Oleh :
Nama : Rini
Nim : 2017.C.09a.0859
KATA PENGANTAR
i
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya untuk dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan Diagnosa Medis Close Fraktur
Femur Dextra Pada Nn.N Di Kasus Keperawatan Gawat Darurat, dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya. Saya berharap laporan pendahuluan
dan asuhan keperawatan penyakit ini dapat berguna dan menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai penyakit Close Fraktur Femur Dextra.
Penulis
DAFTAR ISI
ii
Lembar Pengesahan.............................................................................................................i
Kata Pengantar.....................................................................................................................ii
Daftar Isi..............................................................................................................................iii
BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Konsep Penyakit.............................................................................................................1
1.1.1 Definisi..........................................................................................................................1
1.1.2 Anatomi Dan Fisiologi..................................................................................................1
1.1.3 Klasifikasi.....................................................................................................................3
1.1.4 Etiologi..........................................................................................................................4
1.1.5 Patofisiologi (Patway)...................................................................................................5
1.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda Dan Gejala)........................................................................7
1.1.7 Komplikasi....................................................................................................................7
1.1.8 Pemeriksaan Penunjang................................................................................................8
1.1.9 Penatalaksanaan Medis.................................................................................................9
1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan
1.2.1 Pengkajian...................................................................................................................11
1.2.2 Diagnosa......................................................................................................................14
1.2.3 Intervensi.....................................................................................................................15
1.2.4 Implementasi...............................................................................................................16
1.2.5 Evaluasi.......................................................................................................................16
BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian......................................................................................................................17
2.2 Diagnosa.........................................................................................................................23
2.3 Intervensi........................................................................................................................24
2.4 Implementasi..................................................................................................................27
2.5 Evaluasi..........................................................................................................................27
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................33
3.2 Saran...............................................................................................................................33
Lampiran
Daftar Pustaka
iii
iv
BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN
1
2
2. Fisiologi tulang
Tulang terdiri dari 3 jenis sel:
a. Osteoblast
Membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan
proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteosid melalui suatu
proses yangh disebut osifikasi.
b. Osteosit
Adalah sel tulang dewasa yng bertindak sebagai suatu lintasan untuk
pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.
3
c. Osteoklas
Adalah sel besar yang berinti banyak yang memungkinkan mineral
dan matriks tulang dapat di absorbsi. Sel ini menghasilkan enzim
proteolitik, yang memecah matriks dan beberapa asam yang melarutklan
mineral tulang sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke dalam aliran darah.
3. Os Femur
Merupakan tulang pipa terpanjang dan terbesar yang terhubung dengan
asetabulum membentuk kepala sendi yang disebut kaput femoris. Disebelah
atas dan bawah kolumna femoris terdapat taju yang disebut trokanter mayor
dan trokanter minor. Di bagian ujung membentuk persendian lutut, terdapat
dua buah tonjolan yang disebut kondilus medialis dan kondilus lateralis. Di
antara kedua kondilus ini terdapat lekukan tempat letaknya tulang tempurung
lutut (patela) yang disebut dengan fosa kondilus.
Os tibialis dan fibularis merupakan tulang pip yng terbesar sesudah tulang
paha yang membentuk persendian dengan os femur. Pda bagian ujungnya
terdapat tonjolan yang disebut maleolus lateralis atau mata kaki luar. Os tibia
bentuknya lebih kecil, pada pangklal melekat os fibula, pada bagian ujung
membentuk persendian dengan tulang pangkal kaki dan terdapat taju yang
disebut os maleolus medialis (Syaifuddin, 2016).
1.1.3 Etiologi
Penyebab fraktur femur antara lain (Muttaqin, 2013):
1. Fraktur femur terbuka
Disebabkan oleh trauma langsung pada paha
2. Fraktur femur tertutup
Disebabkan oleh trauma langsung atau kondisi tertentu, seperti degenerasi
tulang (osteoporosis) dan tumor atau keganasan tulang paha yang
menyebabkan fraktur patologis.
4
1.1.4 Klasifikasi
Dua tipe fraktur femur adalah sebagai berikut (Muttaqin, 2013):
1. Fraktur interkapsuler femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul,
dan melalui kepala femur (fraktur kapital).
2. Fraktur ekstrakapsular
a. Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokanter femur yang lebih
besar/ lebih kecil/ pada daerah intertrokanter.
b. Terjadi di bagian distal menuju leher femur, tetapi tidak lebih dari 2
inci di bawah trokanter minor.
Klasifikasi fraktur femur:
1. Fraktur leher femur
Merupakan jenis fraktur yang sering ditemukan pada orang tua terutama
wanita usia 60 tahun ke atas disertai tulang yang osteoporosis. Fraktur
leher femur pada anak anak jarang ditemukan fraktur ini lebih sering
terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan dengan perbandingan
3:2. Insiden tersering pada usia 11-12 tahun.
2. Fraktur subtrokanter
Dapat terjadi pada semua usia, biasanya disebabkan trauma yang hebat.
Pemeriksaan dpat menunjukkan fraktur yang terjadi dibawah trokanter
minor.
3. Fraktur intertrokanter femur
Pada beberapa keadaan, trauma yang mengenai daerah tulang femur.
Fraktur daerah troklear adalah semua fraktur yang terjadi antara trokanter
mayor dan minor. Frkatur ini bersifat ekstraartikular dan sering terjadi
pada klien yang jatuh dan mengalami trauma yang bersifat memuntir.
Keretakan tulang terjadi antara trokanter mayor dan minor tempat fragmen
proksimal cenderung bergeser secara varus. Fraktur dapat bersifat
kominutif terutama pada korteks bagian posteomedial.
4. Fraktur diafisis femur
Dapat terjadi pada daerah femur pada setiap usia dan biasanya karena
trauma hebat, misalnya kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian.
5
1.1.5 Patofisiologi
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila
tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Sedangkan
fraktur terbuka bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar
oleh karena perlukaan di kulit. Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi
di Sekitar tempat patah ke dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan
lunak juga biasanya mengalami kerusakan. Reaksi perdarahan biasanya timbul
hebat setelah fraktur. Sel- sel darah putih dan sel anast berakumulasi
menyebabkan peningkatan aliran darah ketempat tersebut aktivitas osteoblast
terangsang dan terbentuk tulang baru umatur yang disebut callus. Bekuan fibrin
direabsorbsidan sel- sel tulang baru mengalami remodeling untuk membentuk
tulang sejati. Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut syaraf yang
berkaitan dengan pembengkakan yang tidak di tangani dapat menurunkan asupan
darah ke ekstrimitas dan mengakibatkan kerusakan syaraf perifer. Bila tidak
terkontrol pembengkakan akan mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan,
oklusi darah total dan berakibat anoreksia mengakibatkan rusaknya serabut syaraf
maupun jaringan otot. Komplikasi ini di namakan sindrom compartment.
(Brunner & Suddarth, 2012)
6
2.1.6 Web Of Caution
1.1.7 Komplikasi
Komplikasi fraktur femur yaitu (Muttaqin, 2013):
1. Fraktur leher femur
Komplikasi bergantung pada beberapa faktor. Komplikasi yang bersifat
umum adalah trombosis vena, emboli paru, pneumonias, dan dekubitus.
Nekrosis avaskular terjadi pada 30% klien fraktur femur yang disertai
pergeseran dan 10% fraktur tanpa pergeseran. Apabila lokasi fraktur lrbih
ke proksimal, kemungklinan terjadi nekrosis avaskular lebih besar.
2. Fraktur diafisis femur
a. Komplikasi dini
Komplikasi dini harus segera ditangani dengan serius olh perawat
yang melaksanakan asuhan keperawatan pada klien fraktur diafisis
femur. Perawat dapat melakukan pengenalan dini dan pengawasan
7
8
Komplikasi yang sering terjadi pada klien dengan fraktur diafisis femur
adalah sebagai berikut:
1) Delayed Union. Fraktur femur pada orang dewasa mengalami
union dalam empat bulan.
2) Non union. Apabila permukaan fraktur menjadi bulat dan sklerotik,
perawat perlu mencurigai adanya non union. Oleh karena itu,
diperlukan fiksasi internal dan bone graft.
3) Mal union. Bila terjadi pergeseran kembali kedua ujung fragmen,
diperlukan pengamatan terus menerus selama perawatan. Angulasi
lebih sering ditemukan. Mal union juga mnyebabkan pemendekan
tungkai sehingga dipelukan koreksi berupa osteotomi.
4) Kaku sendi lutut. Setelah fraktur femur biasanya terjadi kesulitan
pergerakan pada sendi lutut. Hal ini dapat dihindari apabila
fisioterapi yang intensif dan sistematis dilakukan lebih awal.
5) Refraktur. Terjadi pada mobilisasi dilakukan sebelum union yang
solid.
1.1.9 Penatalaksanaan
1. Fraktur Femur Terbuka
Menurut Apley (2015), fraktur femur terbuka harus dinilai dengan cermt
untuk mengetahui ada tidaknya kehilangan kulit, kontaminasi luka,
iskemia otot, cedera pada pembuluh darah dan saraf. Intervensi tersebut
meliputi:
a. Profilaksis antibiotik
b. Debridemen
Pembersihan luka dan debridemen harus dilakukan dengan sedikit
mungkin penundaan. Jika terdapat kematian jaringan yang mati
dieklsisi dengan hati-hati. Luka akibat penetrasi fragmen luka yang
tajam juga perlu dibersihkan dan dieksisi, terapi yang cukup dengan
debridemen terbatas saja.
c. Stabilisasi
Dilakukan pemasangan fiksasi interna atau eksterna.
d. Penundaan tertutup
e. Penundaan rehabilitasi
2. Fraktur Femur Tertutup
Pengkajian ini diperlukan oleh perawat sebagai peran kolaboratif dalam
melakukan asuhan keperawatan. Denagn mengenal tindakan medis, perawat
dapat mengenal impliksi pada setiap tindakan medis yang dilakukan.
a. Fraktur trokanter dan sub trokanter femr, meliputi:
1) Pemasangan traksi tulang selama 6-7 minggu yang dilanjutkan
dengan gips pinggul selama 7 minggu merupakn alternaltif
pelaksanaan pada klien usia muda.
2) Reduksi terbuka dan fiksasi interna merupakan pengobatan pilihan
dengan memergunakan plate dan screw.
b. Fraktur diafisis femur, meliputi:
1) Terapi konserfativ
2) Traksi kulit merupakan pengobatan sementara sebelum dilakukan
terapi definitif untuk mengurangi spasme otot.
11
sianosis, kaji jumlah perdarahan dan lokasi, capillary refill >2 detik
apabila ada perdarahan.
d. Disability: kaji tingkat kesadaran sesuai GCS, respon pupil anisokor
apabila adanya diskontinuitas saraf yang berdampak pada medulla
spinalis.
e. Exposure/Environment: fraktur terbuka di femur dekstra, luka laserasi
pada wajah dan tangan, memar pada abdomen, perut semakin
menegang.
2. Secondary survey
a. Fokus Asesment
1) Kepala: Wajah, kulit kepala dan tulang tengkorak, mata, telinga,
dan mulut. Temuan yang dianggap kritis:
Pupil tidak simetris, midriasis tidak ada respon terhadap cahaya ?
Patah tulang tengkorak (depresi/non depresi, terbuka/tertutup)?
Robekan/laserasi pada kulit kepala?
Darah, muntahan atau kotoran di dalam mulut?
Cairan serebro spinal di telinga atau di hidung?
Battle sign dan racoon eyes?
2) Leher: lihat bagian depan, trachea, vena jugularis, otot-otot leher
bagian belakang. Temuan yang dianggap kritis: Distensi vena
jugularis, deviasi trakea atau tugging, emfisema kulit
3) Dada: Lihat tampilan fisik, tulang rusuk, penggunaan otot-otot
asesoris, pergerakan dada, suara paru. Temuan yang dianggap
kritis: Luka terbuka, sucking chest wound, Flail chest dengan
gerakan dada para doksikal, suara paru hilang atau melemah,
gerakan dada sangat lemah dengan pola napas yang tidak adekuat
(disertai dengan penggunaaan otot-otot asesoris).
4) Abdomen: Memar pada abdomen dan tampak semakin tegang,
lakukan auskultasi dan palpasi dan perkusi pada abdomen. Temuan
yang dianggap kritis ditekuannya penurunan bising usus, nyeri
tekan pada abdomen bunyi dullness.
13
3. Anamnesis
keluarga, sosial, dan sistem. Pengkajian riwayat pasien secara optimal harus
diperoleh langsung dari pasien, jika berkaitan dengan bahasa, budaya, usia,
dan cacat atau kondisi pasien yang terganggu, konsultasikan dengan anggota
keluarga, orang terdekat, atau orang yang pertama kali melihat kejadian.
Anamnesis juga harus meliputi riwayat AMPLE yang bisa didapat dari
makanan)
14
penyalahgunaan obat
herbal)
L : Last meal (obat atau makanan yang baru saja dikonsumsi, dikonsumsi
15
16
1.2.4 Implementasi
Pada tahap ini ada pengolahan dan perwujudan dari rencana
perawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan keperawatan yang
telah ditentukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan secara optimal.
1.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sitematik dan terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah dilakukan dengan
berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lain.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
17
18
3.3.4 Disability
Pasien dalam keadaan composmentis GCS 15, pupil isokor reaksi terhadap
cahaya kanan dan kiri positif, kejang (-), pelo (-), tidak Afasia, tidak Disanthria,
kekuatan otot ekstermitas atas 5/5 ektermitas bawah 1/4, reflek patela (+),
bisep/trisep (+).
3.3.5 Exposure
Tidak terdapat perlukaan pada bagian tubuh lainnya, terdapat adanya fraktur
pada paha kanan. Terdapat lebam dan bengkak pada fraktur. Tidak terdapat
edema.
3.4 Data Sekunder
3.4.1 Kepala
Kulit kepala tampak bersih, mata tampak simetris, konjungtiva anemis,
tidak ditemukan massa pada leher, tidak ada jaringan parut, kelenjar limfe tidak
teraba, kelenjar tiroid tidak teraba, mobilitas leher bebas.
3.4.2 Thorax/ jantung
Bentuk dada simetris. Bunyi jantung normal S1-S2 tunggal (lub-dub), tidak
ada suara tambahan, bunyi rongga dada sonor (suara perkusi jaringan yang
normal).
3.4.3 Punggung
Tidak terdapat pembengkakan, jejas atau luka pada punggung. Tulang
belakang normal tidak ada kelainan.
3.4.4 Abdomen
Tidak terjadi distensi pada abdomen, tidak terdapat nyeri tekan, bising usus
6 kali/menit, tampak adanya ascites.
3.4.5 Genitaurinary
Tidak terdapat kemerahan, tidak terdapat gatal-gatal, tidak terdapat kelainan
pada organ reproduksi.
3.4.6 Ektremitas
Kemampuan pergerakan sendi bebas, tidak terdapat nyeri. Uji kekuatan otot
ektrimitas atas 5|5, ekstremitas bawah 1|4.
19
2) EKG
Tidak ada dilakukan pemeriksaan EKG.
21
ANALISIS DATA
DS:
Fraktur
Pasien mengatakan sakit
↓
paha karena kecelakan, Ganguan muskuluskeletal
↓
nyeri seperti ditusuk-
Diskontiunitas tulang
tusuk, di paha kanan, skala ↓ Nyeri Akut
Keruskan jaringan saraf
nyeri 7, nyeri terus ↓
menerus pada saat gerak Reseptor nyeri
terangsang
aktif maupun pasif. ↓
Nyeri Akut
DO:
- Klien tampak menangis
dan berteriak kesakitan
- Tampak terpasang infus
Nacl 20 tpm
- Dari hasil pemeriksaan
terdapat Fraktur pada
paha kanan
- Terdapat lebam
- Bengkak
- TTV :
S : 36,5°C
N : 98 x/menit
R : 22 x/menit
TD : 120/80 mmHg
22
PRIORITAS MASALAH
RENCANA KEPERAWATAN.
Nama Pasien : Nn. N
Ruang Rawat : IGD
Diagnosa Keperawatan Tujuan (KriteriaHasil) Intervensi Rasional
1. Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi TTV 1.Mengetahui keadaan umum klien
berhubungan dengan keperawatan selama 1x2 jam 2. Monitor kualitas, lokasi, dan menetukan intervensi yang
trauma otot dan diharapkan nyeri akut intensitas, dan durasi nyeri tepat
kerusakan sekunder berkurang. 3. Ajarkan teknik relaksasi dan 2.Mengetahui keadaan umum klien
fraktur di tandai dengan Krtiteria Hasil: distraksi dan tingkat nyeri yang dialami
klien tampan menangis 4. Menjelaskan pada klien dan klien
dan berteriak kesakitan, 1. Keluhan nyeri berkurang keluarga penyebab nyeri dan cara 3.Napas dalam dapat mengurangi
terdapat fraktur pada 2. Skala nyeri menurun manajeman nyeri rasa nyeri dan meningkatkan
paha kanan, bengkak 3. Pasien lebih nyaman 5. Kolaborasi dengan dokter dan kontrol terhadap nyeri yang
dan tampak ada lebam, 4. Pasien tidak menangis dan tenaga kesehatan lain dalam mungkin berlangsul lama
TTV: TD= 120/80, N= berteriak lagi pemberian terapi pengurang nyeri 4.Memberikan penjelasan akan
98 x/menit, RR=22 seperti ketoralac 30 mg menambah pengetahuan klien
x/menit, dan S=36,5. tentang nyeri dan cara
mengurangi nyeri akan bantu
klien mengontrol rasa nyeri
5.Merupakan tindakan dependen
perawat, dan analgetik berfungsi
untuk memblok stimulasi nyeri
dan mengurangi rasa nyeri.
25
RENCANA KEPERAWATAN
2. Resiko perfusi jaringan Setelah dilakukan tindakan 1. Pasang monitor untuk pasien. 1. Memantau kondisi pasien
perifer tidak efektif keperawatan selama 1x2 jam 2. Kolaborasi dengan 2. Mengetahui apakah ada
berhubungan dengan diharapkan perfusi jaringan laboratorium untuk masalah sirkulasi pasien
penurunan suplai efektif pemeriksaan spesimen darah 3. Mencegah terjadinya syok atau
oksigen ke perifer Krtiteria Hasil: lengkap. kekurangan cairan pada klien
3. Kolaborasi dengan tim medis yang akan mengganggu
1. Akral terasa hangat dalam pemberian terapi sirkulasi.
2. CRT<2 menit cairan seperti Nacl 0,9% 4. Sehingga dapat mengetahui
3. Pasien tidak pucat 4. Lakukan penilaian secara keadaan pada sirkulasi secara
komprehensif fungsi sirkulasi menyeluruh.
(cek nadi, TD, CRT,
temperature, SpO2, dan
akral).
RENCANA KEPERAWATAN
26
3. Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi adanya nyeri atau 1. Mengetahui tingkat nyeri atau
berhubungan dengan keperawatan selama 1x2 jam keluhan fisik lainnya keluhan klien
kerusakan integritas diharapkan gangguan mobilitas 2. Lakukan pembidaian pada 2. Mengurangi pergerakan pada
struktur tulang ditandai fisik berkurang bagian kaki yang mengalami tulang yang patah
dengan klien tidak dapat fraktur. 3. Fiksasi ini memberikan rasa
menggerakkan kaki Kriteria hasil: 3. Recanakan tindakan OREF nyaman pada pasien
bagian kanan secara bebas 1. Pergerakan ekstermitas 4. Jelaskan pada klien dan mengalami kerusakan fragmen
ada nyeri tekan, kekuatan meningkat keluarga prosedur OREF tulang
otot ekstermitas atas 5/5 2. Kekuatan otot meningkat 5. Ajarkan teknik ambulasi & 4. Klien dan keluarga memahami
ektermitas bawah ¼. 3. Nyeri berkurang perpindahan yang aman prosedur dan mengurangi
4. Gerakan terbatas menurun kepada klien dan keluarga. kecemasan
5. Mengurangi bertambahnya
cedera pada fraktur klien.
Diagnosa 1
Nyeri Akut berhubungan dengan trauma otot dan kerusakan sekunder fraktur di tandai dengan klien tampan menangis dan berteriak
kesakitan, terdapat fraktur pada paha kanan, bengkak dan tampak ada lebam, TTV: TD= 120/80, N= 98 x/menit, RR=22 x/menit, dan
S=36,5.
Tanda tangan
Hari/Tanggal, dan
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama
Perawat
Senin, 21 1. mengobservasi TTV Jam 14.00 WIB
September 2020 2. Memonitor kualitas, lokasi, intensitas,
11.00 WIB dan durasi nyeri S: pasien mengatakan Nyeri seperti tertusuk-
3. Mengajarkan teknik relaksasi dan tusuk, di paha kanan, dan nyeri pada saat gerak
distraksi aktif dan pasif
4. Menjelaskan pada klien dan keluarga O:
penyebab nyeri dan cara manajeman Rini
nyeri - TTV pasien TD: 120/80, N: 98x/menit S:
5. Berkolaborasi dengan dokter dan 36,5 ˚C
tenaga kesehatan lain dalam pemberian - Skala nyeri 7
terapi pengurang nyeri seperti ketoralac - Pasien terlihat lebih tenang
30 mg - Pasien memahami penyebab dan cara
manajemen nyeri
- Pasien menerima terapi yang diberikan
P:
1. Observasi TTV
2. Monitor kualitas, lokasi, intensitas, dan
durasi nyeri
3. Kolaborasi dengan dokter dan tenaga
kesehatan lain dalam pemberian terapi
Diagnosa 2
Resiko perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke perifer
Tanda tangan
Hari/Tanggal,
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
Senin, 21 1. Memasang monitor untuk pasien. Jam 14.00
September 2020 2. Berkolaborasi dengan S:
11.00 WIB laboratorium untuk pemeriksaan Pasien mengatakan pusing berkurang
spesimen darah lengkap. O:
3. Berkolaborasi dengan tim medis a. Pasien tampak pucat
dalam pemberian terapi cairan b. cappilary refill ≥2 detik Rini
seperti Nacl 0,9% c. ekstermitas bawah dingin
4. Melakukan penilaian secara d. HB: 12,6 gr/dl
komprehensif fungsi sirkulasi (cek e. RGB: 4.11 x 106/uL
nadi, TD, CRT, temperature, f. TTV :
SpO2, dan akral). S : 36,5°C
N : 98 x/menit
R : 22 x/menit
TD : 120/80 mmHg
A:
Masalah keperawatan belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi :
1. Memasang monitor untuk pasien.
2. Berkolaborasi dengan laboratorium untuk
30
Diagnosa 3
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur tulang ditandai dengan klien tidak dapat menggerakkan
kaki bagian kanan secara bebas ada nyeri tekan, kekuatan otot ekstermitas atas 5/5 ektermitas bawah ¼.
Tanda tangan
Hari/Tanggal,
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
Senin, 21 1. Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan Jam 14.00 WIB
September 2020 fisik lainnya S:
11.00 WIB 2. Melakukan pembidaian pada bagian kaki yang Klien mengatakan tidak dapat
mengalami fraktur. menggerakkan kaki kanan
3. Merencanakan tindakan OREF O:
4. Menjelaskan pada klien dan keluarga prosedur - tidak dapat menggerakkan kaki
OREF bagian kanan secara bebas
5. Mengajarkan teknik ambulasi & perpindahan - ada nyeri tekan
yang aman kepada klien dan keluarga. - kekuatan otot ekstermitas atas 5/5
ektermitas bawah ¼
A: Rini
Masalah keperawatan teratasi
sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
1. Melakukan pembidaian pada
bagian kaki yang mengalami
fraktur.
2. Merencanakan tindakan OREF
3. Mengajarkan teknik ambulasi
32
3.1 Kesimpulan
Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas yang normal dari suatu tulang.
Jika terjadi fraktur, maka jaringan lunak di sekitarnya juga sering kali terganggu.
Radiografi (sinar-x) dapat menunjukkan keberadaan cedera tulang, tetapi tidak
mampu menunjukkan otot atau ligamen yang robek, saraf yang putus, atau
pembuluh darah yang pecah sehingga dapat menjadi komplikasi pemulihan klien (
Black dan Hawks, 2014).
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila
tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Sedangkan
fraktur terbuka bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar
oleh karena perlukaan di kulit. Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi
di Sekitar tempat patah ke dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan
lunak juga biasanya mengalami kerusakan. Reaksi perdarahan biasanya timbul
hebat setelah fraktur (Brunner & Suddarth, 2012).
3.2 Saran
Sebagai perawat diharapkan mampu membuat asuhan keperawatan dengan
baik terhadap Fraktur baik fraktur terbuka maupun tertutup. Oleh karena itu,
perawat juga harus mampu berperan sebagai pendidik dalam hal ini melakukan
penyuluhan ataupun memberikan edukasi kepada pasien maupun keluarga pasien
terutama mengenai tanda-tanda dan penanganan pertama pada fraktur.
34
DAFTAR PUSTAKA
Brunner, Suddarth. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol
3. Jakarta: EGC.
LEMBAR KONSULTASI
3. Materi Pengajaran
a. Pengertian patah tulang
b. Penyebab patah tulang
c. Macam-macam patah tulang
d. Tanda dan gejala patah tulang
e. Pertolongan pertama pada patah tulang
f. Faktor penyembuhan pada patah tulang
g. Perawatan mandiri pada patah tulang
37
4. Metode
Ceramah dan tanya jawab.
Penyuluhan dilakukan dengan media diskusi secara terbuka, yaitu dengan
memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga. Keluarga dapat
mengajukan pertanyaan setelah penyampain materi selesai.
5. Media
1. Leaflet
6. Evaluasi
a. Evaluasi structural
1) Satuan Acara Pengajaran sudah siap sesuai dengan masalah keperawatan
2) Kontrak waktu sudah tepat dengan kelompok masyarakat
3) Media sudah disiapkan yaitu Leaflet
b. Evaluasi Proses
1) Peserta yang hadir
2) Media dapat digunakan dengan baik
3) Pendidikan kesehatan dapat dilaksanakan sesuai waktu.
4) Partisipasi peserta yang hadir
5) Peserta dapat mengikuti sampai selesai
c. Evaluasi Hasil
Keluarga dapat memahami patah tulang, tanda dan gejala, pertolongan
pertama pada patah tulang dan perawatan setelah patah tulang
39
MATERI PENYULUHAN
1. Pengertian
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang bersifat
total maupun sebagian. Fraktur Femur atau patah tulang paha adalah rusaknya
kontinuitas tulang pangkal paha yang disaebabkan oleh trauma langsung,
kelelahan otot, dan kondisi tertentu, seperti degenerasi tulang atau osteoporosis.
(Muttaqin, 2013)
Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas yang normal dari suatu tulang. Jika
terjadi fraktur, maka jaringan lunak di sekitarnya juga sering kali terganggu.
Radiografi (sinar-x) dapat menunjukkan keberadaan cedera tulang, tetapi tidak
mampu menunjukkan otot atau ligamen yang robek, saraf yang putus, atau
pembuluh darah yang pecah sehingga dapat menjadi komplikasi pemulihan klien (
Black dan Hawks, 2014).
2. Penyebab Patah tulang
Penyebab fraktur femur antara lain (Muttaqin, 2013):
a. Fraktur femur terbuka
Disebabkan oleh trauma langsung pada paha
b. Fraktur femur tertutup
Disebabkan oleh trauma langsung atau kondisi tertentu, seperti degenerasi
tulang (osteoporosis) dan tumor atau keganasan tulang paha yang
menyebabkan fraktur patologis
3. Macam-macam patah tulang
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak
terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Sedangkan fraktur
terbuka bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh
karena perlukaan di kulit. Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi di
Sekitar tempat patah ke dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan
lunak juga biasanya mengalami kerusakan
40
DAFTAR PUSTAKA
Brunner, Suddarth. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol
3. Jakarta: EGC.