendiri. Cara ini terjadi pada kehidupan embrio saja dan nantinya terhenti dan
dilanjutkan dengan pertumbuhan aposisi. (2) Pertumbuhan aposisi, penambahan
luas areal tualng rawan berlangsung di bagian tepi, kondroblast berkembang dari
perikondrium, membelah beberapa kali menjadi kondrosit.

Pola pertumbuhan aposisi ini dapat berlangsung pada satdium embrio


maupun dewasa. Pada stadium embrio mesenkim berkembang menjadi
kondroblast, dan seterusnya membentuk kondrosit. Pada stadium pasca nata
fibroblast pada perikondrium berkembang menjadi kondroblast dan seterusnya
menjadi kondrosit. Pertumbuan aposisi sering disebut pertumbuhan
subperikondrium. Dengan meningkatnya umur tulang rawan, matriks mulai
mengeras, sedangkan kondrosit terus membelah dan terbentuklah kelompok
isogen. Kondromukoid yang dihasilkan oleh sel-sel baru serta sisa kapsula diduga
membentuk teritorial matriks yang bersifat basofil, sedangkan interteritorial
matriks dengan adanya fibril kolagen meningkat maka basofilitas menurun.

2.2.4. Matriks Tulang Rawan

Matriks tulang rawan pada dasarnya merupakan gel amorf berpegas dengan susunan
makromolekul khusus. Gel ini terutama terdiri atas proteoglikan, selain sedikit protein
dan glikoprotein. Di dalam gel tersebar serat kolagen halus yang dibentuk oleh kolagen
tipe II. Serat kolagen halus ini cukup kuat untuk dilihat dengan MC karena hanya
berdiameter 10 nm sampai 100 nm. Perkiraan kandungan kolagen minimal dan
maksimal pada matriks tulang rawan ialah 40% dan 70% berat keringnya, namun masih
ada variasi sumbunya. Lebih kurang setengah dari matriks organik terdapat berupa gel
yang terutama terdiri atas proteoglikan tulang rawan yang hidrofilik kental.

Seperti halnya kolagen tipe II, proteoglikan tulang rawan dihasilkan setempat oleh
kondrosit. Ciri tambahan yang khas untuk matriks tulang rawan ialah terdapatnya
penimbunan proteoglikan supramolekular; kandungan proteoglikan merupakan dasar
molekular daya pegasnya yang luar biasa.

Kebanyakan proteoglikan tulang rawan terdapat berupa agregra proteoglikan, Sampai


lebih kurang 100 molekul proteoglikan, masing-masing konfigurasi sesuai dengan
gambaran proteoglikan heparan sulfat, mungkin tersusun berderet sepanjang molekul
asam hialuronat. Agregat proteoglikan yang dihasilkan menyerupai botol bersikat
dengan sejumlah bulu yang sesuai. Namun setiap bulu akan memiliki konfigurasi mirip
lipan karena memiliki rantai glikosaminoglikans yang menjulur ke lateral.

Sumbu panjang botol sikat dalam analog ini ialah molekul linear asam hialuronat
terentang. Setiap molekul proteoglikan yang terjulur ke samping berupa sikat terdiri atas
(1) molekul protein pusat aksial panjang dengan (2) sejumlah rantai tambahan keratan
sulfat di bagian proksimal dan (3) sejumlah lebih banyak lagi rantai tambahan
kondrolitin sulfat distal. Kedua jenis rantai tambahan terjulur secara radial dari molekul
protein pusat. Protein penambat menambat molekul- molekul protein pusat pada struktur
agregat proteoglikan.

Proteoglikan dan agregat proteo-glikan tulang rawan dengan jelas saling berbaur
membentuk sejenis anyaman. Jenis susunan demikian hanya dapat dilihat bila diolah
dengan sangat hati-hati (misalnya: dengan memakai proses fikasi ringan yang terkontrol
secara teliti dalam keadaan beku [substitusi-beku]). Jalinan ini diduga tertanam pada
kerangka penyokong terdiri atas serat-serat kolagen tipe II yang tidak dapat diregangkan,
agaknya melalui interaksi antara agregat proteoglikan dan kolagen ini.

Proteoglikan tulang rawan mengikat air dan memberi kekuatan. Sepanjang


rantai glikosaminoglikan pada molekul proteoglikan terdapat gugus karboksil dan sulfat
yang bermuatan negatif. Keadaan saling menjauh secara elektrostatik antara muatan
demikian mengembangkan isi molekul proteoglikan secara maksimal dan memiliki
sangat banyak celah untuk menampung molekul dan ion cairan interstisial. Sebagian
molekul air interstisial bahkan mengalami pengikatan hidrogen pada gugus bermuatan
negatif pada rantai glikosaminoglikan. Susunan demikian mempunyai manfaat ganda.
Tidak saja ia menjamin bahwa jalinan proteoglikan akan menangkap dan menahan cukup
banyak cairan interstisial, namun melengkapi matriks tulang rawan dengan mekanisme
kekuatan intrinsik. Hal ini terjadi karena ada tenaga kompresif yang cukup besar
untuk memindahkan molekul air interstisial yang terikat hidrogen dari daerah
bermuatan negatif pada rantai glikosaminoglikan, mendekatkan daerah- daerah ini,
sehingga daya saling-tolaknya yang meningkat menghadapi tenaga kompresif yang
mengakibatkan pemindahan ini.

Protein utama dalam matriks tulang rawan ialah kolagen tipe II dan protein
penghubung yang disebut di atas. Kondronektin merupakan glikoprotein yang dihasilkan
kondroblas dan yang memperkuat perlekatan sel ini dan kondrosit pada kolagen
tulang rawan. Protein matriks lain yang disebut kondrokalsin diduga berperan dalam
pengapuran tulang rawan hialin, seperti yang dijelaskan sewaktu membahas kalsifikasi.

Pada sajian hematoksilin dan eosin, matriks tulang rawan hialin terpulas biru
pucat atau hampir tidak terpulas warna; walaupun demikian daerah di sekitar kelompok
sel isogen (cell nest) terpulas lebih gelap. Hal ini terutama terjadi akibat kandungan
glikosaminoglikans bersulfat dari proteoglikan tulang rawan, yang merupakan unsur
pokok matriks yang mengelilingi kondrosit. Dikenal sebagai matriks teritorial (kapsular),
daerah matriks ini juga terpulas secara metakromatis karena banyaknya
glikosaminoglikan, dan terpulas secara positif dengan reaksi PAS karena kandungan
glikoproteinnya. Pada daerah paling luarnya, banyak serat kolagen tersusun melingkari
kondrosit atau sel-sel isogen. Di antara matriks teritorial kondrosit atau sel-sel isogen dan
sel lain di sebelahnya terdapat daerah matriks interteritorial yang terpulas merata.

Akhirnya 65% sampai 80% berat basah matriks tulang rawan merupakan cairan
jaringan yang sebagian terperangkap dan sebagian terikat pada matriks yang memiliki
struktur interna yang kompleks. Dapat hidupnya kondrosit yang terpendam itu pada
akhrinya tergantung difusi yang mencukupi (adekuat) melalui komponen matriks
esensial ini. Tambahan lagi, tulang rawan merupakan jaringan avaskular, artinya tidak
memiliki pembuluh dareah kapiler sendiri, meskipun pembuluh yang lebih besar dapat
melintasinya tanpa memasoknya; pembuluh limfe pun tidak terdapat dalam jaringan ini.
Namun banyaknya cairan jaringan yang tertahan dalam celah-celah jalinan proteoglikan
memungkinkan nutrien dan oksigen mencapai kondrositnya melalui difusi jarak-jauh
dari kapiler yang terletak di luar tulang rawan itu sendiri. Produk sisa dapat berdifusi
dalam arah yang berlawanan memasuki pembuluh demikian. Namun ketergan-tungan
mutlak pada difusi jarak jauh ini menimbulkan masalah tersendiri, lebih-lebih bila
garam kalsium yang tidak larut telah diendapkan di dalam matriks.

Pada kebanyakan kasus, yang matriks tulang rawannya telah diendapi garam
demikian, kondrosit yang terbenam di situ akan diganti oleh jaringan tulang. Jaringan
tulang memiliki susunan kanalikuli yang unik, yang memungkinkan matriksnya
mengalami pengapuran tanpa mengganggu nutrisi sel-sel di dalamnya.

2.2.4.KALSIFIKASI TULANG RAWAN

Kalsifikasi selalu terjadi pada tulang rawan, hal ini untuk mempersiapkan tulang
rawan digantikan menjadi tulang pada waktu yang tepat dalam pertumbuhan
individu. Juga, bagian tulang rawan sendi yang berhubungan dengan tulang juga akan
mengalami kalsifikasi. Selain itu, beberapa kalsifikasi tulang rawan hialin dalam tubuh
dapat terjadi sebagai bagian dari proses penuaan.

Sebagian besar bakal tulang diawali dari model tulang rawan dan bertumbuh
secara cepat dalam janin. Hal ini penting untuk menggantikan tulang rawan dengan tulang
pada waktu yang tepat. Peristiwa ini akan dicapai lebih lambat melalui kalsifikasi
tulang rawan yang menyebabkan kematian kondrosit dan erosi lambat dari matriks
tulang rawan. Terdapat beberapa kebutuhan penting untuk kalsifikasi tulang rawan. Ion-
ion kalsium dan fosfat harus ada dalam konsentrasi cukup dalam matriks. Sinar matahari
dan vitamin D merupakan hal penting, dalam keadaan kekurangan vitamin D dan
paparan sinar matahari pada anak-anak dapat menyebabkan turunnya kadar kalsium
dan fosfat di bawah titik kritis yang mengakibatkan terjadinya riketsia. Kadar pH
merupakan faktor penting pada kalsifikasi matriks tulang rawan. Pada pH basa, kalsium
fosfat (Ca3(PO4)2) merupakan presipitat tidak larut. Sebaliknya, pada pH asam
kalsium hidrogen fosfat (CaHPO4) merupakan presipitat sangat larut. Jadi, alkalinitas
menyokong kalsifikasi, sedangkan asiditas menghambat kalsifikasi. Suatu protein yang
disebut kodrokalsin berperan penting dalam proses kalsifikasi matriks tulang rawan.
Suatu tanda awal dari kalsifikasi matriks tulang rawan adalah pembesaran atau hipertrofi
yang terjadi pada kondrosit. Hipertrofi berhubungan dengan produksi ensim alkalin
fosfatase oleh kondrosit. Alkalin fosfatase dapat menghidrolisis substrat yang

mengandung fosfat organik; ensim tersebut dapat menyebabkan pelepasan ion Ca2+ dan
Pi dari kalsium - gliserofosfat. Ensim alkalin fosfatase tampaknya penting dalam
meningkatkan kadar ion kalsium dan fosfat lokal yang cukup untuk kristal kalsium dalam
membentuk. Mitokondria kondrosit dapat menyimpan ion kalsium untuk pelepasan pada
saat kalsifikasi matriks. Glikosaminoglikan sulfat dan proteoglikan dapat mengikat ion
kalsium dengan demikian berpartisipasi dalam kalsifikasi, dan protein kondrokalsin
konsentrasinya meningkat dalam matriks tulang rawan sebelum kalsifikasi.

Kondrokalsin mengikat Ca2+ dengan afinitas kuat. Pada waktu kalsifikasi matriks
tulang rawan dimulai, lipid dan glikogen yang disimpan dalam kondrosit lokal yang
hilang. Jadi, penggunaan lipid dan karbohidrat nampaknya merupakan peristiwa penting
dalam menghasilkan substrat yang sesuai untuk alkalin fosfatase. Kalsifikasi tulang rawan
merupakan suatu tahap awal penting dalam penulangan endokondral atau
intrakartilagenosa.

Untuk terjadinya kalsifikasi matriks tulang rawan membutuhkan peningkatan


setempat dari ion-ion kalsium dan fosfat. Pada waktu faktor setempat kondusif untuk
meningkatkan ion-ion, maka akan muncul mikrokristal dari hidroksiapatit. Sekali
mikrokristal mulai dibentuk, mereka tidak hanya akan bertumbuh tetapi juga lebih lanjut
akan mengkatalisa kristalisasi kalsium fosfat. Dapat diamati dengan mikroskop elektron
transmisi bahwa pada daerah kalsifikasi matriks tulang rawan terdapat vesikel matriks
berbatas membran yang diduga dibentuk melalui kuncup dari permukaan kondrosit
hipertrofi. Kristral hidroksiapatit dibentuk berhubungan erat dengan vesikel matriks ini,
yang juga dilepaskan dari osteoblas dan odontoblas selama kalsifikasi. Vesikel-vesikel
matriks nampak menjadi tempat pertama pembentukan kalsium fosfat selama kalsifikasi.
Matriks vesikel terisolasi mengandung alkalin fosfatase dan kadar tinggi ATPase.
Alkalin fosfatase merupakan suatu ektoensim dalam membran matriks vesikel dan
nampaknya bekerja sebagai fosfat transferase pada substrat yang cocok, kemungkinan
fosfatidiletanolamin, untuk meningkatkan konsentrasi Pi dalam vesikel. ATPase yang
terdapat dalam vesikel nampak menjadi aktif dalam operasi pompa kalsium pada
membran vesikel. Kondrosit hipertrofi membentuk vesikel matriks mengandung alkalin
fosfatase dalam keadaan in vitro.

2.2.5. fungsi tulang rawan

 Menopang Jaringan/Organ Lunak

Pada masa awal perkembangan embrio vertebrata yang menyusun sistem rangka
ialah jajaran tulang rangka. Sifat tulang rawan yang lunak dan elastis ini akan menopang
proses pertumbuhan dan perkembangan pada janin yang berada di dalam telur maupun
rahim.Lalu kedudukan tulang rawan akan digantikan dengan rangkaian tulang sejati
sesudah embrio menetas. Akan tetapi beberapa hewan memiliki tulang rawan sebagai
penopang tbuh hingga masa dewasanya, contohnya pada ikan hiu.Selain itu, tulang rawan
masih bisa ditemukan pada tubuh hewan vertebrata dewasa sebagai penopang organ atau
jaringan lunak seperti, hidung, telinga dan bagian lainnya.

 Merupakan daerah pergeseran dalam persendian

Sendi merupakan anggota tubuh dan merupakan hubungan antar tulang sejati.
Sendi tersusun dari tulang rawan dan cairan sinovial. Struktur kenyal yang terdapat pada
tulang rawan ini sangat menguntungkan untuk pergerakan tulang sejati.
Dalam melakukan pergerakan, tulang-tulang ini akan mengalami gesekan. Struktur
kenyal dan elastis ini berfunsi melindungi gesekan yang bisa menyebabkan kerusakan
mekanis pada tulang.

 Membentuk tulang sejati

Bagian ujung (epifisis) pada tulang sejati merupakan bagian daerah tulang rawan.
Bagian ini memiliki fungsi sebagai pertumbuhan dan proses perkembangan pada
vertebrata pada usia anak-anak akan mengalalmi pertambahan yang tinggi, ini merupakan
pengembangan tulang sejati yang disebabkan oleh tulang rawan.

2.3 Jaringan Tulang Sejati

Jika dibandingkan dengan tulang rawan atau kartilago yang lentur, maka akan
berbeda dengan tulang sejati. Tulang sejati adalah tulang paling tebal dan paling keras
dibandingkan tulang kartilago. Walaupun tulang sejati berasal dari sel yang sama dengan
tulang rawan yaitu sel mesenkim.Seiring dengan perkembangannya, jaringan tulang
terdiri dari dua bagian utama yaitu matriks ekstraseluler dan sel-sel. Didalam matriks
ekstraseluler tersimpan sel-sel pembentuk jaringan tulang atau yang lebih dikenal dengan
nama Osteoblast yang terdiri dari serat kolagen.
Tulang menjadi keras karena didalam matriks ekstraseluler terkandung senyawa
fosfat dan kalsium. Lakuna akan melindungi sel osteoblas pada suatu ruang. Hal ini
menyebabkan osteoblas bermetamorfosis membentuk osteosit.Sel-sel osteosit yang
merupakan cikal bakal tulang keras (tulang sejati) membentuk suatu sistem yang nantinya
akan dikenal dengan nama sistem havers. Pada bagian dalam sistem havers ini terdapat
sel saraf dan juga pembuluh darah. Sedankan bagian luar sistem havers ini dikelilingi
oleh sel-sel osteosit. Lakuna akan melindungi sel-sel osteosit dan akan memisahkannya
dengan matriks osteon. Didalam lacuna terdapat kanalikuli (saluran halus) yang
menjembatani distribusi nutrisi dari sistem havers dengan lakuna.
Tulang keras atau yang sering kita sebut sebagai tulang berfungsi menyusun berbagai
sistem rangka. Tulang tersusun atas :
1. Osteoblas: sel pembentuk jaringan tulang,
2. Osteosit: sel-sel tulang dewasa,
3. Osteoklas : sel-sel penghancur tulang

2.3.1. Fungsi Tulang Keras atau Tulang Sejati

 Jaringan tulang menyusun / membina rangka (skelet) sebagai alat gerak pasif dan
berfungsi sebagai penyokong,
 Tempat melekatnya otot yang dihubungkan oleh tendon.
 Pelindung organ yang lunak dan vital di tubuh.
 Tempat memproduksi sel-sel darah terutama pada tulang tulang bentuk pipa.
 Tempat penyimpanan cadangan mineral, berupa kalsium dan fosfat, serta
cadangan lemak.
2.3.2. Ciri-ciri Tulang Keras

 Mengalami osifikasi (pematangan tulang) sehingga strukturnya lebih keras.


 Matriksnya yang padat dan rapat. Dalam matriksnya kandungan kolagen sangat
sedikit, sedangkan bahan anorganik lainnya seperti kalsium, fosfor, bikarbonat,
sirat, Mg, Na, K dan hidroksi apit sangat banyak.
 Penyusun utama sistem rangka.
 Terdapat sumsung tulang.
 Tempat menghasilkan sel sel darah.

2.3.3. Struktur dan Bagian-bagian Tulang Keras

Jaringan tulang sejati tersusun atas sel-sel tulang yang disebut osteosit.
Osteosit di bentuk oleh osteoblas (sel tulang muda). Osteoblas berasal dari
fibroblas. Oleh sebab itu, osteoblas berperan penting dalam proses pembentukan
tulang. Osteosit tersusun dalam lapisan konsentris yang disebut lamela. Lamela
yang mengelilingi kapiler disebut saluran Havers. Struktur tulang terdiri atas
system haversi. Sistem haversi / saluran Havers terdiri canalis haversi (saluran
longitudinal ditengah-tengah, mengandung pembuluh darah /kapiler: vena, dan
arteri), lamella konsentris (terdiri dari matriks bermineral yang berlapis
mengelilingi canalis haversi), Di antara lamela terdapat ruang tempat osteosit
yang disebut lakuna. lakuna (rongga-rongga pada lamella konsentris), Sementara,
antar saluran Havers dihubungkan oleh sebuah saluran yang dinamakan saluran
Volkman. Osteosit (sel tulang yang terletak di lakuna) dan canaliculus (saluran
yang menghubungkan antarlakuna). Osteosit yang satu dengan yang lainnya
dihubungkan oleh kapiler kanalikuli. Jaringan tulang dibungkus oleh serabut
fibrosa yang disebut periosteum. Saat mengalami kematian, osteosit ini akan
diserap oleh suatu bagian yang disebut osteoklas.

2.3.4. Bagian tulang sejati

Pada tulang panjang seperti tulang pipa yang terdapat pada lengan dan
paha memiliki bagian-bagian:

 Batang : batang menghubungkan sebagian besar ruas tulang yang disebut


diaphysis. Batang tulang terdiri atas 2 daerah yaitu tulang dan sum-sum. Sum-sum
adalah suatu rongga di bagian tengah, bagian rongga ini berisi sumsum tulang.
 Ujung : yaitu daerah pada tulang pada bagian ujung, khususnya pangkal suatu
ruas tulang. Pada tulang yang sedang tumbuh (masa anak) bagian ujung tulang
disebut epiphysis. Bagian ujung satu dan lain dipisahkan batang tulang.

2.3.5. Komponen Komponen Penyusun Tulang Keras

Tulang tersusun dari 3 komponen yaitu matriks (Kandungan tulang), serat


dan sel-sel tulang

a. Kandungan tulang / Matrik : Terdiri atas bahan organik dan anorganik. Bahan
anorganik dari unsur Ca dan fosfat (PO4-3), disertai Mg,Na,K,HCO3 dan sitrat. Terdapat
pula CaCO3,CaCl3, MgCl2, dan garam lain dari senyawa F- dan SO4-2. Tulang
mengandung 99% Ca / kalsium tubuh. Bahan organis membina bahan dasar kandung
yang amorf mengandunng gabungan glikosaminoglikans dan protein. Proteinnya disebut
enganosein.

b. Serat : Terdiri atas serat kolagen. Serat-serat ini membentuk rangkaian dengan
hidroksiapatit, menyebabkan kandung tulang jadi keras, mampat dan kukuh. Pada tulang
keras serat kolagennya tidaks ebanyak pada jaringan tulang rawan.

c. Sel tulang

Terdapat 3 macam sel-sel tulang yaitu osteosit, osteoblast dan osteoklast.

- Osteos

Merupakan sel tulang dewasa, berada dalam kapsul yang berada dalam lacuna. Sel
bertonjolan banyak, yang masuk ke saluran-saluran yang bercabang dan menggabungkan
sel bertetangga dalam lacuna dan kapsul lain. Saluran yang bercabang-cabang dalam
lamella tersebut dinamakan dengan canaliculi. Organel osteosit tampak kecil dan tidak
terlihat, seperti sel yang tidak aktif, namun sesungguhnya ia aktif sekali memelihara sifat
fisiologis matriks dan dalam sitoplasma terdapat garam kalsium fosfat yang pekat.

- Osteoblast

Merupakan sel induk tulang yang berguna untuk sintesa bahan organis matriks
dan serat kolagen. Terdapat di daerah permukaan atau tepi tulang, tersusun seperti lapisan
epitel selapis. Jika aktif mensintesa bentuknya kubus, jika tak aktif jadi gepeng. Sel ini
bertonjolan , tapi pendek . tonjolan semakin banyak bahan matriks berada disekelilingnya
dan kemudian berubah menjadi osteosit. Kanaliculi terbentuk disekeliling tonjolan-
tonjolan tersebut dan lacuna sekeliling badan selnya. Apabila osteoblast aktif mensintesa
zat maka mengandung organel bercirikan pensintesa protein yaitu retikulum endoplasma
kasar dan badan golgi banyak dan besar.

- Osteoklast

Merupakan sel raksasa bertonjolan-tonjolan yang disebut ruffle. Sel ini motil, inti
banyak 6-50 butir. Berasal dari transformasi makrofaga. Sel ini banyak mengandung
lisosom. Fungsi dari sel ini adalah sebagai berikut:

Ø Reabsopsi bahan tulang dan debrisnya ketika terjadi perombakan atau remodeling
tulang

Ø Menghasilkan enzim yang menghancurkan serat kalogen di dalam matriks yang sedang
diresopsi.

2.3.6. Selaput tulang Sejati

Jaringan tulang sebelah dalam dan terluar, diseliputi jaringan pengikat rapat,
yaitu:

Periosteum (selaput luar) dan Endosteum (selaput dalam) Selaput dalam lebih
tipis dibandingkan selaput luar, kedua selaput tersebut mengandung serat kolagen dan sel
fibroblast, yang dapat berdiferensiasi jadi osteoblast. Lewat kedua selaput ini pembuluh
darah masuk ke dalam tulang.
2.3.7. Sumsum tulang sejati

Sumsum tulang terdapat dalam sumsum tulang panjang dan rongga tulang
berongga. Sumsum terdapat dua macam yaitu:

1) Sumsum merah

Sumsum merah, merah karena banyak mengandung eritrosit. Eritrosit merah karena
mengandung pigmen pernafasan hemoglobin. Dalam sumsum diproduksi eritrosit,
granulosit (netrofil, basofil, eosinofil), trombosit, dan granulosit (limfosit, monosit).
Agranulosit juga diproduksi dalam alat limfoid non sumsum tulang.

Fungsi dari sumsum merah adalah sebagai berikut:

 Membuat sel darah


 Menghancurkan eritrosit, mengambil Fe dari Hbnya dan dicadangkan untuk
membuat Hb baru.
 Membuat limfosit B dan T yang belum berdiferensiasi, lalu diangkut darah kea lat
limfoid non sumsum tulang.
 Alat limfoid yang bukan sumsum tulang adalah kelnjar limfa, limpa dan timus.

2) Sumsum kuning

Kebanyakan dibina atas sel lemak, sedikit makrofag, sel retikuler dan
mesenkim. Sel mesenkim bersifat pluripotent, dapat berdiferensiasi jadi berbagai
macam sel jaringan, termasuk sel induk darah. Sel retikuler dapat berdiferensiasi
jadi sel iinduk darah. Sel retikuler dapat berdiferensiasi jadi sel induk darah.
Fungsi dari sumsum ini dalah sebagai cadangan energy, karena banyak sel lemak,
sebagai cadangan jaringan pembentuk darah.

Kedua macam sumsum dapat saling berubah. Ketika masa anak-anak


kebanyakan sumsum dan rongga tulang tulang terdiri dari sumsum merah
sedangkan semakin tua atau lanjut usia sumsum kuning kian banyak, karena
sumsum merah menjadi sumsum kuning. Sumsum kuning sendiri dapat berubah
menjadi sumsum merah apabila darah sangat banyak diperlukan, sehingga perlu
memproduksi darah dalam jumlah yang besar. Sumsum mengandung stroma,
jaringan pengikat longgar bentuk bunga karang, yang memiliki komponen utama
berupa sel dan serat retikuler. Selain itu di dalam sumsum mengandung sel induk
darah, sel darah mentah, dan yang sudah matang. Diantara serat terkandung pula
makrofaga, sel plasma dan sel lemak. Kedua macam sumsum berfungsi untuk
memproduksi sel darah. Sumsum merah aktif memproduksi sumsum kuning non
aktif.

2.3.8. Klasifikasi tulang sejati

Berdasarkan ada tidaknya rongga pada tulang, tulang dibedakan menjadi


beberapa bagian, yaitu Tulang berongga (spongiosa) dan Tulang padat (compacta)

Pada tulang panjang, ujungnya gembung disebut dengan epiphysis, yang


terdiri dari tulang berongga (bunga karang), diseliputi sebelah luarnya dengan
tulang padat (kompak). Bagian lain dari tulang panjang itu disebut dengan
diaphysis, sebelah luar dibina atas tulang padat, sebelah dalam, di luar sumsum,
terdapat sedikit tulang berongga. Tulang pendek terdiri dari bagian dalam yang
dibina atas tulang berongga, dan bagian luar terdiri dari tulang-tulang padat.
Tulang pipih terdiri dari bagian dalam tulang berongga, bagian luar tulang padat.
bagian tulang berongga disebut dengan diploe.

2.3.9.Berdasarkan pertumbuhannya tulang dibedakan menjadi


dua bagian, yaitu:

1. Tulang primer: Tulang primer terdapat pada tulang muda atau tulang yang sedang
mengalami perbaikan, yang nantinya akan digantikan oleh tulang sekunder. Serat kolagen
letaknya tak beraturan, mineral hanya terkandung sedikit, dan steosit lebih banyak
daripada di dalam tulang sekunder.

2. Tulang sekunder: Tulang sekunder terdapat pada individu dewasa, tumbuh dari tulang
primer. Serat kolagen bersusun dalam lapisan berbentuk tabung atau cincin disebut
dengan lamella. Cincin tebal berukuran 3-7µm, yang melingkar sekeliling saluran yang
mengandung pembuluh darah dan jaringan pengikat longgar. Susunan lapisan tersebut
dinamakan dengan system havers atau osteon. Jumlah lamella dalam system havers
adalah 4 sampai 20 buah.

2.3. 10. Berdasarkan bentuknya, tulang keras dapat


dikelompokkan sebagai berikut.

1) Tulang pipa, berbentuk panjang dan berongga, seperti pipa. Contoh tulang ini di
antaranya tulang pengumpil, tulang hasta, tulang betis, dan tulang kering. Tulang pipa
terdiri atas dua bagian, yaitu diafisis dan epifisis. Diafisis adalah bagian "badan" tulang,
sedangkan epifisis adalah bagian tepi (epi) atau bagian "kepala" tulang. Di antara epifisis
dan diafisis, dibatasi oleh bagian yang disebut cakram epifisis. Cakram epifisis lebih
lambat proses penulangannya dibandingkan dengan daerah diafisis.

2) Tulang pipih, adalah tulang-tulang yang berbentuk pipih. Tulang pipih banyak terdapat
di rangka aksial, misalnya tulang rusuk, tulang belikat, dan tulang-tulang yang menyusun
tengkorak. Tulang pipih berfungsi sebagai pelindung suatu rongga. Misalnya, rongga
tengkorak melindungi otak dan rongga dada melindungi jantung serta paru-paru.

3) Tulang pendek, berukuran pendek. Hanya ditemukan di daerah pangkal telapak tangan
, pangkal telapak kaki, dan tulang-tulang belakang.

4) Tulang tidak beraturan, yaitu tulang yang memiliki bentuk tidak beraturan. Contohnya
adalah tulang-tulang belakang dan tulang penyusun wajah.

2.3.11. Histogenesis dan Proses Pembentukan Tulang Keras

Pertumbuhan tulang atau penulangan (osifikasi) melalui 2 cara yaitu:

1. Pertumbuhan secara intramembran

Pertumbuhan ini terjadi dalam membrane jaringan pengikat. Tulang pipih tumbuh
menurut cara ini seperti tulang-tulang tengkorak dan tulang muka. Pertumbuhan tulang
pendek dan proses penebalan suatu tulang juga dengan cara seperti ini. Di tempat itu sel-
sel mesenkim yang mirip fibroblast berdiferensiasi jadi osteoblast. Sel induk tulang ini
akan menumbuhkan kandung, serat kolagen dan akhirnya berdiferensiasi menjadi
osteosit.

2. Pertumbuhan secara endokhondral

Pertumbuhan ini terjadi dalam tulang rawan hyaline, yang terbentuk dengan cara ini
adalah jenis tulang panjang dan tulang pendek. Terdapat dua tahap penulangan yaitu:

a. Hipertrofi dan penghancuran jaringan tulang rawan

b. Perembesan bahan tulang ke daerah tulang rawan yang hancur. Fibroblast


berdiferensiasi jadi osteoblast, osteoblast memproduksi serat kolagen dan bahan kandung.
Pada daerah penulangan banyak terdapat makrofag yang berdiferensiasi menjadi
osteoklast. Sel ini berperan memakai debris hancuran tulang rawan dan menggetahkan
enzim untuk menghancurkan bahan tulang rawan. Untuk pertumbuhan tulang diperlukan
cukup vitamin A,C dan D. hormone untuk ini adalah somatotropin (STH), paratiroid,
tiroid dan androgen atau estrogen.
`Osifikasi adalah Proses penulangan tulang dari tulang rawan menjadi tulang
keras. Berikut proses singkatnya.

- Osifikasi intra membran / desmal

Osifikasi ini terjadi pada tulang pipih.

Prosesnya:

1. Dibentuk langsung oleh sekelompok osteoblas yang terdapat di dalam membran


fibrosa.

2. Bagian sisi tulang dibentuk oleh kelompok sel yang berbeda yang disebut trabekula.

3. Trabekula membentuk jalinan seperti jala sebagai tulang spons.

4. Tulang spons menjadi tulang kompak.

- Osifikasi endokondral

Osifikasi ini terjadi pada tulang pipa dan tulang pendek.

Prosesnya:

1. Pembuluh darah masuk ke perikondrium di tulang tungkai bagian diafisis.

2. Sel perikondrium menjadi osteoblas dan memproduksi tulang keras di baigian tungkai

3. Pusat osifikasi di dalam diafisis kemudian terisi pembuluh darah dan osteoklas

4. Daerah ini mengalami erosi oleh osteoklas sehingga membentuk rongga sumsum

5. Tulang rawan terus tumbuh di kedua ujung sehingga tulang memanjang

6. Hasil pemanjangan akan digantikan oleh tulang spons.

2.3.12. Perbedaan Tulang Rawan dan tulang keras

A. Tulang Rawan

 Berserabut tebal dan matriks yang elastis.


 Tulang rawan memiliki kandungan kolagen yang tinggi sehingga bersifat kuat dan
lentur.
 Tulang rawan tidak mempunyai saraf dan pembuluh darah.

B. Tulang Sejati
 Tulang sejati adalah tulang yang telah mengalami osifikasi (pematangan tulang)
sehingga strukturnya lebih keras.
 Dalam matriksnya kandungan kolagen sangat sedikit, sedangkan bahan anorganik
lainnya seperti kalsium, fosfor, bikarbonat, sirat, Mg, Na, sangat banyak yang
didapati.

2.4. Macam Macam Penyakit Tulang

Ada banyak jenis penyakit tulang termasuk peradangan persendian, tumor dan
beberapa diantaranya termasuk penyakit degeneratif dalam kategori silence
disease / penyakit diam-diam karena gejala terhadap penyakit ini tidak terasa atau
tampak nyata bagi orang yang mulai mengalaminya dan secara tidak langsung
dapat menyebabkan beragam hal yang dapat membuat seseorang meninggal
dunia.Dalam berbagai kasus penyakit tulang yang paling sering dijumpai adalah
Tulang keropos/osteoporosis yang dapat mengakibatkan patah tulang yang
membuat seseorang harus selalu dalam keadaan posisi berbaring sehingga
pembuangan kotoran di saluran pernafasannya terganggu dan terjadilah infeksi
paru-paru yang menyebabkan orang tersebut meninggal.

2.4.1.Penyebab penyakit tulang

Macam-macam penyakit tulang sangat beragam dan tentunya penyebabnya juga pasti
bervariasi

1. Kelainan bawaan, misal:osteogenesis imperfecta, sindrom marfan,


sindrom Aperts, dll
2. Radang/inflamasi, baik yang spesifik seperti osteomielitis TBC,
osteomielitis sypilis, maupun yang non spesifik.
3. Trauma, berbagai macam patah tulang akibat kecelakaan dan
sebagainya.
4. tumor, berbagai tumor jinak dan ganas, primer dan sekunder
termasuk dalam dalam golongan ini.
5. Degeneratif. Kelainan ini bisa primer akibat proses menua, atau
sekunder akibat kelainan tulang yang lain. Contoh: low back pain,
cervical pain, neck shoulder arm syndrom, dll
6. Lain-lain. Termasuk di sini penyakit yang tidak dapat
digolongkan dalam kategori di atas, seperti avitaminosis, kelainan
metabolik (seperti kelainan tulang pada hiperparatiroid, dll),
kelainan tulang yang belum diketahui sebabnya

2.4.3. Jenis penyakit tulang yang paling sering dijumpai :

1. Osteoporosis adalah kondisi di mana tulang rapuh karena tingkat kepadatan tulang
menurun sehingga tulang menjadi keropos dan mudah patah. Umumnya
osteoporisis disebabkan karena kekurangan asupan kalsium pada tulang
2. Artritis adalah radang sendi yang memberikan rasa sakit dan terkadang terjadi
perubahan posisi tulang. Salah satu contoh artritis yang terkenal adalah rematik.
3 Ankilosis adalah gangguan pada sendi di menyababkan sendi tidak dapat
digerakkan di mana ujung-ujung antar tulang serasa bersatu
3. Osteomalacia : Penyakit ini mengakibatkan tulang menjadi lunglai diakibatkan
kekurangan, vitamin D atau kesalahan metabolisme di dalam tubuh. Sama halnya
dengan osteoporosis, osteomalacia juga berpotensi membuat tulang cepat patah.
4. Rickets sering dialami oleh anak-anak yang sedang tumbuh. Formasi tulang pada
penderita rickets abnormal, yaitu terjadi penumpukan kalsium di dalam tulang
karena terlalu banyak mengonsumsi susu berkalsium atau akibat radiasi sinar
matahari.
5. Rakitis adalah penyakit tulang yang terjadi akibat kurang vitamin D sehingga
umumnya menyebabkan bentuk tulang kaki bengkok membentuk huruf O atau X.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan dari makalah ini adalah dapat diketahui bahwa tulang merupakan salah
satu bagian terpenting dari tubuh hewan. Seperti diketahui bersama, hewan dikelompokkan
menjadi dua yaitu hewan vertebrata dan intervebrata (avertebrata). Karena terdapat sel
mesenkim embrional, jaringan ikat dapat membantu regenerasi jaringan ( tulang rawan dan
tulang sejati ) dengan menyediakan sel yang dapat berkembang menjadi sel khusus.

kelompok hewan invertebrata tidak memiliki struktur jaringan tulang, maka yang
akan dibahas hanya kelompok hewan vertebrata atau hewan yang memiliki tulang belakang.
Kelompok hewan yang termasuk dalam golongan vertebrata yaitu reptil, pisces,
aves, mamalia dan amfibia Sehingga jika diklasifikasikan lebih rinci lagi maka menurut
jenisnya maka tulang yang menyusun rangka hewan berupa :

1 Tulang rawan (kartilago)

2 Tulang sejati
DAFTAR PUSTAKA
Mescher, Anthony L. 2010. Junqueira's Basic Histology Text and Atlas, Twelfth Edition. The
McGraw-Hill Companies, Inc. Indiana.

Paulo Alexandre Abrahamsohn. 2005. Basic Histology text and Atlas. The McGraw-Hill
Companies. São Paulo.

Hernawati. 2008. Bahan Kuliah Struktur Hewan Pada Materi Jaringan Ikat. Jurusan
Pendidikan Biologi – Fpmipa Universitas Pendidikan Indonesia.

Yatim, W. 1996. Histologi. Bandung : Tarsito

Anda mungkin juga menyukai