Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN DIAGNOSA MEDIS CLOSE FRAKTUR


FEMUR DEXTRA PADA Nn. N DI KASUS
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Oleh :

Nama : Rini

Nim : 2017.C.09a.0859

YAYASAN STIKES EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini di susun oleh :


Nama : Rini
NIM : 2017.C.09a.0859
Program Studi : Sarjana Keperawatan
Judul : Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan
Diagnosa Medis Close Fraktur Femur Dextra Pada Nn. N Di
Kasus Keperawatan Gawat Darurat
Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk
menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan IV Program Studi Sarjana
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Ketua Program Studi S1 Keperawatan Pembimbing Akademik

Meilitha Carolina, Ners, M.Kep Yelstria Ulina Tarigan, S.Kep., Ners

KATA PENGANTAR

i
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya untuk dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan Diagnosa Medis Close Fraktur
Femur Dextra Pada Nn.N Di Kasus Keperawatan Gawat Darurat, dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya. Saya berharap laporan pendahuluan
dan asuhan keperawatan penyakit ini dapat berguna dan menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai penyakit Close Fraktur Femur Dextra.

Menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan pendahuluan dan asuhan


keperawatan penyakit ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna oleh
sebab itu berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan
pendahuluan. Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan

Palangka raya, 22 September 2020

Penulis

DAFTAR ISI

ii
Lembar Pengesahan.............................................................................................................i
Kata Pengantar.....................................................................................................................ii
Daftar Isi..............................................................................................................................iii
BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Konsep Penyakit.............................................................................................................1
1.1.1 Definisi..........................................................................................................................1
1.1.2 Anatomi Dan Fisiologi..................................................................................................1
1.1.3 Klasifikasi.....................................................................................................................3
1.1.4 Etiologi..........................................................................................................................4
1.1.5 Patofisiologi (Patway)...................................................................................................5
1.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda Dan Gejala)........................................................................7
1.1.7 Komplikasi....................................................................................................................7
1.1.8 Pemeriksaan Penunjang................................................................................................8
1.1.9 Penatalaksanaan Medis.................................................................................................9
1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan
1.2.1 Pengkajian...................................................................................................................11
1.2.2 Diagnosa......................................................................................................................14
1.2.3 Intervensi.....................................................................................................................15
1.2.4 Implementasi...............................................................................................................16
1.2.5 Evaluasi.......................................................................................................................16
BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian......................................................................................................................17
2.2 Diagnosa.........................................................................................................................23
2.3 Intervensi........................................................................................................................24
2.4 Implementasi..................................................................................................................27
2.5 Evaluasi..........................................................................................................................27
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................33
3.2 Saran...............................................................................................................................33
Lampiran
Daftar Pustaka

iii
iv
BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Konsep Dasar Penyakit


1.1.1 Definisi
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang
bersifat total maupun sebagian. Fraktur Femur atau patah tulang paha adalah
rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang disaebabkan oleh trauma
langsung, kelelahan otot, dan kondisi tertentu, seperti degenerasi tulang atau
osteoporosis. (Muttaqin, 2013)
Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas yang normal dari suatu tulang.
Jika terjadi fraktur, maka jaringan lunak di sekitarnya juga sering kali terganggu.
Radiografi (sinar-x) dapat menunjukkan keberadaan cedera tulang, tetapi tidak
mampu menunjukkan otot atau ligamen yang robek, saraf yang putus, atau
pembuluh darah yang pecah sehingga dapat menjadi komplikasi pemulihan klien (
Black dan Hawks, 2014).
Fraktur atau patah tulang adalah kondisi dimana kontinuitas jaringan
tulang dan atau tulang rawan terputus secara sempurna atau sebagian yang
disebabkan oleh rudapaksa atau osteoporosis (Smeltzer & Bare, 2013).
Jadi, Fraktur Femur adalah terputusnya kontiunitas jaringan tulang femur
baik secara sempurna atau sebagian yang disebabkan trauma, kelelahan otot dan
degenerasi tulang atau osteporosis.

1.1.2 Anatomi Fisiologi


1. Anatomi Tulang
Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan
menjadi tempat untuk melekatnya otot-otot yang menggerakkan tubuh. Tulang
adalah jaringan terstruktur dengan baik dan mempunyai 5 fungsi utama
(Muttaqin, 2013):
a. Membentuk rangka badan
b. Sebagi pengumpil dan tempat melekat otot

1
2

c. Sebagai bagian dari tubuh untuk melindungi dan mempertahankan


alat-alt dalam (otot, sumsum tulang belakang, jantung, dan paru-paru)
d. Sebagai tempat mengatur dan deposit kalsium, fosfat, magnesium dan
garam.
e. Ruang ditengah tulang tertentu sebagai organ yang mempunyai fungsi
tambahan lain, yaitu sebagai jaringan hemopoetik untuk memproduksi
sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit.
Komponen utama jaringan tulang adalah mineral dan jaringan organik
(kolagen dan proteoglikan). Kalsium dan fosfat membentuk suatu kristal garam
(hidroksiapatit), yang tertimbun pada matriks kolagen dan proteoglikan.
Matriks organik tulang juga disebut osteosid. Sekitar 70% dari osteosid adalah
kolagen tipe I yang kaku dan memberi tinggi pada tulang. Materi organik lain
yang juga menyusun tulang berupa proteoglikan.
Secara garis besar, tulang dibagi menjadi 6:
a. Tulang panjang (long bone): femur, tibia, fibula, ulna, humerus.
b. Tulang pendek (short bone): tulang-tulang karpal
c. Tulang pipih (flat bone): tulang parietal, iga, skapula, dan pelvis.
d. Tulang tak beraturan (irregular bone): tulang vertebra
e. Tulang Sesmoid: tulang patella
f. Tulang Sutura: atap tengkorak
Tulang terdiri atas daerah yang kompak pada bagian luarnya yang disebut
dengan korteks dan bagian luarnya dilapisi periosteum.

2. Fisiologi tulang
Tulang terdiri dari 3 jenis sel:
a. Osteoblast
Membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan
proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteosid melalui suatu
proses yangh disebut osifikasi.
b. Osteosit
Adalah sel tulang dewasa yng bertindak sebagai suatu lintasan untuk
pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.
3

c. Osteoklas
Adalah sel besar yang berinti banyak yang memungkinkan mineral
dan matriks tulang dapat di absorbsi. Sel ini menghasilkan enzim
proteolitik, yang memecah matriks dan beberapa asam yang melarutklan
mineral tulang sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke dalam aliran darah.
3. Os Femur
Merupakan tulang pipa terpanjang dan terbesar yang terhubung dengan
asetabulum membentuk kepala sendi yang disebut kaput femoris. Disebelah
atas dan bawah kolumna femoris terdapat taju yang disebut trokanter mayor
dan trokanter minor. Di bagian ujung membentuk persendian lutut, terdapat
dua buah tonjolan yang disebut kondilus medialis dan kondilus lateralis. Di
antara kedua kondilus ini terdapat lekukan tempat letaknya tulang tempurung
lutut (patela) yang disebut dengan fosa kondilus.
Os tibialis dan fibularis merupakan tulang pip yng terbesar sesudah tulang
paha yang membentuk persendian dengan os femur. Pda bagian ujungnya
terdapat tonjolan yang disebut maleolus lateralis atau mata kaki luar. Os tibia
bentuknya lebih kecil, pada pangklal melekat os fibula, pada bagian ujung
membentuk persendian dengan tulang pangkal kaki dan terdapat taju yang
disebut os maleolus medialis (Syaifuddin, 2016).

1.1.3 Etiologi
Penyebab fraktur femur antara lain (Muttaqin, 2013):
1. Fraktur femur terbuka
Disebabkan oleh trauma langsung pada paha
2. Fraktur femur tertutup
Disebabkan oleh trauma langsung atau kondisi tertentu, seperti degenerasi
tulang (osteoporosis) dan tumor atau keganasan tulang paha yang
menyebabkan fraktur patologis.
4

1.1.4 Klasifikasi
Dua tipe fraktur femur adalah sebagai berikut (Muttaqin, 2013):
1. Fraktur interkapsuler femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul,
dan melalui kepala femur (fraktur kapital).
2. Fraktur ekstrakapsular
a. Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokanter femur yang lebih
besar/ lebih kecil/ pada daerah intertrokanter.
b. Terjadi di bagian distal menuju leher femur, tetapi tidak lebih dari 2
inci di bawah trokanter minor.
Klasifikasi fraktur femur:
1. Fraktur leher femur
Merupakan jenis fraktur yang sering ditemukan pada orang tua terutama
wanita usia 60 tahun ke atas disertai tulang yang osteoporosis. Fraktur
leher femur pada anak anak jarang ditemukan fraktur ini lebih sering
terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan dengan perbandingan
3:2. Insiden tersering pada usia 11-12 tahun.
2. Fraktur subtrokanter
Dapat terjadi pada semua usia, biasanya disebabkan trauma yang hebat.
Pemeriksaan dpat menunjukkan fraktur yang terjadi dibawah trokanter
minor.
3. Fraktur intertrokanter femur
Pada beberapa keadaan, trauma yang mengenai daerah tulang femur.
Fraktur daerah troklear adalah semua fraktur yang terjadi antara trokanter
mayor dan minor. Frkatur ini bersifat ekstraartikular dan sering terjadi
pada klien yang jatuh dan mengalami trauma yang bersifat memuntir.
Keretakan tulang terjadi antara trokanter mayor dan minor tempat fragmen
proksimal cenderung bergeser secara varus. Fraktur dapat bersifat
kominutif terutama pada korteks bagian posteomedial.
4. Fraktur diafisis femur
Dapat terjadi pada daerah femur pada setiap usia dan biasanya karena
trauma hebat, misalnya kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian.
5

5. Fraktur suprakondilar femur


Daerah suprakondilar adalah daerah antar batas proksimal kondilus femur
dan batas metafisis dengan diafisis femur. Trauma yang mengenai femur
terjadi karena adanya tekanan varus dan vagus yang disertai kekatan aksial
dan putaran sehingga dapat menyebabkan fraktur pada daerah ini.
Pergeseran terjadi karena tarikan otot.

1.1.5 Patofisiologi
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila
tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Sedangkan
fraktur terbuka bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar
oleh karena perlukaan di kulit. Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi
di Sekitar tempat patah ke dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan
lunak juga biasanya mengalami kerusakan. Reaksi perdarahan biasanya timbul
hebat setelah fraktur. Sel- sel darah putih dan sel anast berakumulasi
menyebabkan peningkatan aliran darah ketempat tersebut aktivitas osteoblast
terangsang dan terbentuk tulang baru umatur yang disebut callus. Bekuan fibrin
direabsorbsidan sel- sel tulang baru mengalami remodeling untuk membentuk
tulang sejati. Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut syaraf yang
berkaitan dengan pembengkakan yang tidak di tangani dapat menurunkan asupan
darah ke ekstrimitas dan mengakibatkan kerusakan syaraf perifer. Bila tidak
terkontrol pembengkakan akan mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan,
oklusi darah total dan berakibat anoreksia mengakibatkan rusaknya serabut syaraf
maupun jaringan otot. Komplikasi ini di namakan sindrom compartment.
(Brunner & Suddarth, 2012)
6
2.1.6 Web Of Caution

Sumber: Price, S., & Wilson, L (2016)


6
7

1.1.6 Manifestasi Klinis


Menurut Brunner & Suddarth (2012), tanda dan gejala fraktur femur yaitu:
1. Nyeri
Terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
dimobilisasi.Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai
alamiah yang dirncang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen
tulang.
2. Gerakan luar biasa
Bagian –bagian yang tidak dapat digunkan cendrung bergerak secara tidak
alamiah bukannya tetap rigid seperti normalnya.
3. Pemendekan tulang
Terjadi pada fraktur panjang. Karena kontraksi otot yang melekat di atas
dan dibawah tempat fraktur.
4. Krepitus tulang (derik tulang)
Akibat gerakan fragmen satu dengan yang lainnya.
5. Pembengkakan dan perubahan warna tulang
Akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini terjadi
setelah beberapa jam atau hari.

1.1.7 Komplikasi
Komplikasi fraktur femur yaitu (Muttaqin, 2013):
1. Fraktur leher femur
Komplikasi bergantung pada beberapa faktor. Komplikasi yang bersifat
umum adalah trombosis vena, emboli paru, pneumonias, dan dekubitus.
Nekrosis avaskular terjadi pada 30% klien fraktur femur yang disertai
pergeseran dan 10% fraktur tanpa pergeseran. Apabila lokasi fraktur lrbih
ke proksimal, kemungklinan terjadi nekrosis avaskular lebih besar.
2. Fraktur diafisis femur
a. Komplikasi dini
Komplikasi dini harus segera ditangani dengan serius olh perawat
yang melaksanakan asuhan keperawatan pada klien fraktur diafisis
femur. Perawat dapat melakukan pengenalan dini dan pengawasan

7
8

yang optimal apabila telah mengenal konsep anatomi, fisiologi, dan


patofisioloigi patah tulang. Komplikasi yang biasanya terjadi pada
fraktur diafisis femur adalah sebagai berikut:
1) Syok. Terjadi perdarahan sebanyak 1-2 liter walapun fraktur bersift
tertutup.
2) Emboli lemak. Sering didapatkan pada penderita muda dengan
fraktur femur. Klien perlu menjalani pemeriksaan gas darah.
3) Trauma pembuluh darah besar. Ujung fragmen tulang menembus
jaringan lunak dan merusak arteri femoralis sehingga menmyebakan
kontusi dan oklusi atau terpotong sama sekali.
4) Trauma saraf. Trauma pada pembuluh darah akibat tusukan fragmen
dapat disertai kerusakan saraf yang berfariasi dari neuropraksia
sampai ke aksonotemesis. Trauma saraf dapat terjadi pada nervus
iskiadikus atau pada cabangnya, yaitu nervus tibialis dan nervus
peroneus komunis.
5) Trombo emboli. Klien yag mengalami tirah baring lama, misalnya
distraksi di tempat tidur, dapat mengalami komplikasi trombo-
emboli.
6) Infeksi. Infeksi terjadi pada fraktur terbuka akibat luka yang
terkontaminasi. Infeklsi dapat pula terjadi setelah dilakukan operasi.
b. Komplikasi lanjut
Komplikasi fraktur diafisis femur hampitr sama dengan komplikasi
bebrapa jenis fraktur lainnya. Oleh karena itu setiap perawat penrlu
memperhatikan dan mengetahui komplikasi yang biasa terjadi agar
komplikasi tersebut dapat dikurangi atau dihilangkan. Pada beberapa
situasi, perawat akan berhadapan dengan klien fraktur diafisis femur
yang menga;lami komplikasi lanjut. Perawat yang mempunyai
pengalaman dan pengetahuan yang baik dapat mengidenmtifikasi
kelainan yang timbul akibat komplikasi tahap lanjut dari fraktur
diafissi femur.
9

Komplikasi yang sering terjadi pada klien dengan fraktur diafisis femur
adalah sebagai berikut:
1) Delayed Union. Fraktur femur pada orang dewasa mengalami
union dalam empat bulan.
2) Non union. Apabila permukaan fraktur menjadi bulat dan sklerotik,
perawat perlu mencurigai adanya non union. Oleh karena itu,
diperlukan fiksasi internal dan bone graft.
3) Mal union. Bila terjadi pergeseran kembali kedua ujung fragmen,
diperlukan pengamatan terus menerus selama perawatan. Angulasi
lebih sering ditemukan. Mal union juga mnyebabkan pemendekan
tungkai sehingga dipelukan koreksi berupa osteotomi.
4) Kaku sendi lutut. Setelah fraktur femur biasanya terjadi kesulitan
pergerakan pada sendi lutut. Hal ini dapat dihindari apabila
fisioterapi yang intensif dan sistematis dilakukan lebih awal.
5) Refraktur. Terjadi pada mobilisasi dilakukan sebelum union yang
solid.

1.1.8 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan rontgen : menetukan lokasi/luasnya fraktur/trauma
2. Scan tulang, scan CT/MRI: memperlihatkan fraktur, juga dapat digunakan
untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak
3. Arteriogram :dilakukan bila kerusakan Vaskuler diCurigai.
4. Hitung darah lengkap: HT,Mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau
menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur) perdarahan
bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multipel.
5. Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klien ginjal
6. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,
transfusimultipel, atau cidera hati. golongan darah, dilakukan sebagai
persiapantransfusi darah jika ada kehilangan darah yang bermakna akibat
cedera atau tindakan pembedahan.
10

1.1.9 Penatalaksanaan
1. Fraktur Femur Terbuka
Menurut Apley (2015), fraktur femur terbuka harus dinilai dengan cermt
untuk mengetahui ada tidaknya kehilangan kulit, kontaminasi luka,
iskemia otot, cedera pada pembuluh darah dan saraf. Intervensi tersebut
meliputi:
a. Profilaksis antibiotik
b. Debridemen
Pembersihan luka dan debridemen harus dilakukan dengan sedikit
mungkin penundaan. Jika terdapat kematian jaringan yang mati
dieklsisi dengan hati-hati. Luka akibat penetrasi fragmen luka yang
tajam juga perlu dibersihkan dan dieksisi, terapi yang cukup dengan
debridemen terbatas saja.
c. Stabilisasi
Dilakukan pemasangan fiksasi interna atau eksterna.
d. Penundaan tertutup
e. Penundaan rehabilitasi
2. Fraktur Femur Tertutup
Pengkajian ini diperlukan oleh perawat sebagai peran kolaboratif dalam
melakukan asuhan keperawatan. Denagn mengenal tindakan medis, perawat
dapat mengenal impliksi pada setiap tindakan medis yang dilakukan.
a. Fraktur trokanter dan sub trokanter femr, meliputi:
1) Pemasangan traksi tulang selama 6-7 minggu yang dilanjutkan
dengan gips pinggul selama 7 minggu merupakn alternaltif
pelaksanaan pada klien usia muda.
2) Reduksi terbuka dan fiksasi interna merupakan pengobatan pilihan
dengan memergunakan plate dan screw.
b. Fraktur diafisis femur, meliputi:
1) Terapi konserfativ
2) Traksi kulit merupakan pengobatan sementara sebelum dilakukan
terapi definitif untuk mengurangi spasme otot.
11

3) Traksi tu;lang berimbang denmgan bagian pearson pada sendi lutut.


Indikasi traksi utama adalah faraktur yang bersifat kominutif dan
segmental.
4) Menggunakan cast bracing yang dipasang setelah union fraktur
secara klinis
3. Terapi Operasi
a. Pemasangan plate dan screw pada fraktur proksimal diafisis atau distal
femur
b. Mempengaruhi k nail, AO nail, atau jenis lain, baik dengan operasi
tertutup maupun terbuka. Indikasi K nail, AO nail terutama adalah
farktur diafisis.
c. Fiksassi eksterna terutama pada fraktur segmental, fraktur kominutif,
infected pseudoarthrosis atau fraktur terbuka dengan kerusakan
jaringan lunak yang hebat.
4. Fraktur suprakondilar femur, meliputi:
a. Traklsi berimbang dengan menggunakan bidai Thomas dan penahan
lutut Pearson, cast bracing, dan spika panggul.
b. Terapi operatif dilakukan pada fraktur yang tidak dapat direduksi
secara konservatif. Terapi dilakukan dengan mempergunakan nail-
phorc dare screw dengan berbagai tipe yang tersedia.

1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan


1.2.1 Pengkajian
Pemeriksaan fisik: data fokus
1. Primery survey
a. Airway: Memastikan kepatenan jalan napas tanpa adanya sumbatan
atau obstruksi,
b. Breathing: memastikan irama napas normal atau cepat, pola napas
teratur, tidak ada dyspnea, tidak ada napas cuping hidung,dan suara
napas vesikuler,
c. Circulation: nadi lemah/ tidak teraba, cepat >100x/mt, tekanan darah
dibawah normal bila terjadi syok, pucat oleh karena perdarahan,
12

sianosis, kaji jumlah perdarahan dan lokasi, capillary refill >2 detik
apabila ada perdarahan.
d. Disability: kaji tingkat kesadaran sesuai GCS, respon pupil anisokor
apabila adanya diskontinuitas saraf yang berdampak pada medulla
spinalis.
e. Exposure/Environment: fraktur terbuka di femur dekstra, luka laserasi
pada wajah dan tangan, memar pada abdomen, perut semakin
menegang.
2. Secondary survey
a. Fokus Asesment
1) Kepala: Wajah, kulit kepala dan tulang tengkorak, mata, telinga,
dan mulut. Temuan yang dianggap kritis:
Pupil tidak simetris, midriasis tidak ada respon terhadap cahaya ?
Patah tulang tengkorak (depresi/non depresi, terbuka/tertutup)?
Robekan/laserasi pada kulit kepala?
Darah, muntahan atau kotoran di dalam mulut?
Cairan serebro spinal di telinga atau di hidung?
Battle sign dan racoon eyes?
2) Leher: lihat bagian depan, trachea, vena jugularis, otot-otot leher
bagian belakang. Temuan yang dianggap kritis: Distensi vena
jugularis, deviasi trakea atau tugging, emfisema kulit
3) Dada: Lihat tampilan fisik, tulang rusuk, penggunaan otot-otot
asesoris, pergerakan dada, suara paru. Temuan yang dianggap
kritis: Luka terbuka, sucking chest wound, Flail chest dengan
gerakan dada para doksikal, suara paru hilang atau melemah,
gerakan dada sangat lemah dengan pola napas yang tidak adekuat
(disertai dengan penggunaaan otot-otot asesoris).
4) Abdomen: Memar pada abdomen dan tampak semakin tegang,
lakukan auskultasi dan palpasi dan perkusi pada abdomen. Temuan
yang dianggap kritis ditekuannya penurunan bising usus, nyeri
tekan pada abdomen bunyi dullness.
13

5) Pelvis: Daerah pubik, Stabilitas pelvis, Krepitasi dan nyeri tekan.


Temuan yang dianggap kritis: Pelvis yang lunak, nyeri tekan dan
tidak stabil serta pembengkakan di daerah pubik
6) Extremitas: ditemukan fraktur terbuka di femur dextra dan luka
laserasi pada tangan. Anggota gerak atas dan bawah, denyut nadi,
fungsi motorik, fungsi sensorik.Temuan yang dianggap kritis:
Nyeri, melemah atau menghilangnya denyut nadi, menurun atau
menghilangnya fungsi sensorik dan motorik.
7) Pemeriksaan tanda-tanda vital yang meliputi suhu, nadi, pernafasan
dan tekanan darah.
8) Pemeriksaan status kesadaran dengan penilaian GCS (Glasgow
Coma Scale): terjadi penurunan kesadaran pada pasien.

3. Anamnesis

Pemeriksaan data subyektif didapatkan dari anamnesis riwayat pasien yang

merupakan bagian penting dari pengkajian pasien. Riwayat pasien meliputi

keluhan utama, riwayat masalah kesehatan sekarang, riwayat medis, riwayat

keluarga, sosial, dan sistem. Pengkajian riwayat pasien secara optimal harus

diperoleh langsung dari pasien, jika berkaitan dengan bahasa, budaya, usia,

dan cacat atau kondisi pasien yang terganggu, konsultasikan dengan anggota

keluarga, orang terdekat, atau orang yang pertama kali melihat kejadian.

Anamnesis yang dilakukan harus lengkap karena akan memberikan gambaran

mengenai cedera yang mungkin diderita. Beberapa contoh:

Anamnesis juga harus meliputi riwayat AMPLE yang bisa didapat dari

pasien dan keluarga:

A : Alergi (adakah alergi pada pasien, seperti obat-obatan, plester,

makanan)
14

M : Medikasi/obat-obatan (obat-obatan yang diminum seperti sedang

menjalani pengobatan hipertensi, kencing manis, jantung, dosis, atau

penyalahgunaan obat

P : Pertinent medical history (riwayat medis pasien seperti penyakit yang

pernah diderita, obatnya apa, berapa dosisnya, penggunaan obat-obatan

herbal)

L : Last meal (obat atau makanan yang baru saja dikonsumsi, dikonsumsi

berapa jam sebelum kejadian, selain itu juga periode menstruasi

termasuk dalam komponen ini)

E : Events, hal-hal yang bersangkutan dengan sebab cedera (kejadian

yang menyebabkan adanya keluhan utama)

1.2.2 Diagnosa Keperawatan


1) Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot dan kerusakan sekunder
pada fraktur
2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan cedera jaringan
sekitar/fraktur
3) Resiko infeksi berhubungan dengan fraktur terbuka dan kerusakan
jaringan lunak
4) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan trauma jaringan post
pembedahan
15

1.2.3 Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


keperawatan hasil
Nyeri Akut Setelah dilakukan 1. Kaji karakteristik 1. Dapat mengetahui
tindakan keperawatan nyeri tingkat skala nyeri
selama 2x7 jam. 2. Pantau tanda- pasien, kualitas
diharapkan, nyeri tanda vital nyeri,tempat nyeri,
pasien hilang dengan 3. Berikan posisi waktu nyeri
baik dengan kriteria nyaman (semi 2. Untuk mengetahui
hasil: fowler) TTV pasien
1.Memperlihatkan,pe 4. Ajarkan latihan 3. Agar pasien dapat
ngendalian nyeri nafas dalam dan metrasa nyaman
2.Nyeri distraksi relaksasi 4. Agar mengalihkan
hilang/terkontrol 5. Kolaborasi rasa nyeri
3. pasien tampak pemberian obat 5. Mengurasi atau
rileks analgetik meredakan nyeri

Gangguan Setelah dilakukan 1. Ajarkan dan 1. Pasien dapat


mobilitas fisik tindakan keperawatan berikan dorongan termotivasi untuk
selama 2x7 jam pada klien untuk melakukan
diharapkan pasien bisa melakukan program latihan
melakukan pergerakan program latihan 2. Mencegah resiko
secara mandiri dengan secara rutin cedera
kriteria hasil : 2. Ajarkan teknik 3. Memudahkan
1. Pasien ambulasi & pasien untuk
meningkat perpindahan yang melakukan
aktivitas fisik aman kepada mobilisasi
2. Mengerti tujuan klien dan 4. Pasien terus
peningkatan keluarga. termotivasi untuk
mobilitas 3. Sediakan alat tetap melakukan
bantu untuk klien ambulasi
seperti kruk, kursi
roda, dan walker
4. Beri penguatan
positif untuk
berlatih mandiri
dalam batasan
yang aman.

Resiko Infeksi Setelah dilakukan 1. Menggunakan 1. Mencegah


tindakan keperawatan sabun terjadinya infeksi
selama 2x7 jam antimikrobia 2. Untuk memotong
diharapkan pasien 2. Mencuci tangan rantai infeksi
mampu menangani sebelum dan 3. Tenaga kesehatan
tanda dan gejala sesudah dapat mencegah
infeksi dengan kriteria melakukan infeksi

15
16

hasil: tindakan nasokomial


1. Pasien bebas dari keperawatan 4. Resiko infeksi
tanda dan gejala 3. Gunakan baju tidak terjadi
infeksi dan sarung 5. Untuk mengobati
2. Menunjukan tangan sebagai infeksi
kemampuan untuk alat pelindung
mencegah infeksi 4. Pertahankan
3. Jumlah leukosit lingkungan
normal aseptic selama
4. Menujukkan pemasangan alat
perilaku hidup 5. Berikan terapi
bersih dan sehat antibiotic bila
perlu
Gangguan Setelah dilakukan 1. Menganjurkan 1. Tidak ada tekanan
intregritas tindakan keperawatan pasien untuk pada luka
kulit selama 2x7 jam menggunakan 2. Untuk mencegah
diharapkan kulit pakaian yang terjadinya luka baru
pasien membaik longgar 3. Terhindar dari
dengan kriteria hasil: 2. Hindari kerutan infeksi
1. Intregritas kulit pada tempat tidur 4. Mencegah
yang baik bisa di 3. Jaga kebersihan terjadinya dekubitus
pertahankan kulit agar tetap
2. Menunjukan bersih dan kering
pemahaman dalam 4. Monitor kulit
proses perbaikan adanya
kulit kemerahan
3. Mencegah
terjadinya cidera
berulang

1.2.4 Implementasi
Pada tahap ini ada pengolahan dan perwujudan dari rencana
perawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan keperawatan yang
telah ditentukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan secara optimal.

1.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sitematik dan terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah dilakukan dengan
berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lain.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

3.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : Nn. N
Umur : 17 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/ Bangsa : Dayak/ Indonesia
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jl. Rajawali 7
Tgl MRS : 21 September 2020/23.20WIB
No. MR : 1759xx
Diagnosa Medis : Close Fraktur Femur Dextra
3.2 Prioritas Triase
Triase : Merah (Gawat Darurat)
Keluhan utama : Pasien mengatakan sakit paha karena kecelakan, nyeri
seperti ditusuk-tusuk, di paha kanan, skala nyeri 7,
nyeri terus menerus pada saat gerak aktif maupun
pasif.
3.3 Data Primer
3.3.1 Airway
Tidak ada sumbatan baik sputum, darah, lendir, dan bronkopasma. Tidak
ditemukan benda asing, sekret serta sisa makanan.
3.3.2 Breathing
pasien tidak mengalami sesak, tidak menggunakan otot tambahan, frekuensi
nadi 22 x/menit, irama pernafasan teratur, nafas dalam, batuk (-), nyeri saat
bernafas (-).
3.3.3 Circulation
Nadi 98 x/mt, TD 120/80 mm/Hg, irama nafas teratur, denyut nadi kuat,
ekstermitas dingin, warna kulit pucat, capillary refill >2 detik dan tidak ada
edema.

17
18

3.3.4 Disability
Pasien dalam keadaan composmentis GCS 15, pupil isokor reaksi terhadap
cahaya kanan dan kiri positif, kejang (-), pelo (-), tidak Afasia, tidak Disanthria,
kekuatan otot ekstermitas atas 5/5 ektermitas bawah 1/4, reflek patela (+),
bisep/trisep (+).
3.3.5 Exposure
Tidak terdapat perlukaan pada bagian tubuh lainnya, terdapat adanya fraktur
pada paha kanan. Terdapat lebam dan bengkak pada fraktur. Tidak terdapat
edema.
3.4 Data Sekunder
3.4.1 Kepala
Kulit kepala tampak bersih, mata tampak simetris, konjungtiva anemis,
tidak ditemukan massa pada leher, tidak ada jaringan parut, kelenjar limfe tidak
teraba, kelenjar tiroid tidak teraba, mobilitas leher bebas.
3.4.2 Thorax/ jantung
Bentuk dada simetris. Bunyi jantung normal S1-S2 tunggal (lub-dub), tidak
ada suara tambahan, bunyi rongga dada sonor (suara perkusi jaringan yang
normal).
3.4.3 Punggung
Tidak terdapat pembengkakan, jejas atau luka pada punggung. Tulang
belakang normal tidak ada kelainan.
3.4.4 Abdomen
Tidak terjadi distensi pada abdomen, tidak terdapat nyeri tekan, bising usus
6 kali/menit, tampak adanya ascites.
3.4.5 Genitaurinary
Tidak terdapat kemerahan, tidak terdapat gatal-gatal, tidak terdapat kelainan
pada organ reproduksi.
3.4.6 Ektremitas
Kemampuan pergerakan sendi bebas, tidak terdapat nyeri. Uji kekuatan otot
ektrimitas atas 5|5, ekstremitas bawah 1|4.
19

3.5 Riwayat Penyakit


3.5.1 Riwayat Penyakit Sekarang
Klien masuk IGD RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya pada tanggal 21
September 2020 diantar oleh keluarganya. Nn. N jatuh dari sepeda motor dan
mengalami close Fraktur Femur Dextra. Klien tampak menangis dan berteriak
kesakitan pada jam 11.00 WIB.
3.5.2 Riwayat Penyakit Dahulu
Keluarga klien dan klien mengatakan tidak pernah masuk rumah sakit
sebelumnya.
3.5.3 Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga klien mnegatakan tidak mempunyai penyakit keturunan dan tidak
pernah menderita penyakit yang sama.
3.6 Terapi Medis
Tanggal 21 September 2020
- Pemasangan OREF untuk fiksasi tulang, terutama pada fraktur yang
kompleks sehingga dapat mengoreksi deformitas organ.
No Terapi Dosis Indikasi Kontraindikasi

1. Infus NaCl 20 tpm Hipernatremia,


Mengembalikan
0.9% asidosis,
keseimbangan elektrolit
hipokalemia.
pada dehidrasi
2. Injeksi 3x10 Alergi OAINS,
Ketorolac mg Obat yang digunakan tukak peptik akut,
untuk mengatasi nyeri perdarahan KV,
sedang hingga berat diatesis hemoragik,
untuk sementara hamil dan menyusui,
anak <16 tahun

3.7 Data Penunjang


1) Hasil laboratorium
Tanggal 21 September 2020
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

WBC 8.60 x 103/uL 4-10x103/uL

RBC 4.11 x 106/uL 3.5-5.5x106/uL


20

HGB 12.6 gr/dl 11-16 g/dl

PLT 205 x 103/uL 150-400x103/uL

Glukosa S 129 mg/dl < 200 mg/dl

Creatinin 0.46 mg/dl 0,17-1,5 mg/dl

Ureum 24 mg/dl 21-53 mg/dl

2) EKG
Tidak ada dilakukan pemeriksaan EKG.
21

ANALISIS DATA

DATA SUBYEKTIF KEMUNGKINAN MASALAH


DAN DATA OBYEKTIF PENYEBAB

DS:
Fraktur
Pasien mengatakan sakit

paha karena kecelakan, Ganguan muskuluskeletal

nyeri seperti ditusuk-
Diskontiunitas tulang
tusuk, di paha kanan, skala ↓ Nyeri Akut
Keruskan jaringan saraf
nyeri 7, nyeri terus ↓
menerus pada saat gerak Reseptor nyeri
terangsang
aktif maupun pasif. ↓
Nyeri Akut
DO:
- Klien tampak menangis
dan berteriak kesakitan
- Tampak terpasang infus
Nacl 20 tpm
- Dari hasil pemeriksaan
terdapat Fraktur pada
paha kanan
- Terdapat lebam
- Bengkak
- TTV :
S : 36,5°C
N : 98 x/menit
R : 22 x/menit
TD : 120/80 mmHg
22

DS: Fraktur Resiko Perfusi


↓ Jaringan Perifer Tidak
Pasien mengatakan pusing
Ganguan muskuluskeletal Efektif

Diskontiunitas tulang
DO: ↓
- Pasien tampak pucat Gangguan suplai darah

- cappilary refill ≥2 detik Iskemia
- ekstermitas bawah ↓
Hipoksia
dingin ↓
- HB: 12,6 gr/dl Resiko Perfusi Jaringan
Perifer Tidak Efektif
- RGB: 4.11 x 106/uL
- TTV :
S : 36,5°C
N : 98 x/menit
R : 22 x/menit
TD : 120/80 mmHg

DS: Gangguan Muskuluskeletal Gangguan mobilitas


↓ fisik
Pasien mengatakan tidak
Diskontinuitas tulang
dapat menggerakkan kaki ↓
Cedera jaringan sekitar
kanan ↓
DO: Penurunan masa otot

- tidak dapat Depormitas tulang
menggerakkan kaki ↓
Gangguan mobilitas fisik
bagian kanan secara
bebas
- ada nyeri tekan
- kekuatan otot
ekstermitas atas 5/5
ektermitas bawah 1/4
23

PRIORITAS MASALAH

1. Nyeri Akut berhubungan dengan trauma otot dan kerusakan sekunder


fraktur di tandai dengan klien tampan menangis dan berteriak kesakitan,
terdapat fraktur pada paha kanan, bengkak dan tampak ada lebam, TTV:
TD= 120/80, N= 98 x/menit, RR=22 x/menit, dan S=36,5.
2. Resiko perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan
suplai oksigen ke perifer
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur
tulang ditandai dengan klien tidak dapat menggerakkan kaki bagian kanan
secara bebas ada nyeri tekan, kekuatan otot ekstermitas atas 5/5 ektermitas
bawah ¼.
24

RENCANA KEPERAWATAN.
Nama Pasien : Nn. N
Ruang Rawat : IGD
Diagnosa Keperawatan Tujuan (KriteriaHasil) Intervensi Rasional

1. Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi TTV 1.Mengetahui keadaan umum klien
berhubungan dengan keperawatan selama 1x2 jam 2. Monitor kualitas, lokasi, dan menetukan intervensi yang
trauma otot dan diharapkan nyeri akut intensitas, dan durasi nyeri tepat
kerusakan sekunder berkurang. 3. Ajarkan teknik relaksasi dan 2.Mengetahui keadaan umum klien
fraktur di tandai dengan Krtiteria Hasil: distraksi dan tingkat nyeri yang dialami
klien tampan menangis 4. Menjelaskan pada klien dan klien
dan berteriak kesakitan, 1. Keluhan nyeri berkurang keluarga penyebab nyeri dan cara 3.Napas dalam dapat mengurangi
terdapat fraktur pada 2. Skala nyeri menurun manajeman nyeri rasa nyeri dan meningkatkan
paha kanan, bengkak 3. Pasien lebih nyaman 5. Kolaborasi dengan dokter dan kontrol terhadap nyeri yang
dan tampak ada lebam, 4. Pasien tidak menangis dan tenaga kesehatan lain dalam mungkin berlangsul lama
TTV: TD= 120/80, N= berteriak lagi pemberian terapi pengurang nyeri 4.Memberikan penjelasan akan
98 x/menit, RR=22 seperti ketoralac 30 mg menambah pengetahuan klien
x/menit, dan S=36,5. tentang nyeri dan cara
mengurangi nyeri akan bantu
klien mengontrol rasa nyeri
5.Merupakan tindakan dependen
perawat, dan analgetik berfungsi
untuk memblok stimulasi nyeri
dan mengurangi rasa nyeri.
25

RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Nn.N


Ruang Rawat : IGD
DiagnosaKeperawatan Tujuan (KriteriaHasil) Intervensi Rasional

2. Resiko perfusi jaringan Setelah dilakukan tindakan 1. Pasang monitor untuk pasien. 1. Memantau kondisi pasien
perifer tidak efektif keperawatan selama 1x2 jam 2. Kolaborasi dengan 2. Mengetahui apakah ada
berhubungan dengan diharapkan perfusi jaringan laboratorium untuk masalah sirkulasi pasien
penurunan suplai efektif pemeriksaan spesimen darah 3. Mencegah terjadinya syok atau
oksigen ke perifer Krtiteria Hasil: lengkap. kekurangan cairan pada klien
3. Kolaborasi dengan tim medis yang akan mengganggu
1. Akral terasa hangat dalam pemberian terapi sirkulasi.
2. CRT<2 menit cairan seperti Nacl 0,9% 4. Sehingga dapat mengetahui
3. Pasien tidak pucat 4. Lakukan penilaian secara keadaan pada sirkulasi secara
komprehensif fungsi sirkulasi menyeluruh.
(cek nadi, TD, CRT,
temperature, SpO2, dan
akral).

RENCANA KEPERAWATAN
26

Nama Pasien : Nn. N


Ruang Rawat : IGD
DiagnosaKeperawatan Tujuan (KriteriaHasil) Intervensi Rasional

3. Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi adanya nyeri atau 1. Mengetahui tingkat nyeri atau
berhubungan dengan keperawatan selama 1x2 jam keluhan fisik lainnya keluhan klien
kerusakan integritas diharapkan gangguan mobilitas 2. Lakukan pembidaian pada 2. Mengurangi pergerakan pada
struktur tulang ditandai fisik berkurang bagian kaki yang mengalami tulang yang patah
dengan klien tidak dapat fraktur. 3. Fiksasi ini memberikan rasa
menggerakkan kaki Kriteria hasil: 3. Recanakan tindakan OREF nyaman pada pasien
bagian kanan secara bebas 1. Pergerakan ekstermitas 4. Jelaskan pada klien dan mengalami kerusakan fragmen
ada nyeri tekan, kekuatan meningkat keluarga prosedur OREF tulang
otot ekstermitas atas 5/5 2. Kekuatan otot meningkat 5. Ajarkan teknik ambulasi & 4. Klien dan keluarga memahami
ektermitas bawah ¼. 3. Nyeri berkurang perpindahan yang aman prosedur dan mengurangi
4. Gerakan terbatas menurun kepada klien dan keluarga. kecemasan
5. Mengurangi bertambahnya
cedera pada fraktur klien.

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


27

Diagnosa 1
Nyeri Akut berhubungan dengan trauma otot dan kerusakan sekunder fraktur di tandai dengan klien tampan menangis dan berteriak
kesakitan, terdapat fraktur pada paha kanan, bengkak dan tampak ada lebam, TTV: TD= 120/80, N= 98 x/menit, RR=22 x/menit, dan
S=36,5.

Tanda tangan
Hari/Tanggal, dan
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama
Perawat
Senin, 21 1. mengobservasi TTV Jam 14.00 WIB
September 2020 2. Memonitor kualitas, lokasi, intensitas,
11.00 WIB dan durasi nyeri S: pasien mengatakan Nyeri seperti tertusuk-
3. Mengajarkan teknik relaksasi dan tusuk, di paha kanan, dan nyeri pada saat gerak
distraksi aktif dan pasif
4. Menjelaskan pada klien dan keluarga O:
penyebab nyeri dan cara manajeman Rini
nyeri - TTV pasien TD: 120/80, N: 98x/menit S:
5. Berkolaborasi dengan dokter dan 36,5 ˚C
tenaga kesehatan lain dalam pemberian - Skala nyeri 7
terapi pengurang nyeri seperti ketoralac - Pasien terlihat lebih tenang
30 mg - Pasien memahami penyebab dan cara
manajemen nyeri
- Pasien menerima terapi yang diberikan

A: masalah belum teratasi


28

P:

1. Observasi TTV
2. Monitor kualitas, lokasi, intensitas, dan
durasi nyeri
3. Kolaborasi dengan dokter dan tenaga
kesehatan lain dalam pemberian terapi

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


29

Diagnosa 2
Resiko perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke perifer

Tanda tangan
Hari/Tanggal,
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
Senin, 21 1. Memasang monitor untuk pasien. Jam 14.00
September 2020 2. Berkolaborasi dengan S:
11.00 WIB laboratorium untuk pemeriksaan Pasien mengatakan pusing berkurang
spesimen darah lengkap. O:
3. Berkolaborasi dengan tim medis a. Pasien tampak pucat
dalam pemberian terapi cairan b. cappilary refill ≥2 detik Rini
seperti Nacl 0,9% c. ekstermitas bawah dingin
4. Melakukan penilaian secara d. HB: 12,6 gr/dl
komprehensif fungsi sirkulasi (cek e. RGB: 4.11 x 106/uL
nadi, TD, CRT, temperature, f. TTV :
SpO2, dan akral). S : 36,5°C
N : 98 x/menit
R : 22 x/menit
TD : 120/80 mmHg
A:
Masalah keperawatan belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi :
1. Memasang monitor untuk pasien.
2. Berkolaborasi dengan laboratorium untuk
30

pemeriksaan spesimen darah lengkap.


3. Berkolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian terapi cairan seperti Nacl 0,9%
4. Melakukan penilaian secara komprehensif
fungsi sirkulasi (cek nadi, TD, CRT,
temperature, SpO2, dan akral).

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


31

Diagnosa 3
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur tulang ditandai dengan klien tidak dapat menggerakkan
kaki bagian kanan secara bebas ada nyeri tekan, kekuatan otot ekstermitas atas 5/5 ektermitas bawah ¼.
Tanda tangan
Hari/Tanggal,
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
Senin, 21 1. Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan Jam 14.00 WIB
September 2020 fisik lainnya S:
11.00 WIB 2. Melakukan pembidaian pada bagian kaki yang Klien mengatakan tidak dapat
mengalami fraktur. menggerakkan kaki kanan
3. Merencanakan tindakan OREF O:
4. Menjelaskan pada klien dan keluarga prosedur - tidak dapat menggerakkan kaki
OREF bagian kanan secara bebas
5. Mengajarkan teknik ambulasi & perpindahan - ada nyeri tekan
yang aman kepada klien dan keluarga. - kekuatan otot ekstermitas atas 5/5
ektermitas bawah ¼
A: Rini
Masalah keperawatan teratasi
sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
1. Melakukan pembidaian pada
bagian kaki yang mengalami
fraktur.
2. Merencanakan tindakan OREF
3. Mengajarkan teknik ambulasi
32

& perpindahan yang aman


kepada klien dan keluarga.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas yang normal dari suatu tulang.
Jika terjadi fraktur, maka jaringan lunak di sekitarnya juga sering kali terganggu.
Radiografi (sinar-x) dapat menunjukkan keberadaan cedera tulang, tetapi tidak
mampu menunjukkan otot atau ligamen yang robek, saraf yang putus, atau
pembuluh darah yang pecah sehingga dapat menjadi komplikasi pemulihan klien (
Black dan Hawks, 2014).
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila
tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Sedangkan
fraktur terbuka bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar
oleh karena perlukaan di kulit. Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi
di Sekitar tempat patah ke dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan
lunak juga biasanya mengalami kerusakan. Reaksi perdarahan biasanya timbul
hebat setelah fraktur (Brunner & Suddarth, 2012).

3.2 Saran
Sebagai perawat diharapkan mampu membuat asuhan keperawatan dengan
baik terhadap Fraktur baik fraktur terbuka maupun tertutup. Oleh karena itu,
perawat juga harus mampu berperan sebagai pendidik dalam hal ini melakukan
penyuluhan ataupun memberikan edukasi kepada pasien maupun keluarga pasien
terutama mengenai tanda-tanda dan penanganan pertama pada fraktur.
34

DAFTAR PUSTAKA

Apley, A. Gaham. 2015. Buku Ajar Orthopedic dan Fraktur Sistem Apply edisi


Kesembilan. Jakarta: Widya Medika

Brunner, Suddarth. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol
3. Jakarta: EGC.

Muttaqin. 2013. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Muskuloskeletal. Jakarta:EGC

NANDA International. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi


2015-2017. Jakarta: EGC.

Price, S., & Wilson, L. 2016.  Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. Jakarta: EGC

Syaifuddin. 2016. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan.


Jakarta:EGC.
35

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
Jalan Beliang No.110 Palangka Raya Telp/Fax (0535) 3327707

LEMBAR KONSULTASI

Nama Mahasiswa : Rini


Program Studi : S1 Keperawatan
NIM : 2017. C.09a.0859
Tingkat/Prodi : IVA/ S1 Keperawatan
Pembimbing Akademik : Yelstria Ulina Tarigan S.Kep., Ns

Hari/Tgl/Waktu Catatan Pembimbing Tanda Tangan


No
Pembimbin Mahasiswa
.
g

1. Senin, 21 Sep 1. Pre initial assessment gadar dan Rini


2020 triage

2. Rabu, 23 Sep 1. Lanjut Pre initial assessment Rini


2020 gadar dan triage
2. Revisi LP sesuai masukkan
3. Lanjut askep, video Tindakan dan
penkes

3 Selasa, 29 1. Revisi Askep Rini


September 2020
36

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : Patah Tulang


Sasaran : Pasien dan Keluarga Pasien
Hari / tanggal : 21 September 2020
Waktu : 10 menit
Tempat : Ruang IGD

1. Tujuan Instruksional Umum


Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 x 30 menit diharapkan
pasien dan keluarga pasien dapat memahami tentang patah tulang, proses
pengobatan dan makanan yang dianjurkan.

2. Tujuan Instruksional Khusus


a. Keluarga dapat menyebutkan pengertian patah tulang, penyebab, tanda dan
gejala dan perawatan setelah patah tulang.
b. Keluarga dapat berperan dalam melakukan mobilisasi pada pasien patah
tulang

3. Materi Pengajaran
a. Pengertian patah tulang
b. Penyebab patah tulang
c. Macam-macam patah tulang
d. Tanda dan gejala patah tulang
e. Pertolongan pertama pada patah tulang
f. Faktor penyembuhan pada patah tulang
g. Perawatan mandiri pada patah tulang
37

4. Metode
 Ceramah dan tanya jawab.
Penyuluhan dilakukan dengan media diskusi secara terbuka, yaitu dengan
memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga. Keluarga dapat
mengajukan pertanyaan setelah penyampain materi selesai.

5. Media
1. Leaflet

No Kegiatan Waktu Evaluasi


.
1 Memberi salam, 1 menit Klien menjawab salam,
menanyakan keadaan klien mempersilahkan masuk dan
menyetujui kontrak waktu
2 Menjelaskan maksud 1 menit Klien mendengarkan dengan
kedatangan dan membuat seksama dan menyetujui kontrak
kontrak waktu waktu yang ditetapkan bersama
3 Melakukan pendidikan 5 menit Klien memperhatikan dengan
kesehatan tentang patah seksama.
tulang
4 - Menanyakan kepada 2 menit Menanggapi dengan melakukan
klien tentang kejelasan pertanyaan
materi yang disampaikan.
- Mempersilahkan pasien/ Menjawab pertanyaan dari pasien
keluarga pasien atau keluarga.
mengajukan pertanyaan
5 Mengakhiri kontrak waktu 1 menit Klien dan keluarga
dan berpamitan kepada mempersilahkan dengan baik
pasien dan keluarganya
38

6. Evaluasi
a. Evaluasi structural
1) Satuan Acara Pengajaran sudah siap sesuai dengan masalah keperawatan
2) Kontrak waktu sudah tepat dengan kelompok masyarakat
3) Media sudah disiapkan yaitu Leaflet
b. Evaluasi Proses
1) Peserta yang hadir
2) Media dapat digunakan dengan baik
3) Pendidikan kesehatan dapat dilaksanakan sesuai waktu.
4) Partisipasi peserta yang hadir
5) Peserta dapat mengikuti sampai selesai
c. Evaluasi Hasil
Keluarga dapat memahami patah tulang, tanda dan gejala, pertolongan
pertama pada patah tulang dan perawatan setelah patah tulang
39

MATERI PENYULUHAN

1. Pengertian
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang bersifat
total maupun sebagian. Fraktur Femur atau patah tulang paha adalah rusaknya
kontinuitas tulang pangkal paha yang disaebabkan oleh trauma langsung,
kelelahan otot, dan kondisi tertentu, seperti degenerasi tulang atau osteoporosis.
(Muttaqin, 2013)
Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas yang normal dari suatu tulang. Jika
terjadi fraktur, maka jaringan lunak di sekitarnya juga sering kali terganggu.
Radiografi (sinar-x) dapat menunjukkan keberadaan cedera tulang, tetapi tidak
mampu menunjukkan otot atau ligamen yang robek, saraf yang putus, atau
pembuluh darah yang pecah sehingga dapat menjadi komplikasi pemulihan klien (
Black dan Hawks, 2014).
2. Penyebab Patah tulang
Penyebab fraktur femur antara lain (Muttaqin, 2013):
a. Fraktur femur terbuka
Disebabkan oleh trauma langsung pada paha
b. Fraktur femur tertutup
Disebabkan oleh trauma langsung atau kondisi tertentu, seperti degenerasi
tulang (osteoporosis) dan tumor atau keganasan tulang paha yang
menyebabkan fraktur patologis
3. Macam-macam patah tulang
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak
terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Sedangkan fraktur
terbuka bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh
karena perlukaan di kulit. Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi di
Sekitar tempat patah ke dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan
lunak juga biasanya mengalami kerusakan
40

4. Tanda dan Gejala Patah Tulang


Menurut Brunner & Suddarth (2012), tanda dan gejala fraktur femur yaitu:
6. Nyeri
Terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
dimobilisasi.Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai
alamiah yang dirncang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen
tulang.
7. Gerakan luar biasa
Bagian –bagian yang tidak dapat digunkan cendrung bergerak secara tidak
alamiah bukannya tetap rigid seperti normalnya.
8. Pemendekan tulang
Terjadi pada fraktur panjang. Karena kontraksi otot yang melekat di atas
dan dibawah tempat fraktur.
9. Krepitus tulang (derik tulang)
Akibat gerakan fragmen satu dengan yang lainnya.
10. Pembengkakan dan perubahan warna tulang
Akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini terjadi
setelah beberapa jam atau hari.

5. Pertolongan Pertama Pada Patah Tulang


Penanganan darurat :

1. Minta pertolongan ke orang sekitar


2. Jangan memindahkan korban, kecuali kalau ada bahaya
3. Hentikan pendarahan dengan menekan kuat pada luka dengan pembalut
bersih
4. Jangan meluruskan tulang yang patah 5.  Letakkan bantal pada lengan atau
kaki
5. Lakukan pembidaian bila perlu dan mampu
6. Gunakan selempang untuk mendukung lengan atau tulang selangka yang
mengalami patah tulang
7. Kompres dingin untuk mengurangi pembengkakan dan rasa sakit
41

8. Hentikan orang dari makan atau minum


9. Rujuk ke rumah sakit terdekat.

6. Faktor Penyembuh patah tulang


Penyembuhan fraktur tulang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu (Smeltzer
& Bare, 2005) :
a. Imobilisasi fragmen tulang
b. Asupan darah yang memadai
c. Nutrisi yang baik
d. Hormon-hormon pertumbuhan, tiroid, kalsitonin, vitamin D, steroid dan
anabolik
e. Potensial listrik pada patahan tulang

7. Perawatan Mandiri patah tulang


a. Hindari gips dari panas langsung
b. Istirahatkan anggota badan sebanyak mungkin.
c. Gunakan teknik berjalan yang telah diajarkan
d. Hindari mengagkat atau mengemudi
e. Jika kulit di bawah gips gatal, jangan menyodok gips
f. Jangan sampai gips basah
g. Temui dokter jika ada masalah
42

DAFTAR PUSTAKA

Apley, A. Gaham. 2015. Buku Ajar Orthopedic dan Fraktur Sistem Apply edisi


Kesembilan. Jakarta: Widya Medika

Brunner, Suddarth. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol
3. Jakarta: EGC.

Muttaqin. 2013. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Muskuloskeletal. Jakarta:EGC

NANDA International. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi


2015-2017. Jakarta: EGC.
43
44
45
46

Anda mungkin juga menyukai